BAB III METODE PENELITIAN
4.2 Gambaran Umum Usaha GKN Jahe Merah Instan
Usaha GKN Jahe Merah Instan ini sudah menjalankan usahanya selama 2 tahun.Sebelum memulai usaha dalam mengolah jahe merah, awalnya Ibu Tiurlan
selaku pemilik usaha GKN Jahe Merah Instan memulai usahanya dengan menjalankan usaha konveksi yaitu pakaian-pakaian songket selama 8 tahun.Sejalan dengan perkembangan waktu usahanya semakin menurun, peminatnya semakin menurun yang menyebabkan pendapatan yang dihasilkan usaha tersebut juga semakin menurun, sedangkan tanggungjawabnya untuk memberikan gaji kepada kedua karyawannya masih harus tetap dilakukan.
Akhirnya pengusaha ini memutuskan untuk menutup usaha konveksinya dan beralih ke usaha jahe merah instan ini.Ide ini berawal dari kondisinya yang kurang sehat pada saat itu dan ada saudara yang mengirimkannya jahe merah untuk dikonsumsi olehnya. Karena selalu mengolah jahe merah tersebut untuk diminum, tak jarang saat saudara berkunjung kerumahnya Ibu Tiurlan menyuguhkan minuman olahan jahe merah tersebut dan saudara-saudaranya mengatakan bahwa minuman tersebut enak, sehingga mendapat ide untuk menjadikannya sebuah usaha. Karena disadari banyak manfaat yang diperoleh dari jahe merah untuk kesahatan dan masyarakat juga sudah memberi perhatian lebih terhadap kesehatannya yaitu dengan mengonsumsi minuman herbal, maka Ibu Tiurlan membuat minuman instan yang berbahan baku jahe merah untuk masyarakat lebih mudah dalam mengonsumsinya. Modal awal yang dikeluarkan untuk menjalankan usahanya adalah Rp 2.000.000,- dengan jumlah karyawan sebanyak 2 orang yang mana salah satu dari karyawan tersebut merupakan karyawan yang dipekerjakan pada usaha sebelumnya. Alat dan mesin untuk produksi juga yang digunakan masih sederhana sehingga kurang efisien. Usaha ini belum memiliki struktur organisasi yang tertulis. Berdasarkan hasil wawancara, Ibu Tiurlan selaku pemilik usaha menjalankan tugasnya pada bagian pemasaran dan keuangan dan dua
karyawannya pada bagian produksi dan pengemasan.Produksi dilakukan 3 kali dalam seminggu sehingga selama sebulan terdapat 12 kali produksi. Saat ini sudah banyak peminat minuman jahe merah instan yang diproduksi, tidak hanya dalam kota tetapi sudah sampai ke luar provinsi, sehingga seiring berjalannya waktu pengusaha ini juga memiliki harapan untuk dapat lebih megembangkan usahanya seperti membuat bentuk produk lain tetapi yang masih menggunakan jahe merah sebagai bahan bakunya. Juga diharapkan produk olahannya tidak hanya sebatas di dalam negeri saja tetapi sampai ke luar negeri.
Adapun tahapan-tahapan pengolahan jahe merah menjadi jahe merah bubuk yang dilakukan oleh usaha GKN Jahe Merah Instan adalah sebagai berikut:
1. Persiapan Bahan
Bahan baku yang digunakan adalah jahe merah yang dibeli dari pemasok yaitu salah satu petani jahe merah yang berada di daerah Simalungun yang dikirim langsung. Bahan baku yang diperlukan untuk satu kali produksi biasanya sekitar 10 kg jahe merah. Untuk bahan penunjang lainnya yang digunakan adalah gula putih, gula merah tebu, lada hitam, kayu manis, cengkeh, sereh, daun pandan, akar ginseng kering, dan bunga lawang. Sebagian besar bahan-bahan penunjang tersebut dibeli di Pasar Sambu Kota Medan, dan sebagian bahan diimpor dari Cina (Gingseng) dan dibeli dari Jawa (Gula Merah Tebu).
2. Pencucian Bahan
Tahapan kedua adalah mencuci jahe merah agar tidak ada tanah-tanah maupun kotoran lain yang menempel pada jahe merah dan mencuci bahan penunjang lainnnya dengan cara memasukkannya kedalam ember yang berisikan air kemudian dibersihkan dengan menggunakan tangan.
3. Pengupasan dan Pemotongan Bahan
Setelah bahan penunjang dan jahe merah dicuci bersih sampai tidak ada tanah maupun kotoran lain yang menempel kemudian kulit-kulit jahe merah dikupas sampai bersih. Setelah dikupas bersih, jahe merah tersebut kemudian dipotong kecil-kecil agar mempermudah dalam proses penghalusan selanjutnya, setelah di potong-potong kemudian dicuci sekali lagi untuk memastikan tidak ada pasir-pasir yang menempel sehingga jahe merah dalam keadaan yang bersih, begitu juga dengan sereh dan daun pandan yang dipotong kecil-kecil.
4. Penghalusan Bahan
Kemudian jahe merah, sereh,dan daun pandan yang sudah dipotong kecil-kecil dimasukkan ke dalam blender dengan ditambah sedikit air agar memudahkan proses penghalusan. Dihaluskan (blender) sampai beberapa menit sampai semua bahan menjadi halus. Karena kapasitas blender dan jumlah blender yang terbatas sedangkan bahan baku yang digunakan sebanyak 10 kg ditambah komponen lainnya, pengerjaan penghalusan dilakukan beberapa kali. Setelah semuanya
saringan sehingga yang diperoleh hanya airnya saja.Kemudian air tersebut dipindahkan ke dalam toples-toples untuk didiamkan selama satu jam untuk memisahkan air dan patinya.
5. Pemasakan Bahan
Setelah air dan patinya sudah terpisah, maka air tersebut dimasukkan ke dalam kuali untuk dimasak. Bahan penunjang lainnya seperti lada hitam, kayu manis, cengkeh, sereh, daun pandan, dan bunga lawang dimasukkan juga ke dalam kuali tersebut. Proses pemasakan ini menggunakan kompor gas. Bahan-bahan tersebut harus terus-menerus diaduk. Setelah air mulai menyusut kemudian dimasukkan akar ginseng kering.Setelah kurang lebih 1-2 jam pemasakan, semua bahan-bahan penunjang (rempah-rempah) tadi diangkat. Kemudian proses pemasakan terus dilakukan sampai menjadi bubuk. Biasanya proses pemasakan ini dilakukan selama kurang lebih 4 jam.
6. Penghalusan Bubuk
Setelah sudah menjadi bubuk, untuk memastikan semuanya bubuk halus sempurna dilakukan proses penghalusan kembali dengan menggunakan mesin
penggiling. Setelah halus sesuai dengan yang diinginkan, bubuk-bubuk tersebut didinginkan sampai mencapai suhu ruang. Dari 1 kg bahan baku jahe merah segar, ditambahkan bahan lainnya akan menghasilkan 0,8 kg jahe merah instan (bubuk), sehingga dalam satu kali proses produksi apabila menggunakan 10 kg bahan baku jahe merah segar, ditambahkan bahan lainnya akan menghasilkan 8 kg jahe merah instan (bubuk).
7. Pengemasan
Setelah bubuk-bubuk tersebut sudah mencapai suhu ruang maka pengemasan sudah dapat dilakukan. Bubuk tersebut dimasukkan ditimbang sesuai dengan berat yang diinginkan seperti kemasan 100 gr, 300 gr, dan 500 gr, kemudian dimasukkan ke dalam kemasan. Dalam proses pengemasan ini dibantu dengan hand sealer untuk memastikan produk tersegel dengan baik dan pencetak kode untuk tanggal kadaluwarsa produk.
Berdasarkan penjelasan tahapan-tahapan proses pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan diatas, maka secara skematis dapat dilihat pada gambar berikut ini.
Gambar 4.1 Tahapan Pengolahan Jahe Merah Instan 4.3 Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah pemilik usaha GKN Jahe Merah Instan yaitu Ibu Tiurlan. Ibu Tiurlan berusia 44 tahun, hal ini menunjukkan bahwa usia ini masih berada dalam usia produktif sehingga dapat dikatakan masih memiliki kemampuan untuk dapat mengembangkan usahanya dan memperluas jangkauan pasar untuk produk-produk olahan yang dihasilkan oleh usahanya.
Pendidikan terakhir yang ditempuh adalah D3, dengan tingkat pendidikan yang tergolong tinggi tersebut akan memungkinkan untuk lebih bijaksana dalam mengambil suatu langkah dalam mengelola usahanya agar terus berlanjut dan berkembang. Pengusaha ini juga sering mengikuti pelatihan dan seminar serta
Persiapan Bahan
Pencucian Bahan
Pemotongan Bahan
Pengemasan Pemasakan Penghalusan Bahan
Penghalusan Bubuk
kegiatan yang diadakan oleh lembaga-lembaga pemerintahan seperti salah satunya yang diadakan oleh Dinas Koperasi dan UMKM agar dapat memperoleh ilmu yang dapat mengembangkan usahanya. Usaha GKN Jahe Merah Instan ini masih berjalan selama 2 tahun sehingga pengalaman yang dimiliki oleh pemilik usaha belum terlalu banyak sehingga dalam meminimalisir permasalahan yang timbul pada usaha tersebut dalam masa yang akan datang masih sangat perlu untuk dipahami.
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Usaha Pengolahan Jahe Merah Instan
Pada usaha GKN Jahe Merah Instan ini kegiatan produksi jahe merah instan dilakukan 3 kali dalam seminggu, berikut rincian biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi jahe merah instan pada usaha tersebut:
5.1.1 Penggunaan Bahan Baku
Pengadaan bahan baku utama merupakan hal yang sangat penting karena dapat mempengaruhi proses produksi dalam suatu usaha. Bahan baku utama yang digunakan pada usaha GKN Jahe Merah Instan adalah jahe merah yang diperoleh dari petani yang berada di daerah Kabupaten Simalungun. Berikut keterangan bahan baku yang digunakan dalam pengolahan jahe merah instan.
Tabel 5.1 Penggunaan Bahan Baku dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
Uraian Volume
(Kg)
Harga (Rp/Kg)
Biaya (Rp)
Jahe Merah 10 19.000,00 190.000,00
Total Biaya (Rp) 190.000,00
Sumber: Lampiran1,2021
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa untuk satu kali proses produksi jahe merah instan diperlukan 10 kg jahe merah dengan harga jahe merah adalah Rp. 19.000/kg, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk pembelian bahan baku adalah sebesar Rp. 190.000 dalam 1 kali proses produksi.
5.1.2 Sumbangan Input Lain
Dalam pengolahan jahe merah instan ini juga dibutuhkan sumbangan input lain yaitu bahan tambahan, bahan penunjang, dan modal investasi alat atau biaya penyusutan.
1. Penggunaan Bahan Tambahan
Berikut secara rinci bahan tambahan yang diperlukan dalam pengolahan jahe merah instan.
Tabel 5.2 Bahan Tambahan dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
No Uraian Volume
(Kg)
Harga (Rp/Kg)
Biaya (Rp)
1 Gula Putih 9,0 10.000,00 90.000,00
2 Gula Merah Tebu 2,0 15.000,00 30.000,00
3 Lada Hitam 0,3 125.000,00 37.500,00
4 Kayu Manis 0,2 95.000,00 19.000,00
5 Cengkeh 0,2 95.000,00 19.000,00
6 Sereh 2,5 4.000,00 10.000,00
7 Daun Pandan 1,0 19.000,00 19.000,00 8 Akar Ginseng Kering 1,0 85.000,00 85.000,00 9 Bunga Lawang 0,1 195.000,00 19.500,00
Total Biaya (Rp) 329.000,00
Biaya Bahan Tambahan/kg (Rp) 32.900,00
Sumber: Lampiran 2,2021
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa bahan tambahan yang diperlukan adalah gula putih, gula merah tebu, lada hitam, kayu manis, cengkeh, sereh, daun pandan, akar ginseng kering, dan bunga lawang. Biaya bahan tambahan yang paling besar adalah biaya gula putih yaitu Rp. 90.000 dan yang paling kecil adalah sereh yaitu sebesar Rp. 10.000. Biaya bahan tambahan untuk satu kali produksi adalah sebesar Rp. 329.000 untuk 10 kg jahe merah, atau biaya bahan tambahan untuk 1 kg jahe merah adalah sebesar Rp. 32.900.
2. Penggunaan Bahan Penunjang
Bahan penunjang yang diperlukan untuk pengemasan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.3 Bahan Penunjang dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk
Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa untuk satu kali proses produksi dibutuhkan 24 unit kemasan dan stiker, sehingga total biaya yang dikeluarkan untuk bahan penunjang adalah sebesar Rp. 40.800 dan untuk biaya bahan penunjang yang diperlukan untuk 1 kg jahe merah adalah sebesar Rp. 4.080.
3. Biaya Lain-lain
Adapun sumbangan input lainnya yang digunakan untuk mendukung proses pengolahan jahe merah instan adalah sebagai berikut:
Tabel 5.4 Biaya Lain-lain dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
Berdasarkan Tabel 5.4 dapat diketahui bahwa total biaya yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 180.208,33 atau untuk per kg nya adalah sebesar Rp. 18.020,83. Biaya yang paling tinggi dikeluarkan untuk penggunaan listrik yaitu sebesar Rp. 90.000, hal ini karena penggunaan arus blender yang tinggi sehingga pengeluaran untuk listrik juga tinggi dan biaya
paling kecil adalah penggunaan BBM yang digunakan untuk mengoperasikan mesin penggiling yang digunakan pada tahap akhir penghalusan bubuk yaitu sebesar Rp. 4.291.
4. Modal Insvestasi Alat
Adapun biaya penyusutan penggunaan modal investasi alat pada pengolahan jahe merah instan ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.5 Biaya Penyusutan Peralatan dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
No Uraian Jumlah (Unit) Biaya (Rp)
1 Blender 8 19.444,44
2 Mesin Penggiling 2 4.791,67 3 Wadah Toples 36 17.500,00
4 Ember 2 138,89
5 Keranjang 6 3.333,33 6 Saringan 5 69,44
7 Kuali 4 1.111,11
8 Kompor Gas 2 1.620,37 9 Spatula 6 1.250,00 10 Hand Sealer 2 527,78 12 Mesin Pencetak Kode 2 358,33 13 Pisau 4 444,44 14 Timbangan 2 97,22
Total Biaya (Rp) 50.687,04
Biaya Penyusutan/kg (Rp) 5.068,70
Sumber: Lampiran 5(diolah),2021
Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa biaya penyusutan peralatan yang harus dikeluarkan untuk satu kali proses produksi dalam pengolahan jahe merah instan adalah sebesar Rp. 50.687,04 atau biaya penyusutan alat per kg nya untuk 10 kg jahe merah adalah sebesar Rp. 5.068,70.
Jadi total keseluruhan sumbangan input lain dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5.6 Total Biaya Sumbangan Input Lain dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
No Uraian Biaya/10 Kg (Rp) Biaya/Kg (Rp)
1 Bahan Tambahan 329.000,00 32.900,00 2 Bahan Penunjang 40.800,00 4.080,00
3 Biaya Lain-lain 180.208,33 18.020,83
4 Penyusutan peralatan 50.687,04 5.068,70
Total Keseluruhan 600.695,37 60.069,54
Sumber: Lampiran 2,3,4,5 (diolah),2021
Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa biaya sumbangan input lain untuk 1 kg jahe merah yang paling besar dikeluarkan untuk bahan tambahan yaitu sebesar Rp. 32.900 dan yang paling kecil untuk penyusutan peralatan yaitu sebesar Rp. 5.068,70. Total biaya sumbangan input lain untuk satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 600.695,37 untuk 10 kg jahe merah atau untuk 1 kg jahe merah biaya sumbangan input lain yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.
60.069,54.
5.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan responden, pada usaha GKN Jahe Merah Instan, tenaga kerja yang digunakan adalah 2 orang wanita yang merupakan tenaga kerja luar keluarga.Berikut penggunaan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja pada pengolahan jahe merah instan.
Tabel 5.7 Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja dalam Pengolahan Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi
No Uraian Jumlah Jam
Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui untuk satu kali proses produksi hari kerja yang dibutuhkan adalah 1,4 HOK dengan upah/HOK sebesar Rp. 100.000 sehingga total upah tenaga kerja yang dikeluarkan untuk satu kali proses produksi adalah sebesar Rp. 140.000.
5.1.4 Pendapatan yang Diperoleh Dari Pengolahan Jahe Merah Instan
Adapun perhitungan rata-rata pendapatan yang diperoleh dalam memproduksi jahe merah instan dan kelayakan pada usaha ini adalah sebagai berikut:
Tabel 5.8 Pendapatan yang Diperoleh Dari Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan Per Bulan
No Uraian Satuan Jumlah
I Total Biaya (TC):
Biaya Tetap (FC) Rp 1.108.244,44
Biaya Variabel (VC) Rp 10.060.100,00 Total Biaya (TC)= FC + VC Rp 11.168.344,44 II Total Penerimaan (TR):
Jumlah Produksi (Q) Kg 96
Harga Jual (P) Rp 170.000,00 Total Penerimaan (TR)= Q x P Rp 16.320.000,00 III Pendapatan (π):
Penerimaan (TR) Rp 16.320.000,00
Total Biaya (TC) Rp 11.168.344,44 Pendapatan (π) = TR-TC Rp 5.151.655,56 Sumber: Lampiran 6(diolah),2021
Dari Tabel 5.8 diatas dapat diketahui bahwa untuk mengolah 120 kg jahe merah dalam sebulan dikeluarkan total biaya produksi sebesar Rp. 11.168.344,44 dengan penerimaan sebesar Rp. 16.320.000, sehingga pendapatan yang diperoleh sebesar Rp. 5.151.655,56/bulan.
Tabel 5.9 Titik Impas dan Kelayakan Usaha Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan Per Bulan
No Uraian Satuan Jumlah
I BEP Produksi
Biaya Tetap (FC) Rp 1.108.244,44 Biaya Variabel (VC) Rp 10.060.100,00
Jumlah Produksi (Q) Kg 96
Rata-rata Biaya Variabel
(VC/Q) Rp 104.792,71
Harga Jual (P) Rp 170.000,00
BEP Produksi (FC/P-AVC) Kg 17,00 II BEP Harga
Total Biaya (TC) Rp 11.168.344,44
Jumlah Produksi (Q) Kg 96
BEP Harga (TC/Q) Rp 116.336,92 III R/C Ratio
Penerimaan (TR) Rp 16.320.000,00 Total Biaya (TC) Rp 11.168.344,44
R/C Ratio (TR/TC) 1,46
Sumber: Lampiran 6(diolah),2021
Dari Tabel 5.9 diatas dapat diketahui bahwa hasil perhitungan nilai BEP Produksi lebih kecil dari total produksi dan hasil perhitungan nilai BEP Harga juga lebih kecil dari harga jual produk, serta nilai R/C Ratio yang diperoleh sebsar 1,46 yang menunjukkan bahwa nilai ini lebih besar dari 1, sehingga dapat disimpulkan bahwa usaha untuk pengolahan jahe merah instan ini menguntungkan dan layak untuk diusahakan.
5.1.5 Perhitungan Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Jahe Merah Instan
Nilai tambah yang diukur adalah nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan dalam satu kali proses produksi.Adapun metode analisis yang digunakan untuk mengetahui nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan jahe merah adalah Metode Hayami. Selisih antara nilai produk dengan biaya bahan baku dan input lainnya tidak termasuk tenaga kerja merupakan definisi dari nilai tambah. Sedangkan marjin adalah selisih antara
nilai produk dengan biaya bahan baku saja. Berikut ini tabel perhitungan nilai tambah jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan dengan menggunakan Metode Hayami.
Tabel 5.10 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jahe Merah Instan
Variabel Keterangan Nilai
I. Output, Input dan Harga
1 Output (Kg) (1) 8,00 III. Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14 Margin (Rp/Kg) (14) = (10) – (8) 117.000,00 menjadi jahe merah instan dengan menggunakan bahan baku jahe merah sebanyak 10 kg dapat menghasilkan output 8 kg jahe merah berbentuk bubuk, sehingga menghasilkan faktor konversi sebesar 0,8. Nilai konversi ini menunjukkan bahwa setiap pengolahan 1 kg jahe merah dapat menghasilkan 0,8 kg jahe merah instan.
Pada proses pengolahan jahe merah instan ini dalam mengolah 10 kg jahe merah
menggunakan tenaga kerja sebanyak 1,4 HOK, sehingga koefisien tenaga kerja yang digunakan untuk memproduksi 1 kg jahe merah adalah 0,14 HOK.
2. Penerimaan dan Keuntungan
Pada Tabel 5.8 diatas, dapat diuraikan bahwa harga bahan baku yang digunakan untuk pengolahan jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan adalah sebesar Rp. 19.000/kg. Sedangkan sumbangan input lain dalam pengolahan jahe merah instan ini adalah sebesar Rp. 60.069,54/kg bahan baku.
Harga produk jahe merah instan (bubuk) adalah Rp. 170.000/kg dan nilai output untuk 1 kg bahan baku jahe merah adalah Rp. 136.000. Nilai tambah yang diperoleh dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan adalah sebesar Rp. 56.930,46/kg yang diperoleh dari nilai output dikurangi harga input bahan baku dan sumbangan input lain.
3. Balas Jasa untuk Faktor Produksi
Dari Tabel 5.8 diatas juga dapat dilihat bahwa marjin yang diperoleh dari nilai output dikurangi dengan harga input bahan baku adalah sebesar Rp. 117.000/kg, dengan persentase pendapatan tenaga kerja sebesar 11,97%, sumbangan input lain sebesar 51,34%, dan keuntungan pengusaha sebesar 36,69%.
Rasio nilai tambah merupakan perbandingan antara nilai tambah dan nilai produk, dari hasil penelitian ini diperoleh besarnya nilai tambah pengolahan jahe merah instan sebesar 41,86% (berada diatas 40%). Hal ini menunjukkan bahwa nilai tambah yang diperoleh pada usaha GKN Jahe Merah Instan tergolong tinggi, maka hipotesis 1 yang menyatakan nilai tambah tergolong tinggi dapat diterima.
5.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha GKN Jahe Merah Instan
5.2.1 Analisis Lingkungan Internal A. Sumber Daya Fisik (Teknologi)
Teknologi yang lebih canggih atau modern dapat membantu kelancaran suatu usaha dalam berproduksi. Dengan teknologi yang mendukung dapat lebih mempermudah pekerjaan-pekerjaan yang akan dilakukan. Tidak dipungkiri pada saat ini banyak tenaga manusia digantikan oleh teknologi. Pada usaha GKN Jahe Merah Instan ini teknologi untuk proses produksi dinilai masih kurang mendukung untuk dapat menghasilkan produksi yang maksimal. Seperti masih banyaknya penggunaan blender dalam penghalusan bahan-bahan karena belum memiliki mesin penghalus yang lebih canggih yang efektif dan efisien. Sehingga dalam penggunaan blender ini, pemilik usaha harus mengeluarkan banyak biaya untuk biaya listrik dalam proses produksi pada usaha ini yaitu sebesar Rp.1.800.000/bulan karena blender yang digunakan memiliki kapasitas yang kecil sehingga harus melakukan pengahalusan beberapa kali untuk satu kali produksi.Usaha ini sebenarnya sudah memiliki mesin penghalus yang hanya menggunakan solar untuk mesin yang digunakan, tentu hal ini dinilai lebih hemat daripada menggunakan blender. Hanya saja mesin yang dibeli ternyata tidaklah efisien dan efektif karena untuk proses penghalusan bahan-bahan yang pertama membutuhkan waktu yang lama karena mesin yang dibeli kurang tajam untuk menghaluskan dan hasilnya dinilai kurang maksimal, sehingga hanya dapat digunakan untuk proses penghalusan bubuk pada tahap akhir pengerjaan. Hal ini merupakan kelemahan dalam usaha tersebut karena kurang memiliki alat dan mesin produksi yang modern yang dapat bekerja secara efisien dan efektif.
B. Sumber Daya Manusia
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang penting dalam menjalankan suatu usaha untuk mencapai tujuan-tujuan yang hendak dicapai.Jumlah tenaga kerja yang mencukupi serta keterampilan yang dimiliki merupakan hal yang penting.Apabila suatu usaha kekurangan tenaga kerja yang terampil dalam melakukan pekerjaan yang telah ditugaskan padanya, hal ini juga dapat menghambat produksi maupun kelancaran usaha tersebut. Tetapi apabila jumlah tenaga kerja yang banyak namun tidak memiliki kemampuan yang cukup terampil juga menjadi faktor penghambat bagi kelancaran produksi dan usaha tersebut karena biaya yang dikeluarkan untuk upah pekerja tinggi namun produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan target yang hendak dicapai. Oleh karena itu kedua hal ini harus perlu di perhatikan.Salah satu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan adalah dengan menyediakan pelatihan-pelatihan kepada para tenaga kerja.Dalam perekrutan tenaga kerja pada usaha GKN Jahe Merah Instan ini dengan melakukan training selama 2 minggu tanpa diberikan upah. Pemilik usaha sudah beberapa kali mengganti pekerjanya karena pekerjanya yang suka berhenti kapan saja pekerjanya mau. Hal ini terjadi karena tidak adanya perjanjian tertulis yang terikat antara usaha tersebut dengan pekerjanya.Dalam memilih tenaga kerja, pemilik usaha sebenarnya mempunyai beberapa kriteria tertentu, yaitu seseorang yang jujur, tepat waktu, teliti, cekatan, kreatif, dan inovatif. Usaha GKN Jahe Merah Instan hanya memiliki 2 pekerja dan dinilai kurang memenuhi kriteria-kriteria tersebut seperti dalam hal kecekatan, ketelitian, dan kurang kreatif/inovatif sehingga produksi yang dihasilkan masih kurang
maksimal.Hal ini dinilai pemilik menjadi kelemahan yang ada dalam usaha tersebut.
C. Sumber Daya Keuangan
Modal merupakan hal yang terpenting dalam mendirikan suatu usaha, tanpa adanya modal yang mencukupi suatu usaha tidak dapat berjalan dengan baik.Modal juga penting dalam mengembangkan usaha tersebut seperti dalam melakukan peningkatan kualitas produk, kapasitas produksi, dan memperluas pasar.Oleh karena itu, modal juga dapat menjadi suatu kendala yang menghambat
Modal merupakan hal yang terpenting dalam mendirikan suatu usaha, tanpa adanya modal yang mencukupi suatu usaha tidak dapat berjalan dengan baik.Modal juga penting dalam mengembangkan usaha tersebut seperti dalam melakukan peningkatan kualitas produk, kapasitas produksi, dan memperluas pasar.Oleh karena itu, modal juga dapat menjadi suatu kendala yang menghambat