• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAHE MERAH INSTAN. (Kasus: GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS NILAI TAMBAH DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA JAHE MERAH INSTAN. (Kasus: GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan) SKRIPSI"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus: GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan)

SKRIPSI

OLEH :

YULI CAHYATI SIMAMORA 170304129

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

(Kasus: GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan)

SKRIPSI

Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara OLEH :

YULI CAHYATI SIMAMORA 170304129

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2021

(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Yuli Cahyati Simamora (170304129) dengan judul skripsi Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Usaha Jahe Merah Instan (Kasus:

GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan). Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Emalisa,SP.,M.Si. sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT sebagai anggota komisi pembimbing.

Penelitian ini bertujuan, antara lain untuk menganalisis pendapatan, menganalisis besarnya nilai tambah jahe merah instan, mendeskripsikan faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pengembangan usaha dan memformulasikan strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha GKN Jahe Merah Instan. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, metode nilai tambah Hayami, dan metode analisis SWOT. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan yang diperoleh dari pengolahan jahe merah instan sebesar Rp. 5.151.655,5/bulan dan nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp. 56.930,46/kg jahe merah dengan rasio nilai tambah 41,86%. Strategi yang dapat diterapkan pada Usaha GKN Jahe Merah Instan ini adalah strategi agresif yaitu melakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan modal yang tersedia untuk menambah bahan baku, menambah tenaga kerja yang terampil ataupun alat dan mesin produksi yang lebih modern, menambah variasi produk, dan memperluas jaringan pemasaran dengan melakukan promosi, memanfaatkan platform pemasaran yang ada, serta melakukan evaluasi terhadap tanggapan konsumen terkait produk yang ditawarkan.

Kata Kunci: Jahe Merah, Nilai Tambah, Analisis SWOT, Strategi Pengembangan

(6)

ABSTRACT

Yuli Cahyati Simamora (170304129) with the thesis title is Analysis of Added Value and Strategy for Instant Red Ginger Business Development (Case: GKN Jahe Merah Instan, Kecamatan Medan Kota, Medan), guided by Ibu Emalisa, SP., M.Si. as a Chair of the supervising Commission and Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT as a Member of the Supervising Commission.

The Purpose of this research is analyzing income, the added value of instant red ginger, describing the internal and external factors that affect business development, and formulate strategies can be applied for business development of GKN Jahe Merah Instan. The analytical methods used in this research are descriptive, Hayami value added, and SWOT analysis methods. Results of this research show that the income obtained from processing of instant red ginger is Rp. 5.151.655,5/month and the added value generated is Rp. 56.930.46/kg red ginger with value-added ratio of 41.86%. The strategic way that can be applied to the GKN Jahe Merah Instan Business is an aggressive strategic. The aggressive strategies are increase production by utilizing available capital to add raw materials, add skilled workers or more modern production tools and machines, add product variations, and expand marketing networks by doing promotions, utilizing existing marketing platforms, evaluating consumer responses regarding the products offered.

Keywords: Red Ginger, Value Added, SWOT Analysis, Development Strategy

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Yuli Cahyati Simamora, lahir di Medan pada tanggal 31 Juli 1999 dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari Bapak Ludik Simamora dan Ibu Tianur Sijabat.

Pendidikan formal yang ditempuh oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2005 masuk SD Negeri 060931 Medan dan lulus tahun 2011.

2. Tahun 2011 masuk SMP Negeri 36 Medan dan lulus tahun 2014.

3. Tahun 2014 masuk SMA Negeri 13 Medan dan lulus tahun 2017.

4. Tahun 2017 masuk di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Pada bulan Juli-Agustus 2020 mengikuti Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Binjai, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara.

6. Tahun 2021 penulis melaksanakan penelitian di Usaha GKN Jahe Merah Instan, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karunia-Nya yang telah diberikan sehingga penulis dapat menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis Nilai Tambah dan Strategi Pengembangan Jahe Merah Instan (Kasus: GKN Jahe Merah Instan di Kecamatan Medan Kota, Medan)”.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bantuan, bimbingan dan kritik yang membangun bagi penulis, oleh karena itu dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Emalisa, SP, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir.Thomson Sebayang, MT selaku anggota komisi pembimbing, yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr.Ir.Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Bapak Ir.M.Jufri,M.Si selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian yang telah memberikan kemudahan selama masa perkuliahan.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Kelin Tarigan, MS dan Ibu Ir.Iskandarini, MM,Ph.D selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Keluarga saya tercinta yaitu orangtua saya Ludik Simamora dan Tianur Sijabat, serta kakak dan abang saya Leni Simamora dan Riki Simamora yang selalu memberikan kasih sayang, doa, perhatian, motivasi, nasihat, dan dukungan

(9)

baik secara moril maupun meteril sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Seluruh dosen dan pegawai Fakultas Pertanian USU khususnya Program studi Agribisnis yang telah memfasilitasi pembelajaran dan administrasi perkuliahan bagi penulis selama masa perkuliahan.

6. Ibu Tiurlan selaku responden yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

7. Teman-teman saya Nora, Rumondang, Gabriela, Egia, Wahyu dan Edwin yang selalu memberikan doa, dukungan, bantuan dan motivasi selama penulis menempuh perkuliahan sampai penyelesaian skripsi ini serta teman-teman angkatan 2017 khususnya Fitri, Amel, Debora, Rizkiah, Vanya, Rizki Devina, dan Sheila yang telah memberikan semangat dan bantuan selama masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca ataupun pihak- pihak yang membutuhkan. Penulis juga menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena masih terdapat kekurangan dan keterbatasan yang dimiliki penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.Akhir kata penulis ucapkan terimakasih.

Medan, Mei 2021

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Jahe ... 8

2.2.2 Agroindustri ... 9

2.3.3 Strategi Pengembangan ... 11

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Analisis Pendapatan Usaha ... 14

2.2.2 Nilai Tambah ... 17

2.2.3 Analisis SWOT ... 20

2.3 Penelitian Terdahulu ... 24

2.4 Kerangka Pemikiran ... 28

2.5 Hipotesis Penelitian ... 31

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi dan Sampel Penelitian ... 32

3.2 Metode Pengumpulan Data... 33

3.3 Metode Analisis Data ... 33

3.4 Definisi dan Batasan Operasional 3.4.1 Definisi ... 39

3.4.2 Batasan Operasional ... 41

(11)

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN,GAMBARAN UMUM USAHA, KARAKTERISTIK RESPONDEN

4.1 Deskripsi Wilayah Penelitian

4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 42

4.1.2 Keadaan Penduduk ... 42

4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 44

4.2 Gambaran Umum Usaha GKN Jahe Merah Instan ... 44

4.3 Karakteristik Responden ... 50

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Usaha Pengolahan Jahe Merah Instan 5.1.1 Penggunaan Bahan Baku ... 52

5.1.2 Sumbangan Input Lain... 52

5.1.3 Penggunaan Tenaga Kerja ... 56

5.1.4 Pendapatan yang Diperoleh Dari Pengolahan Jahe Merah Instan58 5.1.5 Perhitungan Nilai Tambah yang Diperoleh dari Pengolahan Jahe Merah Instan ... 58

5.2 Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal Usaha GKN Jahe Merah Instan 5.2.1 Analisis Lingkungan Internal ... 61

5.2.2 Analisis Lingkungan Eksternal ... 67

5.2.3 Identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada Usaha GKN Jahe Merah Instan ... 73

5.3 Strategi Pengembangan Usaha GKN Jahe Merah Instan ... 79

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 89

6.2 Saran ... 90 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

Tabel 1.1 Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia 2015-2019 2

Tabel 2.1 Tabel Matriks SWOT 23

Tabel 3.1 Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami 34

Tabel 3.2 Matriks SWOT 35

Tabel 3.3 Matriks Faktor Strategi Internal 35

Tabel 3.5 Matriks Faktor Strategi Eksternal 37

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan Tahun 2019

43 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan

Tahun 2019

43 Tabel 5.1 Penggunaan Bahan Baku dalam Pengolahan Jahe Merah

Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi

52 Tabel 5.2 Bahan Tambahan dalam Pengolahan Jahe Merah Instan

Untuk Satu Kali Proses Produksi

53 Tabel 5.3 Bahan Penunjang dalam Pengolahan Jahe Merah Instan

Untuk Satu Kali Proses Produksi

54 Tabel 5.4 Biaya Lain-lain dalam Pengolahan Jahe Merah Instan

Untuk Satu Kali Proses Produksi

54 Tabel 5.5 Biaya Penyusutan Peralatan dalam Pengolahan Jahe Merah

Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi

55 Tabel 5.6 Total Biaya Sumbangan Input Lain dalam Pengolahan Jahe

Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi

56 Tabel 5.7 Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja dalam Pengolahan

Jahe Merah Instan Untuk Satu Kali Proses Produksi

56 Tabel 5.8 Pendapatan yang Diperoleh Dari Pengolahan Jahe Merah

Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan Per Bulan

57 Tabel 5.9 Titik Impas dan Kelayakan Usaha Pengolahan Jahe Merah

Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan Per Bulan

58 Tabel 5.10 Analisis Nilai Tambah Pengolahan Jahe Merah Instan 59 Tabel 5.11 Faktor-Faktor Internal dan Eksternal 80 Tabel 5.12 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) 81 Tabel 5.13 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 81 Tabel 5.14 Gabungan Matriks Faktor Internal –Eksternal

Pengembangan Usaha GKN Jahe Merah Instan

82

Tabel 5.15 Matriks Analisis SWOT 84

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT 22

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran 30

Gambar 3.1 Diagram Analisis SWOT 38

Gambar 4.1 Tahapan Pengolahan Jahe Merah Instan 50

Gambar 5.1 Matriks Posisi SWOT 83

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

Lampiran 1 Biaya Bahan Baku Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 2 Biaya Bahan Tambahan Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 3 Biaya Bahan Penunjang Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 4 Biaya Penyusutan Peralatan Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 5 Kebutuhan dan Upah Tenaga Kerja Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 6 Total Biaya Produksi Pengolahan Jahe Merah Instan Pada Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 7 Penentuan Rating Faktor-Faktor Internal

StrategiPengembangan Usaha GKN Jahe Merah Instan Lampiran 8 Penentuan Rating Faktor-Faktor Eksternal Strategi

Pengembangan Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 9 Parameter Penilaian Faktor Kekuatan,Kelemahan,Peluang, dan Ancaman

Lampiran 10 Penentuan Faktor Internal dan Eksternal Usaha GKN Jahe Merah Instan

Lampiran 11 Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) Lampiran 12 Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan beranekaragam komoditas pertanian, diantaranya komoditas tanaman pangan, holtikultura, dan perkebunan yang sangat potensial dan cukup tinggi, oleh sebab itu sektor pertanian banyak memberikan kontribusi bagi perekonomian Indonesia. Salah satu komoditas yang penting dalam pembangunan pertanian adalah komoditas holtikultura yang terdiri dari kelompok tanaman sayuran, tanaman buah,tanaman hias, dan tanaman obat.

Di masa pandemi Covid-19 saat ini, masyarakat sudah lebih memerhatikan kesehatannya, berbagai cara dilakukan masyarakat untuk terus menjaga kekebalan tubuhnya, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, (sesuai protokol kesehatan) dan berolahraga, serta memperhatikan asupan gizi dalam makanan yang dikonsumsi terutama yang mengandung vitamin, mineral, dan antioksidan. Terkait dengan makanan maupun minuman yang dikonsumsi masyarakat, di masa pandemi Covid-19 ini, masyarakat gemar untuk mengonsumsi produk yang berbahan dari tanaman biofarmaka (tanaman obat- obatan). Tanaman biofarmaka banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat obat-obatan. Ada berbagai jenis tanaman biofarmaka, diantara adalah jahe, lengkuas, kunyit, temulawak, kencur, lempuyang, dan lain sebagainya.

Berikut adalah produksi tanaman biofarmaka di Indonesia pada tahun 2015-2019:

(16)

Tabel 1.1 Produksi Tanaman Biofarmaka di Indonesia 2015-2019

No Tanaman Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

1. Jahe 313,064,300 340,345,036 216,586,662 207,411,867 174,380,121 2. Laos/Lengkuas 55,149,830 59,458,310 63,536,065 70,014,973 75,384,909 3. Kencur 35,971,956 36,540,940 36,655,028 35,966,755 35,296,213 4. Kunyit 113,101,185 107,783,509 128,338,949 203,457,526 190,909,203 5. Lempuyang 10,123,347 8,467,544 7,728,410 9,150,995 6,609,056 6. Temulawak 27,840,185 22,124,085 24,561,046 25,571,197 29,637,119 7. Temuireng 8,451,938 6,069,556 6,407,704 7,135,233 6,969,556 8. Temukunci 5,019,089 3,791,353 4,291,516 5,182,414 4,866,303 9. Dlingo/Dringo 778,132 469,831 433,381 281,511 333,452 10. Kapulaga 93,121,006 86,143,984 90,787,405 81,724,526 72,529,554 11. Mengkudu/Pace 5,637,074 4,617,045 4,629,225 5,741,585 8,119,231 12. Mahkota Dewa 8,306,565 6,457,471 5,460,471 10,948,173 12,670,580

13. Kejibeling 601,926 520,067 374,489 - -

14. Sambiloto 2,104,194 783,484 1,612,170 2,290,039 1,856,377 15. Lidah Buaya 11,225,883 10,924,926 10,331,221 11,228,825 20,746,714

Sumber:Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura

Dari Tabel 1.1 diatas dapat dilihat bahwa produksi tanaman jahe merupakan produksi tertinggi pada komoditas tanaman biofarmaka, maka dari itu salah satu tanaman biofarmaka yang paling sering dikonsumsi masyarakat adalah jahe.

Menurut Setyawan (2015) jahe bukan hanya sebagai bumbu dapur, tetapi dapat digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan jamu yang mampu menyehatkan tubuh. Tanaman jahe memiliki nilai ekonomis dan potensi yang besar karena proses penanaman maupun pengolahannya mudah untuk dilakukan sehingga jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk dikembangkan (Abdi, 2019).

Menurut Setyaningrum (2013), berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besar rimpangnya, tanaman jahe dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu jahe besar, jahe putih, dan jahe merah. Di antara ketiga jenis jahe ini, jahe merah lebih sering digunakan sebagai bahan baku untuk pembuatan produk olahan obat-obatan karena memiliki rasa yang sangat pedas dan aroma yang sangat tajam.

(17)

Melansir dari laman resmi UNS, akademisi atau tim peneliti UNS terdiri dari Prof. Supriyono, Prof. Bambang Pujiasmanto, Sri Nyoto dan Ida Nugroho, M.Eng mengatakan bahwa ada beberapa manfaat jahe merah dalam mencegah infeksi virus Covid-19 , yaitu (1) Antioksidan yang terkandung di dalam jahe merah tergolong tinggi yang dapat berfungsi untuk mencegah radikal bebas yang dapat merusak sel-sel tubuh. (2) Selain antioksidan, jahe merah juga mengandung antiinflamasi yang dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh dari serangan virus maupun bakteri (Albertus, 2020).

Masyarakat saat ini lebih menyukai kepraktisan dalam melakukan suatu kegiatan, begitu juga sama halnya dengan mengonsumsi makanan ataupun minuman, maka sudah banyak tersebar produk-produk makanan dan minuman instan.Menurut Putri,dkk (2020), di masa pandemi Covid-19 sebelum ditemukanya vaksin dan obat, salah satu cara yang dapat dilakukan masyarakat untuk meningkatkan imun tubuh adalah dengan mengonsumsi tanaman jahe, agar lebih praktis jahe dapat diolah menjadi sirup jahe . Oleh karena itu peluang bisnis untuk sirup jahe sangat menjanjikan yang dapat meningkatan kondisi ekonomi keluarga.

Berdasarkan penelitian Adinugroho,dkk (2021), bahwa wilayah Surakarta dan sekitarnya merupakan wilayah zona merah persebaran Covid-19. Belum ditemukannya vaksin dan obat sehingga masyarakat mensiasatinya dengan mengonsumsi obat-obatan herbal seperti jahe merah yang diolah menjadi minuman seperti wedang jahe.Sehingga permintaan jahe merah di wilayah tersebut mengalami peningkatan dari tahun-tahun sebelumnya.

(18)

Berdasarkan observasi, masyarakat di Sudan yang mengonsumsi minuman herbal yang berbahan jahe merah dengan takaran 12 gram bubuk jahe merah untuk 250 ml air hangat dan dikonsumsi tiga kali sehari untuk seseorang yang sehat tidak menunjukkan gejala terkena flu/ Covid-19 dan untuk mengobati seseorang yang terkena Covid-19 menggunakan takaran dua kali lipat dari yang sebelumnya juga menunjukkan gejala yang dirasakan ringan dan dapat sembuh dengan cepat. Hal ini terjadi karena jahe merah terbukti dapat meningkatkan imunitas tubuh, meningkatkan level IgM serta mengurangi sirkulasi dari sitokinin proinflamasi (Magzoub, 2020).

Jika dilihat dari dampak positifnya dengan pola konsumsi masyarakat yang menyukai kepraktisan, hal ini memang dapat mendorong para petani ataupun produsen lainnya untuk melakukan suatu inovasi tehadap komoditi pertanian, karena salah satu kelemahan komoditi pertanian adalah mudah rusak dan busuk, sehingga diperlukan perlakuan pascapanen yang tepat untuk dapat memperpanjang masa ketahanan komoditi pertanian tersebut. Pada pascapanen, perlu dilakukan proses pengolahan pada komoditi pertanian yang biasa disebut sebagai agroindustri dengan mengolahnya menjadi bahan setengah jadi maupun barang jadi untuk dapat meningkatkan nilai tambah komoditi pertanian. Seperti pada penelitian-penelitian diatas, komoditi jahe yang dapat diolah menjadi minuman jahe instan, sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam mengonsumsinya dan memperluas pasarnya.Oleh sebab itu, usaha minuman jahe merah instan sangat berpotensi untuk dikembangkan di masa pandemi ini, mengingat prospek yang potensial di tengah-tengah masyarakat.

(19)

Berdasarkan penelitian Sibarani (2020), ditengah pandemi Covid-19 tanaman rempah yang mengandung curcumin seperti jahe merah yang dipercaya mampu mencegah penularan Covid-19 karena mampu memperkuat sistem kekebalan tubuh, sehingga beberapa UMKM juga melakukan inovasi terhadap produknya untuk dapat meningkatkan kualitas kualitas produknya seperti memproduksi bandrek instan jahe merah. Menurut BAPPENAS UMKM sangat berkontribusi bagi perekonomian Indonesia, diantaranya UMKM berperan sebagai perluasan kesempatan kerja dan penyerapan tenaga kerja serta mampu memanfaatkan sumber daya alam yang ada, utamanya pada sektor pertanian,perdagangan, dan restoran, UMKM juga berkontribusi dalam pembentukan PDB dan sebagai pemerata kondisi perekonomian masyarakat, dengan kontribusi yang sangat berpengaruh positif seperti itu maka UMKM perlu lebih dikembangkan dan ditingkatkan. Tetapi dalam setiap usaha yang berjalan tidak dipungkiri banyak terjadi kendala-kendala yang dapat menghambat usaha tersebut berkembang, baik kendala yang terjadi didalam usaha tersebut maupun kendala yang berasal dari luar usaha tersebut, sehingga dibutuhkan strategi-strategi untuk dapat mengatasi maupun meminimalisir kendala-kendala yang ada agar usaha tersebut dapat terus berkembang (Sudati, dkk., 2019).

Salah satu usaha yang memproduksi minuman jahe merah dalam bentuk instan adalah GKN Jahe Merah Instan yang berada di Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara.Usaha ini memproduksi minuman jahe merah instan yang alami tanpa pengawet sehingga sangat baik untuk dikonsumsi setiap hari agar tubuh tetap terjaga kesehatannya ditengah pandemi Covid-19 ini. Dalam menjalankan suatu usaha tidak terlepas dari faktor-faktor internal ataupun

(20)

eksternal yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.Berdasarkan pra-survei ada beberapa kendala yang dialami oleh usaha tersebut, yaitu kesulitan mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan, mesin pengolahan yang masih sederhana, dan harga produk unggulannya yang dinilai relatif lebih mahal.Selain hal tersebut kendala lainnya tidak dapat dipungkiri persaingan yang semakin tinggi dalam dunia industri produk olahan tanaman herbal. Oleh karena kondisi tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang terkait dengan nilai tambah dan pendapatan yang diperoleh dari olahan jahe merah menjadi minuman jahe merah instan serta strategi pengembangan usaha yang dapat dilakukan pada usaha GKN Jahe Merah Instan agar usahanya dapat bertahan dan berkembang dengan baik di tengah-tengah persaingan yang ada.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar pendapatan yang diperoleh dari dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan?

2. Berapa besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan?

3. Apa saja faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi pengembangan usaha GKN Jahe Merah Instan?

4. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha GKN Jahe Merah Instan?

(21)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilaksanakan:

1. Untuk menganalisis besar pendapatan yang diperoleh dari dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan.

2. Untuk menganalisis besar nilai tambah yang dihasilkan dari pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan.

3. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi pengembangan usaha GKN Jahe Merah Instan.

4. Untuk memformulasikan strategi yang dapat diterapkan untuk pengembangan usaha GKN Jahe Merah Instan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dilaksanakan yaitu:

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemilik usaha GKN Jahe Merah Instan dalam mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan pustaka dan salah satu sarana informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis nilai tambah dan strategi pengembangan usaha jahe merah instan dan bagi individu/kelompok yang ingin memulai usaha produk olahan jahe merah.

3. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait pengembangan usaha jahe merah.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Jahe

Jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman remapah-rempah yang ada di Indonesia. Rimpang jahe sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari , biasanya selalu berada di setiap dapur yaitu sebagai bumbu masak, tetapi tidak hanya sebagai bumbu masak, rimpang jahe juga digunakan dalam industri obat- obatan ataupun makanan. Jahe merupakan tanaman herba, tegak, dan mencapai ketinggian sekitar 40 cm -100 cm serta dapat berumur tahunan.Batang jahe merah berupa batang semu yang tersusun dari beberapa helaian daun yang berbentuk pipih memanjang dengan ujung yang lancip.Umumnya bunganya berbentuk kerucut dengan kelopak yang berwarna putih kekuningan. Akar atau rimpangnya menjalar mendatar, bercabang tak teratur, dan berserat kasar, bagian inilah yang dimanfaatkan (Koswara,2006).

Menurut Setyaningrum (2013), berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besar rimpangnya tanaman jahe dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Jahe besar atau sering disebut jahe gajah, dari namanya saja sudah diketahui bahwa jahe inilah yang memiliki rimpang tersebar diantara jenis lainnya. Jahe ini dapat di konsumsi waktu berumur muda ataupun tua, tetapi rasa dan aroma yang kurang pedas dan tajam. Biasanya digunakan untuk sayur, masakan, minuman, permen.

2. Jahe putih kecil atau jahe emprit yang berwarna putih dan ukurannya lebih kecil dari jahe besar tetapi lebih besar daripada jahe merah, rasa dan aromanya

(23)

kurang pedas dan kurang tajam dari jahe merah. Biasanya digunakan untuk bahan pembuatan minuman, penyedap makanan, rempah-rempah, dan ramuan obat-obatan.

3. Jahe merah atau jahe sunti, seperti namanya warnanya kemerahan dan ukurannya lebih kecil diantara jenis lainnya, rasa dan aroman nya sangat pedas dan sangat tajam. Biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan minyak jahe dan ramuan obat-obatan.

Berdasarkan penelitian dan pengalaman, jahe merah yang digunakan sebagai bahan baku obat telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, diantaranya adalah bermanfaat sebagai pencahar, penguat lambung, peluluh masuk angin, peluluh cacing penyebab penyakit, sakit pinggang, masalah pencernaan, radang tenggorokan, asma, mual, nyeri otot, penyakit jantung, menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagainya. Untuk memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi jahe merah, berbagai jenis produk olahan jahe merah sudah banyak beredar dimasyarakat seperti jahe segar, jahe kering, bubuk jahe, jahe instan, jahe kristal, minyak atsiri, oleoresin, selai jahe, sirup jahe (Lentera, 2002).

2.2.2 Agroindustri

Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) ataupun produk akhir (finish product). Agroindustri mencakup industri hulu pertanian yang didalamnya memproduksi alat-alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk proses budidaya pertanian serta industri

(24)

hilir yang didalamnya mengolah hasil pertanian untuk menjadi bahan baku maupun barang yang siap untuk dikonsumsi (Arifin,2016).

Menurut Hattori (2015) dalam Arifin (2016 salah satu subsistem yang tak kalah penting dalam agribisnis adalah agroindustri karena agroindustri sangat memiliki potensi yang tinggi dalam mendorong pertumbuhan suatu negara karena dapat mempercepat transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.

Agroindustri merupakan suatu sektor yang padat karya dan tidak banyak membutuhkan modal dalam melakukan penambahan nilai terhadap bahan mentah yang umumnya bahan baku berada dekat dengan lokasi produksi.Keterampilan tenaga kerja yang digunakan pada agroindustri tidak harus melalui pendidikan yang resmi, tetapi dengan pengalaman yang dimiliki.Tenaga kerja terampil yang digunakan bisa dari luar daerah dari industri tersebut berada karena dalam menumbuhkan agroindustri di suatu daerah diperlukan SDM yang memadai.

Setiap usaha agroindustri tidak akan pernah lepas dari permasalahan ataupun tantangan. Tumpuhan agroindustri terletak pada sektor pertanian on-farm, yang mana pada sektor pertanian on-farm ini sangat dipengaruhi oleh aspek ekologis maupun biologis.Menurut Soekartawi (2000) permasalahan agroindustry yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah terkait bahan baku dan sumber daya manusia.

1. Karakteristik produk pertanian yang voluminous (bulky), dan bergantung pada alam yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kontinuitas hasil prduksi.

2. Karakteristik produk pertanian yang bersifat musiman, sehingga usaha dalam menstabilkan produk terutama seperti menjamin ketersediaannya di sepanjang tahun ternyata terdapat banyak kesulitan ditambah terdapat perbedaan daerah.

(25)

3. Karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, dan biasanya hanya dapat menghasilkan produk secara optimal baik kualitas maupun kuantitas pada saat- saat tertentu saja.

4. Karakteristik produsen (petani, peternak, nelayan) yang biasanya memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti manajemen, teknologi, dan keterampilan.

2.3.3 Strategi Pengembangan

Pengembangan usaha dapat dilakukan apabila perusahaan tersebut memiliki strategi yang dapat menciptakan keunggulan bersaing, oleh karena itu suatu usaha sangat penting untuk memiliki strategi karena semakin tingginya persaingan yang dihadapi. Strategi adalah pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang ada pada suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan bersifat jangka panjang (Chandler,1962dalam Rangkuti ,2014).

Strategi pengembangan adalah suatu tindakan yang akan direalisasikan untuk mengembangakan usaha yang dijalankan yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi tersebut dalam jangka panjang. Strategi pengembangan mempunyai fungsi perumusan dan dalam mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Jenis-jenis Strategi Pengembangan Usaha 1) Strategi Pengembangan Produk

Strategi pengembangan produk adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan dengan cara melakukan perbaikan produk ataupun menciptakan produk baru yang masih terkait dengan produk yang sekarang sehingga dapat meningkatkan daya tarik produk, citra dari merek dan reputasi

(26)

perusahaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan memuaskan pelanggan dan mengikuti siklus produk life style (David,2002). Terdapat lima pedoman waktu yang tepat melakukan strategi pengembangan produk, pertama ketika organisasi telah memiliki produk yang berhasil dan matang dari tahap siklus hidup produk. Kedua, ketika terjadi perkembangan teknologi yang cepat sehingga terjadi kompetensi di dunia industri. Ketiga, ketika pesaing utama dapat menawarkan produk yang lebih berkualitas namun dengan harga yang masih “bagus”.Keempat, ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.Kelima, ketika organisasi sudah memiliki kapabilitas untuk penelitian dan pengembangan yang sangat kuat.

2) Strategi Pengembangan Pasar

Strategi pengembangan pasar adalah upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan produk yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru (David,2002). Hal yang menjadi pertimbangan dalam menjalankan strategi ini adalah perusahaan harus sudah memiliki keahlian dan keterampilan dalam pengoperasian baik untuk pelanggan yang sudah ada maupun pelanggan baru.Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penambahan saluran distribusi dan cabang perusahaan, meningkatkan dan mengubah program iklan dan promosi sehingga perusahaan dapat bersaing.

Terdapat enam pedoman waktu yang tepat dalam melakukan strategi pengembangan pasar, pertama ketika sudah tersedianya saluran-saluran distribusi baru yang dapat diandalkan,tidak mahal, dan berkualitas baik.

Kedua, ketika organisasi sangat berhasil dalam menjalankan bisnisnya.

Ketiga, ketika munculnya pasar baru yang belum dikembangkan dan belum

(27)

jenuh. Keempat, ketika organisasi mampu mengelola perluasan operasi dengan memanfaatkan modal dan sumber daya manusia yang tersedia.Kelima, ketika kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan sudah berlebih berlebih. Keenam, ketika cakupan dasar organisasi industri dapat berkembang dengan cepat menjadi global (David,2009).

3) Strategi Pengembangan yang Terkonsentrasi

Strategi ini menekankan pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan pertumbuhan dalam suatu produk tunggal, dalam suatu pasar tunggal dengan suatu teknologi yang dominan. Strategi ini diarahkan untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Strategi ini harus didukung oleh pengembangan keterampilan dan kompetensi yang baik agar berhasil dan bersaing.

4) Strategi Inovasi

Inovasi sangat dibutuhkan dalam perusahaan terutama dalam perusahaan produk industri maupun produk konsumsi agar terjadi kemajuan dari setiap produk yang ditawarkan. Di tengah persaingan yang semakin tinggi inovasi produk untuk menemukan produk baru maupun memodifikasi produk perlu dilakukan. Inovasi dalam proses juga dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan produk yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah dari proses sebelumnya dengan bantuan teknologi yang baru dan lebih maju.

5) Strategi Integrasi Horizontal

Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan melakukan penambahan satu atau lebih bisnisnya dalam memproduksi produk/jasa sejenis yang dioperasikan pada pasar produk yang sama (David,2002).

(28)

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Analisis Pendapatan Usaha 1) Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2001) dalam Permatasari (2014) bahwa biaya produksi merupakan seluruh nilai yang dikorbankan oleh produsen selama berlangsungnya proses produksi baik dalam bentuk benda maupun jasa. Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pertama biaya tetap (fix cost) nerupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh produsen untuk penggunaan faktor produksi yang tetap yang mana besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Kedua, biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh produsen untuk penggunaan faktor produksi yang tidap tetap yang dapat berubah sewaktu-waktu sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung jumlah produk yang ingin dihasilkan.

Menurut Firdaus (2008) dalam Permatasari (2014), penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap merupakan biaya total yang harus dikeluarkan oleh produsen selama berlangsungnya proses produksi. Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TC (Total Cost) = Biaya total (Rp) TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap (Rp)

TVC (Total Variable Cost) = Biaya tidak tetap (Rp) TC = TFC + TVC

(29)

2) Penerimaan

Menurut Soekartawi (2006) bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara total jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual per satuan produk. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TR (Total Revenue) = Penerimaan usaha (Rp) Q (Quantity) = Produk yang dihasilkan (Kg)

P (Price) = Harga jual produk yang dihasilkan (Rp) 3) Pendapatan

Tujuan dari setiap suatu usaha didirikan adalah memperoleh pendapatan atau yang disebut juga keuntungan (𝜋). Menurut Soekartawi (2006), pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produks. Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

𝜋 = Pendapatan usaha (Rp) TR = Penerimaan usaha (Rp) TC = Biaya total (Rp)

4) BEP (Break Event Point)

BEP merupakan titik impas dari suatu usaha yang dijalankan. Dengan mengetahui nilai BEP suatu produk yang dihasilkan dapat diketahui bahwa pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak mendapatkan

TR = Q x P

𝜋 = TR – TC

(30)

keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. Ada dua macam jenis perhitungan BEP yaitu BEP produksi dan BEP harga produksi. Menurut Suratiyah (2006), rumus untuk menghitung nilai dari BEP tersebut adalah sebagai berikut:

Dengan kriteria yaitu:

 BEP Produksi < Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Produksi > Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Produksi = Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tidak rugi atau impas

Dengan kriteria yaitu:

 BEP Harga < Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Harga > Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Harga = Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tidak rugi atau

impas Dimana:

BEP = Titik impas usaha TFC = Biaya tetap (Rp)

P = Harga jual produk yang dihasilkan (Rp) BEP Produksi = 𝑻𝑭𝑪

𝑷−𝑨𝑽𝑪

BEP Harga = 𝑻𝑪 𝑸

(31)

AVC = Rata-rata biaya variabel (Rp) TC = Biaya total (Rp)

Q = Produk yang dihasilkan (Kg) 5) Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimanan penjualan dengan

total biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak. Menurut Suwandri, dkk (2017) secara sistematis R/C Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan kriteria kelayakan yaitu:

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha dinyatakan layak untuk dijalankan.

Jika R/C Ratio < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.

Jika R/C Ratio = 1, maka usaha dinyatakan impas.

2.2.2 Nilai Tambah

Tujuan dari sistem agribisnis salah satunya adalah untuk memberikan pertambahan nilai pada suatu komoditas pertanian dengan memberikan beberapa perlakuan seperti perubahan bentuk, tempat maupun waktu sehingga dapat menambah nilai guna komoditas tersebut baik (Prasetyo,2018).

Menurut Hayami et al. (1987) dalam Lubis (2018), nilai tambah (value added) merupakan pertambahan nilai pada suatu komoditas karena adanya input-input fungsional berupa proses perubahan bentuk (form utility), proses penyimpanan

R/C Ratio = 𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 (𝑻𝑹) 𝑻𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 (𝑻𝑪)

(32)

(time utility), dan proses pemindahan tempat (place utility) yang diberlakukan

pada komoditas tersebut, sehingga dengan adanya proses pengolahan input pertanian tersebut dihasilkan output yang berbeda-beda. Terdapat tiga komponen pendukung dalam analisis nilai tambah, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor konversi, yang menunjukkan besaran output yang dapat dihasilkan dari satu satuan input.

2. Faktor koefisien tenaga kerja, yang menunjukkan besaran tenaga kerja yang diperlukan dalam mengolah satu satuan input.

3. Nilai satuan produk, menunjukkan nilai output per satuan input.

Dalam proses pengolahan nilai tambah, selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan sumbangan input lainnya yang tidak termasuk tenaga kerja merupakan definisi dari nilai tambah. Dalam pendistribusian nilai tambah dapat dipengaruhi oleh penerapan teknologi dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja yang berupa keahlian dan keterampilan yang dimiliki, serta kualitas bahan baku yang digunakan. Apabila penerapan teknologi dalam proses pengolahan cenderung padat karya, maka bagian untuk tenaga kerja yang diberikan memiliki proporsi yang lebih besar daripada proporsi bagian untuk keuntungan perusahaan, sedangkan apabila penerapan teknologi cenderung padat modal maka bagian manajemen memiliki proporsi yang lebih besar daripada bagian tenaga kerja. Ada beberapa kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan oleh Hayami, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam proses pengolahan pada produk-produk pertanian lebih tepat untuk digunakan.

2. Produktivitas dapat diketahui.

(33)

3. Balas jasa yang diperoleh pemilik faktor produksi dapat diketahui .

4. Dapat dilakukan modifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Terdapat dua cara dalam perhitungan nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertama, faktor teknis yang berupa jumlah bahan baku, kapasitas produk yang digunakan dan tenaga kerja. Kedua, faktor pasar yang berupa harga bahan baku yang digunakan, upah tenaga kerja, harga output dan nilai sumbangan input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.

Pada umumnya dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar harga yang digunakan untuk harga bahan baku dan produksi berada di tingkat pengolah/produsen (Santosa dan Kusumawati, 2014).

Menurut Sudiyono (2004), dengan melakukan perhitungan nilai tambah pada suatu produk diharapkan akan berguna bagi pelaku usaha karena dapat diketahuinya besar imbalan terhadap balas jasa dan faktor-faktor produksi yang digunakan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan bagi usaha yang sedang dijalankan. Selain itu berguna menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang ditambahkan karena kegiatan menambah kegunaan. Adapun kriteria rasio nilai tambah menurut Hayami (1987) dalam Mitfah (2019) adalah sebagai berikut:

 Jika rasio nilai tambah > 40%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong tinggi.

 Jika rasio nilai tambah 15% - 40%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong sedang.

(34)

 Jika rasio nilai tambah < 15%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong rendah.

2.2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang ada secara sistemastis untuk merumuskan berbagai permasalahan.Dalam mengambil suatu keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan sehingga faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor-faktor strategis perusahaan dalam kondisinya saat ini.Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) dan meminimalkan kelemahan (Weakness), dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2018).

1. Analisis Internal

 Kekuatan (Strengths)

Merupakan keahlian maupun kelebihan yang dimiliki perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing seperti dalam hal faktor teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanukfaturan, pemasaran, dan basis pelanggan yang dimiliki.

 Kelemahan (Weakness)

Merupakan keterbatasan ataupun kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan seperti dalam hal kemampuan untuk menguasai pasar, sumber daya dan keahlian yang kurang. Hal ini dapat diidentifikasi dengan melihat sarana dan prasarana yang dimiliki ataupun yang tidak dimiliki oleh perusahaan tersebut, selain itu kemampuan manejerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang kurang baik yang tidak sesuai dengan

(35)

perkembangan pasar, produk yang ditawarkan tidak ataupun kurang memiliki potensi untuk dipasarkan karena tidak ada atau kurangnya permintaan terhadap produk tersebut, serta tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan kurang memadai.

2. Analisis Eksternal

 Peluang (Opportunities)

Merupakan kondisi atau kecenderungan utama yang menguntungkan perusahaan yang dapat membedakannya dengan perusahaan lainnya.Seperti peluang pemasaran dimana pada suatu kondisi menimbulkan kebutuhan bagi masyarakat terkait produk yang ditawarkan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan maksimal dan memperoleh keuntungan.

 Ancaman (Threats)

Merupakan kondisi atau kecenderungan utama yang tidak menguntungkan perusahaan. Seperti semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang menghasilkan output yang sama dengan perusahaan tersebut.

Setelah dikumpulkannya berbagai informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, selanjutnya informasi yang telah diperoleh tersebut dimanfaatkan untuk perumusan strategis dengan mengubahnya ke dalam model- model kuantitatif.Ada beberapa model yang dapat digunakan untuk menganalisisnya dan sebaiknya digunakan beberapa model sekaligus agar dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat.

1.Matriks TOWNS atau matriks SWOT 2. Matriks BCG

(36)

3. Matriks Internal Eksternal 4. Matriks SPACE, dan

5. Matriks Grand Strategy (Rangkuti, 2014) Matriks Posisi

Setelah faktor-faktor strategi internal dan eksternal dianalisis, kemudian dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

1. Pada sumbu x (horizontal) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan pada sumbu y (vertikal) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan dapat ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

 Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya, jika kelemahan lebih besar daripada kekuatan makan nilai x<0.

 Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya, jika ancaman lebih besar daripada peluang makan nilai y<0.

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT PELUANG

ANCAMAN

KEKUATAN KELEMAHAN

Kuadran III

Mendukung strategi turn-around

Kuadran IV

Mendukung strategi defensif

Kuadran I Mendukung strategi

agresif

Kuadran II Mendukung strategi

diversifikasi

(37)

Kuadran I: Kondisi ini sangat menguntungkan perusahaan karena adanya peluang dan kekuatan yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkannya peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran II: Walaupun perusahaan dihadapi pada berbagai ancaman tetapi perusahaan ini masih memiliki kekuatan internal sehingga strategi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang jangka panjang yaitu dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III: Perusahaan memiliki peluang pasar yang sangat besar namun ia juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal sehingga fokus strategi perusahaan ini adalah dengan meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan agar dapat merebut peluang pasar yang lebih baik lagi.

Kuadran IV: Kondisi ini sangat tidak menguntungkan perusahaan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Matriks SWOT

Tabel 2.1 Tabel Matriks SWOT IFAS

EFAS

STRENGTH (S)

 Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

 Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPURTUNIES (O)

 Tentukan 5-10 faktor peluang internal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

TREATHS (T)

 Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

(38)

Berdasarkan matriks SWOT diatas maka diperoleh langkah startegi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Strategi SO

Stategi SO ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan perusahaan untuk dapat merebut dan memanfaatkan peluang eksternal yang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ST dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat mengatasi, menghindari atau mengurangi ancaman eksternal yang didapatkan.

3. Strategi WO

Strategi WO dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memperbaiki kelemahan tersebut.

4. Strategi WT

Strategi WT dibuat berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan internal serta menghindari ancaman yang diperoleh.

2.3 Penelitian Terdahulu No. Nama

Peneliti

Judul Penelitian

Identifikasi Masalah

Metode Analisis

Kesimpulan 1 Analiana

sari, Dayang Berliana, dan Eko Win Kenali (2018)

Analisis Nilai

Tambah dan Kelayakan Finansial Agroindustr i Gula Semut

Permasalahan dalam proses pengeringan karena cuaca yang

berubah-ubah menyebabkan produksi

Metode yang digunakan adalah metode studi kasus.

Pengumpul an data

Rasio nilai tambah terhadap nilai produk yang diperoleh pada usaha gula semut herbal adalah 37,43% dan R/C rationya sebesar

(39)

Herbal (Herbal Brown Sugar) sebagai Minuman Fungsional di

Kabupaten Pesawaran

berubah-ubah dan penjualan yang

dilakukan belum memperoleh marjin yang sesuai dengan produsen dan belum

diketahuinya nilai tambah dan

kelayakan usaha tersebut.

primer melalui wawancara dengan bantuan kuisioner dan observasi langsung kelapangan dan data sekunder diperoleh dari instansi dan literature yang terkait Analisis data menggunak an mteode Hayami dan menghitun g R/C ratio usaha dan analisis BEP.

1,013.

2 Suhardi dan Slamet Subari (2020)

Analisis Usaha Dan Nilai Tambah Kopi Cabe Jamu Di Kabupaten Sumenep (Studi Kasus Cv.

Alifa Jaya, Kecamatan Bluto)

Berapa besar keuntungan yang diperoleh?

Bagaimana tingkat kelayakan usaha?

Berapa besar nilai tambah yang

dihasilkan dari produksi kopi cabe jamu tersebut?

Metode penentuan sampel dilakukan secara purposie sampling.

Metode analisis data yang digunakana n adalah analisis kuantitatif untuk menghitun g biaya,

Keuntungan yang diperoleh pada CV Alifa Jaya sebesar Rp.

9.852.391,29/bul an dan pada CV Nurul Jannah sebesar Rp.

20.582.435,04/Bu lan.

Usaha CV Alifa Jaya dan Nurul Jannah

memperoleh R/C ratio sebesar 1,70 dan 1,62

sehingga usaha

(40)

, dan keuntungan ,

sedangkan untuk menghitun g nilai tambah dibantu dengan tabel bantu Hayami.

karena R/C ratio

> 1.

Nilai tambah yang diperoleh pada usaha CV Alifa Jaya sebesar Rp.

97.275,81, dengan ratio nilai tambahnya sebesar 48,64 % sedangkan pada usaha CV Nurul Jannah sebesar Rp. 83.447,97 dengan ratio nilai tambah 50,57%, artinya nilai tambah yang dihasilkan tinggi.

3 Izati Rahmi dan Lucyana Trimo (2019)

Nilai Tambah Pada Agroindustr i Dodol Tomat (Studi Kasus Pada Usaha Kelompok Wanita Tani Mentari Desa Genteng, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Sumedang)

Karena melimpahnya produksi tomat dan harga yang murah menjadikan masyarakat Desa Genteng membuat olahan dodol tomat untuk menciptakan nilai tambah pada

komoditas tomat maka dari itu peneliti ingin meninjau besar

penambahan nilai dari aktivitas pengolahan komoditas tomat di Desa Genteng.

Penentuan lokasi dilakukan secara purposive sampling.

Desain penelitian berupa penelitian kualitatif dengan teknik studi kasus.

Data dianalisis dengan menggunak an metode Hayami.

Nilai tambah yang diperoleh dari pengelolaan dodol tomat bernilai positif yaitu sebsar Rp 11.340/kg dengan rasio nilai tambah 37.8 kategori sedang.

(41)

4 Femmy Rafni (2019)

Strategi Pengemban gan Usaha Jamu Tradisional ( Studi Kasus : Kelurahan Mabar Hilir, Kecamatan Medan Deli, Kota

Medan)

Bagaimana pendapatan, kelayakan dan strategi pengembanga n usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir Kecamtan Medan Deli Kota Medan?

Penelitian ini

menggunak an studi kasus yang lokasinya dilakukan secara sengaja (purposive) . Teknik pengambila n sampel secara acak sederhana.

Data di analisis dengan menggunak an rumus pendapatan , R/C ratio, dan

analisis SWOT.

Pendapatan rata- rata penjualan sebesar Rp.

2.307.524,14/bul an.

Usaha jamu tradisional di Kelurahan Mabar Hilir Kecamtan Medan Deli Kota Medan layak untuk dijalankan karena

mmeperoleh R/C sebesar 2,13 dimana R/C > 1.

Strategi

pengembangan yang harus dilakukan adalah dengan

menciptakan inovasi baru untuk dapat meningkatkan nilai jual jamu, melakukan promosi dengan suara tanda yang unik agar

menarik perhatian konsumen dan melakukan promosi menggunakan sosial media agar lingkup

pemasaran lebih luas.

5 Miftakhu rrizal Kurniawa n dan Novi Haryati (2017)

Analisis Strategi Pengemban gan Usaha Minuman Sari Buah Sirsak

Apa saja kekuatan dan kelemahan perusahaan yang dapat memaksimalk an peluang

Penelitian ini

menggunak an metode penelitian kualitatif deskriptif

Kondisi UMKM minuman sari buah sirsak lemah dan tidak strategis, oleh karena itu perlu diterapkannya

(42)

mewaspadai perusahaan untuk dapat mengembang kan usaha minuman sari buah sirsak?

bantuan analisis SWOT.

control

(mengendalikan kerugian) dan defensive yaitu dengan

melakukan pengendalian kinerja internal yang disertai dengan

pembenahan diri.

6 Rizkia Aliyah, Iwang Gumiar, dan Ine Maulina (2015)

Straegi Pengemban gan Usaha Pengolahan Abon Ikan (Studi Kasus Rumah Abon Di Kota Bandung)

Kesulitan memperoleh bahan baku dan semakin meningkatnya jumlah

pesaing pada industri abon ikan maka perlunya keunggulan tersendiri dan strategi pengembanga n usaha yang dapat

bersaing dengan industri sejenis sehingga memiliki prospek yang baik

kedepannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus dan data di analisis dengan analisis SWOT, IFAS,EFA S, dan matriks IFE,EFE.

Strategi yang dapat dilakukan untuk

mengembangkan usaha rumah abon di kota bandung adalah strategi agresif yaitu dengan meningkatkan teknologi pengolahan, kualitas tenaga kerja, dan modal untuk menambah produksi

sehingga dapat memenuhi permintaan serta meningkatkan promosi untuk meraih konsumen dalam memenuhi praktis.

2.4 Kerangka Pemikiran

Di masa pandemi Covid-19 saat ini, masyarakat sudah lebih memerhatikan kesehatannya, berbagai cara dilakukan masyarakat untuk terus menjaga kekebalan tubuhnya, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, berolahraga, serta memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi. Terkait dengan makanan

(43)

maupun minuman yang dikonsumsi masyarakat, di masa pandemi Covid-19 ini masyarakat gemar untuk mengonsumsi produk yang berbahan dari tanaman biofarmaka untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Tanaman biofarmaka banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat obat-obatan, salah satunya adalah jahe. Ada berbagai jenis tanaman jahe diantaranya adalah jahe merah yang memiliki rasa yang lebih pedas dibanding jenis jahe lainnya.Di masa yang semakin maju membuat masyarakat lebih menyukai kepraktisan seperti halnya dengan mengonsumsi sesuatu, salah satunya dalam mengonsumsi tanaman herbal.Maka dari itu sekarang sudah banyak berkembang minuman-minuman herbal yang instan, dengan hanya menambahkan secukup air, produk tersebut sudah dapat diminum.

Salah satu usaha yang bergerak dibidang agroindustri dalam memanfaatkan jahe merah sebagai bahan baku utama dalam membuat produk minuman instan adalah GKN Jahe Merah Instan dan salah satu produk yang dihasilkan oleh usaha ini adalah jahe merah yang berbentuk bubuk. Dalam proses pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan harus memperhatikan berbagai komponen penting seperti nilai output, biaya bahan baku, dan sumbangan input lainnya yang menjadi penentu keberhasilan pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan yang diinginkan dan penentu besarnya penerimaan dan keuntungan serta nilai tambah yang diperoleh.

Suatu usaha berdiri juga tidak terlepas dari pengaruh faktor internal dan eksternal perusahaan yang dapat menentukan sejauh mana perusahaan tersebut dapat berjalan dengan baik. Semakin berkembangnya industri pengolahan minuman herbal maka semakin banyak pesaing yang dihadapi, apabila perusahaan

(44)

tidak mampu bertahan ditengah persaingan maka perusahaan tersebut perlahan akan berjalan tidak lancar bahkan tutup. Oleh sebab itu, perusahaan sangat membutuhkan strategi yang tepat untuk membuat perusahaan tetap berjalan dengan baik dan mampu bertahan ditengah persaingan industri saat ini dengan mengidentifikasi dan menganalisis kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dimiliki oleh perusahaan tersebut. Analisis tersebut menggunakan analisis SWOT.

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Tinggi

Jahe Merah

Industri pengolahan jahe

merah instan

Tahapan pengolahan jahe

merah

Jahe merah instan Biaya:

1. Bahan Baku 2. Penunjang

lainnya

Faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor internal:

1. Kekuatan 2. Kelemahan

Faktor eksternal:

1. Peluang 2. Ancaman

Analisis SWOT

Strategi

pengembangan : 1. Strategi SO 2. Strategi ST 3. Strategi WO 4. Strategi WT Nilai tambah

Rendah Sedang

(45)

Keterangan :

: Menyatakan alur : Menyatakan pengaruh

: Menyatakan di analisis dengan 2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori, maka disusun hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Nilai tambah pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan pada usaha GKN Jahe Merah Instan tergolong tinggi.

2. Strategi pengembangan yang digunakan oleh usaha GKN Jahe Merah Instan adalah strategi agresif.

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Lokasi dan Sampel Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus (case study) pada sebuah agroindustri jahe merah instan. Metode studi kasus adalah

suatu metode yang menjelaskan penelitian mengenai suatu objek tertentu atau fenomena yang pada suatu tempat yang belum tentu tidak sama dengan daerah lainnya. Menurut Iskandar (2009) dalam Rahmi, dkk (2019) dalam melakukan teknik studi kasus ini peneliti melakukan telaah secara mendalam sehingga dapat mengembangkan metode kerja yang paling efisien dan memberikan kesimpulan yang hanya berlaku dan terbatas pada kasus tertentu. Penentuan lokasi dan sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-probability sampling yaitu secara purposive/judgemental sampling (sampel keputusan) yaitu pada usaha GKN Jahe Merah Instan yang terletak di Jalan Pelajar, Kelurahan Teladan Timur, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan, Sumatera Utara,dengan pertimbangan produksi pada usaha tersebut tergolong banyak yaitu 8 kg/produksi dimana dalam seminggu melakukan tiga kali produksi dan usaha tersebut juga sudah terdaftar sebagai usaha penyediaan barang/jasa pemerintah di LPSE Kota Medan.Menurut Widi (2010), bahwa sampel keputusan adalah suatu ketetapan yang diambil oleh peneliti tentang siapa yang dapat menyediakan informasi terbaik dan bersedia untuk menyampaikan kepada peneliti guna mencapai tujuan dalam penelitian tersebut. Berdasarkan pra-survei yang telah dilakukan, pelaku usaha GKN Jahe Merah Instan bersedia untuk memberikan informasi yang dapat menjawab semua

(47)

tujuan penelitian yang telah ditetapkan dalam penelitian ini.Oleh karena itu, responden dalam penelitian ini adalah pelaku usaha GKN Jahe Merah Instan.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder.Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber yang diamati dan dicatat.Teknik yang dilakukan untuk memperoleh data primer tersebut dengan melakukan observasi dan wawancara langsung dengan pelaku usaha jahe merah instan .Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil dari pustaka, peneliti terdahulu dan lembaga instansi yang terkait.

3.3 Metode Analisis Data

Untuk rumusan masalah yang pertama dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapatan yang diperoleh dari pengolahan jahe merah instan menggunakan rumus:

Dimana:

𝜋 = Pendapatan usaha

TR = Total Penerimaan usaha TC = Biaya total produksi

Untuk rumusan masalah kedua dalam penelitian ini untuk menghitung nilai tambah yang diperoleh pada proses pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan yang dihitung menggunakan metode Hayami.

𝜋 = TR – TC

(48)

Tabel 3.1 Kerangka Perhitungan Nilai Tambah Metode Hayami

Sumber: Hayami, et al, 1987

Untuk rumusan masalah ketiga dalam penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif yaitu dengan mengumpulkan informasi tentang perkembangan usaha jahe merah instan pada tempat penelitian sehingga ditemukannya faktor- faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha tesebut.

Untuk rumusan masalah keempat dalam penelitian ini digunakan analisis SWOT untuk dapat menyusun strategi pengembangan usaha pengolahan jahe merah menjadi jahe merah instan.Alat yang digunakan adalah matriks IFAS, EFAS, matriks posisi dan matriks SWOT yang dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga dapat membentuk suatu strategi perusahaan agar dapat bertahan dan berkembang.

No Variabel Nilai

I Output, Input dan Harga

1. Output (Kg) (1)

2. Input (Kg) (2)

3. Tenaga Kerja (HOK) (3)

4. Faktor Konversi (4) = (1)/(2)

5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK/Kg) (5) = (3)/(2)

6. Harga Output (Rp/Kg) (6)

7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) (7)

II Penerimaan dan Keuntungan

8. Harga Bahan Baku (Rp/Kg) (8)

9. Sumbangan Input Lain (Rp) (9)

10. Nilai Output (Rp) (10) = (4) x (6)

11. a. Nilai Tambah (Rp/Kg) (11a) = (10) – (9) – (8) b. Rasio Nilai Tambah (%) (11b) = (11a/(10) x 100%

12 a. Pendapatan Tenaga Kerja (Rp/Kg) (12a) = (5) x (7)

b. Pangsa Tenaga Kerja (%) (12b) = (12a/11a) x 100%

13. a. Keuntungan (Rp/Kg) (13a) = (11a) – (12a) b. Tingkat Keuntungan (%) (13b) = (13a/11a) x 100%

III Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi

14. Margin (Rp/Kg) (14) = (10) – (8)

a. Pendapatan tenaga Kerja Langsung (%) (14a) = (12a/14) x 100 % b. Sumbangan Input Lain (%) (14b) = (9/14) x 100 % c. Keuntungan Pemilik Perusahaan (%) (14c) = (13a/14) x 100 %

(49)

Tabel 3.2 Matriks SWOT IFAS EFAS

STRENGTH (S)

 Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESS (W)

 Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPURTUNIES (O)

 Tentukan 5-10 faktor peluang internal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

TREATHS (T)

 Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Matriks Faktor Strategi Internal

Langkah-langkah menyusun tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) agar menjadi matriks strategi internal adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Matriks Faktor Strategi Internal

Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skoring (Bobot x Rating) Kekuatan:

1.

2.

3.

4.

5.

Kelemahan:

1.

2.

3.

4.

5.

Total 1,00

1) Pada kolom 1, masukkan dan susunlah 5 sampai 10 faktor kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Referensi

Dokumen terkait

dalam usaha pengolahan ikan rebus adalah untuk bahan baku, dapat diterima.

seluruh alternatif strategi dapat diperingkatkan sebagai berikut : mempertahankan jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk pengembangan pasar

Poin yang paling penting untuk mendukung usaha Lepat Bugi ini adalah pada poin pemasok, yang artinya penyedia input yang berupa bahan baku, tenaga kerja dan

“Analisis Nilai Tambah Singkong Sebagai Bahan Baku Produk Keripik Di Kelompok Usaha Bersama Sehati Desa Batnes Kecamatan Musi.” Agribisnis Lahan Kering 3(2502):

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi ketersediaan input (daun cincau hitam, tepung tapioka, alat dan bahan operasional, modal dan tenaga kerja) dan untuk

Kegiatan IbM yang telah dilaksanakan pada Mitra Rezeki Jaya masih dalam tahap pembuatan minuman instan jahe merah. Kelayakan minuman ini untuk dipasarkan telah dilaksanakan. Pada

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketersediaan input produksi, biaya tetap, biaya variabel, nilai tambah (value added), kesempatan kerja, pengaruh jumlah bahan

Usaha anyaman ketak juga menghadapi beberapa tantangan, seperti ketersediaan dan kualitas bahan baku yang semakin menurun, persaingan pasar yang semakin ketat, rendahnya harga jual yang