• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dilaksanakan yaitu:

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan bagi pemilik usaha GKN Jahe Merah Instan dalam mengembangkan usahanya.

2. Sebagai bahan pustaka dan salah satu sarana informasi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian mengenai analisis nilai tambah dan strategi pengembangan usaha jahe merah instan dan bagi individu/kelompok yang ingin memulai usaha produk olahan jahe merah.

3. Sebagai bahan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam pengambilan kebijakan terkait pengembangan usaha jahe merah.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Tanaman Jahe

Jahe (Zingiber officinale) adalah salah satu tanaman remapah-rempah yang ada di Indonesia. Rimpang jahe sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari , biasanya selalu berada di setiap dapur yaitu sebagai bumbu masak, tetapi tidak hanya sebagai bumbu masak, rimpang jahe juga digunakan dalam industri obat-obatan ataupun makanan. Jahe merupakan tanaman herba, tegak, dan mencapai ketinggian sekitar 40 cm -100 cm serta dapat berumur tahunan.Batang jahe merah berupa batang semu yang tersusun dari beberapa helaian daun yang berbentuk pipih memanjang dengan ujung yang lancip.Umumnya bunganya berbentuk kerucut dengan kelopak yang berwarna putih kekuningan. Akar atau rimpangnya menjalar mendatar, bercabang tak teratur, dan berserat kasar, bagian inilah yang dimanfaatkan (Koswara,2006).

Menurut Setyaningrum (2013), berdasarkan aroma, warna, bentuk, dan besar rimpangnya tanaman jahe dibedakan menjadi 3 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Jahe besar atau sering disebut jahe gajah, dari namanya saja sudah diketahui bahwa jahe inilah yang memiliki rimpang tersebar diantara jenis lainnya. Jahe ini dapat di konsumsi waktu berumur muda ataupun tua, tetapi rasa dan aroma yang kurang pedas dan tajam. Biasanya digunakan untuk sayur, masakan, minuman, permen.

2. Jahe putih kecil atau jahe emprit yang berwarna putih dan ukurannya lebih kecil dari jahe besar tetapi lebih besar daripada jahe merah, rasa dan aromanya

kurang pedas dan kurang tajam dari jahe merah. Biasanya digunakan untuk bahan pembuatan minuman, penyedap makanan, rempah-rempah, dan ramuan obat-obatan.

3. Jahe merah atau jahe sunti, seperti namanya warnanya kemerahan dan ukurannya lebih kecil diantara jenis lainnya, rasa dan aroman nya sangat pedas dan sangat tajam. Biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan minyak jahe dan ramuan obat-obatan.

Berdasarkan penelitian dan pengalaman, jahe merah yang digunakan sebagai bahan baku obat telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai jenis penyakit, diantaranya adalah bermanfaat sebagai pencahar, penguat lambung, peluluh masuk angin, peluluh cacing penyebab penyakit, sakit pinggang, masalah pencernaan, radang tenggorokan, asma, mual, nyeri otot, penyakit jantung, menjaga dan meningkatkan daya tahan tubuh dan sebagainya. Untuk memudahkan masyarakat dalam mengonsumsi jahe merah, berbagai jenis produk olahan jahe merah sudah banyak beredar dimasyarakat seperti jahe segar, jahe kering, bubuk jahe, jahe instan, jahe kristal, minyak atsiri, oleoresin, selai jahe, sirup jahe (Lentera, 2002).

2.2.2 Agroindustri

Agroindustri merupakan salah satu subsistem agribisnis yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik produk antara (intermediate product) ataupun produk akhir (finish product). Agroindustri mencakup industri hulu pertanian yang didalamnya memproduksi alat-alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk proses budidaya pertanian serta industri

hilir yang didalamnya mengolah hasil pertanian untuk menjadi bahan baku maupun barang yang siap untuk dikonsumsi (Arifin,2016).

Menurut Hattori (2015) dalam Arifin (2016 salah satu subsistem yang tak kalah penting dalam agribisnis adalah agroindustri karena agroindustri sangat memiliki potensi yang tinggi dalam mendorong pertumbuhan suatu negara karena dapat mempercepat transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri.

Agroindustri merupakan suatu sektor yang padat karya dan tidak banyak membutuhkan modal dalam melakukan penambahan nilai terhadap bahan mentah yang umumnya bahan baku berada dekat dengan lokasi produksi.Keterampilan tenaga kerja yang digunakan pada agroindustri tidak harus melalui pendidikan yang resmi, tetapi dengan pengalaman yang dimiliki.Tenaga kerja terampil yang digunakan bisa dari luar daerah dari industri tersebut berada karena dalam menumbuhkan agroindustri di suatu daerah diperlukan SDM yang memadai.

Setiap usaha agroindustri tidak akan pernah lepas dari permasalahan ataupun tantangan. Tumpuhan agroindustri terletak pada sektor pertanian on-farm, yang mana pada sektor pertanian on-farm ini sangat dipengaruhi oleh aspek ekologis maupun biologis.Menurut Soekartawi (2000) permasalahan agroindustry yang sangat penting dan perlu diperhatikan adalah terkait bahan baku dan sumber daya manusia.

1. Karakteristik produk pertanian yang voluminous (bulky), dan bergantung pada alam yang pada akhirnya akan dapat mempengaruhi kontinuitas hasil prduksi.

2. Karakteristik produk pertanian yang bersifat musiman, sehingga usaha dalam menstabilkan produk terutama seperti menjamin ketersediaannya di sepanjang tahun ternyata terdapat banyak kesulitan ditambah terdapat perbedaan daerah.

3. Karakteristik produk pertanian yang mudah rusak, dan biasanya hanya dapat menghasilkan produk secara optimal baik kualitas maupun kuantitas pada saat-saat tertentu saja.

4. Karakteristik produsen (petani, peternak, nelayan) yang biasanya memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti manajemen, teknologi, dan keterampilan.

2.3.3 Strategi Pengembangan

Pengembangan usaha dapat dilakukan apabila perusahaan tersebut memiliki strategi yang dapat menciptakan keunggulan bersaing, oleh karena itu suatu usaha sangat penting untuk memiliki strategi karena semakin tingginya persaingan yang dihadapi. Strategi adalah pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang ada pada suatu perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan bersifat jangka panjang (Chandler,1962dalam Rangkuti ,2014).

Strategi pengembangan adalah suatu tindakan yang akan direalisasikan untuk mengembangakan usaha yang dijalankan yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi tersebut dalam jangka panjang. Strategi pengembangan mempunyai fungsi perumusan dan dalam mempertimbangkan faktor-faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Jenis-jenis Strategi Pengembangan Usaha 1) Strategi Pengembangan Produk

Strategi pengembangan produk adalah upaya yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan dengan cara melakukan perbaikan produk ataupun menciptakan produk baru yang masih terkait dengan produk yang sekarang sehingga dapat meningkatkan daya tarik produk, citra dari merek dan reputasi

perusahaan. Hal ini dilakukan dengan tujuan memuaskan pelanggan dan mengikuti siklus produk life style (David,2002). Terdapat lima pedoman waktu yang tepat melakukan strategi pengembangan produk, pertama ketika organisasi telah memiliki produk yang berhasil dan matang dari tahap siklus hidup produk. Kedua, ketika terjadi perkembangan teknologi yang cepat sehingga terjadi kompetensi di dunia industri. Ketiga, ketika pesaing utama dapat menawarkan produk yang lebih berkualitas namun dengan harga yang masih “bagus”.Keempat, ketika organisasi bersaing dalam industri dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi.Kelima, ketika organisasi sudah memiliki kapabilitas untuk penelitian dan pengembangan yang sangat kuat.

2) Strategi Pengembangan Pasar

Strategi pengembangan pasar adalah upaya yang dilakukan untuk memperkenalkan produk yang ada saat ini ke wilayah geografis yang baru (David,2002). Hal yang menjadi pertimbangan dalam menjalankan strategi ini adalah perusahaan harus sudah memiliki keahlian dan keterampilan dalam pengoperasian baik untuk pelanggan yang sudah ada maupun pelanggan baru.Adapun strategi yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penambahan saluran distribusi dan cabang perusahaan, meningkatkan dan mengubah program iklan dan promosi sehingga perusahaan dapat bersaing.

Terdapat enam pedoman waktu yang tepat dalam melakukan strategi pengembangan pasar, pertama ketika sudah tersedianya saluran-saluran distribusi baru yang dapat diandalkan,tidak mahal, dan berkualitas baik.

Kedua, ketika organisasi sangat berhasil dalam menjalankan bisnisnya.

Ketiga, ketika munculnya pasar baru yang belum dikembangkan dan belum

jenuh. Keempat, ketika organisasi mampu mengelola perluasan operasi dengan memanfaatkan modal dan sumber daya manusia yang tersedia.Kelima, ketika kapasitas produksi yang dimiliki perusahaan sudah berlebih berlebih. Keenam, ketika cakupan dasar organisasi industri dapat berkembang dengan cepat menjadi global (David,2009).

3) Strategi Pengembangan yang Terkonsentrasi

Strategi ini menekankan pemanfaatan sumberdaya untuk meningkatkan pertumbuhan dalam suatu produk tunggal, dalam suatu pasar tunggal dengan suatu teknologi yang dominan. Strategi ini diarahkan untuk dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Strategi ini harus didukung oleh pengembangan keterampilan dan kompetensi yang baik agar berhasil dan bersaing.

4) Strategi Inovasi

Inovasi sangat dibutuhkan dalam perusahaan terutama dalam perusahaan produk industri maupun produk konsumsi agar terjadi kemajuan dari setiap produk yang ditawarkan. Di tengah persaingan yang semakin tinggi inovasi produk untuk menemukan produk baru maupun memodifikasi produk perlu dilakukan. Inovasi dalam proses juga dapat dilakukan sehingga dapat menghasilkan produk yang sama tetapi dengan harga yang lebih murah dari proses sebelumnya dengan bantuan teknologi yang baru dan lebih maju.

5) Strategi Integrasi Horizontal

Integrasi horizontal terjadi apabila suatu organisasi perusahaan melakukan penambahan satu atau lebih bisnisnya dalam memproduksi produk/jasa sejenis yang dioperasikan pada pasar produk yang sama (David,2002).

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Analisis Pendapatan Usaha 1) Biaya Produksi

Menurut Soekartawi (2001) dalam Permatasari (2014) bahwa biaya produksi merupakan seluruh nilai yang dikorbankan oleh produsen selama berlangsungnya proses produksi baik dalam bentuk benda maupun jasa. Biaya produksi dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu, pertama biaya tetap (fix cost) nerupakan kewajiban yang harus dibayarkan oleh produsen untuk penggunaan faktor produksi yang tetap yang mana besarnya tidak bergantung dari jumlah produk yang dihasilkan. Kedua, biaya tidak tetap (variable cost) merupakan biaya yang harus dibayarkan oleh produsen untuk penggunaan faktor produksi yang tidap tetap yang dapat berubah sewaktu-waktu sehingga besar kecilnya biaya yang dikeluarkan tergantung jumlah produk yang ingin dihasilkan.

Menurut Firdaus (2008) dalam Permatasari (2014), penjumlahan dari biaya tetap dan biaya tidak tetap merupakan biaya total yang harus dikeluarkan oleh produsen selama berlangsungnya proses produksi. Biaya total dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TC (Total Cost) = Biaya total (Rp) TFC (Total Fixed Cost) = Biaya tetap (Rp)

TVC (Total Variable Cost) = Biaya tidak tetap (Rp) TC = TFC + TVC

2) Penerimaan

Menurut Soekartawi (2006) bahwa penerimaan usahatani adalah perkalian antara total jumlah produksi yang dihasilkan dengan harga jual per satuan produk. Penerimaan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

TR (Total Revenue) = Penerimaan usaha (Rp) Q (Quantity) = Produk yang dihasilkan (Kg)

P (Price) = Harga jual produk yang dihasilkan (Rp) 3) Pendapatan

Tujuan dari setiap suatu usaha didirikan adalah memperoleh pendapatan atau yang disebut juga keuntungan (𝜋). Menurut Soekartawi (2006), pendapatan merupakan selisih dari penerimaan dan total biaya yang dikeluarkan untuk proses produks. Pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dimana:

𝜋 = Pendapatan usaha (Rp) TR = Penerimaan usaha (Rp) TC = Biaya total (Rp)

4) BEP (Break Event Point)

BEP merupakan titik impas dari suatu usaha yang dijalankan. Dengan mengetahui nilai BEP suatu produk yang dihasilkan dapat diketahui bahwa pada tingkat produksi dan harga berapa suatu usaha tidak mendapatkan

TR = Q x P

𝜋 = TR – TC

keuntungan dan tidak pula mengalami kerugian. Ada dua macam jenis perhitungan BEP yaitu BEP produksi dan BEP harga produksi. Menurut Suratiyah (2006), rumus untuk menghitung nilai dari BEP tersebut adalah sebagai berikut:

Dengan kriteria yaitu:

 BEP Produksi < Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Produksi > Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Produksi = Jumlah Produksi menunjukkan bahwa usaha tidak rugi atau impas

Dengan kriteria yaitu:

 BEP Harga < Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tersebut layak dan menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Harga > Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tersebut tidak layak dan tidak menguntungkan untuk diusahakan.

 BEP Harga = Harga Jual menunjukkan bahwa usaha tidak rugi atau

impas Dimana:

BEP = Titik impas usaha TFC = Biaya tetap (Rp)

P = Harga jual produk yang dihasilkan (Rp) BEP Produksi = 𝑻𝑭𝑪

𝑷−𝑨𝑽𝑪

BEP Harga = 𝑻𝑪 𝑸

AVC = Rata-rata biaya variabel (Rp) TC = Biaya total (Rp)

Q = Produk yang dihasilkan (Kg) 5) Rasio penerimaan atas biaya (R/C ratio)

R/C ratio merupakan perbandingan antara penerimanan penjualan dengan

total biaya yang dikeluarkan selama berlangsungnya proses produksi. Dari angka rasio penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah usaha tersebut menguntungkan atau tidak. Menurut Suwandri, dkk (2017) secara sistematis R/C Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:

Dengan kriteria kelayakan yaitu:

Jika R/C Ratio > 1, maka usaha dinyatakan layak untuk dijalankan.

Jika R/C Ratio < 1, maka usaha dinyatakan tidak layak untuk dijalankan.

Jika R/C Ratio = 1, maka usaha dinyatakan impas.

2.2.2 Nilai Tambah

Tujuan dari sistem agribisnis salah satunya adalah untuk memberikan pertambahan nilai pada suatu komoditas pertanian dengan memberikan beberapa perlakuan seperti perubahan bentuk, tempat maupun waktu sehingga dapat menambah nilai guna komoditas tersebut baik (Prasetyo,2018).

Menurut Hayami et al. (1987) dalam Lubis (2018), nilai tambah (value added) merupakan pertambahan nilai pada suatu komoditas karena adanya input-input fungsional berupa proses perubahan bentuk (form utility), proses penyimpanan

R/C Ratio = 𝑷𝒆𝒏𝒆𝒓𝒊𝒎𝒂𝒂𝒏 (𝑻𝑹) 𝑻𝒐𝒕𝒂 𝑩𝒊𝒂𝒚𝒂 𝑷𝒓𝒐𝒅𝒖𝒌𝒔𝒊 (𝑻𝑪)

(time utility), dan proses pemindahan tempat (place utility) yang diberlakukan

pada komoditas tersebut, sehingga dengan adanya proses pengolahan input pertanian tersebut dihasilkan output yang berbeda-beda. Terdapat tiga komponen pendukung dalam analisis nilai tambah, yaitu sebagai berikut:

1. Faktor konversi, yang menunjukkan besaran output yang dapat dihasilkan dari satu satuan input.

2. Faktor koefisien tenaga kerja, yang menunjukkan besaran tenaga kerja yang diperlukan dalam mengolah satu satuan input.

3. Nilai satuan produk, menunjukkan nilai output per satuan input.

Dalam proses pengolahan nilai tambah, selisih antara nilai produk dengan nilai biaya bahan baku dan sumbangan input lainnya yang tidak termasuk tenaga kerja merupakan definisi dari nilai tambah. Dalam pendistribusian nilai tambah dapat dipengaruhi oleh penerapan teknologi dalam proses pengolahan, kualitas tenaga kerja yang berupa keahlian dan keterampilan yang dimiliki, serta kualitas bahan baku yang digunakan. Apabila penerapan teknologi dalam proses pengolahan cenderung padat karya, maka bagian untuk tenaga kerja yang diberikan memiliki proporsi yang lebih besar daripada proporsi bagian untuk keuntungan perusahaan, sedangkan apabila penerapan teknologi cenderung padat modal maka bagian manajemen memiliki proporsi yang lebih besar daripada bagian tenaga kerja. Ada beberapa kelebihan analisis nilai tambah yang dikemukakan oleh Hayami, yaitu sebagai berikut:

1. Dalam proses pengolahan pada produk-produk pertanian lebih tepat untuk digunakan.

2. Produktivitas dapat diketahui.

3. Balas jasa yang diperoleh pemilik faktor produksi dapat diketahui .

4. Dapat dilakukan modifikasi untuk menganalisis nilai tambah selain subsistem pengolahan.

Terdapat dua cara dalam perhitungan nilai tambah, yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Nilai tambah untuk pengolahan dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pertama, faktor teknis yang berupa jumlah bahan baku, kapasitas produk yang digunakan dan tenaga kerja. Kedua, faktor pasar yang berupa harga bahan baku yang digunakan, upah tenaga kerja, harga output dan nilai sumbangan input lain selain bahan baku dan tenaga kerja.

Pada umumnya dasar perhitungan dalam analisis nilai tambah adalah per kg hasil, standar harga yang digunakan untuk harga bahan baku dan produksi berada di tingkat pengolah/produsen (Santosa dan Kusumawati, 2014).

Menurut Sudiyono (2004), dengan melakukan perhitungan nilai tambah pada suatu produk diharapkan akan berguna bagi pelaku usaha karena dapat diketahuinya besar imbalan terhadap balas jasa dan faktor-faktor produksi yang digunakan sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membuat suatu keputusan bagi usaha yang sedang dijalankan. Selain itu berguna menunjukkan besarnya kesempatan kerja yang ditambahkan karena kegiatan menambah kegunaan. Adapun kriteria rasio nilai tambah menurut Hayami (1987) dalam Mitfah (2019) adalah sebagai berikut:

 Jika rasio nilai tambah > 40%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong tinggi.

 Jika rasio nilai tambah 15% - 40%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong sedang.

 Jika rasio nilai tambah < 15%, maka nilai tambah yang dihasilkan tergolong rendah.

2.2.3 Analisis SWOT

Analisis SWOT merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor yang ada secara sistemastis untuk merumuskan berbagai permasalahan.Dalam mengambil suatu keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan sehingga faktor-faktor yang dianalisis adalah faktor-faktor strategis perusahaan dalam kondisinya saat ini.Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities) dan meminimalkan kelemahan (Weakness), dan ancaman (Threats) (Rangkuti, 2018).

1. Analisis Internal

 Kekuatan (Strengths)

Merupakan keahlian maupun kelebihan yang dimiliki perusahaan dibandingkan perusahaan pesaing seperti dalam hal faktor teknologi, sumber daya finansial, kemampuan kemanukfaturan, pemasaran, dan basis pelanggan yang dimiliki.

 Kelemahan (Weakness)

Merupakan keterbatasan ataupun kekurangan yang dimiliki oleh perusahaan seperti dalam hal kemampuan untuk menguasai pasar, sumber daya dan keahlian yang kurang. Hal ini dapat diidentifikasi dengan melihat sarana dan prasarana yang dimiliki ataupun yang tidak dimiliki oleh perusahaan tersebut, selain itu kemampuan manejerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang kurang baik yang tidak sesuai dengan

perkembangan pasar, produk yang ditawarkan tidak ataupun kurang memiliki potensi untuk dipasarkan karena tidak ada atau kurangnya permintaan terhadap produk tersebut, serta tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan kurang memadai.

2. Analisis Eksternal

 Peluang (Opportunities)

Merupakan kondisi atau kecenderungan utama yang menguntungkan perusahaan yang dapat membedakannya dengan perusahaan lainnya.Seperti peluang pemasaran dimana pada suatu kondisi menimbulkan kebutuhan bagi masyarakat terkait produk yang ditawarkan sehingga perusahaan dapat beroperasi dengan maksimal dan memperoleh keuntungan.

 Ancaman (Threats)

Merupakan kondisi atau kecenderungan utama yang tidak menguntungkan perusahaan. Seperti semakin banyaknya perusahaan-perusahaan baru yang menghasilkan output yang sama dengan perusahaan tersebut.

Setelah dikumpulkannya berbagai informasi yang berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan, selanjutnya informasi yang telah diperoleh tersebut dimanfaatkan untuk perumusan strategis dengan mengubahnya ke dalam model-model kuantitatif.Ada beberapa model-model yang dapat digunakan untuk menganalisisnya dan sebaiknya digunakan beberapa model sekaligus agar dapat memperoleh analisis yang lebih lengkap dan akurat.

1.Matriks TOWNS atau matriks SWOT 2. Matriks BCG

3. Matriks Internal Eksternal 4. Matriks SPACE, dan

5. Matriks Grand Strategy (Rangkuti, 2014) Matriks Posisi

Setelah faktor-faktor strategi internal dan eksternal dianalisis, kemudian dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

1. Pada sumbu x (horizontal) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan pada sumbu y (vertikal) menunjukkan peluang dan ancaman.

2. Posisi perusahaan dapat ditentukan dengan hasil sebagai berikut:

 Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x>0 dan sebaliknya, jika kelemahan lebih besar daripada kekuatan makan nilai x<0.

 Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y>0 dan sebaliknya, jika ancaman lebih besar daripada peluang makan nilai y<0.

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT PELUANG

ANCAMAN

KEKUATAN KELEMAHAN

Kuadran III

Mendukung strategi turn-around

Kuadran IV

Mendukung strategi defensif

Kuadran I Mendukung strategi

agresif

Kuadran II Mendukung strategi

diversifikasi

Kuadran I: Kondisi ini sangat menguntungkan perusahaan karena adanya peluang dan kekuatan yang dimiliki sehingga dapat dimanfaatkannya peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Kuadran II: Walaupun perusahaan dihadapi pada berbagai ancaman tetapi perusahaan ini masih memiliki kekuatan internal sehingga strategi yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan kekuatan yang ada untuk memanfaatkan peluang jangka panjang yaitu dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran III: Perusahaan memiliki peluang pasar yang sangat besar namun ia juga menghadapi beberapa kendala/kelemahan internal sehingga fokus strategi perusahaan ini adalah dengan meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan agar dapat merebut peluang pasar yang lebih baik lagi.

Kuadran IV: Kondisi ini sangat tidak menguntungkan perusahaan karena menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

Matriks SWOT

Tabel 2.1 Tabel Matriks SWOT IFAS

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman.

Berdasarkan matriks SWOT diatas maka diperoleh langkah startegi yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Strategi SO

Stategi SO ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan perusahaan untuk dapat merebut dan memanfaatkan peluang eksternal yang sebesar-besarnya.

2. Strategi ST

Strategi ST dibuat dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat mengatasi, menghindari atau mengurangi ancaman eksternal yang didapatkan.

3. Strategi WO

Strategi WO dibuat berdasarkan pemanfaatan peluang dengan cara meminimalkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan untuk dapat memperbaiki kelemahan tersebut.

4. Strategi WT

Strategi WT dibuat berdasarkan kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan internal serta menghindari ancaman yang diperoleh.

Herbal

, dan

4 Femmy

mewaspadai kesehatannya, berbagai cara dilakukan masyarakat untuk terus menjaga kekebalan tubuhnya, seperti memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, berolahraga, serta memperhatikan asupan gizi yang dikonsumsi. Terkait dengan makanan

maupun minuman yang dikonsumsi masyarakat, di masa pandemi Covid-19 ini masyarakat gemar untuk mengonsumsi produk yang berbahan dari tanaman biofarmaka untuk menjaga kekebalan tubuhnya. Tanaman biofarmaka banyak digunakan sebagai bahan baku untuk membuat obat-obatan, salah satunya adalah jahe. Ada berbagai jenis tanaman jahe diantaranya adalah jahe merah yang memiliki rasa yang lebih pedas dibanding jenis jahe lainnya.Di masa yang semakin maju membuat masyarakat lebih menyukai kepraktisan seperti halnya dengan mengonsumsi sesuatu, salah satunya dalam mengonsumsi tanaman herbal.Maka dari itu sekarang sudah banyak berkembang minuman-minuman herbal yang instan, dengan hanya menambahkan secukup air, produk tersebut sudah dapat diminum.

Salah satu usaha yang bergerak dibidang agroindustri dalam memanfaatkan jahe merah sebagai bahan baku utama dalam membuat produk minuman instan

Salah satu usaha yang bergerak dibidang agroindustri dalam memanfaatkan jahe merah sebagai bahan baku utama dalam membuat produk minuman instan

Dokumen terkait