• Tidak ada hasil yang ditemukan

5.1 Gambaran Umum Desa Citapen

Lokasi penelitian tepatnya berada di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, tercatat bahwa Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan, 428 desa/kelurahan, 3.639 rukun warga, 14.403 rukun tetangga yang terdapat dalam registrasi.

Luas lahan yang dimiliki Desa Citapen menurut ekosistem pada tahun 2009 yaitu seluas 393,0 Ha dengan rincian lahan basah sederhana seluas 115 hektar, lahan basah tadah hujan 38 hektar dan lahan kering iklim basah seluas 240 hektar. Jarak jangkauan ke kantor kecamatan ±10 Km, dan jarak ke ibu kota kabupaten ±25 Km. Sedangkan jarak ke Pasar Teknik Umum (TU) Induk Kemang ±25 Km, jarak ke Pasar Induk Jakarta ±60 dengan alat transportasi lancar.

Wilayah Desa Citapen berada pada ketinggian tempat antara 450 m dpl sampai dengan 800 m dpl. Drainase baik dan sangat cocok untuk diusahakan berbagai jenis tanaman pangan, hortikultura dan juga pemeliharaan ternak. Secara topografi Iklim di wilayah Desa Citapen adalah beriklim tropis/basah dengan suhu rata–rata antara 20oC sampai 32oC dengan keasaman tanah (pH) antara 4,5 sampai 7. Menurut ekosistem yang ada, pemanfaatan lahan sawah dan darat bisa ditanami sepanjang tahun. Jenis tanah latosol, andosol, inseptisol sehingga cocok untuk ditanami berbagai komoditi tanaman.

Jumlah penduduk desa Citapen adalah 8.491 orang yang terdiri dari 4.481 orang laki-laki dan 4.410 orang perempuan. Jumlah Kepala Keluarga (KK) adalah 2.105 dan jumlah KK Tani 1.684 KK atau sekitar 80% dari KK yang ada, bermata pencaharian di sektor pertanian.

Mata pencaharian penduduk Desa Citapen sebagian besar adalah sebagai petani tanaman pangan dan buruh tani. Faktor ini disebabkan dengan keadaan alam di wilayah ini yang subur sehingga cocok untuk lahan pertanian dan kondisi alam dengan ketinggian tempat 450 sampai 700 dpl, dimana kondisi ini sangat cocok untuk aktivitas pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Sehingga banyak masyarakat Desa Citapen yang menjadi petani sebagai mata pencaharian.

50 Tabel 8. Jumlah Penduduk Desa Citapen Menurut Mata Pencaharian Tahun 2009

Jenis Pekerjaan Jumlah penduduk (Jiwa) Persentase (%)

Petani Tanaman Pangan 535 24,0

Peternak 66 3,0 Perikanan 111 5,0 Perkebunan 89 4,0 Pedagang 245 11,0 TNI/Polri 2 0,1 PNS 17 0,8 Jasa 312 14,0 Buruh Tani 223 10,0 Lain-lain 631 28,3 Total 2231 100,0

Sumber : Data kependudukan Kecamatan Ciawi (2009)

Berdasarkan Tabel 8 tersebut terlihat bahwa penduduk di Desa Citapen yang bermata pencaharian sebagai peternak adalah sebanyak 66 jiwa atau tiga persen dari total jumlah penduduk Desa Citapen. Maka sektor ini merupakan peluang yang terbuka bagi penduduk untuk usaha dalam sektor peternakan karena masih sedikit penduduk yang bermatapencaharian sebagai peternak.

5.2 Sejarah Usaha

Usaha peternakan milik Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan domba dan kambing. Pada awalnya Bapak Sarno bukanlah peternak domba dan kambing akan tetapi bekerja di peternakan ayam potong di Desa Cibedug sebagai karyawan selama tiga tahun. Selama bekerja di peternakan ayam potong, Bapak Sarno terus belajar dan menekuni pekerjaannya sehingga ia diangkat menjadi pengawas peternakan dan merangkap sebagai penanganan obat-obatan untuk ternak ayam. Walaupun jabatan Bapak Sarno meningkat, akan tetapi menurutnya ia tidak mengalami kemajuan karena tetap saja bekerja pada usaha orang lain. Bapak Sarno memiliki cita-cita ingin mandiri dengan memiliki sebuah peternakan. Oleh karena itu Bapak Sarno berhenti bekerja di peternakan ayam potong tersebut. Pada tahun 1991 Bapak Sarno memutuskan mengontrak rumah di Desa Citapen dengan luas 200 meter persegi. Di sinilah Bapak Sarno memulai usahanya dengan

51 modal sendiri mendirikan kandang dan membeli sepuluh ekor bakalan domba dan kambing untuk di budidayakan.

Pada awal pegembangan usahanya, Bapak Sarno mengalami kekurangan modal. Bapak Sarno ingin memperbanyak jumlah ternaknya akan tetapi modal yang dimiliki terbatas. Maka Bapak Sarno berinisiatif memaruhkan ternaknya ke orang lain agar ternaknya cepat berkembang tanpa harus mengeluarkan biaya lagi. Dari tiga ekor yang diparuhkan, ternak domba tersebut selama setahun menghasilkan sepuluh ekor domba. Hasil ini dibagi dua oleh Bapak Sarno dengan pembagian lima ekor untuk yang mengurus ternaknya dan lima ekor lagi untuk Bapak Sarno. Semakin lama jumlah domba dan kambing Bapak Sarno semakin banyak hingga ratusan ekor dan usahanya semakin berkembang. Bapak Sarno juga melihat ada peluang untuk usaha penggemukan domba dan kambing. Hal ini terlihat dari penjualan domba dan kambing yang terus meningkat terutama pada saat Hari Raya Idul Adha. Hal ini terus berlangsung hingga saat ini Bapak Sarno telah memiliki kandang domba yang berkapasitas 150 ekor dan pada saat ini membangun kandang baru dengan kapasitas 120 ekor.

5.3 Lokasi Usaha

Peternakan milik Bapak Sarno terletak di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilik memanfaatkan lahan di sekitar rumah seluas 500 meter persegi untuk peternakan domba dan kambing, sementara kandang baru yang akan dibangun terletak tidak jauh dari rumah (50 meter dari rumah Bapak Sarno) yang dibeli dari tanah penduduk dengan luas 800 meter persegi. Lokasi ini dipilih karena lokasi tersebut tidak jauh dari tempat tinggalnya sehingga pemilik dapat mengawasi langsung kegiatan harian karyawan pada peternakan domba dan kambing.

5.4 Kegiatan Usaha

Usaha yang dijalankan Bapak Sarno merupakan usaha penggemukan ternak domba dan kambing. Penggemukan domba dan kambing yang dilakukan di peternakan ini adalah ternak yang diberikan perlakuan khusus sejak bakalan sampai di kandang. Domba dan kambing diberikan perlakuan awal yaitu

52 ditenangkan sebentar di kandang, lalu diberi pakan yang telah disediakan sebelumnya. Bakalan yang baru sampai di kandang biasanya akan sedikit mengalami stres setelah mengalami perjalanan dari tempat asalnya. Setelah didiamkan sekitar satu hari domba diberi obat cacing dan dimandikan. Pemberian obat cacing dilakukan guna menjaga kesehatan domba dan kambing agar pertumbuhannya tidak terganggu sedangkan domba dan kambing dimandikan agar badannya menjadi lebih segar dan memiliki nafsu makan yang tinggi.

Pakan yang diberikan berupa rumput yang diperoleh dari daerah sekitar Desa Citapen. Rumput yang tersedia sangat melimpah sehingga domba tidak pernah mengalami kekurangan pakan. Selain itu domba dan kambing juga diberi pakan tambahan berupa konsentrat (ampas tahu dan singkong).

Pada usaha penggemukan domba dan kambing, masalah pengadaan bakalan sangat menjadi perhatian bahkan hal yang paling utama. Hingga saat ini pemilik masih mengalami kendala dalam hal pengadaan bakalan yaitu belum adanya pemasok tetap yang dapat memenuhi standar baik kualitas maupun kuantitas yang diinginkan. Pengadaan bakalan masih menggunakan sistem

hunting yaitu mencari kesana-kemari untuk mendapatkan bakalan yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan. Pencarian biasanya dilakukan dengan cara mendatangi peternak-peternak yang ada disekitar wilayah Bogor, Jonggol, Cianjur dan Sukabumi. Cara ini merupakan kelemahan bagi pemilik saat ini karena dengan kondisi seperti ini, maka jaminan kebersinambungan pasokan bahan baku menjadi lemah.