• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Wakatobi dan Taman Nasional

Wakatobi merupakan akronim dari nama beberapa pulau besar yang membentuk Wakatobi yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Pada

awalnya disebut sebagai “Kepulauan Tukang Besi” dan merupakan bagian dari pemerintahan Kabupaten Buton.Wakatobi kemudian menjadi satu kabupaten yang terpisah dari Kabupaten Buton melalui undang-undang nomor 29 tahun 2003 tentang pembentukan Kabupaten Bombana, Kabupaten Wakatobi dan Kabupaten Kolaka Utara. Wakatobi secara resmi menjadi wilayah otonom tingkat II di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Sejak lama Wakatobi ditetapkan sebagai Taman Wisata Alam Laut melalui SK Menteri Kehutanan RI No 462/KPTS/-II/1995 dan pada tahun 1996 statusnya meningkat menjadi TN berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan RI No.393/KPTS-VI/1996 dan ditetapkan berdasarkan surat keputusan Menteri Kehutanan No.7651/KPTS-II/2002 tanggal 19 Agustus tahun 2002. TN Wakatobi merupakan taman laut terbesar kedua yang di Indonesia setelah Taman Nasional Teluk Cendrawasih. Secara astronomis berada di bagian selatan garis khatulistiwa memanjang dari utara ke selatan di antara 5.00° - 6.25° lintang selatan dan membentang dari barat ke timur di antara 123.34° - 124.64° bujur timur. Posisi geografis Wakatobi di sebelah timur dan utara berbatasan dengan Laut Banda, sementara di sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Laut Flores. Posisi geografis Wakatobi sangat strategis berada di Pusat Kawasan Segi Tiga Karang Dunia (Coral Tri-angle Center) meliputi enam negara yaitu, Papua New Guine,

Malaysia, Philipina, Kepulauan Solomon, Timor Leste dan Indonesia. Gambar 8 menunjukkan lokasi Wakatobi dalam peta wilayah segitiga karang dunia.

Gambar 8 Peta wilayah segitiga karang dunia

Sumber: http://coraltriangleinitiative.org/cti-cff-regional-map

Posisi Geostrategis Wakatobi di tengah pusat karang dunia, menyebabkan daerah ini sebagai wilayah dengan keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Dari 850 spesies karang dunia 750 spesies terdapat di perairan Wakatobi, selain itu ada 32 jenis mangrove, 11 jenis lamun (sea grass) dari 12 jenis yang ada di Indonesia. Terdapat 2 jenis penyu, 12 jenis cetacean terdiri dari 8 jenis paus dan 5 jenis lumba-lumba, berbagai spesies ikan, dan menjadi habitat bagi kurang lebih 85 spesies burung10.

Keunggulan lokasi (geographical position), membentuk Wakatobi menjadi wilayah pesisir yang indah dan eksotik. Terdiri atas pulau-pulau kecil sebanyak 142 pulau, 5 atol dan 3 gosong. Luas daratan Kabupaten Wakatobi hanya sebesar 3 % dan selebihnya merupakan perairan. Secara keseluruhan luas wilayah adminstrasi Kabupaten Wakatobi merupakan TN. Oleh sebab itu wilayah Wakatobi dikelolah melalui sistem zonasi yang terbagi kedalam lima zona yaitu sebagai berikut:

1. Zona inti terdiri dari Pulau Aname, Pulau Kantote, Pulau Runduma, Pulau Cowo-cowo dan Pulau Moromoha.

2. Zona pelindung terdiri dari Pulau Ndaa, Karang Koromaho, dan Karang Koko.

3. Zona Pemanfaatan terdiri dari Pulau Hoga, Pulau Tomia, Pulau Tolandono, Pulau Tokoboa, dan Pulau Lintea;

4. Zona Rehabilitasi terdiri dari Karang Kaledupa dan Karang Pulau Kapota.

10

Ekowisata dan Perkembangan Ekonomi Wilayah

Transportasi utama di Wakatobi selama ini hanya transpotasi laut dan darat. Hal ini menjadi salah satu hambatan dalam mengembangkan wilayah Wakatobi. Perjalanan menuju atau mencapai Wakatobi memerlukan waktu yang sangat panjang dan seringkali terkendala cuaca buruk. Pada musim timur yaitu bulan juni hingga agustus dan musim barat bulan desember hingga februari gelombang laut sangat besar sehingga mobilitas barang, jasa dan orang rendah.

Pintu utama menuju TN Wakatobi adalah Ibu Kota Kabupaten yaitu Wanci berada di kepulaun Wangi-wangi. Waktu tempuh yang dibutuhkan untuk sampai di Wanci melalui jalur laut sangat lama. Rute pertama melalui “Kota Kendari – Wanci” ditempuh dengan menggunakan kapal kayu selama ± 12 jam. Diantara empat pulau besar yang ada di Kepulauan Wakatobi, Pulau Wangi- Wangi mempunyai aksesibilitas tertinggi dan berfungsi sebagai ibu kota pemerintahan Kabupaten Wakatobi. Rute kedua yaitu “Kota Kendari - Bau-Bau –

Wanci” menggunakan kapal cepat (Motor Vessel) dari Kota Kendari menuju Bau-

Bau dengan tempuh sekitar ± 5 jam. Dari Bau-Bau perjalanan dilanjutkan ke Wanci menggunakan kapal kayu selama ± 9 jam.

Wakatobi sebagai Destinasi Tujuan Wisata (DTW) perlu akesibilitas tinggi. Transportasi sangat berperan penting dalam pengembangan wisata, seperti diungkapkan oleh Mustafa (2010) bahwa pariwisata (sebagai fenomena) sangat tergantung pada kemajuan komunikasi dan transportasi, yang keduanya di perkuat oleh pergerakan uang dan distribusi perusahaan (misalnya perusahaan penerbangan dan perusahana transportasi yang berbeda, jaringan hotel…dll), kedua faktor eksogen dan pasar memiliki peranan penting dalam membentuk pengembangan pariwisata karena faktor eksogen, demografi dan perubahan sosial, perkembangan ekonomi dan keuangan, pertumbuhan infrastruktur transportasi, pengembangan teknologi dan pembangunan dalam perdagangan, semua memberikan kontribusi pada pertumbuhan pariwisata sebagai sebuah industri. Pada tahun 2007 Pemda membangun bandara udara matohara untuk mendukung wakatobi sebagai DTW. Bandara ini mulai beroperasi pada tahun 2009. Merupakan fasilitas utama transportasi udara di Wakatobi dan menjadi transportasi alternatif menuju Wakatobi. Hal ini meningkatan aksesibilitas dan mendorong konektifitas antara wilayah.

Saat ini wakatobi dapat ditempuh dalam hitungan menit melalui transportasi udara dari Kota Kendari (Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara) dan Kota Makassar sebagai daerah transit menuju wilayah timur Indonesia. Pemda Wakatobi juga sedang berusaha agar terdapat penerbangan langsung dari Bali Ke Wakatobi11 sehingga agar turis dari wilayah Bali dapat langsung menuju Wakatobi. Jika ini terjadi tentu akan berdampak pada peningkatan wisatawan karen terciptanya integrasi DTW.

Wisatawan yang berada di Pulau Bali dapat langsung menuju Wakatobi tanpa perlu lewat Jakarta atau kota-kota lain selain transit di gerbang utama menuju timur Indonesia yaitu bandara hasanuddin yang berada di Kota Makassar atau Bandara Haluoleo yang berada di Kota Kendari sebagai persinggahan utama menuju Wakatobi. Perjalanan dari Bali ke Wakatobi akan menjadi semakin murah

11Disampaikan oleh Bupati Wakatobi dalam pembukaan acara “ Seminar Nasional Ekonomi Maritim” pada tanggal 25 januari di Wakatobi

jika terdapat penerbangan langsung. Membangun konektifitas antara wilayah DTW melalui jaringan transportasi salah satu strategi Pemda untuk menarik wisatawan berkunjung ke Wakatobi.

Selain Bandara Matohara di Wakatobi juga terdapat Bandara Marongga milik perusahaan swasta yang bergerak di bidang pariwisata. Bandara ini menjadi pintuk masuk bagi turis asing maupun domestik yang melakukan wisata ke Wakatobi melalui paket wisata ekslusif yang dikelolah oleh PT. Wakatobi Dive Resort yang berada Tomia dengan layanan penerbangan khusus untuk wisatawan dari dan ke Bali. Bandara ini tidak ditujukan untuk penerbangan publik. Khusus untuk wisatawan pengguna jasa PT. Wakatobi Dive Resort.

Sejak bandara matohara beroperasi pada tahun 2009 jumlah kunjungan pesawat ke wakatobi setiap tahun lebih dari 500 kunjungan. Jumlah ini cukup tinggi untuk kabupaten yang selama puluhan tahun hanya dapat diakses melalui transportasi laut, hal ini menunjukkan bahwa masyarakat wakatobi mudah menyesuaikan diri dengan keberadaan fasilitas baru dan menerima transportasi udara sebagai transportasi alternatif yang dapat digunakan untuk melakukan perjalanan. Meskipun pesawat udara masih dianggap sebagai transportasi alternatif bagi masyarakat lokal karena mereka sudah terbiasa melakukan perjalanan melalui jalur laut. Pada gambar 9 menunjukkan jumlah kunjungan pesawat ke Wakatobi selama beberapa tahun terakhir.

Gambar 9 Jumlah Kunjungan Pesawat Ke Kabupaten Wakatobi Tahun 2009-2012 Sumber: Kabupaten Wakatobi dalam Angka 2014

Keberadaan bandar udara sangat membantu mobilitas penduduk, terutama ketika ombak sedang tinggi dan menjadi pilihan transportasi bagi wisatawan domestik yang berasal dari luar Provinsi Sulawesi Tenggara atau wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Wakatobi. Keberadaan bandara tidak hanya memudahkan mobilitas penduduk, tetapi membuka peluang usaha baru di

432 528 528 523 507 0 100 200 300 400 500 600 2009 2010 2011 2012 2013 Kunjungan Pesawat

Wakatobi. Jenis usaha yang berkembang setelah bandara beroperasi antara lain ojek, usaha rental mobil dari bandara ke dalam kota dan usaha travel.

Sejauh ini bandara hanya untuk perjalanan dari luar wilayah Wakatobi tetapi transportasi antar pulau di Wakatobi masih harus menggunakan jalur laut, oleh sebab itu setiap pulau-pulau besar yang ada di Wakatobi mempunyai pelabuhan laut atau dermaga. Pulau Wangi-wangi merupakan Ibu Kota Kabupaten Wakatobi sehingga mempunyai pelabuhan terbanyak yaitu pelabuhan Pangulubelo, Wanci dan Mola. Selanjutnya Pulau Tomia mempunyai dua pelabuhan laut berada di Waha dan Usuku. Pulau Kaledupa dan Binongko masang-masing mempunyai satu pelabuhan. Keberadaan pelabuahn disetiap pulau sangat penting karena merupakan pintu masuk bagi pertukaran barang antara pulau yang ada di Wakatobi atau barang-brang yang berasal dari luar Kabupaten Wakatobi. Keberadaan transportasi laut menjadi penentu utama interaksi dan mobilitas penduduk antar pulau.

Infrastruktur dasar lain yang mengalami perbaikan adalah Jalan, meskipun masih didominasi jalan bukan aspal, tetapi peningkatan jalan beraspal mengalami peningkatan cukup tinggi. Tahun 2005 hanya sepanjang 28 km dan pada tahun 2013 telah mencapai 195 km.

Gambar 10 Panjang Jalan, Aspal dan Non Aspal di Kabupaten Wakatobi Tahun 2005- 2013

Sumber: Kabupaten Wakatobi dalam Angka 2014

Jalan merupakan infrastruktur dasar yang harus tersedia untuk mendorong pembangunan dalam suatu wilayah. Hasil penelitian Ma’ruf dan Daud (2013) menunjukkan bahwa infrastruktur jalan berkontribusi positif bagi pertumbuhan wilayah dan berpengaruh positif terhadap delapan macam indikator pertumbuhan

28 68 139 135 148 151 225 195 195 171 214 224 225 228 225 225 195 195 199 282 362 360 376 376 449 390 391 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

ekonomi yaitu sektor (1) Jasa, (2) Transportasi dan Komunikasi, (3) Industri Pengolahan, (4) Pertambangan dan Penggalian, (5) Konstruksi/Bangunan, (6) Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan, (7) Listrik, Gas, dan Air Bersih, serta (8) Perdagangan, Hotel, dan Restoran. Perbaikan jalan yang ada di Wakatobi harus menjadi prioritas pemerintah karena jalan merupakan bagian dari komponen pokok yang mendukung kegiatan wisata, dibutuhkan oleh masyarakat umum dan berpengaruh positif dalam pengembangan berbagai sektor. Jalan non aspal yang masih tinggi perlu ditingkatkan statusnya menjadi jalan aspal.

Gambaran Ekonomi Wakatobi

Gambaran ekonomi wakatobi dapat terlihat melalui pertumbuhan ekonomi (economic growt) menunjukkan perkembangan aktivitas ekonomi Kabupaten Wakatobi selama periode waktu tertentu yaitu selama satu tahun. Pertumbuhan ekonomi wakatobi selama beberapa tahun tumbuh dengan baik meskipun nilainnya sangat fluktuatif dari tahun ke tahun namun sering tumbuh jauh melampaui pertumbuhan yang dicapai Provinsi Sulawesi Tenggara. Seperti pada tahun 2007 pertumbuhan ekonomi Wakatobi sebesar 13.67 % sementara Sultra sebesar 7.89 %. Wakatobi tumbuh hampir dua kali lipat lebih tinggi daripada Sultra. Selama beberapa tahun terakhir Sultra hanya pada tahun 2006 dan 2012 Sultra tumbuh lebih tinggi daripada Wakatobi. Kondisi seperti ini dapat diartikan bahwa kinerja perekonomian Kabupaten Wakatobi secara makro baik dan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Wakatobi jika diperbandingkan dengan

Gambar 11 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Wakatobi dan Sulawesi Tenggara Tahun 2006- 2013

Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi dan Sulawesi Tenggara dalam berbagai terbitan (diolah) 0 2 4 6 8 10 12 14 16 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 P er tu m b u h an E k o n o m i (%) Tahun Kabupaten Wakatobi Provinsi Sultra

pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi Tenggara dari tahun 2006 hingga tahun 2013.

Kontributor terbesar dalam membentuk PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Kabupaten Wakatobi berdasarkan sektor adalah sektor pertanian. Namun selama beberapa tahun terakhir sektor ini cendrung mengalami penurunan meskipun masih yang tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain. Sebaliknya, sektor perdagangan sedang tumbuh dengan baik dan menjadi sektor terbesar kedua yang berkontribusi dalam pembentukan PDRB Wakatobi disusul dengan sektor jasa. Gambar 12 berikut ini menyajikan besaran kontribusi sembilan sektor utama terhadap PDRB Wakatobi.

Gambar 12 PDRB Kabupaten Wakatobi Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2011- 2013

Sumber : BPS Kabupaten Wakatobi berbagai terbitan (diolah)

Gambar 12 menunjukkan perekonomian Wakatobi mengalami lompatan transformasi dari sektor primer (primary sector) menuju sektor tersier (perdagangan dan jasa) sementara sektor industri berkontribusi sangat rendah dan tidak mengalami perkembangan yang baik. Selain itu beberapa sektor penting yang seharusnya bertumbuh dengan baik karena merupakan bagian dari kebutuhan dasar tidak mengalami perkembangan yang optimal seperti listrik, gas dan air. Kondisi ini harus segera diperbaiki karena jika sektor utama yang dibutuhkan masyarakat tidak mengalami kemajuan artinya kebutuhan mendasar masyarakat secara makro dalam hal ini fasilitas dan kualitasnya tidak terpenuhi. Maka peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat sulit diharapkan mengalami kemajuan berarti, meskipun perekonomian terus mengalami peningkatan.

Kondisi perekonomian Kabupaten Wakatobi tidak sama dalam gambaran analisis struktur perekonomian Arthur Lewis bahwa dalam suatu wilayah terdapat dua bentuk perekonomian yaitu tradisional dan modern. Perekonomian tradisional berada di perdesaan dan perekonomian modern berada di wilayah perkotaan

22547 19136 17411 220 266 110 220 266 110 71 133 56 1660 1386 2134 7526 7101 8563 3815 2622 2810 198 372 200 6240 5818 5666 2011 2012 2013

pertanian pertambangan & Galian Industri listrik, gas & air konstruksi perdagangan

sementara wilayah Wakatobi secara umum masih di dominasi sektor pertanain dan sektor modern dalam hal industri tidak mengalami kemajuan yang berarti. Lewis mengasumsikan bahwa wilayah perdesaan kelebihan tenaga kerja (over supply) sementara di perkotaan kekurangan tenaga kerja maka terjadi urbanisasi, tetapi di Wakatobi tidak ada daerah yang benar-benar menjadi pusat tempat aktivitas modern terkonsentrasi. Maka perpindahan penduduk secara massif yang dapat mendorong perubahan strutur tidak terjadi. Hal ini dipengaruhi oeh kondisi wilayah yang terbentuk dari penggabungan beberapa pulau-pulau kecil sehingga masyarakat cendrung tinggal di pulau masing-masing dan jika bermigrasi mereka perhi keluar wilayah Wakatobi, meskipun ada migrasi lokal tetapi tidak terjadi secara massif dan membentuk wilayah perkotaan baru. Interaksi antara wilayah terjadi melalui aktfitas perdagangan, oleh sebab itu sektor ini berkontribusi jauh lebih tinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lain.

Perubahan struktural Wakatobi juga tidak searah dengan tranformasi struktutral Hollins Chenery yang menganggap bahwa perubahan struktur terjadi dari sektor tradisional dalam hal ini pertanian lalu ke sektor industri yang kemudian menjadi mesin utama pertumbuhan ekonomi. Tetapi di Wakatobi penggerak utama perekonomian adalah pertanian yang kemudian disusul oleh sektor perdagangan dan jasa. Sementara industri jauh tertinggal bahkan tidak mengalami perkembangan berarti.

Perkembangan sektor jasa yang berkembang pesat tanpa melewati fase industrialisasi merupakan sebuah lompatan (a jumping tranformation) karena terdapat intervensi dan kebijakan pemerintah untuk mendorong pengembangan pariwisata. Jasa merupakan komoditi yang diperdagangkan dalam aktivitas wisata, terlebih jika yang dikembangkan adalah ekowisata sangat bergantung pada kondisi alamiah suatu wilayah sehinga pembangunan secara konvesional dapat dihindari. Fasilitas utama yang harus tersedia berupa kebutuhan dasar yang dapat menunjang aktivitas wisata seperti atraksi wisata, transportasi dan akomodasi.

58 60 62 64 66 68 70 72 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 IPM (%)

Gambar 13 Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Wakatobi Tahun 2005- 2009

Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Wakatobi

Tingkat kesejahteraan masyarakat wakatobi jika diukur melalui Indeks Pembanguna Manusia (IPM) dari tahun ketahun mengalami peningkatan meskipun sangat kecil tapi tampak persisten. Gambar 13 berikut ini menunjukkan IPM di Wakatobi sejak tahun 2005 hingga tahun 2014 terus bergerak naik mekipun sangat kecil.

Indeks IPM diukur berdasarkan komponen dasar kualitas hidup manusia yang dilihat dari tingkat kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Berikut indeks setiap komponen pembentuk IPM Kabupaten Wakatobi.

Gambar 14 Nilai Indeks komponen pembentuk IPM Kabupaten Wakatobi Tahun 2005-2013

Sumber: BPS Kabupaten Wakatobi berbagai terbitan (diolah)

Secara keseluruhan Nilai indeks komponen pembentuk IPM setiap tahun mengalami peningkatan. Nilai tertinggi adalah indeks pendidikan, Indeks kesehatan lalu Indeks daya beli masyarakat. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian masyarakat yang rentan. Perlu ada usaha untuk meningkatakan daya beli masyarakat.

Desain Pembangunan Wakatobi Kedepan

Keadaan geografis wakatobi yang terbentuk dari beberapa pulau kecil tidak memungkinkan untuk membangun industri ekstraktif. Maka desain pembangunan Wakatobi di masa yang akan datang masih perlu berfokus pada pemanfaatan sumberdaya lokal, tidak mengeksploitasi alam secara berlebihan. Pengembangan sektor pariwisata melalui Visi Kabupaten Wakatobi Tahun 2012- 2016 yaitu “Terwujudnya Surga Nyata Bawah Laut di Pusat Segi Tiga Karang Dunia”. Visi ini tampak prestisius sekaligus sangat ambisius. Surga nyata di

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013

bawah laut berarti bahwa keindahan alami bawah laut wakatobi adalah yang terbaik.

Visi Wakatobi dapat dilihat sebagai usaha mem-branding wilayah, menciptakan daya tarik bagi wisatawan oleh sebab itu untuk mendukung pembangunan Waktobi dimasa yang akan datang seluruh stakeholder harus terlibat aktif, memaksimalkan peran dan fungsi masing-masing untuk memastikan bahwa seascape Wakatobi adalah yang terbaik dan layak disebut sebagai “surga” seperti dalam penjabaran makna visi Wakatobi yang berarti bahwa: “Surga nyata” adalah perwujudan kesejahteraan dan kemakmuran baik secara ekonomi, sosial dan lingkungan hidup serta daya saing daerah yang didukung oleh situasi ketertiban dan ketentraman umum yang kondusif. “Bawah laut” adalah perwujudan kemanfaatan dan kelestarian atas potensi sumberdaya bawah laut dan perairannya khususnya dalam hal kelautan, perikanan, pariwisata, dan lingkungan/kawasannya, sementara “Pusat segi tiga karang dunia “ berarti aktualisasi posisi geostrategis Wakatobi, yakni pada pusat segitiga karang dunia yang mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Visi prestisius ini jika tidak mampu terwujud maka Wakatobi bisa jadi

hanya “surga yang dijanjikan” tentu hal ini akan merusak citra Wakatobi yang telah dibangun melalui proses panjang terutama selama satu dekade terakhir Pemda Wakatobi menghabiskan begitu banyak sumberdaya untuk memperkenalkan Wakatobi sebagai salah satu destinasi wisata yang layak dikunjungi. Berbagai pertemuan (convention) skala nasional dan internasional pernah dilakukan di Kabupaten Wakatobi sebagai usaha promosi dan dalam rangka mendukung tumbuh kembang sektor pariwisata. Convention bagian dari industri pariwisata yang dikenal dengan istilah Meeting, Conference, Incentive, Exhibition (MICE). Beberapa kegiatan pernah dilakukan dalam konsep MICE di Wakatobi antara lain adalah international environmental film festival tahun 2011, sail Wakatobi – Belitong tahun 2011, The Second International Conference on Alfred Russel Wallace and the Wallacea tahun 2013, festival bajo international tahun 2013, Indonesian Youth Forum tahun 2014, International Culture Conference tahun 2014 dan berbagai kegiatan lain yang turut memperkenalkan Wakatobi sebagai daerah tujuan wisata.

Pemda telah membuat super-planning pembangunan berbasis wisata di Wakatobi melalui Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA). Terdapat beberapa kawasan pengembangan pariwisata yaitu kawasan wisata Matahora di Pulau Wangi-Wangi, kawasan pariwisata Hoga dan Peropa di Kaledupa. Kawasan Pariwisata Tolandona dan Huuntete di Tomia, terakhir pengembangan kawasan pariwisata Palahidu di Pulau Binongko.

Setiapa wilayah pengembangan kawasan pariwisata memiliki keunggulan masing-masing sebagai berikut: (1) Kawasan Pariwisata Matahora, difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Leisure and MICE Tourism , (2) Kawasan Pariwisata Hoga difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Marine Scientific Tourism, (3) Kawasan Pariwisata Peropa difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Sea Food and Culinary Tourism, (4) Kawasan Pariwisata Huntete difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Enclave Resort, (5) Kawasan Pariwisata Tolandono difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Dive and Rest Tourism, dan (6) Kawasan Pariwisata

Palahidu difokuskan sebagai kawasan pengembangan pariwisata Marine Life Tourism.

Pembangunan ekonomi wilayah wakatobi harus diarahlan untuk mencapai pertumbuhan tinggi (growt) yang merata (equity) dan berkelanjutan (sustainability). Maka beberapa hal yang perlu direncanakan terkait dengan pembangunan Wakatobi kedepan diantaranya adalah setiap kawasan pengembangan pariwisata perlu dibangun infrastruktur dasar yang di butuhkan oleh wisatawan. Infrastruktur yang memadai diperlukan untuk mendukung konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan mata pencaharian, dan pengembangan pariwisata (Nyaupane dan Poudel 2011).

Harus ada rencana strategis terkait isu lingkungan, kebersihan wilayah dan pengelolaan sampah. Terkait dengan pengembangan ekowisata terdapat dua hal yang sangat penting bagi kehidupan manusia yaitu pangan dan air, perlu ada perlindungan dini dari pemerintah sebelum sumber-sumber air dan pangan masyarakat mengalami kerusakan karena sebagian besar kondisi tanah di Wakatobi berupa batu gamping dan tidak ada sungai yang mengalir sepanjang tahun maka sumber mata air yang digunakan masyarakat secara umum berasal dari air tanah (ground water) yang berasal dari wilayah perbukitan dan gua-gua karst, oleh penduduk lokal disebut “Tofa/Loba/Lia”. Wakatobi juga merupakan satu-satunya kabupaten di Sulawesi Tenggara yang tidak memiliki sawah. Maka pangan lokal berupa ubi dan talas harus tetap terjaga. Selama ini masyarakat menanam ubi atau talas di kebun atau di pekarangan rumah namun beberapa tahun terakhir penggunaan lahan secara umum mengalami perubahan, terutama meningkatnya penggunaan untuk areal terbangun dan halaman sehingga harus ada kebijakkan khusus dari pemerintah untuk memproteksi sumber-sumber pangan lokal.