• Tidak ada hasil yang ditemukan

Thulstrup (2015) melakukan penelitian di Vietnam dengan judul “ Livelihood Resilience and Adaptive Capacity: Tracing Changes in Household Access to

Capital in Central Vietnam”. Tujuan penelitian ini ini untuk mengkaji akses rumahtangga terhadap modal sebagai ukuran resiliensi yang mungkin dipengaruhi dari implementasi pelaksanaan program pemerintah. Penelitian ini menelusuri sejarah intervensi negara dan kapasitas rumahtangga dan masyarakat dalam beradaptasi terhadap perubahan. Hasilnya mengungkapkan bahwa beberapa rumahtangga mempunyai kapasitas yang lebih adaptif, mereka memperoleh akses yang lebih baik terhadap modal sementara yang lain tetap rentan karena terkendala dalam mengakses sumber daya dan mempunyai mata pencaharian yang tidak beragam (nondiversified livelihoods). Jika goncangan (shock) menjadi lebih sering terjadi, rumahtangga yang tidak melakukan diversifikasi mata pencaharian lebih bersiko.

8. Tao dan Wall (2009) melakukan penelitian dengan “Tourism as a sustainable livelihood strategy” penelitian ini berdasarkan “sustainable livelihood approach” temuan dalam penelitian ini adalah berbagai sumber daya dan strategi penghidupan digunakan oleh rumahtangga Shanmei: seperti migrasi, menjadi buruh (reguler dan sesekali), memanen tanaman, memelihara ternak, pemanenan pohon,tanaman dan sumber daya lainnya dari gunung,

memancing, berburu, dan usaha pariwisata. Sebagian besar rumahtangga menggabungkan beberapa kegiatan untuk mendukung diri mereka sendiri dan untuk mengurangi risiko. Meskipun beberapa rumahtangga mengandalkan kegiatan yang berkaitan dengan pariwisata, lebih dari satu sumber pendapatan biasanya dilakukan untuk megurangi risiko. Sebagian besar rumahtangga bergantung pada uang tunai sebagai tenaga kerja sambilan untuk melengkapi mata pencaharian mereka. Juga, setiap kegiatan memberikan bukan hanya satu tapi berbagai manfaat (dan kadang-kadang biaya).

9. Cornet (2015) melakukan penelitian di Cina dengan judul “Tourism development and resistance in China”. Cina mengalami kemajuan dan modernisasi yang sangat luar biasa dan penelitian ini menunjukkan posisi masyarakat yang berada di desa Dong telah memberikan ketegasan kepada agen mereka dalam bernegosiasi, menolak, mengadaptasi atau mengadopsi berbagai perubahan sosial. Baik melalui tindakan dan non-aksi, resistensi dan kepatuhan, resistensi yang sah dan politik sehari-hari, mereka telah berusaha untuk membangun definisi pariwisata yang sesuai dengan visi mereka sendiri. Masyarakat bergerak menjauh dari sikap orientasi-negara atau dari tujuan model pariwisata pada tingkat makro, penelitian ini menunjukkan bahwa penduduk desa bereaksi keras terhadap peningkatan pelanggaran yang dilakukan dari stakeholder dari luar dalam urusan lokal daripada persoalan kehadiran wisatawan. Secara umum penelitian ini menunjukkan bagaimana keterlibatan masyarakat desa terhadap aktivitas wisata yang begitu tinggi di Cina.

10.Schulte et al (2013) meneliti mengenai “Sustainable Livelihoods Approach in tropical coastal and marine social–ecological systems: A review” menjelaskan mengenai Sustainable Livelihood Aprroach (SLA) pada wilayah tropis untuk mendapatkan manfaat dari pesisir dan sumber daya laut tergantung pada mata pencaharian dan / untuk mengevaluasi strategi manajemen coastal and marine social–ecological syste (CM-SES).

3

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Wakatobi, karena keunikan karasteristik wilayahnya dan merupakan daerah adminstrasi tingkat dua (Kabupaten) di Provinsi Sulawesi Tenggara. Seluruh wilayah Wakatobi merupakan TN, terbentuk dari penggabungan beberapa pulau-pulau kecil, sehingga desa-desa yang berada di Kabupaten Wakatobi 90 % termaksud dalam kategori desa pesisir.

Fokus analisis di tingkat mikro terdiri dari dua kelompok masyarakat terpilih untuk melihat pengaruh ekowisata terhadap kondisi sosial ekonomi rumahtangga. Kelompok pertama penelitian ini adalah rumahtangga yang mendiami Pulau Kapota. Wilayah ini dipilih menjadi salah satu lokasi penelitian karena merupakan suatu pulau kecil berpenghuni, terdapat banyak objek wisata dan dekat dari pusat kota dengan waktu tempuh sekitar ± 30 menit menggunakan transpotasi laut reguler. Pulau Kapota merupakan bagian dari Kecamatan Wangi- Wangi Selatan, terdiri atas lima desa yaitu Desa Pulau Kapota, Pulau Kapota Utara, Kabita Togo, Kabita, dan Desa Wisata Kolo.

Kelompok kedua adalah rumahtangga Bajo Mola Raya. Wilayah pemukiman mereka terbagi ke dalam beberapa desa yaitu, Desa Mola Utara, Desa Mola Selatan, Desa Mola Bahari, Desa Mola Samaturu dan Desa Mola Nelayan Bhakti. Pada dasarnya masyarakat Bajo Mola merupakan satu kesatuan (komunitas) mereka mendiami satu wilayah yang sama dimana pergaulan dan cara hidup sehari-hari tidak berdasarkan pada batasan adminstrasi. Gambar 6 menunjukkan lokasi penelitian di level makro yaitu wilayah Kabupaten Wakatobi dan di level mikro, Kecamatan Wangi-Wangi Selatan.

Gambar 7 Peta Adminstrasi Kecamatan Wangi-Wangi Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara

Kualifikasi Data

Penelitian lapangan dilaksanakan selama dua bulan terhitung dari bulan Maret hingga bulan Mei 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif dan data kuantitif. Menuru Juanda (2009) data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka, sedangkan data kuantitatif adalah data yang berupa angka hasil pengukuran atau penghitungan (Counting). Jika berdasarkan sumbernya penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari responden, informan kunci atau data hasil observasi.

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait. Data sekunder dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Wakatobi dan Provinsi Sulawesi Tenggara, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), Dinas Pariwisata Kabupaten Wakatobi dan lembaga-lembaga yang bergerak disektor pariwisata dalam hal ini pihak swasta. Lembaga Swadaya masyarakat (LSM), atau lembaga penelitian. Selain itu data sekunder juga diperoleh dari berbagai publikasi dan laporan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai beriku : 1. Survey

Survey yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan sebagai berikut:

a. Kuisioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti diberikan kepada responden untuk menjawab daftar pertanyaan yang telah disiapkan tersebut.

b. Wawancara mendalam (indepth interview) merupakan tekhnik memperoleh data dengan cara tanya jawab langsung kepada nara sumber yang telah ditetapkan sebelumnya dan dipandu melalui daftar pertanyaan (kuisener) yang telah dipersipakan peneliti. Wawancara bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan mendetail terkait objek penelitian. Narasumber dalam wawancara mendalam merupakan responden khusus, informan kunci seperti tokoh masyarakat, tokoh agama, toko pemerintahan, dan tokoh LSM.

2. Observasi

Observasi merupakan pengamatan langsung kondisi sosial, ekonomi masyarakat, objek dan atraksi kegiatan wisata di lokasi penelitian.

Penentuan Responden Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumahtangga di lokasi penelitian. Penentuan responden berdasarkann sampling non random menggunakan teknik quota dan incidental. Tehnik Quota yaitu menentukan jumlah sampel lalu mengambil sampel hingga jumlah yang telah ditentukan terpenuhi. Sampel untuk kelompok pakar atau informan kunci dipilih berdasarkan kebutuhan penelitian menggunakan tehknik purposive. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 rumah tangga, terdiri dari 30 rumahtangga dari Pulau Kapota dan 30 ruamhtangga dari Bajo Mola.

Unit Analisis

Unit analisis penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu analisis di tingkat mikro dan makro. Penelitian di tingkat mikro unit analisisnya rumahtangga (household). Rumahtangga merupakan sebuah unit sosial yang didefenisikan berbagi tempat tinggal yang sama atau tungku yang sama (Ellis 1998). Di dalam rumahtangga anggota-anggota atau individu di dalamnya saling ketergantungan, mempengaruhi serta membuat keputusan bersama atau mengatur strategi bersama untuk menjaga keberlangsungan hidup kelompok (rumahtangga). Oleh sebab itu rumahtangga menjadi unit analisis untuk memotret strategi nafkah kedua kelompok masyarakat yang diteliti.

Dalam penelitian ini terdapat analisis pada tingkatan makro (regional) untuk memperoleh gambaran mengenai keterkaitan kegiatan wisata dan pembangunan wilayah di Kabupaten Wakatobi. Beberapa hal penting yang dilihat dalam analisis makro adalah keterkaitaan antara variable ekonomi makro dan sosial terhadap aktivitas wisata, dan daya dukung lingkungan setelah aktivitas wisata mengalami perkembangan.

Metode Analisis

Penelitian ini menggunakan berbagai metode analisis dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif maupun kuantitatif, sehingga metode yang digunakan dapat disebut sebagai penelitain campuran (mix method). Pendekatan

ini melibatkan asumsi-asumsi filosofis, aplikasi pendekatan-pendekatan kualitatif dan kuantitatif, dan pencampuran (mixing) kedua pendekatan tersebut dalam satu penelitian (Creswell 2009).

Penelitian kualitatif yang digunakan berupa analisis deskriptif untuk memberikan gambaran, penjelasan, dan interpretasi atas berbagai penemuan dan fenomena yang ditemukan selama proses penelitian. Alur analisis data kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Reduksi data

Data yang telah diperoleh disusun secara rinci dan sistematis, lalu dilakukan reduksi data yaitu memilih hal-hal utama sesuai dengan tujuan penelitian. Data yang telah direduksi lebih tajam dan lebih memudahkan dala proses pembacaan data.

Tabel 3 Data dan Alat Analisis

Tujuan Penelitian Metode Analisis Sumber Data Untuk mengetahui

Peranan ekowisata dalam mendorong perekonomian di tingkat mikro dan makro.

Analisis mikro menggunakan pendekatan Kualitatif yaitu : Analisis Livelihood

-Analisis sumber pendapatan

-Analisis Kepemilikan Modal

Analisis makro menggunakan pendekatan kuantitatif dengan melakukan uji korelasi antara variable. Selain itu dilakukan analisis kondisi daya dukung

lingkungan hidup dengan menghitung daya tampung demografis dan daya dukung ekonomi. 1.Data Primer diperoleh melalui Survey dan wawancara 2.Data Sekunder diperoleh dari BPS, Dinas Pariwisata, BAPPEDA, lembaga penelitian, LSM, publikasi dan laporan penelitian Untuk mengetahui Kondisi Struktur nafkah masyarakat setelah ekowisata mengalami perkembangan. Analisis pendapatan

Rumahtangga Data Primer yang

diperoleh melalui Survey dan wawancara Menganalisis Peranan

sumber nafkah dari ekowisata dalam meningkatkan resiliensi rumahtangga masyarakat lokal Assesing Livelihood Resilience

Data Primer yang diperoleh melalui survey dan wawancara

b. Penyajian data

Penelitian kulitatif terkadang memiliki jumlah data yang sangat besar dan banyak, sehingga perlu dibantu data yang berbentuk kuantitatif. Disajikan dalam bentuk grafik, tabel, gambar dan penjelasan secara deskriptif.

c. Verifikasi data

Setelah data direduksi dan dilakukan penyajian data, selanjutnya adalah perivikasi data yaitu melakukan penggalian ulang dan mengecek kebenaran data yang dimiliki. Memperbandingkan data dan kondisi lapangan, serta bagaimana teori yang melandasi kegiatan tersebut. Sehingga kebenaran fenomena yang diteliti dan kesimpulan yang dihasilkan valid.

Alat analisi yang digunakan dalam penlitian ini terdiri dari software seperti, Microsoft word, Microsoft Excell dan mini tab. Alat lain yang digunakan adalah alat perekam suara, kamera dan printer. Perspektif nafkah digunakan sebagai alat bantu mengkaji keterkaitan antara ekowisata dan pengembangunan wilayah di Wakatobi untuk meneruskan tradisi penelitian mazhab Bogor yang menurut Dharmawan (2007) bahwa landasan pemikiran kajian nafkah didasari atas keperihatinan akan hilangnya hak-hak hidup individu dan masyarakat oleh karena hempasan sistem ekonomi kapitalisme global dan kehancuran sumberdaya alam serta lingkungan hidup akibat modernitas akhir (late modernity). Maka penelitian ini dirancang dengan mengunakan beberapa metode analisis yang disesuaikan dengan tujuan yang akan di capai yaitu sebagai berikut :