• Tidak ada hasil yang ditemukan

7 EKOWISATA DAN EKONOMI MIKRO DI WAKATOB

1. Modal lapisan rumahtangga menengah

Secara keseuluruhan modal yang dimiliki rumahtangga Bojo Moa dan Pulau Kapota berada dalam posisi yang sama, kecuali modal sosial. Rumahtangga menengah Bajo Mola mempunyai nilai modal sosial lebih tinggi dibandingkan dengan Modal sosial Pulau Kapota, kondisi ini sama dengan nilai modal sosial pada lapisan atas. Ini memberikan sebuah informsi baru bahwa secara umum dapat dideteksi jika modal sosial masyarakat Bajo Moal juah lebih tinggi dibandingkan dengan Masyarakat Pulau Kapota.

Nilai berbagai modal yang berada dalam posisi sedang berusaha sebisa mungkin ditingkatkan atau dipertahankan. Rumahtangga lapisan menengah sangat mungkin melakukan mobilitas vertikal jika mereka memanfaatkan asset dengan baik. lapisan ini ini juga lebih mudah bergaul dengan lapisan rumahtangga lainnya dan memungkinka mereka melakukan kerjasama sehingga akses semakin terbuka lebar. Hal ini sejalan dengan kesimplan dari penelitian Klinken (2016) yang menyatakan bahwa peningkatan daya beli serta peningkatan pengaruh politik telah bertumbuh cepat khususnya dikalangan kelas menengah yang lebih rendah (bawah). Hal ini berarti bahwa peluang untuk meningkatkan perekonomian rumahtangga lapisan menengah sangat tinggi.

2.Modal lapisan rumahtangga bawah

Komposisi modal rumahtangga lapisan bawah Bajo Mola dan Pulau Kapota sama. Hal yang paling membedakan dengan lapisan rumahtangga lainnya adalah kondisi modal finansial. Lapisan rumahtangga bawah mempunyai modal finansial yang sangat rendah di kedua lokasi penelitian.

Hal yang mendukung keberlanjutan hidup rumahtangga lapisan bawah adalah modal-modal lain yang berada dalam posisi sedang. Mengkombinasikan berbagai macam modal diluar modal finansial merupakan salah satu cara mengatur strategi nafkah rumahtangga. Modal sosial pada lapisan rumahtangga bawah memiliki nilai yang lebih baik dibandingkan modal-modal lainnya. Modal sosial ini sangat mempengaruhi sistem pertahanan rumahtangga dalam meghadapi berbagai kesulitan.

Penjelasan lebih rinci tentang modal-modal yang digunakan oleh setiap lapisan rumahtangga dalam pengaturan strategi nafkah di atas adalah sebagai berikut :

a. Modal Manusia

Manusia memiliki posisi penting dalam pembangunan. Manusia subjek sekaligus objek dari proses pembangunan yang telah, akan dan sedang berlangsung. Kerja memajukan kualitas hidup manusia harus bersifat holistik, memenuhi beberapa hal dasar seperti produktifitas yang mengalami peningkatan, terjadi pemerataan kesempatan, mendukung kesinambungan pembangunan dan terdapat unsur pemberdayaan. Pengukuran asset rumahtangga, telah menempatkan sumber daya manusia sebagai modal penting.

Sumber daya manusia merupakam modal utama yang diperhitungkan sekaligus alasan mengapa modal-modal lain perlu didaya-gunakan dalam mengatur strategi nafkah untuk menjamin kondisi manusia (individu-individu) yang berada dalam suatu rumahtangga mengalami peningkatan kualitas hidup atau setidaknya berada dalam kondisi stabil. Semua kebutuhan dasar (basic needs) yang terdiri atas pangan, sandang dan papan terpenuhi. Selanjutnya kebutuhan seperti keamanan, kesehatan, pendidikan hingga liburan harus diusahakan terpenuhi untuk meningkatkan kesejahteraan dalam suatu rumahtangga.

Modal manusia pada tingkatan rumahtangga dapat dilihat dari segi kualitas dan kuantitas kepala dan anggota rumahtangga. Variabel yang digunakan untuk mengukur modal manusia terdiri dari bebeapa hal yaitu sebagai berikut :

1. Banyaknya jumlah anggota keluarga dalam satu rumahtangga 2.Tingkat dependensi rasio (dependency ratio) anggota rumahtangga. 3.Tingkat keterampilan yang dimilki anggota rumahtangga.

4.Tenaga kerja yang digunakan dalam menjalankan usaha rumahtangga. 5.Jumlah anggota rumahtangga yang berada dalam kondisi cacat atau sakit

Setiap variabel memiliki nilai indikator satu hingga tiga. Total dari nilai indikator diklasifikasi menjadi tiga bagian yaitu tinggi, sedang dan rendah. Berdasarkan proses tersebut kondisi modal manusia Masyarakat Pulau Kapota dan Bajo Mola berada pada tingkatan sedang.

Perlu ada dorongan dan bantuan untuk terus meningkatkan kualitas sumber daya manusia terutama keterampilan mengingat arah pengembanagan wilayah Kabupaten Wakatobi sebagai kawasan ekowisata membutuhkan kerja kreatif. Sejauh ini keterampilan anggota rumahtangga masih sangat rendah seperti yang terlihat pada gambar 28.

Peningkatan keterampilan masyarakat seharusnya mengalami kemajuan namun hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kegiatan wisata belum mampu memberikan kontribusi signifikan dalam mendorong perbaikan modal manusia. Hal ini disebabkan oleh pemerintah daerah yang hanya fokus membangun infrastruktur dasar dan citra (branding) Wakatobi sebagai tujuan destinasi wisata.

Anggaran pemerintah banyak digunakan untuk kegiatan promosi dan melakukan berbagai kegiatan-kegiatan bertaraf nasional maupun internasional. Kegiatan peningkatan kesadaran masyarakat mengenai “ekowisata”, pemberian pelatihan untuk meningkatkan keterampilan masih belum dianggap penting oleh pemerintah. Kegiatan-kegiatan yang mengarah pada perbaikan kualitas sumberdaya manusia sebagai landasan utama untuk menjamin kemajuan dan keberlanjutan ekowisata belum tercantum secara rinci dalam rencana-rencana kerja dinas Pariwisata. Sehingga keterampilan yang dibutuhkan masyarakat agar dapat terlibat aktif dalam kegiatan ekowisata masih sangat kurang. Sejak lama Blakely dan Bradshaw (2002) telah menjelaskan bahwa terdapat tiga gelombang dalam pembangunan ekonomi, dan untuk komponen sumber daya manusia tediri dari tiga gelombang berikut yaitu; (1) menciptakan lapangan pekerjaan untuk masyarakat lokal yang menganggur, (2) mengembangkan program training, dan (3) mendayagunakan tenaga kerja yang telah ditraining untuk mendirikan usaha.

Tiga gelombang pembangunan sumberdaya manusia sangat perlu dilaksanakan pada wilayah-wilayah yang sedang mengembangkan kegiatan

0 53.33 46.66 6.66 90 3.33

Tinggi Sedang Rendah

Kapota Mola

Gambar 28 Tingkat Keterampilan Rumahtangga Masyarakat Bajo Mola dan Pulau Kapota 2015

ekowisata seperti Wakatobi agar masyarakat mampu menjadi pelaku usaha bukan menjadi penonton wisatawan yang datang. Sejauh kondisi kesehatan masyarakat salah satu hal yang mendukung kualitas modal manusia di lokasi penelitian. Seluruh rumahtangga yang menjadi sampel dalam penelitian ini tidak ada yang memiliki anggota keluarga yang cacat.

b. Modal Fisik

Kualitas sumber daya manusia hanya salah satu dari berbagai bentuk modal yang diperlukan dalam mencari nafkah. Modal-modal lain seperti modal fisik juga berperan sebagai satu faktor penentu dalam mengatur strategi nafkah rumahtangga. Modal fisik masuk dalam kategori modal buatan manusia (Human- made capital) berupa kepemilikan benda materil sebagai asset rumahtangga yang dapat digunakan dalam proses produksi (mencari nafkah), mempunyai nilai ekonomi yang suatu waktu dapat diperjual-belikan atau dipertukarkan ketika terjadi krisis , guncangan atau ancaman dalam rumahtangga.

Indikator yang digunakan untuk menilai kondisi modal fisik rumahtangga dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kepemilikan rumahtangga atas tempat tinggal

2. Kepemilikan rumahtangga atas alat-alat tangkap (perlatan untuk melaut) 3. Kepemilikan rumahtangga atas hewan-hewan ternak

4. Kepemilikan rumahtangga atas emas

5. Kepemilikan rumahtangga atas barang-barang eletronik

6. Kepemilikan rumahtangga atas alat-alat produksi (peralatan pertanian) Hasil perhitungan menunjukkan modal fisik rumahtangga Pulau Kapota dan Bajo Mola berada dalam katgeori sedang. Beberapa penemuan menarik terkait modal fisik diantaranya adalah rumahtangga tidak menganggap ternak sebagai asset penting. Ternak dipelihara untuk tujuan konsumsi rumahtangga. Emas salah satu asset fisik yang dianggap berharga. Banyak rumahtangga yang menyimpan emas, karena fleksibel dan mudah dijual ketika membutuhkan uang tunai dalam waktu cepat. Emas terkadang berfungsi sebagai simbol kekayaan bagi rumahtangga. Dalam kehidupan sehari-hari berfungsi sebagai perhiasan belum diperguankan sebagai alat spekulasi yang dapat digunakan untuk memperoleh keuntungan, walaupun telah dijadikan sebagai alat berjaga-jaga atau bentuk lain dalam menabung karena jika pendapatan disimpan dalam bentuk uang tunai akan sangat mudah digunakan dalam proses transaksi sehari-hari.

Kepemilikan tempat tinggal di dua kelompok rumahtangga yang diteliti menunjukkan hal baik karena seluruh responden penelitian tidak ada yang menyewa rumah. Meksipun kondisi rumah berbeda-beda satu sama lain tetapi semua rumah merupakan milik pribadi.

Beberapa tahun terakhir baik di Bajo Mola maupun di Pulau Kapota kendaraan roda dua (motor) menjadi salah satu asset fisik yang banyak dimiliki oleh rumahtangga. Motor dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya digunakan sebagai alat transportasi. Rumahtangga kadang menggunakan kendaraan mereka untuk mencari nafkah tambahan yaitu menjadi tukang ojek. Peningkatan kepemilikan atas motor di Bajo Mola juga di pengaruhi oleh perubahan lanskap teritorial yang saat ini saling terhubung, karena telah diabngun terdapat jalan untuk kendaraan.

Modernisasi dan teknologi turut serta mempengaruhi kepemilikan modal fisik masyarakat. Barang elektronik sesuatu yang bersifat umum dimiliki oleh rumahtangga. Saat ini seluruh rumahtangga telah memiliki Handphone (HP) sebagai alat komunikasi. Telvisi menjadi barang elektronik yang tersedia di hampir seluruh rumahtangga baik di Bajo Mola maupun Pulau Kapota. Rumahtangga menggunakan modal fisik ini untuk menambah pendapatan seperti digunakan kulkas untuk menjual es batu.

Seluruh rumahtangga di Bajo Mola memiliki alat tangkap dan alat produksi. Kondisi ini berbeda dengan rumahtangga di Pulau Kapota. hanya sebagian rumahtangga yang memiliki alat tangkap karena banyak rumahtangga yang sumber pendapatan utamanya bukan dari aktivitas melaut.

Bantuan modal fisik terutama pemberian alat-alat produksi termaksud alat tangkap perlu diadakan. Dalam kehidupan sehari-hari modal fisik berperan penting dalam proses mencari nafkah begitu pula dalam upaya bertahan hidup karena dapat berfungsi sebagai alat untuk berjaga-jaga jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya terjadi sesuatu yang insidentil dalam sebuah rumahtangga maka modal fisik dapat dijual atau digadaikan sebagai alternatif untuk memperoleh pembiayaan.

c. Modal Alam

Sumber daya alam wakatobi secara keseluruhan didominasi lautan dengan luas tutupan darat hanya 3% dan 97% berupa lautan. Kondisi ini secara alamiah membentuk desa-desa di Wakatobi sebagai desa pesisir termaksud tempat tinggal dua kelompok rumahtangga Bajo Mola dan Pulau Kapota. Namun terdapat perbedaan kondisi diantara keduanya, rumahtangga Pulau Kapota mendiami bekerja sebagai nelayan tetapi juga bercocok tanam walau dalam skala yang sangat kecil. Kondisi ini berbeda dengan Masyarakat Bajo Mola yang terkenal sebagai nelayan menjadikan lautan sebagai ruang pertama dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Tidak mempunyai tanah di daratan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam meskipun dalam skala yang sangat kecil.

Lautan merupakan modal alam utama bagi rumahtangga di Bajo Mola untuk melangsungkan hidup. Bahkan pada awalnya sebelum tinggal dan menetap dipinggiran laut dengan membangun rumah-rumah terapung, Masyarakat Bajo hidup secara subsitem, berpindah-pindah menggunakan leppa dan aktivitas perekonomian hanya berlangsung dalam sistem barter. Kepemilikan modal alam berupah tanah bukanlah hal terpenting karena sumber utama pendapatan mereka bergantung pada lautan. Oleh sebab itu hasil penelitian mengenai kondisi modal alam rumahtangga bajo mola yang berada dalam posisi sedang, dengan seratus persen responden memberikan pandangan yang sama sesuatu yang wajar sebab beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur modal alam dalam riset ini seperti kepemilikan lahan pertanian, ketersedian irigasi, serta keberadaan hutan yang dapat diakses semuanya memiliki nilai 1, artinya ketiga indikator yang digunakan tersebut tidak dimiliki dan juga tidak tersedia untuk dapat di akses oleh masyarakat Bajo Mola.

Modal alam rumahtangga Bajo Mola tetap berada dalam kategori sedang meskipun terdapat tiga indikator yang tidak tersedia untuk diakses karena ada indiaktor lain yang berkualitas baik seperti laut dan lasncape alam bernilai ekonomi tinggi.

Modal alam rumahtangga Pulau Kapota jika dilihat dari jumlah terbesar dari penilaian responden maka sama dengan modal alam rumahtangga Bajo Mola yaitu berada pada posisi sedang. Sebanyak 50% rumahtangga Pulau Kapota menilai modal alam dalam kondisi sedang, dan terdapat 33% responden yang memberikan penilaian tinggi ini merupakan kelompok rumahtangga yang memanfaatkan laut dalam mencari tambahan nafkah. Meskipun di Pulau Kapota terdapat lahan yang dapat digunakan untuk area pertanian namun masyarakat hanya menanam untuk kebutuhan hidup tidak digunakan untuk menambah kekayaan (kapitalisasi), selain itu di kepulauan Pulau Kapota tidak terdapat aliran irigasi sebagaimana biasa tersedia di perdesaan karena posisi geografis Pulau Kapota yang berada dipesisir dan luas daratan yang sangat kecil hanya 1.804,07 ha.

Penilaian sedang masyarakat atas sumber daya alam disekitar mereka karena cara atau pemanfaatan yang dilakukan oleh masyarakat masih bersifat tradisional. Terbatas untuk kegiatan berkebun atau melaut. Cara-cara baru dalam menilai dan mendayagunakan alam sekitar belum mengalami kemajuan dan memberikan keuntungan yang berarti bagi rumahtangga. Fakta ini teridentifikasi dari penilaian atas kualitas landscape seperti yang tercermin dalam gambar di bawah ini.

Rumahtangga Pulau Kapota dan Bajo Mola belum memberikan penilain yang tinggi atas keindahan alam (landscape) yang mereka miliki. Padahal salah satu daya tarik wisatawan datang ke Wakatobi karena lanskap (darat dan laut), serta kekayaan budaya yang dimiliki, namun masyarakat belum menyadari keunggulan kualitas lanskap tersebut.

Merujuk pada defenisi Ostrom (2009) mengenai modal alam sebagai semua sumber daya dari bumi yang manusia tidak bangun. lautan, atmosfer dan keanekaragaman hayati adalah semua bentuk modal alami yang digunakan manusia. Maka secara umum sumber daya alam Wakatobi sangat tinggi terutama

40 43.33

16 20

50

30

Tinggi Sedang rendah

Bajo Mola Kapota

Gambar 29 Persepsi Masyarakat Pulau Kapota dan Bajo Mola tentang kualiats Lanskap 2015

keanekaragaman hayati. Terdapat 750 spesies karang di perairan Wakatobi dari 850 yang terdapat di dunia, selain itu ada 32 jenis mangrove, 11 jenis lamun (sea grass) dari 12 jenis yang ada di Indonesia. Terdapat 2 jenis penyu, 12 jenis cetacean terdiri dari 8 jenis paus dan 5 jenis lumba-lumba, berbagai spesies ikan, dan menjadi habitat bagi kurang lebih 85 spesies burung13.

Bajo Mola sendiri memliki potensi alam yang bernilai tinggi dalam pelaksanaan kegiatan ekowisata. Alam Bajo Mola unik, indah dan eksotik merupakan modal alam yang belum dimaksimalkan pemanfaatanya dalam kerangka pembangunan yang berbasiskan ekowisata. Sumber daya alam dan kekayaan budaya dalam pengelolaanya yang berpotensi sebagai daya tarik Wisata diharapkan mampu berkontribusi dalam meningkatkan perbaikan kehidupan masyarakat lokal ditunjukkan dalam table 9.

Modal alam Pulau Kapota yang dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari serta berpotensi menjadi objek wisata (tourist attraction) diantaranya adalah flora dan fauna seperti bambu (Bamboo sp.) tumbuh liar di kepulaun kapota dan terdapat di hutan adat. Tunas muda bambu dapat digunakan sebagai bahan makanan. Bambu digunakan sebagai wadah dalam membuat luluta (nasi bambu), bambu juga digunakan untuk membuat jalaja yang mempunyai banyak fungsi salah satunya sebagai dinding rumah, selain itu bambu merupakan bahan dasar dalam membuat alat tangkap tradisional yang disebut bubu. Di Pulau Kapota terdapat pohon beringin (Ficus benyamina) disebut gendi dalam bahasa Pulau Kapota. Masyarakat menganggap pohon beringin mengandung nilai-nilai mistik yaitu tempat hidup makhluk gaib sehingga pohon ini tetap terjaga di Pulau Kapota. Keberadaan pohon beringin yang terjaga berperan serta dalam menjaga keseimbangan ekosistem alam dan berperan sebagai sumber pakan berbagai macam burung di Pulau Kapota. Jambu mete (Anacardium ocidentale) salah satu jensi tanaman yang banyak terdapat di Pulau Kapota berpotensi memberikan penghasilan tambahan bagi masyarakat karena memliki nilai ekonomis sebagai salah satu oleh-oleh kahs dari disebut kaud’afa dalam bahasa Pulau Kapota digunakan masyarakat untuk membuat sayur. Selain itu Masyarakat Pulau Kapota banyak menanam singkong (Manihot utilisima) atau kaujava dalam bahasa Pulau Kapota merupakan sumber makanan pokok masyarakat, ketika telah diolah disebut kasuami. Talas juga salah satu jenis tanaman yang biasa dikonsumsi masyarakat biasanya ditanam di pekarangan rumah atau kebun. Terdapat tumbuhan yang disebut Akar Tuba (Derris elliptica) dapat digunakan sebagai bahan untuk meracun ikan. Di Pulau Kapota juga terdapat Kelapa cabang empat (Kaluku Panga) dianggap unik karena kelapa pada umumnya tidak memiliki cabang namun kelapa milik salah satu petani ini bercabang hingga empat, menurut cerita kelapa ini dulu memiliki cabang hingga provinsi Sulawesi tenggara. selain itu terdapat pula Mengkudu (Morinda citrifolia) yang dapat digunakan sebagai bahan obat dan Cocor Bebek (Kalanchoe waldheimii) yang biasa digunakan untuk obat demam. Kelor (Moringa oleifera) tujuh sesuai jumlah anak pemilik, namun setiap kali anak meninggal cabang kelapa berkurang, dan fenomena ini di percayai masyarakat setempat.Beragam jenis fauna terdapat di Pulau Kapota seperti mamalia, reptile yaitu ular dan biawak serta berbagai macam burung.

Beberapa burung yang ada di Pulau Kapota merupakan burung endemic Sulawesi tenggara seperti Srigunting-jambul (Dicrurus hottentottus), Kekep babi, (Artamus leucorynchus) dan Walik molomiti (Ptilinopus subgularis). Burung yang ada di Pulau Kapota penting bagi perkembangan kegiatan ekowisata terutama wisatawan yang menyukai aktifiats mengamati burung (Birdwatching).

Pulau Kapota memiliki hutan mangrove sebagai eksositem penting untuk menjaga kondisi ekologis wilayah pesisir. Mangrove di Pulau Kapota terdapat di beberapa tempat yaitu disekitar gugusan batu karang Umala, Danau Tailaro

No Sumber daya alam dan budaya yang berpotensi sebagai atraksi wisata

1 Ritual membuka laut di Mola Sama turu , Mola Utara dan Nelayan Bakti 2 Pembuatan alat tangkap dan Pembuatan jaring ikan di Mola Utara, Mola

Samaturu, Mola Selatan, Mola Bahari, Nelayan Bakti

3 Kerang-kerang di pemukiman Mola Nelayan Bakti, Mola Bahari

4 Ritual pemakaman warga Bajo MolaUtara dan Pemandangan pantai pulau otoue (pemakaman suku bajo)

5 Tari duata (tarian adat) di Mola Samaturu dan Pasar malam di Mola selatan 6 Ikan putih di Mola Utara, Mola Bahari, Mola Samaturu

7 Pengobatan alternatif khas suku bajo (kaakaa) Mola Utara , Mola Samaturu, Mola Bahari, Mola Nelayan Bakti dan Mola Selatan

8 Ikan Perangi Mola Utara, Mola Selatan, Mola Bahari

9 Menonton Lumba-lumba , Burung camar dan Kumpulan kelelawar 10 Budidaya ikan (karamba) di Mola Utara, Mola Samaturu, Mola Selatan 11 Pembuatan abon dan Pembuatan dodol rumput laut di Mola selatan, Mola

bahari

12 Pemandangan bintang-bintang dilangit pada malam hari (Mola Samaturu) 13 Pembuatan bedak pupur di Mola Utara, Mola Samaturu , Mola Selatan ,

Mola Nelayan Bakti , Mola Bahri

14 Pembuatan Leppa (sampan khas suku bajo) di Mola Utara, Mola Samaturu, Mola Selatan , Mola Nelayan Bakti , Mola Bahari

15 Kegiatan nelayan Mola memancing ikan Tuna dengan Layang-layang 16 Kerajinan sampah di Mola Selatan

17 Pemukiman di atas laut desa Mola Bahari, desa Mola Nelayan Bakti

18 Sunset di homestay Mola Bahari dan Terumbu karang di depan Mola Bahari 19 Kumpulan ikan dipelabuhan Panggulu Belo dan budidaya ikan (karamba) di

Mola Bahari, di Mola Nelayan Bakti

20 Prosesi adat Acara khitanan yang berlangsung selama satu minggu

21 Migrasi Ikan Tembang / ikan Lamuru di Mola Bahari, Mola Nelayan Bakti (3- 6 bln)

22 Fenomena air laut yang jernih dan bersih dipemukiman bajo (bulan 5 - 12) dan Fenomena pasang surut air laut bahari

Tabel 9 Sumber daya alam dan budaya yang berpotensi sebagai atraksi wisata di Bajo Mola

Nto‟oge, Pantai Aowolio, dan Saru‟saru. Saru‟saru merupakan salah satu tempat yang di keramatkan oleh Masyarakat di Pulau Kapota. Selain berfungsi menjaga keseimbangan ekologis di wilayah peissir mangrove juga dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berbagi hal oleh masyarakat. Salah satu pemnfaatan mangrove yang unik dan menarik adalah masyarakat menggunakan buah mangrove untuk membuat kue tradisional yang disebut epu-epu. Selain hutan mangrove, Pulau Kapota juga memiliki Ekosistem Padang Lamun yang tumbuh disepanjang perairan dangkal.Padang Lamun berfusni sebagi habitat biota laut yang dapat dianfaatkan oleh masyarakat seperti, ikan karang, bulu babi (Diadema setosum), kerang-kerangan (bivalvia) dan lain-lain. Terumbu karang sebagi salah satu daya tarik wisata di Waktobi juga terdapat banyak di laut sekitar kawasan Pulao Pulau Kapota, bahkan beberapa titik diving berada di daerah Pulau Kapota.

Landscape alam beserta potensi fisik yang dimiliki Pulau Kapota sangat indah ,dan beragam diantaranya adalah Goa Kelelawar. Disebut gowa kelelawar karena di dalamnya terdapat banyak kelewar, namun masyarakat kadang juag menyebutnya dengan nama Goa Bewata , karena loaksinya yang berada di daerah Bewata. Goa ini menarik karena keunikan serta nilai estetika goa yang terbentuk melalui elemen stalaktit, gourdam, stalagmid, dan lain sebagainya.

Pulau Kapota jug memiliki banyak pantai diantaranya adalah Pantai Kolowowa, Pantai Onemeha, Pantai Kampa, Pantai Kolowowa, Pantai Aowolio, Pantai Umala dan beberapa pantai berpasir yang berada di lokasi saru-sarua, di desa Kabita dan di Desa Pulau Kapota Utara. Beberapa dari pantai yang ada di Pulau Kapota ini cocok menjadi atraksi kegiatan ekowisata karena keindahan dan keunikan-keunikanya. Di Pantai Aowolio terdapat Watu Sahu‟u artinya (Watu: Batu, Sahu’u: Satu pohon) atau karang yang berdiri menyerupai batang pohon. Selain itu Pantai terpanjang di Pulau Kapota Pantai Kolowowa memiliki nilai sejarah sehingga dikelola sara atau melalui cara adat karena di Pantai ini terdapat tanjung Banakwa yang berasa dari kata bana yang berarti pertama dan kawa yang berarti tiba atau sampai. Dianggap sebagai tempat persinggahan pertama penyiar Islam Kerajaan Buton.

Danau Tailaro Nto‟oge merupakan objek menarik yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi objek wisata di Pulau Pulau Kapota. Tailaro Nto‟oge dalam bahasa Pulau Kapota berarti danau besar (Tailaro artinya danau dan Nto‟oge artinya besar). Danau ini memiliki pemandangan yang indah, kegiatan