• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kota Bontang

Letak Geografi dan Administrasi Wilayah

Kota Bontang terletak antara 117 23’ BT - 117 38’ BT dan 0 01’ LU - 0 12’ LU atau berada pada belahan bumi bagian utara khatulistiwa. Kota Bontang memiliki luas wilayah 497.57 km2 yang terdiri atas daratan 147.80 km2 (29.70%) dan lautan 349.77 km2 (70.30%).

Secara geografis Kota Bontang di sebelah Barat dan Utara berbatasan dengan Kabupaten Kutai Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara dan di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar. Kota Bontang memiliki letak yang cukup strategis yaitu terletak pada jalan trans Kaltim dan berbatasan langsung dengan Selat Makassar sehingga menguntungkan dalam mendukung interaksi wilayah Kota Bontang dengan wilayah lain di luar Kota Bontang.

Kota Bontang awalnya merupakan sebuah desa kecil yaitu Desa Bontang Kuala. Kehadiran PT Badak NGL pada tahun 1974 sebagai industri gas alam dan PT Pupuk Kalimantan Timur (PT PKT) tahun 1977 sebagai industri pupuk dan amoniak di Kota Bontang merupakan titik awal terbukanya daerah tersebut sehingga berkembang menjadi Kecamatan Bontang. Seiring dengan semakin berkembangnya kota tersebut maka pada tahun 1989 statusnya meningkat menjadi kota administratif sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1989 dan pada tahun 1999 meningkat menjadi kota otonom sesuai dengan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pemekaran Provinsi dan Kabupaten bersama-sama dengan Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Kutai Kertanegara. Desa Bontang Koala sebagai cikal bakal kota tersebut sampai sekarang tetap menjadi perkampungan nelayan. Namun pemukiman tersebut semakin padat dan menjorok ke laut serta bentuk rumah panggung dari kayu relatif tidak berubah banyak.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bontang Nomor 17 Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi Kecamatan Bontang Barat pada tanggal 16 Agustus

46

2002, maka Kota Bontang menjadi tiga wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Bontang Selatan, Kecamatan Bontang Utara, dan Kecamatan Bontang Barat serta 14 kelurahan dan satu desa.

Kota Bontang dilalui oleh beberapa sungai yang berhulu di bagian Barat (Kabupaten Kutai) dan bermuara di Selat Makassar. Sungai-sungai tersebut adalah Sungai Guntung, Sungai Bontang, Sungai Busuh, Sungai Nyerakat Kanan dan Sungai Nyerakat Kiri yang aliran permukaannya membentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Santan.

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Penduduk Kota Bontang berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2003 sebanyak 117 082 jiwa yang tersebar merata di tiga kecamatan yakni Kecamatan Bontang Selatan 48.378 jiwa, Kecamatan Bontang Utara 47.357 jiwa, dan Kecamatan Bontang Barat 21.347 jiwa. Perkembangan jumlah penduduk di Kota Bontang mengalami peningkatan secara periodik, yakni dari 94.698 jiwa tahun 1999 menjadi 117.082 jiwa pada tahun 2003. Pertumbuhan penduduk Kota Bontang pada tahun 2003 sebesar 5.53%. Perkembangan jumlah penduduk Kota Bontang selengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Perkembangan jumlah penduduk Kota Bontang menurut kecamatan tahun 1999-2003 Tahun Kecamatan 1999 2000 2001 2002 2003 Bontang Selatan 40 577 44 636 46 084 42 685 48 378 Bontang Utara 54 121 54 981 56 769 43 253 47 357 Bontang Barat - - - 19 758 21 347 Jumlah 94 698 99 617 102 853 105 696 117 082 Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a

Pesatnya pertumbuhan penduduk disebabkan oleh besarnya faktor migrasi disamping faktor kelahiran dan kematian.

Penduduk Kota Bontang sebagian besar bekerja pada lapangan usaha konstruksi bangunan (23.12%), perdagangan besar dan eceran (16.02%) dan

47

industri pengolahan (14.21%). Secara rinci persentase jumlah penduduk yang bekerja di Kota Bontang disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk umur 15 tahun ke atas yang bekerja menurut lapangan kerja tahun 2002

No. Lapangan usaha Jumlah Persentase

(%) 1 Pertanian, berburuan dan kehutanan 1 448 3.94

2 Perikanan 610 1.66

3 Pertambangan dan penggalian 2 551 6.95

4 Industri pengolahan 5 217 14.21

5 Listrik, gas dan air minum 74 0.20

6 Konstruksi bangunan 8 491 23.12

7 Perdagangan besar dan eceran 5 882 16.02

8 Akomodasi 1 184 3.22

9 Transportasi, pergudangan dan komunikasi 2 016 5.49 10 Perantara keuangan dan real estate 259 0.71 11 Jasa perusahaan dan usaha persewaan 2 183 5.94 12 Administrasi pemerintahan, pertanahan dan

jaminan sosial wajib

1 572 4.28

13 Jasa pendidikan 1 904 5.19

14 Jasa kesehatan dan kegiatan sosial 629 1.71

15 Jasa kemasyarakatan 1 998 5.44

16 Jasa perorangan yang melayani rumah tangga 703 1.91

Jumlah 36 721 100

Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a

Masyarakat Kota Bontang sangat heterogen yang terbentuk secara geneakologis (perkawinan) dan teritorial (sama-sama menempati suatu wilayah dalam mencari penghidupan) dari berbagai etnis Nusantara mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, Nusa Tenggara hingga Maluku dan Papua serta etnis lokal Kalimantan seperti Banjar, Kutai, Melayu, dan Dayak. Di Kota Bontang terdapat berbagai paguyuban etnis, antara lain Sulawesi (Luwu Banggai, Mamuju, Mandar, Barru, Polmas, Sidrap, Mandar-Majene, Makassar, Toraja, Bone, Sulawesi Tengah, Pinrang, Kawanua, dan Sangihe Talaud), Kalimantan (Banjar, asli Bontang, Dayak, Kutai Hulu Hilir, asli Kutai), Jawa (Madiun dan sekitarnya, Malang, Bojonegoro, Kediri, Madura, Banyuwangi, Sunda), Nusa Tenggara dan Bali (Manggarai, NTT, Bali), Sumatera (Batak, Aceh, Padang, Sumatera Selatan), Ambon, dan etnis Cina.

48

Penduduk Kota Bontang mayoritas beragama Islam yaitu sebanyak sebanyak 103.024 orang (88%) sedangkan penganut agama lain sebanyak 12% terdiri Protestan 11.559 orang, Katolik 2.085 orang, Hindu 237 orang, Budha 74 orang, dan lainnya 100 orang.

Penggunaan Lahan dan Potensi Ekonomi

Penggunaan lahan Kota Bontang pada tahun 2001 didominasi oleh hutan belukar, hutan mangrove seluas 6.596 hektar atau 44.2% dari luas wilayah Kota Bontang. Umumnya kawasan ini merupakan kawasan lindung dengan luas 3.512 hektar atau 23.76%, lokasi kegiatan dua buah industri yaitu PT Pupuk Kaltim dan PT Badak NGL beserta fasilitas penunjangnya seluas 3.512 hektar atau 23.75%. Luas potensial lahan untuk pembangunan lainnya hanya seluas 4.672 hektar atau 31.6% termasuk di dalamnya areal yang sudah terbangun seluas 922 hektar (Tabel 6).

Tabel 6 Luas dan persentase penggunaan tanah Kota Bontang tahun 2001 menurut jenis penggunaan tanah

No. Jenis penggunaan tanah Luas (ha) Persentase (%)

1 Perumahan 922 6.24

2 Kebun campuran 1 301 8.80

3 Tambak 136 0.92

4 Tegalan 84 0.57

5 Land clearing 48 0.32

6 Sarana prasarana PT PKT dan PT Badak NGL

3 512 23.76

7 Mangrove 1 023 6.92

8 Semak 2 140 14.48

9 Hutan belukar 5 523 37.37

10 Lain-lain (jalan, sungai) 91 0.62

Jumlah 14 780 100.00

Sumber: Pemda Bontang KKPSDA 2003

Komoditi utama yang menopang perekonomian Kota Bontang adalah gas alam cair dan produksi urea curah. Sedangkan potensi pertanian tanaman pangan dan perkebunan di Kota Bontang tidak terlalu menonjol mengingat Bontang adalah daerah perkotaan. Sebagian besar bahan makanan yang dikomsumsi

49

masyarakat Bontang masih mengandalkan suplai dari daerah lain. Hal ini dikarenakan kurangnya ketersediaan dan kemampuan lahan pertanian. Faktor lain yang mempengaruhi adalah kepadatan penduduk sehingga sebagian besar lahan dijadikan pemukiman. Disamping itu, persentase penduduk yang menekuni sektor pertanian sangat rendah yaitu 3.94%.

Potensi lain yang dimiliki oleh Kota Bontang adalah potensi kelautan mengingat wilayah Kota Bontang sebagian besar merupakan perairan. Total produksi hasil laut Kota Bontang pada tahun 2003 adalah 946.07 ton dengan produksi tertinggi yaitu ikan tongkol (294.38 ton). Sedangkan hasil laut yang paling banyak diekspor adalah rumput laut (5.28 ton) dan teripang (5.08 ton).

Kota Bontang memiliki potensi pariwisata yang potensial untuk dikembangkan maupun sudah dikembangkan namun belum ditangani secara profesional. Menurut Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Kota Bontang terdapat 14 obyek pariwisata antara lain Pulau Beras Basah, Pulau Gusung, Terumbu Karang Gosong Segajah, Teluk Sekangat, pemukiman nelayan Bontang Kualadan Tihik-Tihik, dan lainnya. Obyek-obyek pariwisata tersebut dapat ditempuh dengan kendaraan roda dua atau roda empat bila berlokasi di darat dan dapat ditempuh dengan perahu motor atau speedboat untuk obyek pariwisata yang berlokasi di pesisir atau laut.

Sarana Prasarana Fisik dan Sosial

Panjang jalan di Kota Bontang adalah 155.791 km yang berdasarkan konstruksi jalan terdiri atas aspal 32.923 km atau 21%, beton (rigid) 24.398 km atau 16%, kayu 9.071 km atau 6%, tanah 72.397 km atau 46% dan lapen 17.001 km atau 11%. Berdasarkan kondisi jalan terdiri atas baik 54.986 km atau 35%, sedang 13.987 km atau 9%, rusak 14.969 km atau 10%, dan rusak berat 71.849 km atau 46%.

Sarana pendidikan di Kota Bontang cukup lengkap mulai dari tingkatan Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi dan tersebar di semua kecamatan. Jumlah Taman Kanak-Kanak (TK) sebanyak 36 buah, Sekolah Dasar (SD) sebanyak 53 buah, Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMTP) sebanyak 30 buah, Sekolah Menengah Tingkat Atas (SMTA) sebanyak 16 buah. Sedangkan

50

Perguruan Tinggi yang ada di Kota Bontang adalah Universitas Trunojoyo. Adapun jumlah sarana pendidikan tingkat dasar sampai menengah serta penyebaran menurut kecamatan disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jumlah sekolah menurut kecamatan

SD SMTP SMTA

Kecamatan TK

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

Bontang Selatan 15 14 13 2 9 1 3

Bontang Utara 15 10 9 1 11 3 7

Bontang Barat 6 3 4 2 5 - 2

Jumlah 36 27 26 5 25 4 12

Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a

Sarana kesehatan di Kota Bontang terdiri atas rumah sakit milik pemerintah dan swasta, puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan, dan dokter praktek. Adapun jumlah dan penyebaran fasilitas kesehatan menurut kecamatan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8 Jumlah fasilitas kesehatan menurut jenis dan kecamatan

Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas pembantu Balai pengobatan Dokter praktek Bontang Selatan 1 1 2 - 22 Bontang Utara 3 2 1 2 6 Bontang Barat 1 - - - -Jumlah 5 3 3 2 28

Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004a

Fasilitas tempat ibadah di Kota Bontang tersedia dalam jumlah yang memadai untuk semua pemeluk agama berupa mesjid sebanyak 60 buah, gereja katolik sebanyak 4 buah, gereja protestan sebanyak 30 buah, dan pura sebanyak 1 buah.

Pertumbuhan Ekonomi

Keadaan perekonomian Kota Bontang tahun 2002-2003 dapat dilihat melalui gambaran PDRB dengan harga konstan yang menunjukkan bahwa laju

51

pertumbuhan PDRB tahun 2003 dengan migas naik sebesar 2.08% sedangkan laku pertumbuhan PDRB tanpa migas mengalami pertumbuhan sebesar 8.84%. Sektor-sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan di atas agregat antara lain sektor bangunan/konstruksi sebesar 18.01%, listrik, gas dan air minum sebesar 9.58%, serta pertambangan dan penggalian sebesar 8.01% (Tabel 9).

Tabel 9 Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kota Bontang dengan/tanpa migas atas dasar harga konstan 1993 (%) tahun 2002-2003

Dengan Migas Tanpa Migas No. Sektor Ekonomi

2002 2003 2002 2003

1 Pertanian -1.17 5.37 -1.17 5.37

2 Pertambangan dan penggalian 3.59 8.01 3.59 8.01

3 Industri pengolahan -4.58 0.92 1.84 7.49

4 Listrik, gas dan air minum 9.24 9.58 9.24 9.58 5 Bangunan dan konstruksi 12.04 18.01 12.04 18.01 6 Perdagangan, restoran, dan hotel 3.08 7.32 3.08 7.32 7 Pengangkutan dan komunikasi 2.85 2.76 2.85 2.76 8 Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan

3.48 0.94 3.48 0.94

9 Jasa-jasa 5.61 6.52 5.61 6.52

PDRB -3.33 2.08 4.16 8.84

Sumber: Bappeda dan BPS Bontang 2004b

Salah satu indikator untuk melihat perkembangan struktur ekonomi daerah adalah melalui komposisi struktur PDRB. Dari komposisi struktur PDRB suatu wilayah dapat diketahui peranan masing-masing sektor, sehingga sektor yang dominan peranannya dapat diperkirakan akan membentuk struktur ekonomi wilayah tersebut. Sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2003 sektor industri pengolahan merupakan sektor yang paling besar pengaruhnya dan mendominasi dalam struktur perekonomian Kota Bontang dengan sumbangan pada tahun 2003 sebesar 86.45%. Sektor ekonomi lain juga mengalami peningkatan meskipun relatif kecil (Tabel 10).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa struktur perekonomian Kota Bontang relatif bercorak industrialisasi. Indikasi didasarkan karena sektor industri pengolahan mendominasi struktur perekonomian. Apabila unsur migas yaitu sub sektor industri pengolahan gas alam cair /LNG dikeluarkan, maka sektor industri pengolahan tetap memperlihatkan pengaruhnya terhadap PDRB Kota Bontang.

52

Hal ini disebabkan oleh adanya industri pupuk berskala nasional, yaitu PT Pupuk Kalimantan Timur Tbk.

Tabel 10 Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto Kota Bontang dengan migas atas dasar harga konstan 1993 (%) tahun 2000-2003

No. Sektor Ekonomi 1993 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1 Pertanian 1.83 0.37 0.34 0.34 0.34 0.35 0.36 2 Pertambangan dan penggalian 1.42 0.51 0.47 0.47 0.48 0.51 0.54 3 Industri pengolahan 59.54 88.43 88.88 88.88 88.58 87.43 86.45

4 Listrik, gas dan air minum 0.26 0.11 0.12 0.12 0.12 0.14 0.15 5 Bangunan dan konstruksi 12.23 3.85 3.7 3.70 4.00 4.63 5.36 6 Perdagangan, restoran, dan hotel 12.92 3.37 3.22 3.22 3.22 3.43 3.61 7 Pengangkutan dan komunikasi 3.97 1.15 1.09 1.09 1.07 1.14 1.15 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4.95 1.35 1.27 1.27 1.27 1.36 1.35 9 Jasa-jasa 2.88 0.86 0.91 0.91 0.92 1.00 1.04 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber : Bappeda dan BPS Bontang 2004a, 2004b

Kabupaten Kutai Timur Letak Geografi dan Administrasi Wilayah

Kabupaten Kutai Timur dengan ibukota Sangatta terletak pada posisi 115 56’26” BB - 118 58’19” BT dan 0 02’10” LS - 1 52’39” LU dengan luas wilayah 35 747.50 km2 atau 17% dari total luas Provinsi Kalimantan Timur. Secara geografis Kabupaten Kutai Timur di sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Bulungan dan Kabupaten Berau, di sebelah Timur berbatasan dengan Selat Makassar, di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara dan kota Bontang, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Kutai Kertanegara.

53

Kabupaten Kutai Timur merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dari Kabupaten Kutai berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pemekaran Wilayah Provinsi dan Kabupaten yang diresmikan Menteri Dalam Negeri pada tanggal 28 Oktober 1999. Pada awal terbentuknya, Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 11 wilayah kecamatan dan 100 desa, namun dalam perkembangannya terjadi pemekaran beberapa desa sehingga pada tahun 2003 terdiri atas 11 wilayah kecamatan dan 116 desa dan terdapat 6 desa dalam tahap persiapan sehingga pada tahun 2004 menjadi 122 desa (Tabel 11).

Tabel 11 Banyaknya desa dan luas wilayah menurut kecamatan

Banyaknya desa Luas wilayah No. Kecamatan 2001 2002 2003 2004 Km2 % 1 Muara Ancalong 12 12 12 12 3 241.28 9.07 2 Busang 4 6 6 6 3 721.62 10.41 3 Muara Wahau 9 9 9 9 5 724.32 16.01 4 Telen 5 5 5 7 3 129.61 8.75 5 Kombeng 7 7 7 7 581.27 1.63 6 Muara Bengkal 12 13 13 13 1 562.30 4.37 7 Sangatta 12 18 18 18 3 898.26 10.98 8 Bengalon 5 8 8 8 3 396.26 9.50 9 Kaliorang 14 15 15 15 699.01 1.96 10 Sangkulirang 14 15 17 17 6 020.05 16.84 11 Sandaran 6 6 6 6 3 773.54 10.56 Jumlah 100 114 116 122 35 747.50 100.00

Sumber: BPS Kutai Timur 2004a

Kependudukan dan Tenaga Kerja

Jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur sebanyak 165.461 jiwa yang tesebar pada sebelas kecamatan dengan kepadatan rata-rata 4.63 /km2. Namun penyebaran penduduk belum merata. Berdasarkan Tabel 12 diketahui bahwa kepadatan penduduk paling tinggi terjadi di Kecamatan Kombeng, Sangatta, dan Kaliorang, sedangkan kecamatan lainnya cenderung jarang.

54

Tabel 12 Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan penduduk menurut kecamatan

No. Kecamatan Luas wilayah (km2) Jumlah penduduk (jiwa) Kepadatan penduduk/km2 1 Muara Ancalong 3 241.28 13 050 4.03 2 Busang 3 721.62 4 027 1.08 3 Muara Wahau 5 724.32 10 476 1.87 4 Telen 3 129.61 4 178 1.33 5 Kombeng 581.27 13 128 22.59 6 Muara Bengkal 1 562.30 14 041 8.99 7 Sangatta 3 898.20 61 384 15.75 8 Bengalon 3 396.24 10 792 3.18 9 Kaliorang 699.01 11 809 16.89 10 Sangkulirang 6 020.05 16 805 2.79 11 Sandaran 3 773.54 5 571 1.48 Jumlah 35 747.50 165 461 4.63

Sumber: BPS Kutai Timur 2004a

Pertumbuhan penduduk Kabupaten Kutai Timur selama tiga tahun terakhir rata-rata 4.14% setiap tahun. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 13 yang menunjukkan bahwa perkembangan jumlah penduduk cukup besar. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini disebabkan oleh faktor imigrasi disamping faktor kelahiran.

Tabel 13 Perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur menurut kecamatan tahun 1999-2003 Tahun Kecamatan 1999 2000 2001 2002 2003 Muara Ancalong 14 057 13 755 15 509 15 043 13 050 Busang * 3 914 6 689 6 481 4 027 Muara Wahau 230 196 11 523 11 454 11 214 10 676 Telen * 4 362 4 332 4 249 4 178 Kombeng * 11 497 11 975 11 802 13 128 Muara Bengkal 10 901 18 230 17 615 15 891 14 041 Sangatta 21 453 44 843 46 676 54 850 61 384 Bengalon * 6 029 8 667 8 860 10 792 Kaliorang 28 415 11 210 12 152 12 027 11 809 Sangkulirang * 16 599 17 464 17 023 16 805 Sandaran * 4 548 4 630 4 506 5 571 Jumlah 98 022 146 510 157 163 161 946 165 461 Sumber: BPS Kutai Timur 2004a

55

Penduduk Kabupaten Kutai Timur sebagian besar bekerja pada lapangan usaha pertanian (69%), pertambangan dan galian (9.54%), dan perdagangan (6.72%). Secara rinci persentase jumlah penduduk yang bekerja disajikan pada Tabel 14.

Penduduk Kabupaten Kutai Timur menganut berbagai agama yaitu Islam sebanyak 136.421 orang, Protestan 16.810 orang, Katolik 10.169 orang, Hindu 1 913 orang, Budha 40 orang, dan lainnya 108 orang.

Tabel 14 Persentase penduduk 10 tahun ke atas menurut kecamatan dan lapangan usaha tahun 2002 (%)

Kecamatan P er ta n ia n P er ta m b an g an & p en g g al ai n In d u st ri P er d ag an g an T ra n sp o rt & K o m u n ik as i Ja sa L ai n n y a Ju m la h Muara Ancalong 86.83 0.83 0.58 6.31 3086 1.33 0.28 100.00 Busang 80.12 1.20 5.44 7.79 0.78 2.76 1.90 100.00 Muara Wahau 79.00 0.00 1.73 8.24 2.53 6.39 2.11 100.00 Telen 66.78 0.00 4.28 10.72 4.22 12.72 1028 100.00 Kombeng 88.18 0.00 3.83 2.27 0.77 4.57 0.39 100.00 Muara Bengkal 78.80 0.00 3.16 8.19 3.35 6.25 0.26 100.00 Sangatta 44.37 35.00 0.75 5.80 0.37 2.54 11.16 100.00 Bengalon 51.52 0.00 36.36 6.06 0.95 3.03 2.08 100.00 Kaliorang 87.81 0.00 0.74 4.48 0.36 6.25 0.36 100.00 Sangkulirang 65.05 0.00 12.08 11.25 3.84 6.13 1.65 100.00 Sandaran 88.61 0.00 0.85 6.89 0.74 2.23 0.69 100.00 Kutai Timur 69.50 9.54 4.41 6.72 1.88 4.27 3.68 100.00

Sumber: BPS Kutai Timur 2003

Penggunaan Lahan dan Potensi Ekonomi

Pola penggunaan lahan kabupaten Kutai Timur terbagi atas pemukiman 9.534 hektar, industri 262 hektar, sawah 14 526 hektar, perkebunan 11.896 hektar, pertanian lahan kering 23.838 hektar, hutan lebat 1.003.526 hektar, hutan belukar 1.531.169 hektar, hutan sejenis 90.170 hektar, hutan rawa 381.138 hektar, semak/alang-alang 310.854 hektar, kolam/tambak 664 hektar, dan lain-lain 51.693 hektar (Priyatna 2003).

56

Potensi sumberdaya yang dimiliki Kabupaten Kutai Timur sangat besar yang terdiri atas hutan yang luas, cadangan batubara, migas, dan bahan tambang lainnya seperti emas, pasir kuarsa, lempung, dan batu gamping. Investasi didominasi oleh sektor pertambangan migas dan batubara yaitu sebesar 82%, sedangkan sektor lainnya masing-masing pertanian 9.8%, dan bangunan sebesar 3%.

Kabupaten Kutai Timur memiliki cadangan batubara sebesar 5.35 milyar ton dengan 26 perusahaan pemegang perizinan yaitu Pemegang Kuasa Pertambangan Batubara (PKP2B), Kuasa Pertambangan (KP) dan Kontrak Karya (KK). Dari jumlah tersebut perusahaan yang telah melakukan eksploitasi adalah PT Kaltim Prima Coal (KPC) , PT Indominco Mandiri, PT Kitadin, sedangkan yang lainnya masih dalam tahap ekplorasi dan penyelidikan umum. Potensi minyak dan gas terdapat di Sangkima Field dengan cadangan sebesar 243.4 juta barrel MMBO dan Sangatta Field dengan cadangan sebesar 459.8 BCFG yang saat ini dikelola Pertamina OPS Sangatta.

Potensi di bidang kehutanan meliputi pemanfaatan hasil hutan kayu dan non kayu serta industri pengolahan hasil hutan antara lain industri plywood, moulding, dan kayu olahan.

Potensi lain yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Timur adalah pertanian, perkebunan, dan pariwisata. Komoditi utama tanaman pertanian antara lain padi, jagung, kacang-kacangan, pisang, serta tanaman palawijaya, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Sedangkan komoditi utama tanaman perkebunan meliputi karet, kopi, cengkeh, lada, coklat, kelapa sawit, serta tanaman perkebunan lainnya.

Sarana Prasarana Fisik dan Sosial

Panjang jalan di Kabupaten Kutai Timur adalah 1 504 km terdiri atas jenis permukaan aspal 341 km atau 23%, kerikil 659.5 km atau 44%, dan tanah 503.50 km atau 33%. Sedangkan berdasarkan kondisi jalan terdiri atas baik 566.31 km atau 38%, sedang 193.96 km atau 13%, rusak 308.83 km atau 21%, rusak berat 295.9 km atau 20%, dan lainnya 139 km atau 9%.

Sarana pendidikan di Kabupaten Kutai Timur cukup lengkap mulai dari tingkatan Taman Kanak-Kanak sampai Perguruan Tinggi. Namun terdapat tiga

57

kecamatan yang belum memiliki sekolah Taman Kanak-Kanak yaitu Kecamatan Muara Ancalong, Kecamatan Telen, dan Kecamatan Sandaran. Sedangkan kecamatan yang belum memiliki SMA terdiri atas tiga kecamatan yaitu Kecamatan Busang, Kecamatan Telen, dan Kecamatan Sandaran. Adapun sarana pendidikan tingkat dasar sampai menengah disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah sekolah menurut kecamatan

SD SMTP SMTA

Kecamatan TK

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Muara Ancalong 3 17 - 3 2 1 -Busang - 6 - 1 - - -Muara Wahau 3 11 - 1 - - 1 Telen - 6 - 1 1 - -Kombeng 5 9 1 3 - - 2 Muara Bengkal 4 16 - 2 1 1 1 Sangatta 16 24 8 4 9 1 1 Bengalon 3 8 1 1 2 - 1 Kaliorang 5 16 - 3 - - 1 Sangkulirang 4 20 1 1 - 1 -Sandaran - 9 - 2 - - -Jumlah 43 142 11 22 15 4 7

Sumber: BPS Kutai Timur 2004a

Sarana kesehatan di Kabupaten Kutai Timur terdiri atas rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, balai pengobatan, dan dokter praktek. Adapun jumlah dan penyebaran fasilitas kesehatan menurut kecamatan disajikan pada Tabel 16.

Sedangkan fasilitas tempat ibadah tersedia dalam jumlah yang memadai untuk semua pemeluk agama berupa mesjid sebanyak 209 buah, gereja katolik sebanyak 44 buah, gereja protestan sebanyak 98 buah, dan pura sebanyak 9 buah.

58

Tabel 16 Jumlah fasilitas kesehatan menurut jenis dan kecamatan

Dokter praktek Kecamatan Rumah Sakit Puskesmas Puskesmas pembantu Balai pengobatan / klinik Umum Gigi Muara Ancalong - 1 11 - - -Busang - 1 3 - - -Muara Wahau - 2 9 - 2 2 Telen - 1 4 - 1 -Kombeng - 1 4 - 1 -Muara Bengkal - 1 5 - 1 1 Sangatta 1 3 11 - - -Bengalon - 1 2 4 - -Kaliorang - 1 11 - - -Sangkulirang - 1 5 - - -Sandaran - 1 2 - - -Jumlah 1 14 67 4 5 3

Sumber: BPS Kutai Timur 2004a

Pertumbuhan Ekonomi

Keadaan perekonomian Kabupaten Kutai Timur tahun 2002-2003 dapat dilihat melalui gambaran PDRB dengan harga konstan yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan PDRB tahun 2003 dengan migas mengalami pertumbuhan negatif sebesar -3.45% sedangkan laju pertumbuhan PDRB tanpa migas mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2.37% (Tabel 17). Angka pertumbuhan yang negatif menggambarkan bahwa perekonomian Kabupaten Kutai Timur tahun 2003 agak tersendat bila dibandingkan dengan tahun 2002. Hal ini disebabkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur sangat dipengaruhi oleh kegiatan dan komoditi pertambangan khususnya batubara. Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu andalan penghasil batubara Provinsi Kalimantan Timur dalam mengekspor komoditi non migas khususnya batubara.

59

Tabel 17 Laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur dengan/tanpa migas atas dasar harga konstan 1993 (%) tahun 2002-2003

Dengan Migas Tanpa Migas No. Sektor Ekonomi

2002 2003 2002 2003

1 Pertanian 91.89 -13.95 91.89 -13.95

2 Pertambangan dan penggalian 12.92 -3.55 27.86 20.79

3 Industri pengolahan -6.60 2.56 -6.60 2.56

4 Listrik, gas dan air minum 26.36 26.30 26.36 26.30 5 Bangunan dan konstruksi 43.37 -17.42 43.37 -17.42 6 Perdagangan, restoran, dan hotel 49.87 29.75 49.87 29.75 7 Pengangkutan dan komunikasi 2.13 0.10 2.13 0.10 8 Keuangan, persewaan dan jasa

perusahaan

38.87 21.48 38.87 21.48

9 Jasa-jasa 58.55 21.45 58.55 21.45

PDRB 22.93. -3.45 47.26 -2.37

Sumber: BPS Kutai Timur 2004b

Pada tahun 2003, salah satu dari tiga perusahaan besar pertambangan batubara yang beroperasi di Kabupaten Kutai Timur ( PT Kaltim Prima Coal, PT.Indominco Mandiri, dan PT Kitadin) mengalami penurunan produksi yang cukup signifikan. PT Kaltim Prima Coal mengalami penurunan produksi akibat untjuk rasa buruh dan karyawan sehingga mempengaruhi output dan kinerja perusahaan. Penurunan produksi subsektor ini mencapai -4.44% atau dengan kata lain produksi batubara pada tahun 2003 mengalami penurunan 4.44%.

Salah satu indikator untuk melihat perkembangan struktur ekonomi daerah adalah melalui komposisi struktur PDRB. Dari komposisi struktur PDRB suatu wilayah dapat diketahui peranan masing-masing sektor, sehingga sektor yang dominan peranannya dapat diperkirakan akan membentuk struktur ekonomi wilayah tersebut. Sejak tahun 1993 sampai dengan tahun 2003 sektor yang paling paling besar pengaruhnya dan mendominasi dalam struktur perekonomian Kabupaten Kutai Timur adalah sektor pertambangan dan penggalian. Pada tahun 2003, sektor pertambangan dan penggalian memberikan sumbangan sebesar 64.31%. Sektor ekonomi lain yang memberikan sumbangan relatif cukup besar

60

adalah sektor pertanian sebesar 10.33%, dan sektor bangunan dan kostruksi sebesar 11.29% (Tabel 18).

Tabel 18 Distribusi persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Kutai Timur dengan migas atas dasar harga konstan 1993 (%) tahun 2000-2003 No. Sektor Ekonomi 1993 1998 1999 2000 2001 2002 2003 1 Pertanian 16.94 9.12 9.54 9.71 8.26 12.89 11.49 2 Pertambangan dan penggalian 66.74 75.86 72.90 72.10 71.56 65.73 65.66 3 Industri pengolahan 0.74 1.14 1.24 1.32 1.19 0.91 0.92 4 Listrik, gas,

dan air minum

0.06 0.15 0.21 0.23 0.29 0.30 0.39 5 Bangunan dan konstruksi 2.79 2.75 2.92 3.71 5.31 6.19 5.29 6 Perdagangan, restoran, dan hotel 2.24 3.16 3.17 3.27 3.07 3.74 4.33 7 Pengangkutan dan komunikasi 5.07 3.43 5.55 4.75 5.30 4.41 4.57 8 Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 4.54 3.69 3.70 3.88 3.94 4.45 5.60 9 Jasa-jasa 0.88 0.70 0.77 1.03 1.07 1.38 1.74 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber: BPS Kutai Timur 2004b

Kekayaan sumberdaya alam Kabupaten Kutai Timur terutama batubara, migas, dan bahan tambang lainnya merupakan komoditi yang bersifat tidak dapat diperbahauru (unrenewable). Sumbangan sektor pertambangan dan penggalian sejak tahun 2001 menunjukkan kecenderungan menurun, sedangkan sektor pertanian serta bangunan dan konstruksi cenderung mengalami peningkatan. Meskipun demikian, kenaikan yang terjadi pada komoditi tersebut memiliki pengaruh yang besar terhadap sektor-sektor lainnya antara lain pertanian dan bangunan. Apabila unsur migas dan batubara dikeluarkan dari PDRB maka sektor pertanian dan bangunan merupakan sektor yang paling dominan pengaruhnya terhadap struktur perekonomian Kabupaten Kutai Timur.

61

PT Badak Natural Gas Liquefaction

Keberadaan PT Badak NGL diawali dengan ditemukannya cadangan gas alam di Muara Badak, Kalimantan Timur pada bulan Pebruari 1972 oleh perusahaan minyak Huffco dari Amerika Serikat. Nama Badak berasal dari sumur gas pertama yang ditemukan. Huffco bekerja sebagai production sharing contracts dengan Perusahaan Tambang Minyak Negara (Pertamina) dengan operator PT Badak NGL yang bertugas mengelola dan mengoperasikan kilang.

PT Badak NGL didirikan pada tanggal 26 Nopember 1974 dengan susunan kepemilikan saham adalah Pertamina (55%), Huffco (30%), dan JILCO (15%). Pada tahun 1990, Total Indonesia sebagai salah satu produsen gas menjadi anggota dan terjadi restrukturisasi Huffco menjadi VICO sehingga susunan kepemilikan saham menjadi Pertamina (55%), VICO (20%), Total Indonesia,