• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian dampak kegiatan pertambangan terhadap pengembangan wilayah dilakukan pada bulan Juli – Agustus 2005.

Pengumpulan Data

Metode dan pendekatan studi yang digunakan adalah telaah pustaka dan survei lapangan. Telaah pustaka dilakukan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang terkait dengan penelitian. Sumber data sekunder untuk telaah pustaka dalam penelitian ini adalah dari berbagai buku, makalah, dan laporan terkait.

Pengumpulan data primer dilakukan melalui survei lapangan dan wawancara yang dibantu dengan daftar pertanyaan terstruktur (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya (Lampiran 1).

Data sekunder diperoleh dari studi pustaka maupun data-data yang diperoleh dari instansi-instansi terkait antara lain Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Kehutanan, Pemda Kabupaten Kutai Timur , Pemda Kota Bontang serta perusahaan pertambangan.

Untuk mengetahui dampak kegiatan pertambangan terhadap pengembangan masyarakat maka penentuan perusahaan pertambangan sampel dilakukan dengan pertimbangan perusahaan tersebut telah beroperasi minimal lima tahun dan lokasinya berdekatan dengan pemukiman masyarakat. Perusahaan pertambangan yang dipilih adalah PT Indominco Mandiri sebagai wakil dari pertambangan umum dan PT Badak NGL sebagai wakil dari pertambangan migas.

Untuk mengetahui dampak kegiatan pertambangan terhadap pengembangan masyarakat, pemilihan desa/kelurahan sampel dilakukan terhadap dua lokasi yang berbeda, yaitu:

34

1. Desa/kelurahan yang berdekatan atau berada di sekitar lokasi pertambangan dan mendapatkan kegiatan community development dari perusahaan pertambangan (desa dampak);

2. Desa/kelurahan yang tidak berdekatan dengan lokasi pertambangan dan tidak mendapatkan kegiatan community development dari perusahaan pertambangan (desa non-dampak).

Gambar 3 Wilayah dampak dan non-dampak kegiatan PT Indominco Mandiri.

Gambar 4 Wilayah dampak dan non-dampak kegiatan PT Badak NGL.

Without Kab. Kutai Timur PT Badak NGL with Bontang 14 kelurahan Without Kab. Kutai Timur PT Indominco Mandiri with Kutai Timur Kutai Kertangera Bontang 6 desa 4 desa with

35

Penentuan Responden

Teknik sampling atau penarikan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara metode pengambilan sampel bertahap (multistage proporsional random sampling) dengan metode pengambilan sampel acak terstratifikasi (stratified random sampling).

Langkah-langkah penarikan contoh dilakukan dengan cara :

1. Pada kabupaten dan kota dibuat kerangka sampling jumlah desa/kelurahan yang diperkirakan terkena dampak kegiatan pertambangan secara langsung dan mendapatkan program community development dari PT Indominco Mandiri dan PT Badak NGL. Kerangka sampling berupa daftar desa/kelurahan berdasarkan aktivitas PT Indominco Mandiri dan PT Badak NGL (Lampiran 2);

2. Berdasarkan kerangka sampling di atas, dipilih secara random sebanyak empat desa sampel masing-masing dua desa untuk PT Indominco Mandiri yaitu Desa Suka Damai dan Desa Suka Rahmat dan dua kelurahan untuk PT Badak NGL yaitu Kelurahan Bontang Lestari dan Kelurahan Kanaan. Penyebaran desa sampel menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.

3. Dari setiap desa/kelurahan sampel dibuat kerangka sampling rumahtangga menurut pelapisan sosial ekonomi (lapisan atas, menengah, dan bawah). Unsur pelapisan sosial dalam masyarakat cenderung merupakan gabungan dari beberapa unsur yaitu penguasaan lahan, kekayaan yang dimiliki, lamanya menetap, dimensi pendidikan dan pengalaman yang dimiliki, serta dimensi kekuasaan khususnya pada pemimpin formal;

4. Kemudian secara random-proporsional dipilih sampel rumahtangga dari setiap desa/kelurahan sebanyak 20 rumahtangga sampel. Dari proses sampling di lapangan diperoleh total sampel rumahtangga dampak sebanyak 80 rumahtangga.

5. Untuk sampel desa non-dampak, dipilih desa yang tidak mendapatkan kegiatan community development baik dari PT Indominco Mandiri, PT Badak NGL maupun dari perusahaan lainnya, yaitu Desa Kandolo. Kemudian dengan teknik yang sama dipilih secara random-proporsional 20 rumahtangga sampel dari desa sampel non-dampak.

36

6. Selanjutnya setiap kepala rumahtangga ditetapkan sebagai responden sasaran wawancara dengan menggunakan kuesioner (metode survei). Dengan demikian secara keseluruhan jumlah responden dalam studi ini sebanyak 100 responden (Tabel 3).

Tabel 3 Jumlah responden menurut kabupaten/kota, kecamatan, dan desa/ kelurahan sampel berdasarkan pelapisan sosial ekonomi

Pelapisan Sosek Responden No Kabupaten/Kota &

Kecamatan

Desa/Kelurahan

Sampel Atas Mgh Bawah Total 1 Kota Bontang (dampak)

1. Bontang Selatan 1. Bontang Lestari 2 5 13 20 2. Bontang Barat 2. Kanaan 4 5 11 20

2 Kabupaten Kutai Timur (dampak)

3. Sangatta 3. Suka Damai 5 6 9 20

4. Suka Rahmat 3 8 9 20

Total Dampak 14 24 42 80

3 Kabupaten Kutai Timur (non-dampak)

4. Sangatta 5. Kandolo 5 7 8 20

Total Non-Dampak 5 7 8 20

Total Sampel 19 31 50 100

Selain responden, data dan informasi kualitatif diperoleh dari sejumlah informan. Untuk kepentingan studi ini maka informan ditetapkan dari tingkat desa/kelurahan. Dari setiap desa/kelurahan sampel dipilih sejumlah informan, yaitu Kepala Desa/Lurah, aparat desa/kelurahan, atau tokoh masyarakat.

Penerimaan responden cukup beragam, ada yang menerima dengan baik, penuh kecurigaan, bahkan menolak untuk diwawancarai. Hal ini disebabkan antara lain oleh adanya konflik wilayah pada perbatasan Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur yaitu Desa Suka Damai dan Desa Suka Rahmat. Pengalaman observasi lapangan dan wawancara dengan responden dituangkan dalam catatan harian survei lapang (Lampiran 3).

Adapun penyebaran desa dampak, desa non dampak dan lokasi pertambangan di sajikan pada Peta Wilayah Penelitian (Gambar 5)

38

Pengolahan Data

Kontribusi Sektor Pertambangan terhadap Pembangunan Daerah

Untuk mengetahui kontribusi kegiatan pertambangan terhadap pembangunan daerah dilihat melalui kontribusi kegiatan pertambangan terhadap PDRB. Data PDRB tersebut digunakan untuk menganalisis pertumbuhan dan pemusatan ekonomi wilayah pada Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur.

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Wilayah

Analisis pertumbuhan ekonomi wilayah menggunakan data PDRB atas dasar harga konstan tahun 1993 pada dua titik tahun yaitu tahun 1993 dan 2003. Teknik analisis yang digunakan adalah shift-share analysis. Hasil analisis shift-share

menjelaskan kinerja (performance) suatu aktifitas di suatu sub wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah total. Analisis shift-share mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian yaitu. : sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), sebab dari dinamika aktifitas/sektor (total wilayah) dan sebab dari dinamika wilayah secara umum (Johnson dan Wichern 1998).

Gambaran kinerja ini dapat dijelaskan dari tiga komponen hasil analisis, yaitu:

1. Komponen Laju Pertumbuhan Total (komponen share). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah.

2. Komponen Pergeseran Proporsional (komponen proportional shift). Komponen ini menyatakan pertumbuhan total aktifitas tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor/aktifitas total dalam wilayah.

3. Komponen Pergeseran Diferensial (komponen differential shift). Ukuran ini menjelaskan bagaimana tingkat kompetisi (competitiveness) suatu aktifitas tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor/aktifitas tersebut dalam wilayah. Komponen ini menggambarkan dinamika

39

(keunggulan/ketakunggulan) suatu sektor/aktifitas tertentu di sub wilayah tertentu terhadap aktifitas tersebut di sub wilayah lain.

Adapun persamaan analisis shift-share sebagai berikut :

X

X

X

X

X

X

X

X

X

X

SSA

t i t i t ij t ij t t t i t i t t ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 ( ) 0 ( ) 1 (

..

..

..

..

1

a b c

dimana : a = komponen share

b = komponen proportional shift c = komponen differential shift

X.. = Nilai total aktifitas dalam total wilayah

X.i = Nilai total aktifitas tertentu dalam total wilayah Xij = Nilai aktifitas tertentu dalam unit wilayah tertentu t1 = titik tahun akhir

t0 = titik tahun awal

Analisis Pemusatan Ekonomi Wilayah

Untuk melengkapi hasil analisis shift share digunakan metode analisis

Location Quotient (LQ) untuk menunjukkan lokasi pemusatan/basis (aktifitas). Data yang digunakan adalah data PDRB atas dasar harga kontasn 1993 pada tahun 2002 dan 2003. Menurut Blakely (1994), analisis LQ merupakan suatu analisis yang digunakan untuk melengkapi analisis lain yaitu shift-share analysis. Secara lebih operasional, LQ didefinisikan sebagai rasio persentase dari total aktifitas pada sub wilayah ke-i terhadap persentase aktifitas total terhadap wilayah yang diamati. Asumsi yang digunakan dalam analisis ini adalah bahwa (1) kondisi geografis relatif seragam, (2) pola-pola aktifitas bersifat seragam, dan (3) setiap aktifitas menghasilkan produk yang sama. Persamaan dari LQ ini adalah:

IJ IJ I J

L Q X X

X X

/

/

. . ..

40

dimana:

Xij : derajat aktifitas ke-j di wilayah ke-i Xi. : total aktifitas di wilayah ke-I X.j : total aktifitas ke-j di semua wilayah X.. : derajat aktifitas total wilayah

Untuk dapat menginterprestasikan hasil analisis LQ, adalah sebagai berikut: Jika nilai LQij > 1, maka hal ini menunjukkan terjadinya konsentrasi suatu aktifitas di sub wilayah ke-i secara relatif dibandingkan dengan total wilayah atau terjadi pemusatan aktifitas di sub wilayah ke-i.

Jika nilai LQij = 1, maka sub wilayah ke-I tersebut mempunyai pangsa aktifitas setara dengan pangsa total atau konsentrasai aktifitas di wilayah ke-I sama dengan rata-rata total wilayah.

Jika nilai LQij < 1, maka sub wilayah ke-I tersebut mempunyai pangsa relatif lebih kecil dibandingkan dengan aktifitas yang secara umum ditemukan diseluruh wilayah.

Dampak Kegiatan Pertambangan terhadap Pengembangan Masyarakat Untuk mengetahui dampak kegiatan pertambangan terhadap pengembangan masyarakat dilakukan melalui penelusuran data community development yang telah dilakukan oleh perusahaan pertambangan. Berdasarkan informasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan terhadap masyarakat, dilakukan pengecekan kepada masyarakat sekitar lokasi tambang melalui wawancara atau pengisian kuesioner yang telah diisi dengan pertanyaan terstruktur.

Aspek yang dilihat pada responden adalah peningkatan taraf hidup masyarakat melalui pendidikan, kesempatan bekerja, dan kesehatan. Sedangkan untuk tingkat desa akan dilihat keberadaan infrastruktur sebagai sarana aktifitas masyarakat, pertumbuhan usaha-usaha kecil, serta konflik yang timbul sebagai dampak kehadiran perusahaan pertambangan.

Untuk mengetahui pola asosiasi antara karakteristik responden berdasarkan desa/kelurahan dan pelapisan sosial ekonomi terhadap tingkat pendidikan, jenis mata pencaharian utama, serta persepsi mengenai kontribusi perusahaan terhadap

41

kesejahteraan keluarga, kesejahteraan masyarakat, penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan usaha-usaha kecil, dan konflik, digunakan analisis koresponden berganda ( multiple correspondence analysis).

Analisis Koresponden Berganda (Multiple Correspondence Analysis)

Correspondence analysis merupakan sebuah teknik deskriptif yang didesain untuk menganalisa tabel sederhana dua arah (simple two-way) atau multi arah (multi-way) yang berisi beberapa ukuran korespondensi antara data baris dan kolom. Dalam correspondence analysis, sebuah tabel crosstab dari data frekuensi mula-mula distandarisasi sedemikian rupa sehingga frekuensi relatif dari semua sel apabila dijumlah sama dengan 1.0. Salah satu cara untuk menyatakan hasil dari analisis ini adalah dengan menampilkan tabel frekuensi tersebut dalam bentuk jarak antara individual data berdasarkan data baris dan kolom dalam satu ruang dua dimensi.

Perhitungan dalam teknik analisis ini dapat diuraikan seperti yang telah disampaikan dalam Blakely (1994). Perhitungan detail dari teknik ini adalah didasarkan pada matrik berikut :

P : merupakan matrik dari frekuensi relatif, dimana masing-masing eleman dari P dihitung berdasarkan nilai frekunesi dari tabel input dibagi dengan jumlah total dari semua nilai

r : merupakan nilai vektor dari total baris matrik P c : merupakan nilai vektor dari total kolom matrik P

Dr : merupakan matrik diagonal, dimana elemen diagonal dari Dr sama dengan total baris dari P

Dc : merupakan matrik diagonal, dimana elemn diagonal dari Dc sama dengan total kolom P

Komputasi terhadap koordinat baris dan koordinat kolom didasarkan pada nilai singular dari matrik P, dimana :

P = A DuB’

Sehingga :

42

Dimana :

A : matrik vektor singular sisi kiri (left side generalized vectors);

B : matrik vektor singular sisi kanan (right side generalised vectors);

Du : matrik diagonal dengan elemen diagonal sama dengan nilai singular (generalized singular values); dan

I : matrik identitas (sebuah matrik diagonal dengan nilai 1 sebagai nilai diagonal).

Kemudian koordinat baris dihitung berdasarkan matrik baris R = inverse(Dr)P, dan koordinat kolom dihitung berdasarkan matrik kolom seperti halnya koordinat baris. Secara spesifik, koordinat baris dihitung sebagai F = inverse(DR)ADu, dan koordinat kolom sebagai G = inverse(Dc)BDu. Pilihan ini sangat sesuai apabila kita ingin menginterpretasi variabel berdasarkan jarak baris dan jarak kolom (jarak antara dua koordinat yaitu dari sisi baris dan kolom adalah jarak chi-square).

Kesesuaian Peruntukan Ruang

Untuk mengetahui kesesuaian pemanfaatan ruang lokasi pertambangan dan lokasi desa dampak/non-dampak dilakukan melalui teknik overlay atau tumpang tindih antara Peta Administrasi dan Peta Wilayah Pertambangan dengan Peta Rencana Tata Ruang Wilayah. Melalui overlay ini diperoleh informasi mengenai kesesuaian pemanfaatan ruang untuk lokasi pertambangan dan lokasi desa dampak/non-dampak dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (Gambar 6).

Untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan (land use) khususnya fungsi kawasan hutan pada lokasi pertambangan dan lokasi desa dampak/non-dampak dilakukan melalui teknik overlay antara Peta Administrasi dan Peta Wilayah Pertambangan dengan Peta TGHK dan Peta Paduserasi TGHK-RTRW yang dikenal sebagai Peta Kawasan Hutan Provinsi (Gambar 6). Peta Kawasan Hutan Provinsi menggambarkan kondisi kawasan hutan yang ada pada saat ini, sedangkan peta TGHK menggambarkan kondisi kawasan hutan sebelum adanya kegiatan pertambangan atau awal pembukaan lahan untuk pertambangan di Kota Bontang dan Kabupaten Kutai Timur.

43

Peta Administrasi Kota Bontang Peta Adminitsrasi Kabupaten Kutai Timur Peta wilayah PT Indominco Mandiri OVERLAY Peta RTRW Kota Bontang Peta RTRW Kabupaten Kutai Timur Peta wilayah PT Badak NGL Peta Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Wilayah Penelitian

Gambar 6 Bagan prosedur tumpang tindih Peta Administrasi, Peta Wilayah Pertambangan, Peta RTRW, Peta TGHK, dan Peta Kawasan Hutan. Peta TGHK

Kalimantan Timur

Peta Kawasan Hutan Kalimantan Timur OVERLAY Peta Fungsi Kawasan Wilayah Penelitian

44

Dampak Pola Perijinan

Untuk mengetahui dampak pola perijinan kegiatan pertambangan terhadap perubahan penggunaan lahan dan konflik penggunaan lahan, dilakukan melalui kajian peraturan perundangan terkait dengan perijinan kegiatan pertambangan baik yang ditebitkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Aspek yang dikaji meliputi mekanisme dan prosedur pemberian ijin penggunaan lokasi untuk kegiatan pertambangan serta pola koordinasi antar instansi. Metode yang digunakan untuk hasil pengakajian tersebut adalah deskriptif kualitatif. Peraturan perundangan yang dikaji adalah:

1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Undang-Undang Pokok Pertambangan

3. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 55/Kpts-II/1994 tanggal 7 Pebruari 1994 tentang Pedoman Pinjam Pakai Kawasan Hutan.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1969 tentang pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan