• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum perspektif Maqasid al-shari’ah

PENGADAAN TANAH KEPENTINGAN UMUM

C. Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum perspektif Maqasid al-shari’ah

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, dalam ayat-ayat al-Quran, Hadits Rasulullah SAW dan risalah Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa untuk pelaksanaan kepentingan umum berdasarkan ajaran Agama Islam, memperbolehkan menggunakan tanah hak orang lain. Ajaran Islam sangat menghormati hak milik orang lain, maka pengambila alihan hak milik orang lain untuk kepentingan umum tentunya harus dihargai secara wajar.

Meskipun penggunaanya adalah untuk kepentingan umum dan orang banyak, akan tetapi hak milik orang lain tidak diperkenankan diambil begitu saja, melainkan dengan pemberian kompensasi ganti rugi. Penggantian atas tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dalam al-quran yakni prosesnya sesuai dengan aturan pemiagaan dan dilakukan secara

159 Sayyid Qutub, Keadlian Sosial Dalam Islam, Alih Bahasa Afif Muhammad, H. 148.

160 Noni Amellia, “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kantor Pemerintah” (Lampung, Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2019), h. 47.

69 sukarela.

Hal ini sejalan dengan ajaran islam yang melarang pengambilan hak individu secara sewenang-wenang, dan untuk melakukan pengalihan hak mlik tersebut harus dengan cara yang dibenarkan oleh syarak.

Q.S. Al-Baqarah : 188

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain diantara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesamamu dengan cara yang batil (tidak benar), kecuali berupa perniagaan atas dasar suka sama suka di antara kamu. Janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.

"Kepentingan umum" dalam konteks yang harus diwujudkan, harus tetap mengacu kepada cara-cara yang benar, adil dan tidak ada merugikan pihak manapun. Ganti rugi diberikan kepada pemilik tanah untuk kepentingan umum secara proporsional dan manusiawi, sembari tetap melakukan negosiasi dengan prinsip-prinsip at-taradli dan syura.161 Dalam Fikih hal ini disebut sebagai istimlak bi al,qimmah, penguasaan hak orang lain dilakukan dengan jalan ganti rugi.

Sebuah contoh pada zaman Nabi, pada saat sebuah masjid yang perlu dilakukan perluasan karena tidak dapat lagi menampung jamaah, namun konsekwensinya harus memanfaatkan tanah warga yang berada di sekitar

161 Musleh Herry, “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Perspektif Al-Qur’an),” Ulul Albab Jurnal Studi Islam 9, no. 2 (26 Desember 2018): h. 248, https://doi.org/10.18860/ua.v9i2.6217.

70 masjid. Dan seseorang bertanya pada sahabat, Apakah boleh memaksa pemilik tanah untuk menyerahkan tanahnya? Para sahabat menjawabnya:

Boleh, dengan ketentuan harus diberikan ganti rugi yang layak kepada si pemilik tanah.

Ketentuan fikih tersebut diatas bukan untuk memberi peluang sewenang-wenang pemerintah terhadap rakyatnya. Meskipun pembangunan kepentingan umum yang dilaksanakan adalah demi al-mashlahah al'ammah, namun musyawarah untuk menetapkan harga ganti rugi tetap perlu dimusyawarahkan, sebagaimana petunjuk Al-Qur'an : la ttuklimuna wala tudzlamun.162

Keadilan dalam menentukan nilai ganti kerugian menurut Bakar Abdullah Abu Yazid menggunakan dua cara yakni; tawar menawar dengan pemilik tanah untuk mementukan harganya dan dengan penilaian yang adil jika pemilik tanah tidak bersedia menetapkan harga.163

Dalam pemanfaatan hak individu dalam kepentingan umum, terdapat dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :

1. Apakah tanah itu memang dibutuhkan untuk proyek pemerintah yang manfaatnya untuk kepentingan umum (almashlahah al'ammah).

2. Apakah telah ada kesepakatan harga antara pemilik tanah dengan pelaksana proyek.

Kedua hal tersebut diatas haruslah dipenuhi dalam pengambilan dan penggusuran hak individu. Jika tidak terpenuhi, maka tidak ada pembenaran bagi pihak lain dapat mengambil dan menggusur hak individu. Seseorang mempunyai kewajiban untuk mempertahankan haknya tersebut dengan cara apapun, sekalipun harus mengorbankan jiwa. Sebagaimana pesan Rasulullah:

"]ika kamu terbunuh (saat mempertahankan hak milikmu) maka kamu mati syahid, dan kalau mereka yang terbunuh maka dia masuk neraka".

Pengambilan atau penggusuran hak individu yang dilakukan dengan cara dan dalih apapun, adalah suatu perbuatan dzalim yang dosanya sangat besar. Dan memerangi kedzaliman ini adalah kewajiban agama. Zhalimun

162 Herry, h. 248.

163 Ridzuan Awang, Undang-Undang Tanah Islam Pendekatan Perbandingan (Malaysia:

Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994), 292.

71 didefinisikan dalam al-Qu'an sebagai para penindas, dengan artian orang-orang yang ingkar terhadap Allah (kebenaran, keadilan dan kesetaraan).

Mereka adalah "yang ingkar akan tanda-tanda Allah dan membunuh nabi-nabi tanpa sebab dan membunuh mereka yang menyuruh orang berbuat adil”.

Al-Qu'an mengumpamakan keadaan para penindas tersebut seperti gagal panen akibat hawa yang membeku:

(Q.S. ali-Imran: 116-117). mereka tinggal selama-lamanya. Perumpamaan segala apa yang mereka nafkahkan dalam hidup di dunia ini seperti angin dingin menimpa tanaman suatu golongan yang menganiaya diri. Bukan Allah yang menganiaya mereka tetapi mereka menganiaya diri sendiri".

1. Pelaksanaan Ganti Kerugian

Ganti kerugian dilakukan dengan cara jual beli. Proses jual beli dilakukan dengan tawar menawar. Pembayaran ganti kerugian diberikan sesegera mungkin kecuali jika penerima hak menangguhkan penerimaan ganti kerugian. Mengingat bahwa hukum asal pemilikan tanah adalah amanat maka pemerintah dalam hal penetapan ganti kerugian dengan cara paksa diperbolehkan Menurut istilah fuqaha’ hal ini masuk pada uqud, uqud itu ialah Perikatan ijab dan qabul secara yang disyari’atkan agama nampak bekasnya pada yang diakadkan itu. Uqud yang menjadi sebab kepemilikan ini ada dua, yaitu :

a. Uqud jabariyah : akad-akad yang harus dilakukan berdasarkan kepada putusan hakim, seperti menjual harta orang yang berhutang secara paksa.

b. Uqud Istimlak untuk maslahat umum. Umpamanya tanah-tanah yang

72 disamping masjid, kalau diperlukan oleh masjid harus dapat dimiliki oleh masjid dan pemilik harus menjualnya. Ini dikatakan tamalluk bil jabari (pemilikan dengan paksa).

Tujuan kemaslahatan umum proses pelepasan hak, pemerintah memiliki kekuasaan yang besar dan dengan menggunakan kekuasaannya dengan tujuan yang telah disyariatkan sehingga apabila dengan jual beli tidak dapat dilakukan bisa dilakukan dengan paksa. Hal ini masuk dalam ranah kekuasaan pemimpin atau yang disebut dengan kekhalifahan.

menurut istilah fuqaha‟ khalafiyah ialah : Bertempatnya seseorang atau sesuatu yang baru di tempat yang lama yang telah hilang, pada berbagai macam rupa hak. Apabila penguasa mengambil tanah rakyat dan merobohkan bangunan mereka di atasnya dengan niat tidak untuk kepentingan umum maka dalam keadaan ini wajiblah ia mengganti kerugian rakyat itu dengan harga yang pantas dan diganti kerugian kerugian si pemilik harta sebagai iwadh atau tadlmin.

Apabila dalam penentuan ganti kerugian terdapat rasa kurang adanya keadilan maka pihak yang berhak dapat mengajukan perkara ke Mahkamah Agung untuk menilai sejauh mana pentingnya maslahah amah itu untuk masyarakat umum atau sejauh mana wajibnya pengambilan balik itu bagi tujuan maslahah amah, atau sejauh mana adilnya nilai ganti kerugian.164

2. Penilaian Ganti Kerugian

Prinsip yang berkaitan dengan penentuan pampasan bagi pengambilan tanah, antaranya ialah:165

a. Nilai Pasaran. Penentuan Nilai Pasaran Dengan:

- Pendapat pakar atau penilai harta tanah.

- harga tanah yang dibayar dalam waktu yang wajar, perjanjian jual tanah yang akan diambil itu dibuat dengan niat jujur atau berdasarkan tanah yang berdampingan dengan tanah yang diambil dan tanah itu memiliki kebaikan mutu yang sama.

- harga tanah dinilai pada tahun yang sama dengan

164 Ridzuan Awang, H. 295.

165 Ridzuan Awang, H. 269-271.

73 mempertimbangan keuntungan yang ada dimasa yang akan datang.

b. Hal-Hal Yang Harus Diambil Dalam Menentukan Kompensasi.

- Nilai pasaran.

- Kenaikan dalam penilaian tanah lain yang berkepentingan mungkin naik atau turun karena pengalihan fungsi tanah yang diambil.

- Kerugian yang ditanggung atau mungkin akan di tanggung oleh orang yang berkepentingan.

- jika akibat dari pengambilan itu, dia terpaksa mengganti tempat tinggalnya atau tempat bisnisnya, apa-apa pengeluaran yang wajar yang timbul akibat perubahan itu harus diperhitungkan.

- jika tanah yang diambil hanya sebagian, maka pemungut dalam membayar kompensasi bisa memberi pertimbangan terhadap manfaat apa yang terdapat dari sebagian tanah yang tidak diambil dari pembangunan jalan, parit, dan fasilitas lain oleh lembaga pengambil.

74 BAB IV

PERSPEKTIF MAQASHID AL-SYARIAH ATAS PEMBERIAN