A. Kesimpulan
1. Putusan Pengadilan Negeri Batusangkar No. 20/Pdt.G/PN.Pbs merupakan putusan akta perdamaian para pihak dalam perkara tersebut, sehingga dalam hal ini tahapan pemeriksaan perkara tersebut belum sampai kepada tahapan proses pemeriksaan berkas perkara oleh majelis hakim. Karena pengadilan tidak pernah melakukan pengujian terhadap Sertifikat Hak Pakai No. 03.10.06.07.4.00001 dan para pihak yang berperkara tidak pernah melakukan pembatalan terhadap sertifikat tersebut maka sertifikat hak pakai Pemkab Tanah Datar tersebut tetap sah secara hukum.
sebagaiamana ketentuan Pasal 23 UUPA sertifikat merupakan alat bukti yang kuat kepemilikan atas lahan dan termasuk akta otentik dalam pembuktian perdata. Kekuatan hukum mengikat dan sempurna yang dimiliki sertifikat hak atas tanah diyakini oleh hakim tentang kebenarannya, selama ketidakbenaran itu tidak terbukti. Dengan adanya bukti kepemilikan hak atas tanah berupa sertifikat dan diperoleh melalui jual beli sesuai dengan ketentuan syariat Islam, menurut Wahbah Az-Zuhaili kepemilikan lahan oleh Pemkab Tanah Datar termasuk kedalam kepemlikan bersifat tamm (sempurna), yang memberikan wewenang penuh, kebebasan menggunakan, pengelolaan dan tasharruf kepada si pemiliknya pada apa yang ia miliki dengan cara yang ia kehendaki.
2. Kebijakan pemberian kompensasi kepada pengelola dan pemanfaatan tanah sertifikat mengacu pada ketentuan Perpu 51 Tahun 1960 dan KUHP Perdata. Dimana Pasal 3, Pasal 4 dan Pasal 5 ketentuan Perpu tersebut diatur mengenai penyelesaian permasalahan pemakaian tanah secara illegal, dapat dilakukan upaya penyelesaian melalui musyawarah dengan pihak-pihak yang bersangkutan dan kewenangan pengosongan lahan/tanah tersebut merupakan kewenangan dari Menteri Agraria dan Penguasa daerah. Ketentuan Pasal 1355 ayat (3) KUHP Perdata yang menyatakan
113 bahwa orang yang mengurus kepentingan orang lain (termasuk mengurus lahan atau bangunan) dengan sukarela tanpa diberi kuasa, tidak mendapat upah tetapi berhak mendapat penggantian biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan orang tersebut dalam memelihara lahan atau bangunan itu sebagai bapak rumah tangga yang baik (berprilaku baik), diberikan kompensasi kepada penggugat. Langkah kebijakan pemberian kompensasi tersebut juga dilakukan dalam rangka menciptakan penyelenggaraan otonomi daerah yang baik sebagaimana amanat Undang-Undang No 23 tentang Pemerintahan Daerah. Dimana pemerintah daerah diwajibkan untuk melindungi serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakatnya.
Masyarakat yang terdampak akibat penggusuran untuk pelaksanaan pembangunan kepentingan umum terhindar dari kesengsaraan dan derita himpitan ekonomi akibat hilangnya tempat tinggal dan lahan tempat mereka bercocok tanam sebagai sumber penghidupannya.
3. Sertifikat Hak Pakai No. 03.10.06.07.4.00001 merupakan harta Pemkab Tanah Datar yang wajib dipertahankannya, dan melaksanakan pembangunan kepentingan umum merupakan kemasalahatan.
Kemashlahatan yang menjadi tujuan hukum Islam adalah kemashlahatan yang hakiki yang berorientasi kepada terpeliharanya lima unsur yaitu agama, jiwa harta, akal, dan keturunan. Namun dengan dipertahankannya hartanya oleh Pemkab Tanah Datar, tentunya akan menimbulkan kemudharatan bagi yang menempati tanah tersebut, karena tergusur untuk pelaksanaan pembangunan kepentingan umum. Tujuan umum dari syariah adalah untuk merealisasikan kemashlahatan hidup manusia dengan mendatangkan manfaat dan menghindari mudharat. Kebijakan perdamaian yang dilakukan oleh Pemkab Tanah Datar bertujuan menghilangkan kemudhataran. Dimana menghilangkan kemudharatan tersebut merupakan sebuah kemaslahatan. Menciptakan kemasalahatan merupakan tujuan islam sebagaimana maqasid al-syariah, dan tidak lain adalah wujud dari pengamalan dan melaksanakan perintah agama. Jika ditinjau dari tingkatannya termasuk pemeliharaan agama pada tingkat dharuriyah.
Kebijakan pemberian kompensasi salah satu wujud dari bentuk
114 pemeliharaan jiwa. Dimana dengan adanya kompensasi Pemkab Tanah Datar berharap masyarakat yang digusur akibat pengosongan lahan, dapat menjadikan kompensasi tersebut sebagai modal untuk kebutuhan kelangsungan hidupnya. Sehingga dalam penggusuran atau pengosongan lahan, masyarakat yang kehilangan tempat tinggal dan lahan bercocok tanam terhindar dari kesulitan hidup. Dalam hal ini, memenuhi kebutuhan untuk kelangsungan hidup pada tingkatannya merupakan pemeliharaan jiwa pada tingkat dharuriyah.
115 B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat penulis sarankan sebagai berikut :
1. Mekanisme pengadaan tanah untuk kepentingan umum, telah diatur sedemikian rupa sesuai tahapan-tahapannya. Hal ini tentunya bertujuan untuk menjaga keseimbangan antara dua kepentingan rakyat (pembangunan) dan kepentingan individu dapat segera terwujud dengan baik. Dalam ketentuan pengadaan tanah pihak pemerintah, harus memperhatikan jumlah kerugian yang wajar, layak dan adil. Tentunya kerugian wajar layak dan adil inilah yang perlu menjadi perhatian oleh Pemerintah Daerah, sehingga dalam menciptakan kemaslahatan tidak menimbulkan kemudharatan bagi individu atau orang lain.
2. Masyarakat yang terdampak dalam pembangunan hendaknya aktif, dan menyampaikan kepentingannya saat dilaksanakannya pembebasan lahan oleh pemerintah, sehingga tidak terjadi permasalahan hukum saat adanya peralihan hak antara yang berhak, dan yang berkepentingan.
3. Pemerintah kabupaten tanah datar sebagai unsur pelaksana urusan pemerintahan, dalam pelaksanaan urusannya tersebut dibatasi oleh aturan-aturan yang menjadi dasar dan pedoman dalam pengambilan kebijakan di daerah. Untuk itu perlu meingkatkan kualitas dan pemahaman sumber daya manusianya, serta selalu update terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang baru.
116 DAFTAR PUSTAKA
A. Djazuli. Fiqh Siyasah, Implementasi Kemaslahatan Umat dalam Rambu-Rambu Syari’ah. Jakarta: Kencana, 2007.
Abdul Aziz Muhammad Azzan. Fiqih Muamalat Sistim Transaksi Dalam Fiqih Islam.
Jakarta: Sinar Grafika Offset, 2010.
Abdul R. Salian, Hermansyah, dan Ahmad Jalis. Hukum Bisnis Untuk Perusahaan Teori dan Contoh Kasus. Kencana Prenada Media Group, 2005.
Abu Hamid al Ghazali. al Mustashfa min ilm al ushul. I. Beirut: Dar al Kutub al ilmiyyah, 1983.
Abu Ishaq al-Syatibi. al-Muwafaqat fi Ushul al-Syar‘ah. 2 ed. Vol. I. Beirut: Dar alKutub al-ilmiyyah, t.t.
Abu Zahra. Ushul Fiqh. 6. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000.
Achmad Rubaie. Hukum Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum. Malang:
Bayumedia Publishing, 2007.
Adijani al-Alabij. Perwakafan Tanah di Indonesia dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Rajawali Pers, 1989.
Adlina Adiati. “Pelaksanaan Musyawarah Penetapan Ganti Rugi Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum Pembangunan Jalur Rel Ganda Kereta Api di Kabupaten Batang.” Univ. Negeri Semarang, 2018.
Ahmad Al-Mursi Husain Jauhar. Maqashid Syariah. Jakarta: AMZAH, 2010.
Ahmad Azhar Basyir. Asas-Asas Hukum Muamalat : Hukum Perdata Islam. Yogyakarta:
UII Press, 2004.
Ahsan Lihasanah. al-Fiqh al-Maqashid, Inda al-Imami al-Syatibi. Mesir: Dar al-Salam, 2008.
Ali Ahmad An-Nadwi. Al-Qowaid al-Fiqhiyah. Beirut-Libanon: Dar al-Fikr, 1986.
Ali Akbar. “Konsep Kepemilikan dalam Islam.” Jurnal Ushuluddin, 2, XVIII (2012): 18.
Al-Syatibi. al-Muafaqat fi Ushulal-Syari‟ah. 2. Kairo: Musthafa Muhammad, t.t.
Apriadi. “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kebijakan Pemerintah Dalam Pembebasan Tanah Perkebunan untuk Pembangunan Jalan di Pekon Way Suluh.” Univ. Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.
Asafri Jaya Bakri. Konsep Maqashid Syari’ah Menurut al-Syatibi. Jakarta: Rajawali Press, 1996.
Asyur, T. Maqashid al Syari’ah al Islamiah. Yordania: Dar al Nafais, 2001.
Bernhad Limbong. Pengadaan Tanah untuk Pembangunan. Jakarta: Margaretha Pustaka, 2011.
Boedi Harsono. Hukum Agraria Indonesia. Jakarta: Djambatan, 1996.
———. Hukum Agraria Indonesia Sejarah Pembentukan Undang- Undang Pokok Agraria. Jakarta: Djambatan, 2003.
David J. Hayton dalam Adrian Sutedi. Sertifikat Hak Atas Tanah. Jakarta: Sinar Grafika, 2014.
Departemen Agama RI. Al- Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1992.
———. Al-Qur’an Al-Karim dan Terjemahannya. Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000.
Dr. Busyro, M.Ag. Maqashid al-Syariah, Pengetahuan Mendasar Memahami Maslahah.
Jakarta: Prenada Media Group, 2019.
Eko Siswanto. Deradikalisasi Hukum Islam dalam Perspektif Mashlahat,. Makassar:
Alauddin University, 2012.
Hendrakusumah, Ernawati, dan Liya Sukma Muliya. “Aspek Hukum Mengenai Kompensasi Bagi Warga yang Menduduki Lahan Negara di Perkotaan dan
117 Perdesaan yang Terkena Proyek.” Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, t.t., 4.
Heppy Maharani. “Tinjauan Maslahah Terhadap Implementasi Undang-Undang No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Pada Ganti Rugi Pengadaan Tanah Waduk Bendo, Sawoo, Ponorogo.”
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2020.
Herlina. “Analisis Mengenai Kepemilikan Tanah Dengan Status Hak Guna Bangunan Oleh Persekutuan Komanditer (CV) di Kabupaten Bekasi.” Univ. Indonesia, 2009.
Herry, Musleh. “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Perspektif Al-Qur’an).”
ULUL ALBAB Jurnal Studi Islam 9, no. 2 (26 Desember 2018): 239–55.
https://doi.org/10.18860/ua.v9i2.6217.
Hidayat, Rozi Aprian. “Analisis Yuridis Proses Pembatalan Sertifikat Hak Atas Tanah Pada Kawasan Hutan,” t.t., 14.
Imam Al-Syafii. al-Umm. terj. Ismail Yakub, Kuala Lumpur: Victory Agency, 1982.
Imam Mustofa. “Optimalisasi Perangkat dan Metode Ijtihad sebagai Upaya Modernisasi Hukum Islam (Studi Pemikiran Hassan Hanafi dalam Kitab Min Al-nash Ila al Waqi’).” Jurnal Hukum Islam 9 (2011): 210.
John Salindeho. Masalah Tanah Dalam Pembangunan. Jakarta: Sinar Grafika, 1988.
Kartini Muljadi, dan Gunawan Widjaja. Hak-hak Atas Tanah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Kumalasari, Putu Apriliani, dan I Ketut Sudiarta. “Pemberian Ganti Rugi Kepada Pemilik Tanah atas Penggunaan Tanah Perseorangan Tanpa Pembebasan Oleh
Pemerintah” 8, no. 3 (2020): 18.
Latif, Faozi, dan Asep Sunarko. “Pengalihan Hak Atas Tanah Untuk Kepentingan Umum Menurut Hukum Islam,” t.t., 25.
M. Atho Mudzhar. “Revitalisasi Maqasid al-shari’ah dalam Pengembangan Ekonomi Syariahdi Indonesia (Studi Kasus atas Fatwa-fatwa DSN-MUI Tahun 2000-2006).” Indo-Islamika, 87, 4 (2014).
M. Sularno. “Konsep Kepemilikan Dalam Islam.” Al-Mawarid, IX, 2003, 87.
Mahmud Yunus. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: PT. Mahmud Yunus Wadzuryah, 1990.
Maria S.W. Sumarjono. Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2009.
Maria S.W.Sumardjono. Mediasi Sengketa Tanah : Poetensi Penerapan Alternatif Penyelesaian (ADR) di Bidang Pertanahan. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2008.
“Mediasi,” t.t. https://pn-surabayakota.go.id/kepaniteraan-perdata/mediasi.
Mohammad Rusfi. “Validitas Maslahat Al-Mursalah Sebagai Sumber Hukum di Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.” Jurnal Al-Adalah Vol. XII (2014): 66.
Mudakir Iskandar Syah. Dasar-Dasar Pembebasan Tanah Untuk Kepentingan Umum.
Jakarta: Jala Permata, 2007.
Muhajirin, Muhajirin. “Ganti Rugi (Studi Analisis Perbandingan Antara Hukum Positif dan Hukum Islam Melalui Pendekatan Maqashid al-Syariah).” Al-Mashlahah:
Jurnal Hukum Islam dan Pranata Sosial 6, no. 02 (30 Oktober 2018): 105.
https://doi.org/10.30868/am.v6i2.303.
Muhammad Ali Rusdi. “Maslahat Sebagai Metode Ijtihad dan Tujuan Utama Hukum Islam.” Jurnal Syari’ah dan Hukum, 2, 15 (2017).
Muhammad Said Ramdan al-Butiy. Dawabit al-Maslahat fi al-Syariah al-Islamiyyah.
Beirut: Muassasah al-Risalah, 2001.
Muhammad Syukri Albani Nasution. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013.
Muliawan, Jarot Widya. “CARA MUDAH PAHAMI PENGADAAN TANAH UNTUK PEMBANGUNAN MELALUI KONSEP 3 IN 1 IN THE LAND
118 ACQUISITION” 1 (2018): 20.
Ningrum, Herlina Ratna Sambawa. “Analisis Hukum Sistem Penyelesaian Sengketa Atas Tanah Berbasis Keadilan.” Jurnal Pembaharuan Hukum 1, no. 2 (1 Agustus 2014): 219. https://doi.org/10.26532/jph.v1i2.1481.
Noni Amellia. “Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif Tentang Pembebasan Tanah Untuk Pembangunan Kantor Pemerintah.” UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG, 2019.
Oloan Sitorus, dan Dayat Limbong. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum.
Yogyakarta: Mitra Kebijakan Tanah, 2004.
Ong, Priskilla Velicia. “Kajian Yuridis Terhadap Implementasi Ganti Rugi Atas Pengadaan Tanah Demi Kepentingan Umum,” no. 7 (t.t.): 8.
“Pembebasan Tanah Rakyat oleh Pemerintah,” t.t.
https://islam.nu.or.id/post/read/8164/tentang-pembebasan-tanah-rakyat-oleh-pemerintah.
Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 16 Tahun 2008. tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya, 2008.
Peraturan Menteri Aggraria/Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1999. tentang Pedoman Penyelesaian Masalah Hak Ulayat Masyarakat Hukum Adat, 1999.
Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014. tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, 2014.
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2020. tentang Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, 2020.
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996. tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan Dan Hak Atas Tanah, 1996.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1960. tentang Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin Yang Berhak Atau Kuasanya, 1960.
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012. tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, 2012.
Pusparini, D. M. “Konsep Kesejahteraan Dalam Ekonomi Islam Perspektif Maqasid Asy-Syari’ah.” Islamic Economic Jurnal, 2015, 84.
Puspitaningrum, Sri. “Mediasi Sebagai Upaya Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan” 15, no. 2 (2018): 25.
R. Rustandi Ardiwilaga. Hukum Agraria Indonesia. Bandung: NU Masa Baru, 1962.
Rahmat Syafi’i. Ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia, 1994.
Ramli Zein. Hak Pengelolaan Dalam Sistem UUPA. Jakarta: Rineka Cipta, 1995.
Rejekiningsih, Triana. “Asas Fungsi Sosial Hak Atas Tanah Pada Negara Hukum (Suatu Tinjauan Dari Teori, Yuridis Dan Penerapannya di Indonesia),” t.t., 28.
Ridzuan Awang. Undang-Undang Tanah Islam Pendekatan Perbandingan. Malaysia:
Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, 1994.
Sandi Reski Febian. “Aplikasi Maqasid al-Syariah Dalam Bidang Perbankan Syariah.”
Amwaluna, 1, 2 (2017): 280.
Santoso, Urip. “Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Penguasaan Atas Tanah” 13, no.
1 (2013): 10.
Satjipto Rahardjo. Ilmu Hukum. Bandung: Alumni, 1982.
Sayyid Qutub. Keadlian Sosial Dalam Islam, Alih Bahasa Afif Muhammad. Bandung:
Pustakla, 1984.
Soerojo Wignjodipoero. Pengantar dan Asas-asas Hukum Adat. Jakarta: Gunung Agung, 1994.
Subekti, R. “Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian Dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.” Yustisia Jurnal Hukum, 5, 2 (2016):
480.
Suherman, Heri, dan Martin Roestamy. “Asas Keseimbangan Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Dengan Pemberian Ganti
119 Untung.” JURNAL ILMIAH LIVING LAW 10, no. 2 (30 Oktober 2018): 128.
https://doi.org/10.30997/jill.v10i2.1498.
Suwitra, I Made. “Penguasaan Hak Atas Tanah dan Masalahnya,” 2014, 10.
S.W.Sumardjono, M. Kebijakan Pertanahan, Antara Regulasi dan Implementasi. Jakarta, 2005.
T. Keizerina Devi. Perkembangan Hukum Perdata Sejak Masa Kolonial Sampai Kemerdekaan. Vol. 2. 2. Citra Justicia, 2006.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, t.t.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum, 2012.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, t.t.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960. tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, 1960.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. tentang Pemerintahan Daerah, 2004.
Wahanisa, Rofi, Arif Hidayat, dan Nurul Fibrianti. “Sosialisasi Pentingnya Kepemilikan Sertifikat Tanah Sebagai Bukti Penguasaan Hak Milik Atas Tanah Berdasar PP No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah di Desa Jetis Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang,” t.t., 5.
Wahbah Az-Zuhaili. Fiqh Islam wa Adilatuhu. VI. Damsyiq: Darul Fikri, 1984.
———. Fiqih Imam Syafii. 2 ed. Terj. Muhammad Afifi, Jakarta: Almahira, 2010.
Zul Anwar Ajim Harahap. “Konsep Maqasid al-Shari’ah sebagai Dasar Penetapan dan Penerapan dalam Hukum Islam Menurut Izzudin bin. Abd Al-Salam.” Tazkir 9 (2014): 280.