• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKA-TEKI 4:4 = ? dhuh

B. Gaya Bahasa berdasarkan Struktur Kalimat

Struktur sebuah kalimat dapat dijadikan landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Kesepuluh geguritan Suwardi Endraswara juga mengandung beberapa gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yaitu repetisi dan antitesis. 1. Gaya Bahasa Repetisi

Ada beberapa geguritan Suwardi Endraswara yang menunjukkan gaya bahasa repetisi.

Kutipannya sebagai berikut, dari geguritan yang berjudul :”Simbah Ayumu Ing Ngendhi”.

bayi ndhuwur dalan lan ngisor dalan

bayi liwat dalan lan nyolong dalan (g. 1, b.1, l. 4-5) ...

Terjemahan ...

bayi atas jalan dan bayi bawah jalan

bayi lewat jalan dan mencuri jalan (g. 1, b.1, l. 4-5) ….

Perulangan kata pada kutian di atas menunjukkan adanya repetisi yaitu kata bayi ’bayi’ dan dalan ’jalan’. Kata-kata tersebut untuk memberikan penekanan apa yang menjadi maksud dari penyair. Kutipan di bawah ini dari geguritan berjudul ”Kaca Rasa” yang juga menunjukkan repetisi :

...

:wis suwe lehku nglinthing

:wis sawetara lehku ngudang, sesenggolan (g. 5, b.1, l. 3-4) terjemahan

: sudah lama saya mendidik

: sudah beberapa lama saya menyanjung, bertegur sapa ...

Perulangan kata wis ’sudah’ dan lehku ’saya’ menunjukkan repetisi dalam bait pertama. Kutipan di bawah ini juga menunjukkan repetisi :

tau nantang awakmu

tau nyandiwara ing ngarepmu, tanpa pakem

tau pamer ing ngarepmu, kliwat wates (g. 6, b. 4, l. 5-7)

Terjemahan ...

pernah menantang kamu

pernah bersandiwara di depanmu, tanpa aturan

pernah pamer di depanmu, kelewat batas (g. 6, b. 4, l. 5-7)

Kata tau ’tahu’ menjadi repetisi kata yang berulang untuk penekanan. Kutipan berikut diambil dari geguritan ”Dalan; Abang-Kuning-Ireng-Putih”.

...

Saponana dalane guna lan sek- ti, dalane sandhang, lan dalane pangan; bukaken sewu dalan: dalane kamukten, dalan kalungguhan, dalane kabagyan, dalan katentreman. Wengakna dalane banyu kaluhuran, dalane gegayuh

-an. Encerna dalane mangsi lan getih gurit (g. 7, b. 2, l. 1-7) ...

Terjemahan ...

sapulah jalannya orang pandai dan sakti, jalannya sandang, dan jalannya pangan; bukalah seribu jalan: jalannya kemulyaan, jalan kepangkatan, jalannya kebahagiaan, jalan ketentraman. Bukalah jalan air keluhuran, jalan keingin-

an. Cairkanlah jalan tinta dan darah puisi (g. 7, b. 2, l. 1-7) ...

Kutipan di atas mempunyai perulangan kata yaitu ”jalan” oleh penyair digunakan sebagai penekanan untuk kata selanjutnya maupun sebelumnya. Penyair mengharapkan Tuhan membersihkan jalannya orang yang pandai dan sakti supaya jalannya sandang dan pangan terbuka lebar. Tidak hanya itu penyair juga meminta kepada Tuhan supaya dibukakan seribu jalan kemulyaan, kepangkatan, kebahagiaan dan ketentraman. Kutipan dibawah ini juga menunjukkan gaya bahasa yang berdasarkan struktur kalimat. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut dari geguritan ”Sasmita Kiwa-Tengen”. dak terak daklari dakpecaki (g. 8, b.1, l. 1-4) Terjemahan saya langgar saya cari saya jalani (g. 8, b.1, l. 1-4) …..

Kata dak ’saya’ dijadikan repetisi oleh pengarang karena baris ke tiga dan ke empat terdapat perulangan kata yang sama yaitu dak ’saya’.

gawe geni-krasa panas gawe bener bisa bener gawe kalam bisa sinulan

gawe esem bisa sengsem (g. 9, b.1, l. 1-4) …..

Terjemahan

membuat api terasa panas berbuat benar bisa benar

membuat sabda bisa jalan terang

membuat senyum bisa jatuh hati (g. 9, b.1, l. 1-4) …..

Kata gawe ’membuat’ ditekankan oleh pengarang. Orang akan menyadari apa yang telah diperbuat sesuia dengan apa yang dihasilkan oleh perbuatannya. Apabila kita berbuat yang tidak baik tentu hasilnya juga tidak akan baik atau mengecewakan, sebaliknya kalau kita berbuat baik tentu kita akan mendapatkan kebaikan juga. Kutipan di atas dari geguritan ”Siklus Apa-Ana” . Perulangan bunyi atau repetisi juga terdapat kutipan di bawah ini dari geguritan ”Siklus Apa-Ana”.

...

tanpa paes endahe wanita tanpa kaca pangilone jiwa tanpa ukum-kamuse susila

tanpa rumus aksara wuta (g. 9, b.1, l. 7-10) ...

Terjemahan ...

tanpa bersolek indahnya wanita tanpa kaca cerminnya jiwa

tanpa hukum kamusnya kesusilaan tanpa rumus huruf buta (g. 9, b.1, l. 7-10)

Kutipan di atas ada perulangan kata ”tanpa”. Penyair memberikan perulangan kata ’tanpa’ dimaksudkan untuk menekankan atau untuk

memperjelas maksud dari penyair. Manusia akan terasa lebih baik bila sesuai dengan apa adanya, tanpa harus ada yang ditutup-tutupi.

...

ing ngendi sasmita wantah ing ngendi wahyu keplayu ing ngendi pandom bujel

ing ngendi-gelar siwer (g. 9, b.1, l. 14-17) …..

Terjemahan ...

di mana pertanda tawar di mana wahyu berlari di mana jarum jam tumpul

di mana-gelar siwer (g. 9, b.1, l. 14-17)

Kata ing ngendhi ’di mana’ memperoleh penekanan perulangan pada baris-baris berikutnya. Penyair mempertanyakan tentang dimana pertanda dan wahyu berlari.

2. Gaya Bahasa Antitesis

Gaya bahasa antitesis merupakan salah satu gaya bahasa yang digunakan oleh Suwardi Endraswara dalam antologi kesepuluh geguritan Kristal Emas. Untuk lebih jesanya sebagai berikut

bayi ndhuwur dalan lan ngisor dalan

bayi liwat dalan lan nyolong dalan (g. 1, b.1, l. 4-5) ...

Terjemahan ...

bayi atas jalan dan bayi bawah jalan

bayi lewat jalan dan mencuri jalan (g. 1, b.1, l. 4-5) ….

Kata dhuwur ’atas’ dan kata ngisor ’bawah’ menunjukkan gaya bahasa antitesis karena memberikan isyarat bertolak belakang. Kutipan di atas dan di bawah ini diambil dari geguritan “Simbah Ayumu Ing Ngendhi”.

...

pepinginan ireng malih putih, kaya owahe rambutmu (g.1, b. 4, l. 3) ...

Terjemahan …..

keinginan hitam berbalik putih, seperti (g.1, b. 4, l. 3) ...

Antitesis kutipan di atas adalah kata ireng ’hitam’ dan putih ’putih’ yang menunjukkan kata berlawanan.

...

urip kejujul mati legi ketundhung pait :sadurunge seka ngendi?

:sawise menyang ngendi? (g. 2, b. 2, l. 3-6) Terjemahan

...

hidup terjemput mati manis tertutup pahit :sebelum dari mana?

:sesudah mau kemana? (g. 2, b. 2, l. 3-6)

Kutipan di atas jelas sekali menunjukkan gaya bahasa antitesis. Kata-kata yang berlawanan banyak sekali di temui antara lain Kata-kata urip ’hidup’ dengan mati ’mati’, kata legi ’manis’ dengan pait ’pahit’, dan kata sadurunge ’sebelumnya’ dengan sawise ’sesudah’. Berikut kutipan dari geguritan ”1 X 1 = 1”.

Lanang-wadon iku siji, bedane

mung ing chithakan X-Y---dununge ing mripat raga-sukma kuwi siji, bedane

kasar-alus----papane ing kulit kalam (g. 3, b.1, l.1-4) ……

Terjemahan

Laki-perempuan itu satu, perbedaannya hanya di cetakkannya X-Y---letaknya di mata raga-sukma itu satu, perbedaannya

kasar-halus---tempatnya di kulit kalam (g. 3, b.1, l.1-4) ...

Penyair memberikan penjelasan yang cukup gamblang akan perbedaan segala ciptaan Tuhan dengan gaya bahasa antitesis. Lanang ’laki-laki’ dengan wadon ’perempuan’. Ada juga raga ’raga’ dengan sukma ’sukma’. Ada kasar ’kasar’ dengan alus ’halus’. Geguritan ”Kaca Rasa” juga menunjukkan gaya bahasa antitesis. Kutipannya sebgai berikut :

Satemene wis suwe nggonku cedhak nanging rasane isih adoh (g. 5, b.1, l.1-2) …..

Terjemahan

Sesungguhnya sudah lama aku dekat tetapi rasanya masih jauh (g. 5, b.1, l.1-2) ……

Antitesis pada kutipan di atas adalah kata cedhak ’dekat’ dengan kata adoh ’jauh’. Dua kata tersebut menunjukkan saling berlawanan. Seperti yang juga yang terlihat kutipan di bawah ini dari geguritan ”Sasmita Kiwa-Tengen”

... ireng putih tengen kiwane swarga neraka butheg – bening (g. 8, b.1, l. 6-9) ... Terjemahan ... hitam putih kanan kirinya surga neraka kotor – bening (g. 8, b.1, l. 6-9)

Melihat uraian di atas gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat juga berpengaruh terhadap karya sastra yang diciptakan oleh penyair atau pengarang. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat merupakan penambahan nilai estetika bagi sebuah karya sastra terutama karya sastra geguritan.

Dokumen terkait