TEKA-TEKI 4:4 = ? dhuh
C. Gaya Bahasa Retoris
Geguritan Suwardi Endraswara juga mengandung gaya bahasa retoris. Ada beberapa macam dari gaya bahasa retoris salah satunya yang termasuk di dalam geguritan Suwardi Endraswara adalah Aliterasi, dan Asonansi. Pembahasannya sebagai berikut:
1. Aliterasi
Aliterasi adalah semacam gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama. Biasanya dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau penekanan (Gorys Keraf, 2004: 130). Berikut ini kutipan dari geguritan ”Simbah Ayumu Ing Ngendhi” :
Simbah; wis sirah pira kang kok pande? usus pirang ukel sing kok ulur (g.1, b.1, l. 1-2) ...
Terjemahan
Nenek; sudah kepala berapa yang kamu pande?
usus berapa gulung yang sudah kamu ulur (g.1, b.1, l. 1-2) ...
Kutipan di atas ada beberapa huruf konsonan yang berulang yaitu huruf /s/ dan huruf /k/. Perulangan konsonan diatas dimaksudkan untuk memberikan nilai keindahan di dalam geguritan. Kutipan dibawah ini juga masih menggunakan penekanan huruf konsonan.
...
:nun, sadurunge teka-apa sing bakal lunga? sawise lemah iki emoh ketumpangan sikil, nun kepriye mamah klimah sing adil?
sawise rapal tansaya papal (g. 2, b.1, l. 7-10) ...
Terjemahan ...
ya, sebelum datang-apa yang akan pergi? sesudah tanah ini tidak mau tertindih kaki, ya bagaimana mengunyah kata yang adil
sesudah kepalan semakin patah (g. 2, b.1, l. 7-10) …….
Konsonan yang di ulang-ulang oleh penyair pada kutipan di atas yaitu huruf /s/ dan huruf /l/. Pengulangan konsonan tersebut dimaksudkan untuk memberikan perhiasan atau variasi didalam geguritan. Berikut ini kutipan dari geguritan ”Tembang 3-M” yang mengandung aliterasi :
... Durma arum banger angeker sesuker
ngukur raga peper (g. 7, b. 8, l.1-4) ... Terjemahan ... Durma bau sekali menyembunyikan kotoran
mengukur raga rusak (g. 7, b. 8, l.1-4) ...
Kutipan di atas aliterasinya yaitu kosonan huruf /g/ dan konsonan huruf /r/. Konsonan huruf /r/ mempunyai pengaruh untuk memperjelas dan mempertajam kata-kata dan maksud dari penyair. Kutipan di bawah ini juga
menggandung aliterasi dari geguritan “Sasmita; Kiwa-Tengen”. Kutipannya sebagai berikut: dak terak daklari dakpecaki (g. 8, b.1, l. 1-4) …… Terjemahan saya langgar saya cari saya jalani (g. 8, b.1, l. 1-4)
Perulangan konsonan /d/ dan konsonan /k/ sangat terlihat jelas pada kutipan di atas. Penggunaan konsonan /d/ dan konsonan /k/ dimaksudkan untuk memberikan penekanan pada awal bait geguritan tersebut.
...
yen tuntunan dadi tontonan, yen drajat tan- pa marta- bat (g. 9, b.1, l. 18-22) ? Terjemahan ...
kalau tuntunan menjadi tontonan, kalau
drajat tanpa marta- bat (g. 9, b.1, l. 18-22) ?
Aliterasi yang terdapat pada kutipan di atas yaitu konsonan /y/, /n/, dan /t/. Konsonan /n/ dan konsonan /t/ menjadi konsonan yang mempunyai penekanan.
Berdasarkan uraian singkat di atas dapat disimpulkan sementara bahwa pengulangan huruf konsonan (Aliterasi) juga dapat memberikan nilai keindahan di dalam geguritan atau karya sastra.
2. Asonansi
Asonansi semacam gaya bahasa yang berujud perulangan bunyi vokal yang sama. Dipergunakan dalam puisi maupun prosa untuk memperoleh efek penekanan atau sekedar keindahan (Gorys Keraf, 2004: 130). Berikut ini kutipan dari geguritan “Simbah Ayumu Ing Ngendhi”.
...
kok slempitke ing selane kriputmu
kok ukel ing gelung kondhe (g.1, b. 2, l. 5-6) ...
Terjemahan ...
kamu sisipkan di sela keriputmu
kamu gulung di gelung kondhe (g.1, b. 2, l. 5-6) ...
Kutipan di atas merupakan perulangan huruf vokal yaitu huruf /e/ dan huruf /u/. Perulangan huruf vokal diatas dimaksudkan untuk memberikan warna yang berbeda di dalam geguritan, bisa juga sebagai salah-satu nilai keindahan geguritan. Geguritan ”Sadurunge Teka Apa Sing Lunga” juga mengandung Asonansi. Kutipannya sebagai berikut :
Sadurunge angin ngelus godhong nglinthing apa wis kok tekem susuhe angin?
sadurunge srengenge sesingidan
apa wis kok lari kumleyange ayang-ayang? (9. 2, b.1, l.1-4) …….
Terjemahan
Sebelum angin membelai daun melipat apa sudah kau genggam sarang angin? sebelum matahari bersembunyi
apa sudah kau kejar perginya bayang-bayang? (9. 2, b.1, l.1-4) …..
Kutipan di atas memberikan perulangan huruf vokal yang hampir semuanya dipakai yaitu huruf /a/, huruf /u/, huruf /e/, huruf /i/ dan huruf /o/. Berikut ini kutipan dari geguritan ”Kaca Rasa”.
……
raga-sukma kuwi siji, bedane
kasar-alus----papane ing kulit kalam pasaran-minggon, ya siji
mung seje ing etungane, dununge ing mangsa kala (g. 3, b.1, l. 3-6) ...
Terjemahan ...
raga-sukma itu satu, perbedaannya kasar-halus---tempatnya di kulit kalam pasaran-mingguan, ya satu
hanya beda di hitungan, tempatnya di mangsa kala (g. 3, b.1, l. 3-6) ...
Pada kutipan di atas terlihat jelas penggunaan huruf vokal yakni huruf vokal /a/, /u/, /i/, dan vokal /e/. Huruf vokal tersebut digunakan untuk penekanan pada geguritan terutama pada huruf vokal /e/. Geguritan ”Teka-Teki 4:4 =? juga mengandung Asonansi. Untuk lebih jelasnya lihat kutipan berikut ini :
...
sesawanganku kaya-kaya; ketutupan teka-teki
raga lan sukma ing ngendi; lungane ana-
Terjemahan ...
penglihatanku seperti terhalangi teka-teki jiwa dan raga di mana perginya ana-
sir (g.4, b.1,l. 7-13)
Perulangan vokal pada kutipan di atas yakni vokal /e/, /a/, /u/, dan /i/. Huruf vokal digunakan untuk memberikan kesan hidup di dalam kalimat atau kata. Perulangan huruf vokal atau huruf konsonan memberikan maksud dan tujuan tersendiri bagi geguritan atau karya sastra yang lain.
Kesimpulannya adalah kesepuluh geguritan pilihan karya Suwardi Endraswara menggunakan beberapa macam gaya bahasa yakni gaya bahasa kiasan, gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat, dan gaya bahasa retoris. Gaya bahasa kiasan digunakan untuk memberikan warna atau nilai-nilai estetik di dalam geguritan walaupun tidak semua pengarang menggunakan gaya bahasa kiasan. Metafora sebagai pengkiasan langsung, ada juga personifikasi pengibaratan benda mati sebgai persona atau manusia dll. Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat yakni ada repetisi dan antitesis. Repetisi merupakan perulangan untuk memberikan penekanan apa yang ingin disampaikan oleh penyair. Antitesis adalah macam gaya bahasa yang mengisyaratkan bertolak belakang atau berlawanan. Sedangkan gaya bahasa retoris adalah penyimpangan-penyimpangan dari kontruksi biasa untuk mecapai efek tertentu. Ada aliterasi perulangan bunyi konsonan dan ada juga asonansi perulangan bunyi vokal.
Gaya bahasa ada bermacam-macam dan gaya bahasa tersebut memberikan kontribusi untuk nilai-nilai estetik (nilai keindahan) di dalam geguritan maupun puisi. Setiap pengarang atau penyair bisa menyampaikan eskpresi atau amanat melalui gaya bahasa dan menjadikannya lebih efektif.
D. Analisis Makna Religius