• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4) Gaya Bahasa Innuendo

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa innuendo yang dianalisis berjumlah 6 buah. Berikut ini akan dipaparkan 2 dari data tersebut.

No Data Tuturan

A : “Imbauan itu sudah disampaikan jauh-jauh hari kampanye intensif soal bagaimana harus di rumah saja, belajar dari rumah, bekerja dari rumah, beribadah dari rumah. Tetapi dalam praktiknya, sekedar imbauan tidak cukup. Apakah ada instrumen lain yang akan digunakan oleh pemerintah agar PSBB ini efektif?

B : “Instrumen di lapangan yang kita gunakan sudah TNI dan Polri sudah awal menegur dalam transisi, memberi tahu. Tetapi ini kalau kita anggap masih belum cukup ya mungkin ada step berikutnya. Soal langkah lebih tegas dari sekedar imbauan, termasuk sanksi pidana.”

4A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Najwa (43 tahun) bertanya kepada Bapak Jokowi (59

tahun) mengenai instrument yang digunakan oleh pemerintah supaya PSBB berjalan efektif dengan kegiatan aktivitas belajar daring, work from home (wfh) maupun ibadah secara daring.

No Data Tuturan

A : “Apakah sanksi itu sampai sejauh kurungan dan denda seperti diatur dalam UU Karantina Kesehatan?

B : “Iya. Kalau nanti dalam sosialisasi kita anggap sudah cukup dan di lapangan masih belum ada perbaikan, bisa saja kita kan masuk ke sana (sanksi kurungan dan denda).”

4B

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara bertanya kepada Bapak Jokowi (59 tahun) mengenai sanksi kurungan dan denda yang diatur dalam UU Karantina Kesehatan.

Data tuturan (4A), kalimat yang mengandung gaya bahasa innuendo adalah Tetapi ini kalau kita anggap masih belum cukup ya mungkin ada step berikutnya. Innuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya Keraf (1984:144). Artinya, gaya bahasa ini menciptakan ungkapan yang mengecilkan kenyataan yang sebenarnya dimaksud. Innuendo termasuk gaya bahasa yang unik karena mengecilkan fakta dan tidak malah melebih-lebihkannya. Tuturan di atas dapat disimpulkan bahwa dari tuturan itu terlihat adanya sindiran ataupun kritik secara halus atas jawaban yang disampaikan oleh Bapak Jokowi terkait pertanyaan dari Najwa tentang instrumen lain yang akan digunakan oleh pemerintah agar PSBB efektif. Pada dasarnya Bapak Jokowi sudah memberikan instrumen kepada pemerintah secara langsung di lapangan, yang kita gunakan telah bersangkutan oleh TNI dan Polri dengan di awal-awal sudah menegur dalam transisi. Ibarat pemerintah sudah memberi tahu kepada

masyarakat. Tetapi kalau kita anggap masih belum cukup, iya mungkin ada step berikutnya. Soal langkah lebih tegas dari sekedar imbauan, termasuk adanya sanksi pidana yang berdasarkan pelanggarannya.

Data tuturan (4B), kalimat yang mengandung gaya bahasa innuendo adalah kalau nanti dalam sosialisasi kita anggap sudah cukup dan di lapangan masih belum ada perbaikan merupakan bahwa dari tuturan itu terlihat adanya sindiran ataupun kritik secara halus dari jawaban tuturan Bapak Jokowi terkait pertanyaan dari Najwa tentang apakah itu sampai sejauh kurungan dan denda yang diatur dalam UU karantina kesehatan. Dapat ditegaskan penyampaian jawaban dari Bapak Jokowi bahwa iya sampai sejauh ini ia memberikan sanksi yang sudah diatur dalam UU karantina kesehatan, kasarannya jika ada masyarakat yang melanggarnya akan mendapatkan sanksi tertentu. Kalau nanti kita dalam bersosialisasikan dengan tiap-tiap daerah, jika sekiranya kita anggap sudah cukup tetapi realitas di lapangan terlihat masih belum ada perbaikan segera mungkin bisa saja kita kan masuk arah sana, yaitu sanksi kurungan dan denda. Gaya bahasa Innuendo adalah semacam sindiran dengan mengecilkan kenyataan yang sebenarnya. Innuendo termasuk gaya bahasa yang unik karena mengecilkan fakta dan tidak malah melebih-lebihkannya Keraf (1984:144).

5) Gaya Bahasa Koreksi atau Epanortosis

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa koreksio atau epanortosis yang dianalisis berjumlah 4 buah. Berikut ini akan dipaparkan 2 dari data tersebut.

No Data Tuturan

A : “Jadi apakah karena hitungan-hitungan itu, budget kita tidak menjamin kebutuhan hidup rakyatnya, maka pilihan karantina wilayah tidak diambil?"

B : “Bukan masalah budget. Kita juga belajar dari negara lain apa lockdown itu berhasil menyelesaikan masalah, kan tidak. Coba tunjukkan negara mana yang berhasil melakukan lockdown dan menghentikan masalah ini, nggak ada menurut saya.”

5A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Jokowi (59 tahun) ditanya mengenai budget kita tidak menjamin kebutuhan hidup rakyatnya sedangkan pilihan karantina wilayah saja tidak diambil.

No Data Tuturan

A : “Karenanya sangat penting koordinasi dan memastikan efektivitas kebijakan-kebijakan yang sudah dikeluarkan oleh presiden. Saya ingin meminta tanggapan bapak soal yang sempat ramai, perbedaan permenkes dan pergub DKI? Ojek online tidak boleh bawa penumpang hanya boleh bawa barang.

Kemudian keluar peraturan Kemenhub, boleh bawa penumpang.

Sempat simpang siur tentang ini. Apakah presiden sempat mengamati atau bahkan menegur?”

B : “Saya undang. Menteri saya undang dan disampaikan bahwa kenapa ojol dibolehkan dari Kementerian Perhubungan, jangan sampai menimbulkan permasalahan baru,” jawab jokowi soal simpang siur aturan ojek daring. Menteri menyampaikan kepada saya bahwa (ojol) tidak dilarang pun mereka sudah tidak ada penumpang, kalau dilarang justru akan menjadi masalah yang baru.”

5B

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Najwa (43 tahun) bertanya kepada Jokowi mengenai

kebijakan-kebijakan peraturan kemenhub ojek online.

Data tuturan (5A), kalimat yang mengandung gaya bahasa koreksio atau epanortosis dalam kutipan terletak pada kata tidak dan nggak. Pada saat mengucapkan di awal kata tidak sudah tepat tetapi di akhir kalimat ia keliru mengucapkan kata nggak menyadari kesalahanya dalam waktu bersamaan.

Dalam berbicara atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu, tetapi kita memperbaikinya atau mengoreksinya kembali. Gaya bahasa seperti ini biasa disebut koreksio atau epanortosis. Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaiki Keraf (1984:135).

Data tuturan (5B), kalimat yang mengandung gaya bahasa koreksio atau epanortosis dalam kutipan terletak pada kata ojol dan ojek. Saat mengucapkan kata ojol Bapak Jokowi menyadari kesalahannya itu dan memperbaikinya menjadi kata ojek dalam waktu yang bersamaan. Bila Bapak Jokowi tidak memperbaiki kata tersebut, pendengar tentu tidak akan memahami apa yang sebenarnya arti dari yang dituturkan oleh Bapak Jokowi. Kata ojek orang pada umumnya mengatakan ojek ialah sepeda motor yang ditambangkan dengan cara memboncengkan penumpang atau penyewanya sedangkan ojol menjadikan singkatan dari ojek online. Dalam berbicara atau menulis, ada kalanya kita ingin menegaskan sesuatu, tetapi kemudian kita memperbaikinya atau mengoreksinya kembali. Gaya bahasa seperti ini biasa disebut koreksio atau epanortosis. Koreksio atau epanortosis adalah suatu gaya yang berwujud

mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian memperbaiki Keraf (1984:135).

6) Gaya Bahasa Klimaks

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa klimaks yang dianalisis berjumlah 1 buah. Berikut ini akan dipaparkan 1 dari data tersebut.

No Data Tuturan

B : “Saya ingin optimis, Juli sudah masuk pada posisi ringan.

Sehingga kita harapkan pada bulan Mei, betul-betul pada puncaknya, kemudian turun. Tetapi dengan catatan, masyarakat memiliki kedisiplinan yang kuat. Itu, kuncinya di situ.”

6A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan ketika Jokowi (59 tahun) ditanya mengenai optimis bahwa Mei adalah puncak dan Juli kemudian menurun, asalkan masyarakat disiplin.

Data tuturan (6A) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa antiklimaks adalah Klimaks Saya ingin optimis, Juli sudah masuk pada posisi ringan. Sehingga kita harapkan pada bulan Mei, betul-betul pada puncaknya, kemudian turun. Tetapi dengan catatan, masyarakat memiliki kedisiplinan yang kuat. Itu, kuncinya di situ. Klimaks adalah pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana atau kurang penting, meningkat pada hal yang kompleks/lebih penting. Gaya bahasa klimkas adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap

kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya Keraf (1984:124).

7) Gaya Bahasa Antiklimaks

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa antiklimaks yang dianalisis berjumlah 1 buah. Berikut ini akan dipaparkan 1 dari data tersebut.

No Data Tuturan

B : “Sekali lagi bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, Kementerian tidak bisa bekerja sendirian, harus melibatkan pemerintah daerah propinsi, kabupaten kota, sampai ke tingkat desa, RT, RW, masyarakat. Ini harus terlibat semuanya. Ini pekerjaan besar. Tidak mungkin pemerintah bekerja sendirian, tidak mungkin.”

7A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan ketika Jokowi (59 tahun) ditanya mengenai pemerintah daerah propinsi, kabupaten kota, sampai ke tingkat desa, RT, RW, masyarakat.

Data tuturan (7A) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa antiklimaks adalah Sekali lagi bahwa pemerintah tidak bisa bekerja sendirian, Kementerian juga tidak bisa bekerja sendirian, harus melibatkan pemerintah daerah provinsi, kabupaten kota, sampai ke tingkat desa, RT, RW, masyarakat. Antiklimaks merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting.

Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi memberi perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu Keraf (1984:125).

8) Gaya Bahasa Eufemisme

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa eufemisme yang dianalisis berjumlah 1 buah. Berikut ini akan dipaparkan 1 dari data tersebut.

No Data Tuturan

B : “Jangan memperkeruh suasana dengan hal-hal yang sebetulnya mudah. Sampaikan saja datanya. Kalau datanya itu benar pasti di Kementerian dan di Gugus Tugas akan memasukkan itu dalam konsolidasi data yang ada.”

8A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan ketika Jokowi (59 tahun) ditanya mengenai hal-hal yang sebetulnya mudah untuk disampakan jikalau datanya itu benar.

Data tuturan (8A) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa eufemisme adalah jangan memperkeruh suasana dengan hal-hal yang sebetulnya mudah. Kalimat jangan memperkeruh suasana dengan hal-hal yang sebetulnya mudah ini yang diucapkan Jokowi untuk menegaskan agar masyarakat tidak memperkeruh suasananya dalam arti sebetulnya mudah dikatakan tanpa harus meragukan. Jika masyarakat mempunyai data yang benar langsung tunjukkan kepada kementerian. Kata-kata jangan memperkeruh suasana dengan hal-hal yang sebetulnya mudah ini terdengar sangat baik oleh orang lain dan tentunya tidak menyinggung perasaan sama sekali. Eufemisme adalah semacam acuan berupa ungkapan-ungkapan yang tidak menyinggung perasaan orang, atau ungkapan-ungkapan yang halus

untuk menggantikan acuan-acuan yang mungkin dirasakan menghina, menyinggung perasaan atau mensugestikan sesuatu yang tidak menyenangkan Keraf (1984:132).

9) Gaya Bahasa Litotes

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa litotes yang dianalisis berjumlah 6 buah. Berikut ini akan dipaparkan 2 dari data tersebut.

No Data Tuturan

A : “Data dari kemenhub sudah hampir 1 juta orang sudah curi start mudik dan sudah tersebar di berbagai daerah. Apakah berarti keputusan melarang yang melihat situasi tapi faktanya sudah terjadi penyebaran orang di daerah?”

B : “Kalau itu bukan mudik. Itu namanya pulang kampung.

Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan lalu mereka pulang karena anak istrinya memang ada di kampung.”

9A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Najwa (43 tahun) bertanya kepada Jokowi mengenai memang mereka bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan lalu mereka pulang.

No Data Tuturan

“Sekarang saya di Cianjur Selatan. Di sini tidak ada pekerjaan. Saat ini tidak pegang uang sama sekali untuk makan, dari hasil tani ibu saya," kata Miptah, warga yang di-PHK.

9B

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan ketika miptah (50 tahun) ditanya mengenai Di Jakarta ia sudah tidak ada pekerjaan sehingga mampu bertahan hidup hanya dari hasil tani ibunya.

Data tuturan (9A) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa prolepsis atau antisipasi adalah Memang bekerja di Jabodetabek, di sini sudah tidak ada pekerjaan lalu mereka pulang karena anak istrinya memang ada di kampung. Kalimat di atas ini yang disampaikan oleh bapak Jokowi ialah menunjukkan merendahkan. Litotes adalah semacam gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya, atau suatu pikiran dinyatakan dengan menyangkal lawan katanya Keraf (1984:132).

Data tuturan (9B) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa litotes adalah Sekarang saya di Cianjur Selatan. Di sini tidak ada pekerjaan. Kalimat di atas ini yang disampaikan oleh bapak Miptah adalah menunjukkan merendahkan. Seorang Bapak Miptah di tempat asalnya Cianjur tidak memiliki pekerjaan apa-apa semenjak ia di-PHK dari tempat kerjanya. Totaliter mengurangi atau melemahkan kekuatan pernyataan yang sebenarnya menurut Moeliono (dalam Tarigan, 1985:58).

10) Gaya Bahasa Perumpaman atau Simile

Dalam gaya bahasa Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi, peneliti menemukan kalimat yang mengandung gaya bahasa perumpamaan atau smile yang dianalisis berjumlah 3 buah.

Berikut ini akan dipaparkan 2 dari data tersebut.

No Data Tuturan

A : “Tapi untuk kemudian mengubahnya menjadi murni bansos, itu juga tidak tepat menurut Presiden Jokowi? Ada porsi lain dari anggaran yang memang dikhususkan untuk itu?”

B : “Ya. saya sampaikan tadi semi bansos. Bukan bansos tapi sudah semi bansos. Sama seperti tadi dana desa sebagian memang masuk ke bansos.”

10A

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut dilakukan oleh Najwa (43 tahun) selaku pembawa acara dengan Bapak Presiden Jokowi (59 tahun) selaku narasumber. Najwa (43 tahun) bertanya kepada Jokowi mengenai tadi dana desa sebagian memang masuk ke bansos.

No Data Tuturan

“Kami dengan daerah sudah berkali-kali di seluruh Indonesia koordinasi dengan mereka. Kami berharap, daerah lebih proaktif lagi mendata. Namun mungkin terus terang dari segi jumlah, alokasi tidak mungkin 100% yang meminta pasti dipenuhi ya tetapi yang kita harapkan teman-teman di daerah kabupaten, kota, bahkan provinsi khususnya provinsi yang padat penduduk seperti jawa barat, jawa tengah, jawa timur kemudian di luar Sumatra selatan, Sulawesi," kata Menteri Sosial.

10B

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan Najwa (43 tahun) ketika Menteri Sosial (48 tahun) ditanya mengenai

Data tuturan (10A) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa perumpaman adalah Sama seperti tadi dana desa sebagian memang masuk ke bansos. Gaya bahasa persamaan adalah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, umpama, bak, sama, sebagai, bagaikan, laksana, serupa, dan sebagainya Tarigan (1985:9).

Data tuturan (10B) di atas, kalimat yang mengandung gaya bahasa perumpaman adalah seperti jawa barat, jawa tengah, jawa timur kemudian di

luar Sumatra selatan, Sulawesi. Gaya bahasa perumpaman adalah padanan kata atau simile yang berarti seperti. Simile adalah perbandingan dua hal yang pada hakikatnya berlainan dan yang sengaja kita anggap sama. Secara eksplisit jenis gaya bahasa ini ditandai oleh pemakaian kata: seperti, umpama, bak, sama, sebagai, bagaikan, laksana, serupa, dan sebagainya Tarigan (1985:9).

4.2.2 Makna Pragmatik Gaya Bahasa

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) Yule (2006:3).

Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang di dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan dan disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, di mana, kapan, dan dalam keadaan apa. Selain itu, Wijana (dalam Nadar, 2009:4) yang menyebutkan bahwa pragmatik mengkaji tentang makna yang terikat konteks, dan oleh Serale dkk (dalam Nadar, 2009:4) menjelaskan bahwa pragmatik berkaitan dengan interpretasi suatu ungkapan yang dibuat mengikuti aturan sintaksis tertentu dan cara menginterpretasi ungkapan tersebut tergantung pada kondisi-kondisi khusus penggunaan ungkapan tersebut dalam konteks. Makna gaya bahasa dalam penelitian ini, akan diinterpretasikan oleh peneliti berdasarkan penggunaan gaya bahasa jenis tertentu dalam video tuturan percakapan yang

dilakukan oleh Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi. Peneliti menemukan beberapa makna dari gaya bahasa yang digunakan dalam video tuturan percakapan Najwa Shihab dalam wawancara eksklusif bersama Presiden Jokowi. Berikut ini yang akan dipaparkan makna pragmatik dari gaya bahasa tersebut.

1. Makna „Menggambarkan‟

Makna pragmatik „menggambarkan‟ yang muncul dari Najwa Shihab dalam Wawancara Eksklusif bersama Presiden Jokowi “Jokowi Diuji Pandemi” di Youtube tahun 2020 (Kajian Stilistika Pragmatik). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjabarkan bahwa kata menggambarkan adalah melukiskan atau menceritakan suatu peristiwa kepada orang lain. Berikut ini adalah paparan data yang mengandung makna mengambarkan sebagai berikut.

No Data Tuturan

A : ”Perang melawan Corona tak mudah untuk dimenangkan, yang kita hadapi bersama lawan yang tak kelihatan.

Dibutuhkan kerja kolektif yang tak setengah-setengah, kewaspadaan tingkat tinggi yang meniadakan lengah.

Kedisplinan warga negara jelas sangat dibutuhkan, inisiatif kita untuk saling menjaga juga menentukan. Tapi negaralah yang punya kapasitas paling maksimal, cuma pemerintah yang bisa menggerakkan dengan optimal.”

1

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Najwa (43) selaku pembawa acara menjelaskan pembuka acara yang bertema Jokowi Diuji Pandemi bersama Bapak Presiden Jokowi (59 tahun).

Data (1) di atas adalah tuturan bergaya bahasa mengandung Asindeton yang memiliki makna menggambarkan. Makna tersebut terlihat dalam tuturan

makna „menggambarkan‟ dari kalimat yang digunakan oleh si A (Najwa) dalam menggambarkan sesuatu adalah Kedisplinan warga negara jelas sangat dibutuhkan, inisiatif kita untuk saling menjaga juga menentukan.

Dalam tuturannya, penutur ingin pernyataan tersebut menggambarkan atau mendeskripsikan bahwa perang melawan corona dapat dimenangkan jika kita menghadapi secara bersama-sama, baik itu pemerintah, kabinetnya, serta masyarakat yang ikutserta dalam melawan corona. Corona barang baru dan sangat berbahaya. Virus corona ini bisa dibasmi jika warga melakukan secara disiplin dan mematuhi protokol kesehatan dengan baik ikut terlibat partisipasinya.

No Data Tuturan

B : “Perlu saya sampaikan, sekarang yang namanya APD, PCR, rapid test, masker, semua jadi rebutan 213 negara yang terpapar.

Kebijakan yang terjadi secara grusah-grusuh semua ingin mendapatkan.”

2

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata Najwa. Tuturan tersebut diungkapkan ketika Jokowi (59 tahun) ditanya mengenai APD, PCR, rapid test, masker.

Data (2) di atas adalah tuturan bergaya bahasa mengandung Asindeton yang memiliki makna menggambarkan. Makna tersebut terlihat dalam tuturan makna „menggambarkan‟ dari kalimat dalam menggambarkan sesuatu adalah APD, PCR, rapid test, masker. Dalam tuturannya, penutur ingin pernyataan tersebut menggambarkan atau mendeskripsikan bahwa semua negara ingin mendapatkan peralatan alat medis dari 213 negara menjadi rebutan. Atas kebijakan yang terjadi secara grusah-grusuh, karena semua ingin mendapatkan

kebutuhan seperti APD, PCR, rapid test, masker untuk setiap negaranya.

Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca) Yule (2006:3). Makna tuturan yang disampaikan oleh Jokowi dapat diketahui melalui tuturan yang disampaikan oleh penutur dengan caranya dan ditafsirkan oleh peneliti sebagai pendengar.

2. Makna Menanyakan

Makna pragmatik „menanyakan‟ yang muncul dari Najwa Shihab dalam Wawancara Eksklusif bersama Presiden Jokowi “Jokowi Diuji Pandemi” di Youtube tahun 2020 (Kajian Stilistika Pragmatik). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menjabarkan bahwa kata menanyakan adalah permintaan keterangan atau meminta penjelasan tentang sesuatu hal. Berikut ini adalah paparan data yang mengandung makna menanyakan sebagai berikut.

No Data Tuturan

A : “Corona jelas batu ujian bagi kepala negara, bagaimanakah kepala negara menyikapinya?”

3

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata

Konteks: Tuturan ini terjadi pada malam hari di siaran langsung mata

Dokumen terkait