• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gejala Klinis

Dalam dokumen C08yab (Halaman 59-65)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil4.1 Hasil

4.1.1 Uji Patogenitas Bakteri dengan Menghitung LD-50

4.1.2.4 Gejala Klinis

Pengamatan terhadap gejala klinis dilakukan sejak ikan lele perlakuan kontrol positif, pencegahan dan pengobatan diinfeksi bakteri A. hydrophila sampai hari ke 14 pasca infeksi dan hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 17 (kontrol positif), Lampiran 18 (pencegahan) dan Lampiran 19 (pengobatan).

Pada ikan lele kontrol negatif setelah dilakukan penyuntikan dengan PBS 0.1 ml/ekor, ikan uji tidak menunjukkan adanya kelainan klinis maupun kematian sampai hari ke 14 (Gambar 7).

Gambar 7. Ikan lele kontrol negatif tidak mengalami kelainan klinis sampai akhir pengamatan

Pada jam ke 6 setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila 105

cfu/ml, semua ikan uji kontrol positif mulai tampak kelainan berupa hiperemia pada sirip anal, sirip perut, sirip punggung, sirip dada, sirip ekor, sungut dan bibir. Daerah suntikan pada tubuh bagian kiri juga mengalami peradangan (Gambar 8) sebanyak 13 ekor dari 30 ekor ikan uji, selanjutnya pada jam ke 12 semua ikan uji mengalami radang disertai gejala hiperemia. Pada jam ke 18 radang berkembang menjadi hemoragi disertai hiperemia (Gambar 9) sebanyak 28 ekor, 1 ekor masih mengalami radang disertai gejala hiperemia sedangkan 1 ekor mati dengan kelainan klinis berupa radang. Setelah 21 jam penyuntikan dengan bakteri A.

hydrophila semua ikan uji yang mengalami hemoragi berkembang menjadi

nekrosis (Gambar 10), 1 ekor masih mengalami hemoragi sedangkan 1 ekor ikan mati dengan kelainan nekrosis. Pengamatan gejala klinis kontrol positif pada jam ke 21 disertai kelainan berupa hiperemia pada semua ikan uji.

Pada hari ke 1 setelah infeksi semua ikan uji kontrol positif mengalami kelainan tukak disertai hiperemia (Gambar 11) sebanyak 23 ekor ikan uji dan 5 ekor mati dengan kelainan berupa tukak. Pada hari ke 4 sebanyak 13 ekor ikan uji mulai mengalami penyembuhan tukak namun masih disertai gejala hiperemia sedangkan 15 ekor lainnya ditemukan mati dengan kelainan berupa tukak. Pada hari ke 6 sebanyak 5 ekor ikan uji mengalami penyembuhan tukak disertai penyembuhan hiperemia sedangkan 8 ekor lainnya yang mengalami penyembuhan tukak masih disertai gejala hiperemia. Pada hari ke 12 sebanyak 13 ekor ikan uji mengalami penyembuhan tukak disertai penyembuhan hiperemia dan terus berlangsung sampai hari ke 14.

Gambar 8. Ikan lele kontrol positif pada jam ke 6 mengalami radang disertai hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 9. Ikan lele konrol positif pada jam ke 18 mengalami hemoragi disertai hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 10. Ikan lele kontrol positif pada jam ke 21 mengalami nekrosis disertai hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 11. Ikan lele kontrol positif pada hari ke 1 mengalami tukak disertai hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Pada perlakuan pencegahan setelah diberikan ekstrak paci-paci melalui injeksi secara intramuskuler 0.1 ml/ekor dengan dosis 4 g/100 ml, ikan lele tidak menunjukkan kelainan klinis selama 7 hari pengamatan. Setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila 105 cfu/ml, pada jam ke 6 semua ikan uji perlakuan pencegahan mulai tampak kelainan berupa hiperemia yang umumnya ditemukan pada sirip anal, sirip perut, sirip punggung, sirip dada, sirip ekor, sungut dan bibir. Sebanyak 7 ekor dari 30 ekor ikan uji juga ditemukan kelainan berupa radang. Pada jam ke 12 peradangan disertai hiperemia terus terjadi dan ditemukan pada 27 ekor ikan uji sedangkan 3 ekor lainnya hanya menunjukkan gejala hiperemia. Peradangan terus berkembang menjadi hemoragi disertai hiperemia pada jam ke 18 sebanyak 19 ekor ikan uji dan 8 ekor masih mengalami peradangan disertai hiperemia sedangkan 3 ekor masih mengalami hiperemia. Setelah 21 jam infeksi semua ikan uji yang mengalami hemoragi berkembang menjadi nekrosis (Gambar 12), 5 ekor masih mengalami hemoragi, 2 ekor masih mengalami radang, 1 ekor mati karena radang sedangkan 3 ekor masih menunjukkan gejala klinis hiperemia.

Pada hari ke 1 setelah infeksi sebanyak 21 ekor ikan uji mengalami tukak (Gambar 13), 2 ekor masih mengalami radang, 3 ekor masih menunjukkan gejala klinis hiperemia sedangkan 2 ekor mati dengan kelainan tukak dan 1 ekor mati dengan kelainan nekrosis. Pengamatan gejala klinis ikan perlakuan pencegahan pada hari ke 1 masih ditemukan adanya kelainan hiperemia pada semua ikan uji. Perkembangan tukak disertai gejala hiperemia masih terus terjadi sampai hari ke 2 setelah infeksi sebanyak 18 ekor, 2 ekor ikan uji mengalami penyembuhan radang diserta penyembuhan hiperemia, 3 ekor mengalami penyembuhan hiperemia dan tidak menunjukkan kelainan klinis sampai akhir pengamatan sedangkan 3 ekor ikan uji mati karena kelainan tukak.

Hari ke 3 setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila 105 cfu/ml, sebanyak 13 ekor ikan lele mengalami penyembuhan tukak namun masih disertai gejala hiperemia, 5 ekor mengalami penyembuhan tukak dan hiperemia (Gambar 14) dan 2 ekor ikan uji yang mengalami radang sembuh total. Pada hari ke 6 sebanyak 15 ekor ikan uji mengalami penyembuhan tukak disertai penyembuhan hiperemia sedangkan sebanyak 3 ekor ikan uji mengalami penyembuhan tukak namun masih disertai gejala hiperemia dan terus berlangsung sampai hari ke 7.

Selanjutnya pada hari ke 10 sebanyak 7 dari 18 ekor ikan uji yang mengalami kelainan tukak sembuh total. Pada akhir penelitian, 15 ekor ikan uji yang mengalami kelainan tukak sembuh total (Gambar 15) sedangkan 3 ekor masih mengalami penyembuhan tukak.

Perlakuan pengobatan penyakit MAS diberikan pada jam ke 18 melalui injeksi ekstrak paci-paci secara intramuskuler sebanyak 0.1 ml/ekor dengan dosis 8 g/100 ml setelah ikan lele terinfeksi bakteri A. hydrophila 105 cfu/ml. Gejala klinis pada jam ke 6 setelah infeksi bakteri A. hydrophila menunjukkan kelainan berupa radang dan hiperemia sebanyak 10 ekor sedangkan 20 ekor ikan uji mengalami kelainan hiperemia. Pada jam ke 12 semua ikan uji mengalami radang dan hiperemia. Pada jam ke 18 radang berkembang menjadi hemoragi disertai hiperemia sebanyak 28 ekor dan 2 ekor masih mengalami radang dan hiperemia. Pengamatan jam ke 21 setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila, sebanyak 27 ekor ikan uji yang mengalami hemoragi berkembang menjadi nekrosis dan 1 ekor mati dengan kelainan hemoragi sedangkan 2 ekor ikan uji masih mengalami hemoragi dan radang. Gejala klinis perlakuan pengobatan pada jam ke 21 disertai kelainan berupa hiperemia pada semua ikan uji.

Sehari setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila 105 cfu/ml sebanyak 21 ekor ikan uji mengalami tukak disertai hiperemia, 1 ekor ikan uji masih mengalami radang disertai hiperemia sedangkan 2 ekor mati dengan kelainan nekrosis dan 5 ekor mati dengan kelainan tukak. Perkembangan tukak disertai hiperemia terus terjadi sampai hari ke 3 pada 12 ekor ikan uji sedangkan 2 ekor ikan uji menunjukkan penyembuhan tukak dan hiperemia, 1 ekor mengalami penyembuhan radang sedangkan 8 ekor ikan lainnya mati dengan kelainan tukak.

Sebanyak 7 ekor ikan lele yang bertahan hidup pada hari ke 4 mulai menunjukkan penyembuhan tukak disertai penyembuhan hiperemia sedangkan 7 ekor yang mengalami penyembuhan tukak masih disertai gejala hiperemia. Pada hari ke 7 dan 9 masing-masing 1 ekor ikan lele mengalami penyembuhan total. Pada akhir penelitian sebanyak 5 ekor ikan lele sembuh total sedangkan 10 ekor ikan uji masih mengalami penyembuhan tukak.

Gambar 12. Ikan lele perlakuan pencegahan pada jam ke 21 mengalami nekrosis dan hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 13. Ikan lele perlakuan pencegahan pada hari ke 1 mengalami tukak dan hiperemia setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 14. Ikan lele perlakuan pencegahan hari ke 3 mengalami penyembuhan tukak setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

Gambar 15. Ikan lele perlakuan pencegahan pada hari ke 14 sembuh total setelah penyuntikan dengan bakteri A. hydrophila

0 2

Dalam dokumen C08yab (Halaman 59-65)

Dokumen terkait