• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hematologi Ikan

Dalam dokumen C08yab (Halaman 36-43)

Darah ikan tersusun atas cairan plasma dan sel darah yang terdiri dari sel-sel darah merah (eritrosit), sel-sel-sel-sel darah putih (leukosit) dan keping-keping darah (Randal, 1970 dalam Affandi dan Tang, 2002). Menurut Fujaya (2002), darah terdiri atas dua kelompok besar, yaitu sel dan plasma. Sel terdiri atas sel-sel diskret yang memiliki bentuk khusus dan fungsi yang berbeda terdiri dari eritrosis dan leukosit (limfosit, monosit,neutrofil dan trombosis) sedangkan komponen dari plasma yaitu fibrinogen, ion-ion anorganik dan organik. Menurut Affandi dan Tang (2002) plasma darah mengandung ion anorganik seperti Na+, Cl-, Mg2+, Ca2+ dan senyawa organik seperti hormon, vitamin, enzim, protein plasma (albumin, globulin, transferin dan fibrinogen), lemak dan nutrien.

Chinabut et al., 1991

Keterangan : L = Limfosit M = Monosit N = Netrofil T = trombosit E = Eritrosit

Gambar 4. Eritrosit dan jenis - jenis lekosit dalam darah ikan

Darah ikan berfungsi mengedarkan nutrien yang berasal dari pencernaan makanan ke sel-sel tubuh, membawa oksigen ke sel-sel tubuh (jaringan) dan membawa hormon dan enzim ke organ tubuh yang memerlukannya (Lagler et al., 1977). Fujaya (2002) menyatakan bahwa fungsi darah sebagai pembawa oksigen, karbondioksida, sari-sari makanan maupun hasil metabolisme. Pada ikan, darah mengalir dengan membawa oksigen dari insang ke jaringan, karbondioksida ke kulit dan insang, produk pencernaan dari hati ke jaringan dan ion seperti Na+ dan Cl- yang berperan dalam osmoregulasi. Darah juga membawa hormon dan vitamin, terutama dalam plasma. Sedangkan bahan-bahan asing atau yang tidak dibutuhkan oleh tubuh diangkut ke ginjal dan dikeluarkan melalui urin atau dipagositasi. Selain itu, menurut

Affandi dan Tang (2002) komponen-komponen leukosit mempunyai fungsi yang khusus. Secara fungsional, sel monosit berperan sebagai makrofag, limfosit berfungsi sebagai antibodi untuk melawan antigen, neutrofil diyakini mempunyai fungsi fagositik dan trombosit berperan dalam proses pembekuan darah. Menurut Fujaya (2002), komponen yang juga berperan dalam pembekuan darah yang berasal dari plasma yaitu fibrinogen.

Organ pembentuk respon imun dan darah pada ikan dikenal sebagai organ

limfomieloid disebut demikian karena jaringan limfoid (organ yang merespon antigen)

dan mieloid (organ penghasil darah) bergabung menjadi satu (Affandi dan Tang, 2002). Jaringan tersebut terbentuk dari jaringan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim yang diduga mempunyai peran penting dalam reaksi kekebalan tubuh (Fange, 1982). Pada ikan, jaringan pembentuk darah terdapat dalam stroma limpa dan intersitium ginjal. Selain itu juga dibagian tepi hati dan submukosa usus (Angka, 1990). Menurut Affandi dan Tang (2002) organ limfomieloid ikan teleostei adalah limpa, timus dan ginjal anterior.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah sel darah merah adalah spesies, perbedaan induk (genetik), kondisi nutrisi, aktivitas fisik, dan umur (Dellman dan Brown, 1989). Volume darah dalam tubuh ikan lebih sedikit dibandingkan vertebrata yang lain, yaitu sekitar 5 % dari berat tubuh ikan (Angka, 1990). Sedangkan menurut Affandi dan Tang (2002), volume darah dalam tubuh ikan teleostei adalah sekitar 3 % dari bobot tubuh.

Parameter darah menjadi salah satu indikator adanya perubahan kondisi pada kesehatan ikan, baik karena faktor infeksi akibat mikroorganisme atau karena faktor non infeksi oleh lingkungan, nutrisi dan genetik. Menurut Amlacher (1970), darah mengalami perubahan-perubahan yang sangat serius khususnya bila terkena infeksi oleh bakteri, dalam hal ini Bacterial Haemorragic Septicemia. Selain itu, kelebihan dan kekurangan makanan juga mempengaruhi komposisi darah (perubahan pada level protein total, hemoglobin, dan total eritrosit).

Eritrosit pada ikan merupakan sel yang terbanyak jumlahnya. Bentuknya hampir sama untuk semua jenis ikan, berinti seperti burung dan reptil. Eritrosit muda

disebut polikromatosit ditemukan sekitar 1 % dari total eritrosit. Eritrosit dewasa berbentuk bulat telur dengan inti bulat telur dan sitoplasma merah muda. Ukuran rataan sel darah merah ikan lele dewasa adalah 9,3 x 8,2 µm (Angka, 1990). Eritrosis yang matang berbentuk oval hingga bundar, inti kecil dengan sitoplasma dalam jumlah yang besar. Ukuran eritrosit ikan lele Clarias batrachus adalah 10× 11 µm hingga 12× 11 µm, dengan diameter inti 4-5 µm. Jumlah eritrosis dalam darah ikan lele adalah 3,18× 106 sel/ml (Chinabut et al., 1991). Rendahnya jumlah eritrosit menandakan ikan menderita anemia dan kerusakan organ ginjal. Sedangkan tingginya jumlah eritrosit menandakan ikan dalam keadaan stress (Wedemeyer dan Yasutake, 1977; Nabib dan Pasaribu, 1989).

Hematokrit adalah perbandingan antara padatan sel-sel darah (eritrosit) di dalam darah yang dinyatakan dalam persen (Hesser, 1960 dalam Angka et al., 1985; Affandi dan Tang, 2002). Menurut Bond (1979) dan Sastradipraja et al. (1989) hematokrit merupakan perbandingan antara volume sel darah dengan plasma darah. Bond (1979) menyatakan bahwa plasma darah adalah cairan yang jernih berisikan mineral terlarut, hasil buangan jaringan, enzim, antibodi dan gas terlarut. Menurut Angka et al. (1990), hematokrit ikan bervariasi tergantung pada faktor nutrisi dan umur ikan. Anak ikan dengan nutrisi baik mempunyai kadar hematokrit lebih tinggi daripada ikan dewasa atau anak ikan dengan nutrisi rendah. Tidak ada perbedaan kadar hematokrit didapatkan pada waktu/musim berbeda dan jenis kelamin berbeda. Menurut Bond (1979) kisaran kadar hematokrit darah ikan adalah sebesar 20-30 %. Angka et al. (1985) menyatakan bahwa kisaran nilai hematokrit ikan lele (Clarias

batrachus) pada kondisi normal sebesar 30,8-45,5 %, sedangkan ikan lele yang

terserang ulser mempunyai nilai hematokrit sebesar 34,4-48,2 %. Nabib dan Pasaribu (1989) menyatakan bahwa nilai hematokrit di bawah 30 % menunjukkan defisiensi eritrosis. Gallaugher et al. (1995) menyatakan nilai hematokrit yang lebih kecil dari 22 % menunjukkan ikan mengalami anemia.

Menurunnya kadar hematokrit dapat dijadikan petunjuk untuk mengetahui apakah pakan memiliki kandungan protein yang rendah, defisiensi vitamin atau ikan mendapat infeksi sehingga nafsu makan menurun. Sedangkan meningkatnya kadar

hematokrit dalam darah menunjukkan bahwa ikan dalam keadaan stres (Wedemeyer dan Yasutake, 1977; Anderson dan Siwicki, 1993). Alifuddin (1999) mengemukakan bahwa hasil pemeriksaan kadar hematokrit dapat digunakan sebagai patokan kondisi kesehatan ikan. Kadar hematokrit juga dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari pemakaian imunostimulan sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui kondisi ikan setelah pemberian imunostimulan.

Sel darah merah mengandung hemoglobin. Molekul hemoglobin adalah suatu protein dalam eritrosit yang terdiri atas protoporfirin, globin dan besi (Fe) bervalensi dua (Affandi dan Tang, 2002). Kadar hemoglobin dalam darah ikan berkaitan dengan jumlah eritrosit (Lagler et al., 1977). Hemoglobin darah merupakan alat transportasi oksigen dan karbondioksida. Di dalam kapiler-kapiler insang, hemoglobin bergabung dengan oksigen membentuk oksihemoglobin. Ketika bergabung dengan oksigen, 1 gr Hb dapat membawa 1.36 ml oksigen (Hartini, 1982). Hemoglobin membawa oksigen dalam ikatan dengan Fe dari darah (Lagler et al., 1977). Menurut Angka et al. (1985) kisaran kadar hemoglobin dalam darah ikan lele Clarias batrachus normal adalah 10,3-13,5 g/100 ml, sedangkan ikan yang terserang penyakit mempunyai kadar hemoglobin 10,9-13,0 g/100 ml. Menurut Blaxhall (1972) bahwa kadar hemoglobin merupakan indikator anemia. Meningkatnya kadar hemoglobin menunjukkan bahwa ikan ada dalam kondisi stres (Anderson dan Siwicki, 1993).

Leukosit dikelompokkan menjadi 2 golongan berdasarkan ada tidaknya butir-butir (granula) dalam sel, yaitu agranulosit dan granulosit. Agranulosit dibagi menjadi limfosit, trombosis dan monosit, sedangkan granulosit berupa neutrofil (Chinabut et

al., 1991; Affandi dan Tang, 2002). Dalam darah ikan tidak ditemukan adanya basofil

maupun eosinofil, namun Williams and Warner (1976) dalam Chinabut et al. (1991) juga menemukan keberadaan basofil dan eosinofil dalam darah ikan. Lekosit pada ikan berbentuk lonjong sampai bulat, tidak berwarna dan jumlahnya berkisar antara 20.000-150.000 butir per mm3. Pada chanel catfish, total lekosit sekitar 64,75 x 103

sel/mm3 (Chinabut et al., 1991). Jumlah leukosit yang menyimpang dari keadaan normal mempunyai arti klinis penting untuk evaluasi proses penyakit (Dellman dan Brown, 1989). Menurut Roberts dan Richards (1978) sel-sel leukosit bergerak secara

aktif melalui dinding kapiler untuk memasuki jaringan yang terkena infeksi. Sel-sel leukosit yang dapat meninggalkan pembuluh darah tersebut antara lain neutrofil (leukosit berinti polimorf), monosit (makrofag mononuklear), limfosit dan trombosit.

Limfosit merupakan sel darah putih berbentuk bola berukuran 7-10 µm. Inti berbentuk bola terletak tidak di tengah-tengah, kadang-kadang mempunyai sedikit lekuk, mempunyai kromatin yang kompak dan berwarna ungu kemerah-merahan (Affandi dan Tang, 2002). Limfosit berdasarkan ukurannya dibedakan menjadi limfosit besar dan kecil. Keduanya mempunyai fungsi yang sama. Sebagian besar limfosit yang berada dalam peredaran darah adalah limfosit kecil dan tidak aktif. Setelah ada antigen spesifik, limfosit menjadi aktif bereaksi dengan antigen dan dinamakan limfosit dewasa (Angka et al., 1990). Limfosit berukuran lebih kecil dari eritrosit dan ukurannya bervariasi antara 6-11 µm. Sel limfosit ditandai dengan bentuknya yang bundar dengan sejumlah kecil sitoplasma non granula berwarna biru cerah atau ungu pucat dalam pewarnaan Wright dan Giemsa (Chinabut et al. 1991). Secara umum sel-sel limfosit menunjukkan heterogenesis yang sangat tinggi dalam bentuk dan fungsinya. Sel limfosit mampu menerobos jaringan organ tubuh lunak dan mempunyai peranan dalam pembentukan antibodi (Dellman dan Brown, 1989). Jumlah limfosit pada ikan lebih banyak daripada mamalia dengan kepadatan 48.000 per mm3, sedangkan pada mamalia hanya 2.000 per mm3 (Nabib dan Pasaribu, 1989).

Monosit pada ikan berbentuk oval atau bundar, berdiameter 8-15 µm dengan nukleus oval berdekatan tepi sel dan mengisi sebagian isi sel dan kadang-kadang inti juga terletak di tengah (Hoffman, 1977), secara morfologi bentuknya hampir sama dengan monosit pada mamalia (Affandi dan Tang, 2002). Monosit ikan berasal dari jaringan hematopoietik ginjal dan dari populasi lekosit, 0.1 % adalah monosit walau dalam waktu cepat (± 48 jam) dapat bertambah setelah ikan disuntik benda asing seperti karbon (Angka, 1990). Menurut Affandi dan Tang (2002), monosit selain dihasilkan dari organ ginjal anterior juga dihasilkan oleh organ timus dan limpa. Menurut Irianto (2002), monosit merupakan prekursor-prekursor makrofag. Monosit mengalami sirkulasi dan makrofag terikat pada jaringan. Affandi dan Tang (2002) menyatakan monosit mampu menembus dinding pembuluh darah kapiler lalu masuk

ke jaringan dan berdiferensiasi menjadi sel makrofag. Monosit mempunyai masa beredar yang singkat di dalam darah sebelum mengalir melalui membran-membran kapiler ke dalam jaringan. Monosit mampu bermigrasi ke dalam jaringan dan menjadi ekstravaskuler. Sekali sel-sel monosit ini bermigrasi ke dalam berbagai jaringan, sel monosit ini tidak dapat dibedakan dari makrofag dan berperan dalam fagositosis dengan membunuh atau melisis sel bakteri.

Netrofil merupakan satu-satunya leukosit bergranula (Chinabut et al., 1991; Affandi dan Tang, 2002). Neutrofil berbentuk bundar dan berukuran besar (diameter 9-13 µm), bergranula halus dengan jumlah sitoplasma yang besar berwarna biru cerah atau merah muda pucat sedangkan inti berwarna biru gelap (Chinabut et al., 1991). Jumlah neutrofil ikan dalam darah hampir sama dengan mamalia (3-6 ribu per mm3), namun proporsinya dalam leukosit lebih kecil kira-kira 6-8 % dibanding mamalia sebesar 60-70 % (Nabib dan Pasaribu, 1989). Menurut Anderson (1974) bahwa limpa merupakan organ utama dalam proses pembentukan, penyimpanan dan pendewasaan eritrosit, neutrofil dan granulosit.

Ciri khusus dari trombosit menurut Chinabut et al. (1991) adalah lingkaran sitoplasma tipis di sekeliling inti, yang berwarna cerah dengan pewarnaan Wright dan Giemsa. Kisaran ukuran rata-rata trombosit adalah 4x7 µm–5x13 µm. Menurut Roberts (1978) trombosit mengeluarkan thromboplastin, yakni enzim yang membuat polimer dan fibrinogen yang berperan penting dalam pembekuan darah.

Hemostasis berarti pencegahan kehilangan darah bila pembuluh darah luka. Mekanisme pencegahan dilakukan dengan cara kontraksi pembuluh darah untuk mengurangi aliran darah pada luka, pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah dan pertumbuhan jaringan fibrosa ke dalam bekuan darah untuk menutupi lubang pada pembuluh darah secara permanen (Fujaya, 2002).

Sampai sekarang studi hematologi masih dianggap kriteria penting untuk diagnosa dan penentuan kesehatan ikan (Angka, 2001). Dalam penelitian hematologis ikan, parameter darah yang diukur meliputi jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan kadar hematokrit, jumlah dan jenis leukosit (Wedemeyer dan Yasutake, 1977).

Parameter lain yang sering diukur antara lain protein plasma total, titer antibodi, aktivitas fagosit, dan kadar kortisol plasma (Anderson dan Siwicki, 1993).

III. METODOLOGI

Dalam dokumen C08yab (Halaman 36-43)

Dokumen terkait