• Tidak ada hasil yang ditemukan

Generasi sebagai Metode Sejarah

Dalam dokumen BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Halaman 173-176)

BAB X KARL MARX

BENEDETTO CROCE (1886-1952)

C. Pemikiran-pemikiran Jose Ortega y Gasset 1. Filsafat Rasio Vitalisme

6. Generasi sebagai Metode Sejarah

Faktor utama yang menentukan sejarah adalah „semangat jaman‟ atau „keyakinan fundamental kolektif‘ beserta modifikasinya. Menurut Ortega, setiap generasi melakukan modifikasi terhadap ‗semangat jaman‘ itu sehingga dunia ketika mereka pergi menjadi berbeda dengan dunia ketika mereka tiba. Pada waktu itu, konsep generasi sebenarnya sudah dipinjam oleh beberapa pengarang lain, namun ternyata konsep Ortega itu belum dimengerti sepenuhnya. Mereka tidak menangkap pembedaan antara pengertian ‗sewaktu‟

dengan ‗sebaya‟. Hari ini membuat beberapa kelompok usia. Mereka yang ‗sewaktu‘ terdiri ats kelompok-kelompok orang sebaya. Anakronisme hakiki ini bukan pertama-tama masalah suksesi, bukan pertama-tama masalah pewarisan. Sebaliknya, ia menciptakan kontroversi dan pertentangan.. Kontroversi ini tidak perlu diartikan negatif, karena ia justru membangun dan menggerakkan sejarah. Kontroversi ini tidak terlihat oleh para pengarang lain itu karena mereka masih dipengaruhi oleh pandangan genealogis tentang generasi --belum historis.

Terhadap pandangan genealogis tentang generasi, Ortega mengajukan beberapa keberatan. Pertama, anggapan itu hanya mampu memperhatikan faktor suksesi, perubahan-perubahan ‗semangat jaman‘ yang dihadirkan oleh pergantian generasi menjadi luput dari perhatian. Kedua, generasi hanya dilihat dari sudut individual bukan historis. Ketiga, usia dimengerti sebagai keadaan badan dan jiwa yang berbeda dari keadaan badan dan jiwa manusia pada usia yang lain. Keempat, lebih mendasar lagi, anggapan itu mengandaikan bahwa manusia pada hakekatnya adalah baan dan juwa. Padahal bagi Ortega, hakekat manusia adalah hidup --trayek tertentu dari sejumlah tahun--, sementara usia adalah tahap-tahap pada trayek itu, jadi bukan keadaan badan dan jiwa.

Selanjutnya, Ortega sampai pada pembagian contemporaries menjadi beberapa coevals. Sampai usia 30 tahun adalah tahap di mana manusia belajar mengenal dunia tempat hidupnya. Sebenarnya tahap ini masih bisa dibagi menjadi tahap kanak-kanak dan tahap kaum muda, namun dalam kedua tahap itu sebagian besar waktu masih dipergunakan untuk belajar, shingga mereka hamper tidak mempengaruhi semangat jaman atau pikiran jaman sama sekali. Kalaupun ada, itu hanyalah satu dua kekecualian dan biasanya pun tidak efektif.

Pada usia 30-45 tahun, manusia mulai bereaksi terhadap dunia atau ‗pikiran jaman‘, menemukan gagasan-gagasan baru, menyebarluaskan penemuan itu serta menggabungkannya dengan penemuan-penemuan rekan sebaya yang sama-sama bereaksi terhadap dunia. Pada usia 45-60 tahun, manusia memiliki dunia yang sudah jadi, mereka menguasai „semangat dan pikiran jaman‟, mereka menjadi penguasa di pelbagai bidang, tetapi sekaligus mereka harus berjaga-jaga dan mempertahankan diri terhadap reaksi generasi 30-45 tahun.

Di samping pembagian di atas, masih ada generasi usia 60 tahun. Generasi yang terakhir ini tidak lagi memainkan peranan berarti dalam sejarah, tidak hanya karena mereka tinggal memamah biak dunia masa lalu yang umumnya dibangga-banggakan, tetapi juga jumlah teman sebaya mereka tinggal sedikit dan dari yang sedikit itu jauh lebih sedikit lagi yang masih sehat.

Maka realitas sejarah tersusun oleh mereka yang berusia 30-40 tahun berhadapan dengan mereka yang berusia 45-60 tahun. Hubungan antar dua generasi ini adalah kontroversi: yang satu mendominasi, yang lain bereaksi. Ini terjadi dalam pelbagai bidang: sejak ilmu pengetahuan, sampai ideology; sejak politik sampai seni; sejak bidang agama sampai bidang seksual. Masalahnya

kemudian adalah bagaimana menentukan tahun patokan agar generasi-generasi dalam sejarah dapat digolong-golongkan.

Cara yang diusulkan oleh Ortega adalah pertama-tama menentukan lebih dahulu generasi desisif atau generasi patokan. Ini dikerjakan dengan mengamati sejarah secara seksama. Misalnya dalam bidang pemikiran di Eropa, mula-mula dapat diamati suatu masa yang amat tenang, yakni Abad Pertengahan; sesudah itu masa yang serba tidak menentu, kemudian kembali dating masa tenang baru yang tak lain adalah masa modern. Generasi patokan adalah generasi yang menghadirkan masa tenang baru itu, mereka bukan lagi perintis tetapi juga bukan sekedar pengikut.

Sesudah generasi patokan ditentukan, maka kemudian dicari seorang tokoh desisif, tokoh patokan, dicari sebuah nama yang bisa mewakili generasi itu, sebuah ‗eponym‘. Masih dalam bidang pemikiran dan ilmu di Eropa, Ortega mengajukan contoh nama Descartes (1596-1650) sebagai tokoh patokan, karena Descartes dianggapnya sebagai seorang pembaharu yang karyanya matang, penuh kesadaran diri dan dirumuskan secara sempurna.

Descartes mulai memasuki gelanggang sejarah pada tahun 1626 pada saat ia berusia 30 tahun. Maka tahun 1626 dijadikan tahun patokan. Generasi patokan bagi Abad Modern di bidang pemikiran dan ilmu di Eropa adalah generasi 1626. Berdasarkan patokan ini, generasi-generasi sebelum dan sesudahnya diberi nama dengan selang waktu satu sama lain 15 tahun, sehingga ada generasi 1611 (Thomas Hobbes, Hugo Grotius), ada generasi 1596 (Kepler, Galileo, dan Bacon), dan seterusnya.

Akan tetapi orang-orang tidak semuanya lahir pada tahun yang sama, apalagi pada tahun-tahun yang dipakai untuk menamai generesi-generasi tersebut. Maka untuk menentukan seseorang masuk generasi mana, masuk ‗zone of dates’ mana, mesti diketahui dulu pada tahun berapa ia lahir, kemudian pada tahun berapa ia memasuki gelanggang sejarah atau kapan ia melakukan ulang tahun ke-30. Seseorang dianggap menjadi warga suatu generasi apabila ia berusia 30 tahun antara 7 tahun sebelum tahun generasi an 7 tahun sesudah tahun generasi. Jelasnya, seseorang dianggap msuk ‗generasi x‘ apabila ia berusia 30 tahun pada tahun ‗x-7‘ atau ‗x+7‘ atau salah satu tahun di antara kedua batas itu. Mareka yang berusia 30 tahuh pada 1633 termasuk generasi 1626, sedang mereka yang berusia 30 tahun pada 1634 sudah termasuk generasi 1641.

Namun demikian, seluruh perhitungan itu menurut Ortega hanyalah usul tentative belaka. Adapun yang boleh dijadikan pegangan hanyalah prinsip umum bahwa wajah dunia berubah setiap 15 tahun, bahwa sejarah berubah setiap 15 tahun, karena setiap 15 tahun muncul generasi baru dan setiap generasi baru memodifikasi wajah dunia.

BAB XIII

ARNOLD JOSEPH TOYNBEE

Dalam dokumen BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Halaman 173-176)