• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Sejarah

Dalam dokumen BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Halaman 146-149)

BAB X KARL MARX

C. Pemikiran Karl Marx 1. Mode Produksi

3. Perubahan Sejarah

Teori perubahan sejarah disusun berdasarkan model yang diberikan filsafat sejarah Hegel. Sejarah merupakan suatu proses perkembangan tunggal yang penuh arti; sejarah merupakan struktur rasional yang trungkap dalam waktu menurut hukum dialektika. Namun bagi Hegel, unit individu perjalanan sejarah dialektika adalah Negara-bangsa yang besar, setiap dari mereka mewujudkan sebuah tingkat dalam memajukan kesadaran kebebasan. Bagi Marx, sebaliknya, unit individu sejarah dialektika adalah mode produksi ekonomi.

Seperi Hegel, Marx terikat pada historisisme: dia percaya bahwa seseorang tidak bisa mengerti mode produksi ekonomi secara abstrak, namun hanya dalam konteks situasi dan perkembangan sejarah mereka. Hegel telah mempertimbangkan struktur masyarakat dan proses dialektika perubahan sejarah dngan kecerdasan akal, agen absolute, yang menggunakan hasrat manusia, negara-bangsa, individu sejarah dunia untuk mengubah ide-ide, untuk membawa jiwa terbatas sampai pada sebuah kesadaran penuh akan kebebasan.

Namun demikian, Marx menolak teori idealistis Hegel tentang teori perubahan sejarah sebagai sejarah perkembangan dialektika ide kebebasan. Bagi Marx, ide-ide tidak bisa menjelaskan apa pun; ide-ide hanyalah efek basis ekonomi masyarakat; ide-ide sekedar suprastruktur yang hancur mengiringi dasar ekonomi masyarakat yang juga mulai pecah. Bagi Marx, kekuatan ekonomi yang cukup kuatlah yang dapat menghasilkan perubahan sejarah.

Bagaimana dialektika meterialisme sejarah Marx menjelaskan perubahan sejarah?. Menurutnya, perubahan sejarah terjadi melalui konflik atau kontradiksi dalam tiga fondasi ekonomi masyarakat. Konflik ini muncul di antara kekuatan-kekuatan produksi yang berkembang secara konstan (kemampuan, teknologi, penemuan) dan hubungan produksi yang ada atau hubungan hak milik.

Marx mengklaim dirinya telah menemukan hukum dialektika mengenai sejarah yang bekerja dengan ‗kepentingan kuat terhadap hasil yang tidak bisa dielakkan‘, seperti hukum ilmu alamiah. Marx mengeluarkan postulat bahwa pastilah ada tahapan pertama sejarah di mana mode produksi merupakan suatu tipe komunisme primitif, yaitu tidak ada pembagian buruh, tidak ada pembagian terpisah antara pemilik dan buruh, tidak ada batasan produksi mental dari buruh fisik, dan yang ada hanyalah pekerjaan spontan serta pemilikan bersama atas semuan properti.

Setelah tahapan pertama, komunis primitif ini, semua tahapan sejarah yang menggantinya merupakan mode produksi yang didasarkan pada pembagian buruh, kepemilikan material utama dan peralatan-peralatan produksi oleh sebuah kelas yang berkuasa, konflik kelas dan superstruktur ideologis yang mencerminkan kepentingan kelas yang berkuasa. Mode-mode produksi yang mengikuti komunisme primitif ialah Asia, Yunani kuno dan Romawi, Feodalisme Eropa, dan kapitalis modern.

Mode produksi orang-orang Asia hanya bercirikan kelaliman oriental, proyek irigasi besar dan tidak adanya hak milik pribadi atas tanah. Mayarakat Yunani kuno dan Romawi mengembangkan mode produksi yang di dalamnya tidak terdapat hak milik pribadi atau pun hak milik bersama serta kelas produsen berisikan budak secara besar-besaran. Gambaran Marx mengenai mode produksi feodalisme Eropa berada dalam kerangka yang luas.

Mode produksi feudal didasarkan pada hubungan pemilik tanah dengan pengelola tanah sebagai kelas penghasil yang berkaitan dengan tanah tersebut, namun, di sana mulai dikembangkan pengrajin individu dalam kota yang bergabung dalam serikat kerja. Keningratan feudal yang membentuk kelas dominan, menciptakan sebuah budaya, filsafat, agama, seni, dan moralitas yang ditentukan oleh kepentingan ekonomi mereka sendiri.

Namun demikian, ekonomi feudal hancur ketika kekuatan mesin produksi baru muncul dan berekspansin dalam hubungan produksi feudal, yang telah menjadi belenggu pada perkembangan baru. Munculnya kelas baru yang revolusioner dan mengubah mode produksi feudal menjadi kapitalisme, memegang kekuatan politik dan menciptakan ideologi superstruktur mereka sendiri.

Namun, kapitalisme dihancurkan oleh konflik sama yang mengizinkan kelas kapitalis yang muncul untuk menggulingkan feodalisme. Kekuatan

produksi yang meningkat secara konstan, juga teknologi, kemampuan-kemampuan, dan penemuan-penemuan menjadi konflik dengan hubungan produksi kapitalis dan sistem kepemilikan pribadinya atas material-material dan alat-alat produksi serta keuntungan pribadi dari proses produksi.

Perkembangan perdagangan dan teknologi yang cepat, pertumbuhan populasi yang telah mendorong revolusi industry dengan mesin produksi barang-barang dan menciptakan kelas kapitalis internasional. Namun, kelas kapitalis internasional yang berkuasa secara dominant telah memberikan kenaikan pada kelas lawannya yaitu kelas proletar yang berhubungan secara internasional. ‗Kaum borjuis‘, demikian kata Marx, ‗hanya menggali kuburnya sndiri‘. Kaum proletar kini menyadari penderitaan ekonominya bahwa kaum kapitalis merupakan sandungan untuk perluasan kekuatan produksi; bahwa kaum kapitalis takut pada kemungkinana over-produksi, menenggelamkan pasaran dunia dan menurunkan keuntungan.

Pada konteks teori perubahan sejarah, Marx secara tegas berbeda dengan Hegal dan memperkirakan revolusi kaum proletar. Hegel memandang dialektika sebagai sebuah metode interpretasi perubahan konsep. Metode seperti itu hanya bisa menginterpretasikan masa lalu, di mana pola-pola perubahan menjadi tampak. Bagi Hegel, kebijakan mengenai sejarah datang terlambat untuk memperkirakan atau mengubah benda-benda, burung hantu dewi kebijakan hanya terbang ketika kegelapan turun dalam masyarakat; dan jiwa orang-orang mendefinisikan dan membatasi prospek untuk perubahan, dalam hal apa pun.

Namun tidak demikian bagi Marx. Kini untuk pertama kalinya, menurut Marx, untuk bisa memahami dialektika sejarah universal, masa depan seperti halnya masa lalu. Konflik dialektika antara hubungan produksi dan kekuatan produksi yang secara konstan meluas memberikan sebuah hukum kuat sejarah yang diperlukan, di mana dengannya bisa memperkirakan masa depan. Tahapan perkembangan sejarah selanjutnya tidak bisa dihindarkan lagi: kaum proletar akan berubah menjadi revolusioner, mereka akan muncul melalui hubungan produksi kapitalis, mereka akan menghancurkan basis ekonomikaum kapitalis seperti saat munculnya kaum kapitalis dahulu menghancurkan dasar ekonomi feodalisme.

Kaum proletar akan mengenalkan sebuah mode produksi ekonomi, mereka akan memegang kakuatan politis dan membangun kediktatoran kaum proletar yang akan menjadi suatu tahapan sementara sebelum lahirnya masyarakat tanpa kelas. Dalam dunia komunis yang akan dating, tidak aka nada hak milik pribadi, pembagian kerja, konflik kelas, eksploitasi manusia, alienasi dalam isntitusi pembudakan keluarga, moralitas, hukum-hukum, dan negara; bahkan tidak ada ideologi (Lavine, 2001:287).

Dalam dokumen BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Halaman 146-149)