• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geopolitik Indonesia menuju wawasan nusantara

5. Pasal 5, Yurisdiksi dan Klaim

4.4.4. Geopolitik Indonesia menuju wawasan nusantara

Tiger II dan 4 pesawat jenis 4f-5F Tiger II dan FGA Sukoi 2 pesawat jenis 30 MKI

serta 2 Su-27 SK, 7 F-16A dan 3 F-16 B. Sedangkan RSAF (Republic of Singapura Air Force) mempunyai jenis FGA 51pesawat F-16 C, 28 pesawat F-5S Tiger II dan 9 pesawat F-5T Tiger II. Jadi kalau dihitung secara keseluruhan Indonesia hanya memiliki pesawat Combat dan helikopter 148 pesat dan Singapura 172 pesawat 79 .

Bila dilihat dari alat utama sistem persenjataan yang terdiri dari darat, laut dan udara dapat dijelaskan sebagai berikut secara kuantitas dan kualitas kita jauh ketinggalan dari negara Singapura, Kendaraan tempur Indonesia mempunyai 859 kendaraan dan Singapura 2029 kendaraan, Senjata Arteleri Indonesia mempunyai 2010 dan Singapura 1971, Kapal tempur Angkatan Laut Indonesia 202 kapal Singapura 86 kapal, Pesawat tempur Angkatan Udara Indonesia 143 pesawat dan Singapura 172 pesawat .

Mengapa Singapura sebagai negara kecil yang luasnya hampir sama dengan Jakarta tetapi mempunyai alutsista yang begitu mutakhir dan canggih , jawaban yang masuk logika diberikan oleh Huxley dalam tulisannya berjudul ” Singapura’s

Starategy Out-look and Defense Policy”, menyatakan bahwa Singapura sebagai negara kota harus memiliki posisi tawar di Asia tenggara terutama dengan negara Indonesia dan Malaysia, maka SAF (Singapura Armed Forces) harus kuat dan memiliki kredibilitas di asia Tenggara tidak terbatas untuk mendukung kepentingan politik pemerintah Singapura, namun juga menjaga keamanan regional . Maka semenjak tahun 1990 kebijakan luar negeri Singapura dibangun secara luas sebagai bentuk Soft Politics yang didasarkan pada kekuatan ekonomi, teknologi dan militer serta keterlibatannya didalam organisasi dunia termasuk PBB 80.

4.4.4. Geopolitik Indonesia menuju wawasan nusantara.

Bila kita lihat teori geopolitik yang ada pada bab sebelumnya maka teori

geopolitik dipakai sebagai pisau analisis dalam menentukan geopolitik Indonesia berupa wawasan nusantara dan aplikasi dalam perjanjian DCA dimana daerah

79 Military Balance 2008, Internasional nstitute for Strategic Studies.

80 Rahakundini, Mempertahankan Negara dan membangun Postur TNI Ideal dalamTelstra edisi 95 tahun2008 halaman 24.

latihan perjanjian tersebut merupakan geografi yang penting dikawasan Indonesia, dimana faktor geografi berpengaruh besar dalam menentukan kebijakan kearah mana suatu negara tersebut akan dibawa, tentunya harus disesuaikankan dengan faktor geografi dan sumber daya alam, seperti kita ketahui bersama teori geopolitik yang mendekati yaitu menurut pendapat Mahan dan Spykman dimana kondisi geografi yang terpisah oleh kepulauan dan tentunya air yang menghubungkan satu pulau dengan pulau yang lain dimana di Pulau tersebut terdapat daratan maka tidaklah dikesampingkan pendapat dari Mahan dan Spykman mengenai posisi suatu negara yang dipengaruhi oleh geografinya.

Indonesia merupakan negara kepulauan (Archipelagic state) yang berada diantara dua benua yaitu benua Asia dan Australia serta dua samudara yaitu Samudra Atlantik dan Pasifik serta dibawah orbit Geostationary Satelit Orbit.

Sejak abad ke 15, kekuatan maritim besar Eropa berebut wilayah di Asia Pasifik untuk menjadi koloni mereka masing-masing akan tetapi setelah perang Asia Pasifik berakhir pada tanggal 15 Agustus 1945 koloni Inggris, Belanda dan Prancis dia Asia Tenggara kemudian berubah menjadi negara yang merdeka dan berdaulat termasuk Indonesia. Di dalam upaya konsolidasi wilayah nasional sebagai suatu Negara Kepulauan, Negara Kesatuan Republik Indonesia mewarisi perbatasan dengan ketentuan hukum laut internasional yang masih berlaku serta perjanjian bilateral untuk perbatasan daratan dan lautan.

Seiring dengan konsolidasi nasional setelah terjadi peristiwa G 30 S PKI, pimpinan ABRI memberikan prioritas utama kepada upaya-upaya integrasi ABRI antara lain melalui penyelenggaraan Seminar ke-1 Hankam (1966) dan Rakerhankam (1967) yang menghasilkan Doktrin Hankamnas dan perjuangan “Catur Darma Eka Karma”. Doktrin tersebut merupakan integrasi yang serasi dan bulat dari wawasan pertiwi (TNI-AD), wawasan bahari (TNI-AL) dan wawasan dirgantara (TNI-AU) menjadi doktrin Nasional dengan sebutan “Wawasan

Nusantara “ 81. Konsep ini dikembangkan di Lemhanas dan diterima oleh siding MPR untuk dicantumkan di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara pada tahun

1973 (Tap MPR No. IV / 1973) dan saat itu juga Wawasan Nusantara diterima

sebagai Doktrin Nasional. Negara Kepulauan (Archipelagic State) lainnya yang mendukung konsep archipelagic state antara lain Filipina, Fiji dan Mauritius.

Semenjak Indonesia diakui sebagai negara kepulauan dalam Unclos 1982 maka pemerintah Indonesia telah meratifikasi tentang perairan Indonesia dalam UU No 17/ 1985, UU No 6/1996 yang berkaitan langsung dengan kedaulatan Indonesia.

Didalam buku tersebut beliau juga menjelaskan untuk menyelusuri kembali masalah perbatasan NKRI , perlu direnungkan kembali konsep dasar teori geopolitik ahli geografi Jerman Profesor Friedrich Ratzel yang memperkenalkan pengertian baru “anthrogeografi” yang diartikan sebagai suatu kombinasi dari anthropologi, geografi dan politik. Ratzel menyatakan bahwa Negara-negara mempunyai banyak karakteristik dari organisme hidup dan dia juga mengintroduksi gagasan bahwa suatu Negara harus tumbuh berkembang (expand) atau mati, demikian juga tentang perbatasan yang hidup (living fronties) bahwa perbatasan – perbatasan itu adalah dinamis dan dapat berubah ( subject of change) disamping itu masalah juridiksi nasional perbatasan dapat menjadi sumber konflik antara negara-negara tetangga.

Penanganan daerah perbatasan darat maupun laut NKRI makin berbobot nilai geopolitik dengan dihentikannya konfrontasi dengan dan rujuk dengan Malaysia dan RI kembali ke PBB pada tanggal 28 September 1966, pembentukan Asean tahun 1967 dan menggalakkan upaya mewujudkan gagasan “Zone of Peace, Freedom and Neutrality (ZOPFAN) beserta South East Asia Nuclear Weapon Free Zone (SEANWFZ), perjuangan hukumlaut di PBB tahun 1982 dan sebagainya.

Pada tahun 1970-an masalah perbatasan wilayah nasional muncul diberbagai pertemuan atau seminar lintas sektoral dengan diwarnai berbagai aspek geopolitik berdimensi dalam dan luar negeri yang pada waktu itu belum ada lembaga koordinasi antar departemen seperti dikenal pada saat ini yaitu Menteri Koordinator. Sehingga Badan yang menangani masalah perbatasan berkedudukan dibawah Dephankam dengan dibentuknya Panitia Koordinasi Wilayah Nasional (Pankorwilnas) 82.

82 Ibid halaman 6.

Sebenarnya sebelum dibentuk Pankorwilnas pada tahun 1971 telah timbul berbagai masalah wilayah nasional yang bersifat lintas sektoral masalah yang ada pada saat itu berupa masalah perbatasan darat dan laut (perbatasan Indonesia dengan Singapura yang ditandatangani pada tanggal 25 Mei 1973 di Jakarta dan mulai berlaku tanggal 30 Agustus 1974), penegakan kedaulatan dan pembinaan territorial mengingat terdapat daerah perbatasan pulau terluar belum jelas statusnya, hijacking kapal udara, masalah tafsiran innocent passage oleh kekuatan maritime asing untuk melintasi selat-selat internasional dan hukum laut RI khususnya kapal Angkatan laut Asing, masalah perkembangan realisasi pembangunan Hankamnas dan kekaryaan ABRI yang berkaitan dengan wawasan nusantara. Dan ada juga masalah diluar hankam seperti masalah peningkatan kapal tengker di selat Malaka, penetapan garis batas RI karena banyaknya eksplorasi minyak dan gas di laut bebas, persiapan hokum laut ke III tahun 1982.

PANKORWILNAS akhirnya dibubarkan tahun 1990-an, sedangkan sejak tahun 1978 didalam Kabinet RI telah ada lembaga MENKOPOLKAM dan sekarang di Jaman Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dikenal dengan nama MENKOPOLHUKAM.

Wawasan nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang satu kesatuan politik, ekonomi, social budaya dan pertahanan keamanan

Wawasan nusantara merupakan asas keterpaduan yang berciri manunggal, utuh dan menyeluruh yang mencakup satu kesatuan antara lain : a) Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup teritorial wilayah Indonesia yang meliputi daratan, perairan dan udara.

b) Satu kesatuan politik dalam arti satu UUD 1945 landasan semua hukum, negara demokrasi yang berlandaskan pancasila.

c) Satu kesatuan sosial budaya yang beragam sebagai pemersatunya

adalah Bhineka Tunggal ika.

d) Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan asas kekeluargaan untuk mensejahterakan rakyat melalui ekonomi kerakyatan menyongsong globalisasi melalui pasar bebas.

e) Satu kesatuan pertahanan dan kemanan dalam satu sistem sishankamrata dalam menjaga keutuhan NKRI.

Ditinjau dari geopolitik Indonesia yang berpengaruh langsung terhadap letak geografi yang akan dijadikan daerah latihan DCA akan berpengaruh terhadap kedaulatan Indonesia.