• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. Pasal 5, Yurisdiksi dan Klaim

4.6. Ketahanan Nasional

Kata Pertahanan dan Keamanan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya seperti mata uang yang saling berdekatan , bertemu dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Seperti pada bab terdahulu sudah diceritakan bahwa kata pertahanan dan keamanan terdapat dalam kalimat sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) yang mengalami perubahan semenjak adanya peristiwa reformasi dimana ada pemisahan antara pertahanan dan keamanan seperti yang terdapat dalam Tap MPR No VI tahun 2000 tentang pemisahan TNI dan Polri, dan Tap MPR No VII tahun 2000 tentang Peran TNI dan Polri. Tugas keamanan dalam negeri berupa kemanan , ketertiban masyarakat merupakan tugas Polri dalam skala yang kecil tapi untuk menjaga keamanan nasional (National Security) dalam skala yang lebih luas tentu TNI terlibat secara langsung untuk menjaga stabilitas keamanan nasional dimana TNI merupakan sebagai penjaga kedaulatan NKRI. Perkembangan selanjutnya adalah adalah UU No 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara menggantikan UU RI No 20 tahun 1982. Termasuk juga lahirnya UU No 34 tahun 2004 tentang TNI. No 3 tahun 2002 Bab I Pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa

Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang

melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumberdaya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. Implementasinya terdapat pada buku putih pertahanan Indonesia 2003 dan diperbarui di tahun 2008 yang menyatakan bahwa pertahanan negara pada hakikatnya merupakan segala upaya pertahanan bersifat semesta, yang penyelenggaraannya didasarkan pada kesadaran akan hak dan kewajiban seluruh warga negara serta keyakinan pada kekuatan sendiri untuk mempertahankan kelangsungan hidup yang merdeka dan berdaulat 103. Apalagi dalam perkembangan sistem globalisasi saat ini pertahanan semesta sangat relevan hingga saat ini.

103

Sejak berakhirnya perang dingan atau bipolar antara blok Barat dan Blok

Timur dan dilanjutkan dengan era globalisasi sehingga penyelenggaraan fungsi pertahanan negara Indonesia diarahkan untuk mewujudkan stabilitas keamanan nasional yang kondusif baik stabilitas nasional, regional dan internasional. Timbulnya isu global antara lain nilai demokrasi, penegakan hak asasi manusia, lingkungan hidup, isu keamananan antar lain terorisme, ancaman keamanan lintas negara (aksi perompakan, penyelundupan senjata, penyelundupan wanita, imiran gelap, pembalakan liar, narkotika dan pembuangan limbah berbahaya ), senjata pemusnah massal, konflik komunal berupa konflik antar negara yang berbasis klaim teritorial. Menonjolnya isu keamanan wilayah maritim yang strategis seperti pengamanan selat malaka yang melibatkan Indonesia, Malaysia dan Singapura dimana ketiga negara ini yang terlibat langsung dengan wilayah teritorialnya sebagai negara pantai, tentunya sesuai dengan hukum laut internasional Unclos 1982. Era hukum laut Internasional diawali dengan adanya konferensi di Den Haag tahun 1930 dilanjutkan dengan Unclos (United Nation Convention on the Law Of the Sea) I tahun 1958, Unclos II 1960 dan Unclos III 1982.

Dari uraian kontek perjanjian Defence Cooperation Agreement dan Implementing Arangement dua-duanya merugikan Indonesia yang didukung juga statemen dari para nara sumber, dimana kalau dilihat dari faktor geografi dan sumber daya alam tidak ada pengaruhnya apabila perjanjian pertahanan tersebut batal atau gagal atau harus melalui ratifikasi oleh DPRRI bila hal ini dilihat terpisah antara perjanjian ekstradisi dan perjanjian pertahanan. Dalam bukunya Hans J. Morgenthau yang berjudul “Politics Among Nations” dalam bab 8 ia menjelaskan tentang Inti Kekuatan Nasional (The Essence of National Power), bagaimana Bangsa itu harus kuat terhadap negara lain yang didukung oleh unsur-unsur kekuatan Nasionalnya seperti dalam penjelasannya di bab 9 dengan judul

Elements of National Power atau Unsur-unsur kekuatan Nasional dimana

faktor-faktor yang memberikan kekuatan suatu negara terhadap negara lain , yang meliputi 104 :

1) Geografi (geography).

2) Sumber daya alam (Natural Resources). 3) Kemampuan Industri (Industrial Capacity). 4) Kesiagaan Militer ( Military Preparedness). 5) Penduduk (Population).

6) Karakter Nasional (National Character). 7) Moral Nasional (National Morale).

8) Kualitas Diplomasi (The Quality Diplomacy). 9) Kualitas Pemerintah (The Quality of Government).

Bila diuraikan dari keterangan diatas Elemen-elemen Kekuatan Nasional berupa :

1. Geografi.

Faktor geografi merupakan faktor yang penting dimana menunjukkan posisi suatu negara, wilayah NKRI secara geografis berada pada posisi terbuka serta terletak pada lintas kepentingan dunia dan berada diantara dua Benua (Asia-Australia) dan dua Samudra (Samudra Atlantik-Pasifik), juga merupakan jalur perdagangan Dunia dengan rata-rata di lewati + 140 kapal besar/hari dan + 2000 penerbangan sipil/hari serta berbatasan dengan 10 Negara. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar (Archiplegic State) dengan letak pulau-pulaunya yang menyebar, berjumlah + 17.499 pulau serta memiliki wilayah daratan seluas + 2 juta km² dan wilayah perairan seluas + 6 juta km², dengan panjang garis pantai + 81.000 km serta terdapat 92 pulau kecil terluar serta jumlah penduduk Indonesia berjumlah + 231,8 juta jiwa. Hal ini merupakan suatu modal utama dalam suatu keberadaan negara dipandang oleh negara lain.

Hal ini tentunya sudah sesuai dengan posisi geopolitik Indonesia dimana dalam teori geopolitik posisi letak geografi mempengaruhi kekuatan suatu negara, dalam hal ini tentunya geopolitik Indonesia disesuaikan dengan ciri khas bangsa Indonesia yaitu geopolitik yang berwawasan nusantara.

Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan

lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya yang dilandasi Pancasila dan UUD 1945, wawasan nusantara merupakan aspirasi bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat dan bermartabat serta menjiwai tata hidup dan tindak kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.

Dengan kondisi geografi seperti ini tentunya berpengaruh terhadap hubungan dengan negara tetangga khususnya negara Singapura yang mempunyai kondisi geografi yang sangat terbatas karena geografi negaranya kecil, untuk itulah negara Singapura memerlukan medan latihan untuk latihan prajurit militernya serta pengoperasian peralatan alutsistanya.

2. Sumber Daya Alam.

Faktor relatif stabil lainnya yang mempunyai pengaruh penting atas kekuatan suatu negara sehubungan negara lain adalah sumber daya alam yang meliputi pangan, bahan mentah (pertambangan minyak dan mineral)

3. Kemampuan Industri.

Dengan adanya sumber daya alam maka diperlukan perkembangan industri yang mendukung dibidang perekonomian, sosial budaya untuk kemakmuran rakyat dan militer. Industri militer sangat diperlukan untuk mendukung operasional kegiatan latihan militer dan kesiapan alutsistanya. Seperti di Indonesia kesiapan industri militer diperlukan sebagai salah satu cara untuk mendukung penyelenggaraan pertahanan negara seperti PT PAL, PT PINDAD maupun PT Dirgantara Indonesia.

4. Kesiagaan Militer.

Ketergantungan kekuatan nasional atas kesiagaan militer sudah sangat jelas untuk diuraikan karena kesiagaan militer memerlukan pranata militer yang mampu mendukung politik luar negeri yang ditempuh. Kemampuan itu diperoleh dari sejumlah faktor yang terpenting diantaranya

adalah inovasi tekhnologi militer (PT Pal, Pindad dan Dirgantara Indonesia), kepemimpinan dan kuantitas maupun kualitas angkatan bersenjata.

5. Penduduk.

Jumlah penduduk Indonesia sekitar 231,8 juta jiwa merupakan asset Nasional dan menjadi kekuatan Nasional bila mana masyarakat Indonesia menjadi sumberdaya nasional yang dapat dibanggakan.

6. Karakter Nasional.

Karakter Nasional Indonesia pada masa perjuangan kemerdekaan terhadap Belanda sangat bagus untuk mencapai suatu kemerdekaan, setelah merdeka pada periode jaman Orde Lama membuat karakter Nasional condong ke arah timur dan penunjukan eksistensi Indonesia di kawasan Asia Tenggara cukup tinggi sehingga menimbulkan ketegangan hubungan Indonesia dengan Singapura dan Malaysia yang bertetangga dekat. Setelah priode Orde Lama ke Orde Baru pembangunan meningkat pesat siap take off tetapi sayangnya Kolusi, korupsi dan Nepotisme (KKN) tidak terkendali sehingga menimbulkan krisis ekonomi pada tahun 1997 sampai dengan tahun 2002. Setelah Jaman Reformasi diharapkan lebih demokrasi lagi dengan menjunjung hak asasi manusia dan peningkatan di segi pendidikan dan kesejahteraan .

7. Moral Nasional.

Moral nasional adalah tingkat kebulatan tekad suatu bangsa untuk mendukung politik luar negeri pemerintahnya dalam waktu damai dan perang. Politik luar negeri Indonesia adalah bebas dan aktif yang tidak tergolong dalam aliansi kekuatan politik, ekonomi maupun militer. Adapun Indonesia sebagai anggota Asean merupakan suatu asosiasi negara Asia Tenggara dalam rangka meningkatkan hubungan sesama Asean dalam bentuk hubungan regional dengan konteks kerjasama di bidang ekonomi dan politik. Kerjasama Bilateral Pertahanan RI-Singapura merupakan

implementasi dalam menjaga dan meningkatan kerjasama dibidang

pertahanan.

8. Kualitas Diplomasi.

Diplomasi merupakan cara soft power untuk tujuan kepentingan suatu negara dengan cara diplomasi terhadap negara lain. Cara melaksanakan hubungan luar negeri suatu negara oleh para diplomatnya untukkekuatan nasional dalam masa damai, sama artinya dengan siasat dan taktik militer oleh para pemimpin militernya untuk kekuatan nasional dimasa perang. Dalam Perjanjian Pertahanan Indonesia dengan Singapura yang pada saat ini sedang mengalami stagnasi merupakan kesempatan Diplomasi untuk mengutamakan kepentingan Nasional jangan sampai kerjasama ini merugikan dipihak Indonesia. Sehingga teori Diplomasi sangat relevan dengan kondisi kerjasama yang pada saat ini sedang terhenti atau mengalami perselisihan paham dan kepentingan kedua negara.

9. Kualitas Pemerintah.

Pemerintah yang baik adalah pemerintah yang mementingkan kepentingan negara diatas kepentingan pribadi atau golongan serta partainya. Dengan kualitas sumberdaya manusia yang capabel , jujur, dapat dipercaya dan dapat menyelesaikan permasalahan yang melanda di negaranya merupakan salah satu elemen dari kekuatan nasional.

Menurut Hans J. Morgenthau unsur-unsur kekuatan yang diatas merupakan dasar bagi suatu negara untuk menghadapi suatu negara lain sehingga negara tersebut tetap eksis dilingkungan regionalnya.

Sedangkan dalam perjanjian pertahanan Indonesia dan Singapura teori Ketahanan Nasional yang tepat adalah menurut RM Sunardi dimana dia membahas secara komprehensif tentunya sesuai dengan konsep sesuai dengan Lembaga Ketahanan Nasional dan GBHN.