• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kedaulatan Indonesia berdasarkan Hukum laut Internasional UNCLOS 1982

5. Pasal 5, Yurisdiksi dan Klaim

4.5.1. Kedaulatan Indonesia berdasarkan Hukum laut Internasional UNCLOS 1982

merupakan Negara Kepulauan sehingga perlu mengamankan wilayah territorial

kepulauannya.

Dalam batas 12 Mil merupakan laut territorial dan 24 Mil merupakan batas zona tambahan atau bersebelahan dimana negara pantai dapat mengambil tindakan dan menghukum pihak luar yang melanggar undang-undang bea cukai, fiskal, imigrasi dan ketertiban Negara di wilayah teritorialnya. Sedangkan ZEE wilayah laut Negara pantai seluas 200 mil laut , dimana Negara pantai berhak menggali kekayaan laut dan menangkap nelayan asing yang ketahuan menangkap ikan di perairan Negara lain. Sedangkan Negara lain bebas untuk melalui wilayah tersebut termasuk memasang kabel dan pipa bawah laut. Bila batasnya lebih dari 200 Mil Negara pantai dapat melakukan eksplorasi dengan membagi keuntungan dengan masyarakat internasional.

Wilayah Udara Indonesia merupakan suatu wilayah kedaulatan teritorial udara Republik Indonesia, suatu negara ada pada wilayah daratan dan lautan Negara tersebut, peraturan wilayah udara diatur dalam Perjanjian Paris tahun 1999, Perjanjian Havana 1928 yang menghasilkan kesepakatan bahwa setiap Negara berkuasa penuh atas udara diwilayahnya dan Perjanjian Chicago 1944 yang menentukan penerbangan internasional yang melintasi Negara tanpa mendarat atau untuk tujuan transit harus mendapat ijin dari Negara setempat. Sedangkan Persetujuan Internasional 1967 menerangkan bahwa angkasa tidak boleh dikuasai oleh suatu Negara karena factor manfaat dan tujuan perdamaian dan untuk ruang Udara Indonesia Panjang GSO 99,97 km atau 12,8% keliling GSO dunia, pada wilayah antariksa ketinggian 256.000 km di atas permukaan bumi yang merupakan batas gaya tarik bumi. Lebar GSO ‘Indonesia’ 150 km (dari sumber kuliah Manajemen Pertahanan Udara)

4.5.1. Kedaulatan Indonesia berdasarkan Hukum laut Internasional UNCLOS 1982.

Konferensi hukum laut internasional diadakan sejak tahun 1930 di Den Haag dilanjutkan dengan Law of the Sea Conference I atau Unclos I 1958 (United Nation

Convention on the Law of the Sea), Unclos II 1960 dan Unclos III 1982 yang dihadiri oleh 160 negara.

Negara Kedaulatan Republik Indonesia membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari gugusan kepulauan besar dan kecil sehingga negara Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia. Pengertian negara kepulauan menurut Unclos terdapat dalam article 46 a dan b.

“Archipelagic State means a State constituted wholly by one or more archipelagos and may include other islands”.“Archipelago means a group of islands, including parts of islands, interconnecting waters and other natural features which are so closely interrelated that such islands, waters and other natural features form an intrinsic geographical, economic and political entity, or which historically

have been regarded as such” 86 .(Negara kepulauan adalah negara yang terdiri dari

satu atau lebih pulau dan termasuk pulau yang lainnya. Kepulauan terdiri dari kelompok pulau termasuk bagian dari daratan yang terhubungkan oleh air atau “interconnecting waters” dan kondisi yang alamiah sehingga membentuk gugusan pulau).

Indonesia sebagai negara kepulauan (Archipelagic State) dengan teritorial laut berdasarkan warisan perundang-undangan kolonial Belanda yaitu Territoriale Zee en Maritieme Kringen Ordinantie (TZMKO) tahun 1939 dengan lebar laut seluas 3 Mil , karena Indonesia merupakan negara kepulauan maka dengan lebar 3 Mil tidak mencukupi untuk mengamankan wilayah kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke maka pemerintah mengikrarkan batas teritorial Indonesia seluas 12 Mil pada tanggal 13 Desember 1957 yang dikenal dengan dekralasi Juanda

.. ... Comprising more than 13,000 islands, first asserted its archipelagic claims in a Government proclamation on 13 December 1957, signed by Premier Djuanda. Rejecting the 1939 Dutch ordinance under which each island had its own3-mile territorial sea, the proclamation claimed allwaters within straight baselines connecting the furthest points of the outermost island and drying reefs of the archipelago to be internal or national waters and subject to the Republic’s absolute sovereighty. Territorial waters of 12 miles were to be measured outward from these baselines...87 ( …..Perbandingan lebih dari 13 ribu pulau, pertama kali

di klaim pada Deklarasi Juanda 13 Desember 1957, ditanda tangani oleh PM Juanda. Penolakan pada jaman Belanda tahun1939 laut territorial selebar 3 Mil, pada

86 Peter Polomka, Ocean Politics in Southeast Asia,Institute of Southeast Asian Studies Singapore, Page 76.

deklarasi Juanda semua perairan ditarik garis lurus yang menghubungkan titik-titik

terluar pulau dan karang dari perairan kepulauan merupakan kedaulatan RI. Wilayah laut territorial seluas 12 Mil diukur dari garis terluar….)

Kemudian deklarasi ini dibawa pada konferensi laut di Jenewa pada bulan Februari 1958 yang dikenal juga dengan konsep wawasan nusantara, yang berbunyi

” The government declares that all waters around, between and connecting the islands, irrespective of their width of dimension, are natural appurtenances of its land territory and are therefore an integral part of the inland or national waters, subject to the full soveireignty of Indonesia. Innocent passage of foreign vessels through these waters is guaranteed so long and isofar as it is not contrary to the sovereignty of the Republic of Indonesia or harmful to its security. The delimitation of the territorial sea, with a width of 12 nautical miles, shall be measured from straight base-lines connecting the outermost points of the republic of Indonesia. “88 (Pemerintah mengenalkan bahwa semua perairan di sekeliling, antara dan menghubungkan pulau-pulau, dengan tak mengindahkan lebar dimensi , daerah tambahan alamiah dari teritori darat merupakan bagian integaral dari daratan atau perairan nasional hal ini menjadi kedaulatan penuh dari Indonesia. Lintas damai dari kapal-kapal yang asing melalui perairan ini dijamin sepanjang dan tidak bertentangan dengan keamanan kedaulatan RI. Batas laut teritorial, selebar 12 Mil yang akan diukur dari garis lurus yang menghubungkan titik – titik terluar dari RI )

.

Dari deklarasi Juanda ini menunjukkan bahwa lebar territorial laut Indonesia 12 Mil di ukur dari ujung terluar dari pulau Indonesia, untuk mengukuhkan deklarasi Juanda menjadi asas kepulauan ini ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 4/Prp tahun 1960 tentang Perairan Indonesia. Dengan perjuangan yang panjang maka perairan Indonesia disyahkan juga melalui konferensi PBB yang dikenal dengan United National Convention on the Law of the Sea 1982 (UNCLOS) dan di ratifikasi oleh Indonesia melalui Undang-undang Nomor 17 tanggal 31 Desember 1985.

Pada Gambar (Lihat lampiran 2 gambar 4-2) menunjukkan teritorial Indonesia peninggalan Belanda sejauh 3 Mil dan melalui Deklarasi Juanda menjadi 12 Mil yang sudah diakui oleh PBB melalui hukum laut Internacional Unclos 1982 termasuk jalar ALKI yang dapat dilalui oleh kapal perang dari negara lain . Di gambar itu juga menunjukkan jalar lalu lintas laut SLOC yang melalui kepulauan Indonesia dengan fokus di beberapa selat seperti selat malaka, selat Sunda, selat

88 Purbo S Suwondo, Security of the Archipelagic Sea lanes Passege, Jakarta 27 september 2004 halaman 4.

lombok dan selat lainnya seperti yang ditunjukkan (Lihat Lampiran 2 Gambar 4-4) 89

.

Dalam pengamanan laut Indonesia dan daratan yang bebas dari senjata nuklir sudah deklarasikan pada tahun 1971 The Zone of Peace, Freedom and Netrality (ZOPFAN) dan melalui konferensi 15 Desember 1995 yang dihadiri sepuluh negara dari Asia Tenggara 90.

Menurut UNCLOS hak kedaulatan negara kepulauan ialah:

a. Laut Teritorial: Wilayah laut selebar 12 mil dari garis pangkal, dihitung waktu air surut

b. Laut Dalam/Nusantara: Semua jenis perairan yang ada di darat

c. Zona tambahan: wialyah selebar 24 mil untuk mengawasi bea cukai, saniter, dan sebagainya.

d. ZEE: Batas laut tidak melebihi 200 mil laut dari garis pangkal teritorial. Negara berhak dan berdaulat ekspansi, eksploitasi, pengolahan SKA di ZEE e. Landas Kontinen: Dasar laut dan tanah di bawahnya

Unclos merupakan rujukan dari negara kepulauan dan pantai mengenai masalah yang ada kaitannya dengan wilayah laut, dalam Unclos tidak diatur secara spesifik tentang reklamasi tetapi interpretasi atau penerapannya dapat digunakan sebagai rujukan dalam masalah reklamasi pantai. Pasal-pasal dalam Unclos yang dapat dijadikan rujukan dalam reklamasi pantai adalah 91 :

a. Pasal 60 ayat 8 .

Berdasarkan Unclos pasal 60 ayat 8 dalam buku Peter Polomka ”Ocean politics in Southeast Asia” menyatakan bahwa :

Artifical islands, instalations and structures have no territorial sea of their own and their presence does not affect the delimitation of the territorial sea, the exclusive economic zone or the continental shelf. (pulau buatan, instalasi

dan bangunan tidak mempunyai status pulau, sehingga tidak memiliki laut teritorial sendiri, kehadirannya juga tidak mempengaruhi penetapan batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif atau landas kontinen).

89 Bates Gill and J.N.Mak , opcid page 31. 90 Ibid halaman 65.

Pasal ini menyebutkan bahwa ”pulau buatan, instalasi dan bangunan

tidak mempunyai status pulau, sehingga tidak memiliki laut teritorial sendiri, kehadirannya juga tidak mempengaruhi penetapan batas laut teritorial, zona ekonomi eksklusif atau landas kontinen”. Dari kalimat ini dapat diartikan bahwa batas wilayah kedua negara dibatasi secara alamiah, penambahan wilayah darat melalui proyek reklamasi darat tidak mengubah batas wilayah kedua negara. Dijelaskan juga bahwa untuk struktur, reklamasi ataupun pulau buatan tidak akan mengubah delimitasi (garis batas) laut teritorial, landas kontinen dan Zona ekonomi eksklusif (ZEE). Sehingga dapat diinterprestasikan bahwa base point hanya dapat diukur dari pulau terluar yang alamiah bukan dari hasil reklamasi.

b. Pasal 15 dalam Unclos.

“ Delimitation of the territorial sea between States with opposite or adjacent coasts”92 ( penetapan garis batas laut teritorial antara negara yang pantainya

berhadapan atau berdampingan ).

Pasal 15 menerangkan mengenai penetapan garis batas laut teritorial antara negara yang pantainya berhadapan atau berdampingan, untuk dapat menetapkan batas laut teritorialnya maka tidak satupun berhak kecuali ada persetujuan diantara mereka, untuk menetapkan batas laut teritorialnya melebihi batas tengah yang titiknya sama jaraknya dari titik terdekat pada garis pangkal dari lebar laut teritorial masing-masing negara.

Ketentuan ini tidak berlaku jika terdapat masah hak historis atau keadaan khusus lainnya, hal ini berarti wilayah perairan Indonsia-Singapura harus diselesaikan dengan perundingn damai antara kedeua belah pihak, dimana negara tidak berhak untuk melebihi batas tengah perairan.

Dari keterangan pasal-pasal Unclos ini dapatlah diterangkan bahwa walaupun Singapura melaksanakan reklamasi pantai tidak berpengaruh terhadap batas teritorialnya dengan Indonesia seperti yang telah disepakati

92 Ibid page 63.

bersama antara Indonesia dan Singapura dalam batas kedua negara pada tahun 1973.

4.5.2. Perjanjian Perbatasan Indonesia-Singapura (segmen tengah) tahun