Irfan Aji Ramadzan[1]
[1] Institut Teknologi Bandung/Teknik Pertambangan ABSTRAK
Karst merupakan bentang alam khas yang terbentuk akbat dari proses pelarutan batuan karbonat pada skala yag besar dan jangka waktu yang lama. Salah satu kawasan karst yang berada di Provinsi Jawa Barat adalah Kawasan Karst Citatah yang membentang sepanjang 27 km dari Rajamandala menuju Padalarang. Kawasan Karst Citatah memiliki luas wilayah sebesar 10320 ha atau setara dengan 0,98% total luas wilayah di Kabupaten Bandung Barat.
Saat ini banyak sekali kegiatan penambangan kapur yang mengancam keberadaan karst Citatah. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada warga di Desa Citatah, mata pencaharian mereka bergantung pada pertambangan kapur karena tidak memiliki pilihan lain untuk memanfaatkan lahan karst Citatah. Apabila terlalu banyak penambangan yang dilakukan, kawasan karst Citatah akan akan rusak dan berangsur-angsur timbul masalah lngkungan lainnya seperti kekurangan air dan kekeringan. Apabila pertambangan telah berakhir, warga juga akan kehilangan pekerjaannya. Dalam rangka antisipasi turunnya kegiatan ekonomi pada masa pascatambang, perlu kiranya dipersiapkan kegiatan ekonomi alternatif, sebagai penganti kegiatan tambang, dengan memanfaatkan lahan pascatambang dan kawasan sekitarnya. Oleh karena itu, penulis memiliki gagasan utuk memanfaatkan kawasan karst Citatah menjadi daerah geowisata. Kawasan karst Citatah akan dikembangkan menjadi daerah wisata yang memanfaatkan kenampakan alam yang ada serta situs-situs purba yang terdapat di kawasan tersebut.
Selain itu, akan dilakukan revitalisasi lahan pascatambang batukapur yang sudah ditinggalkan dengan menjadikan lokasi geowisata mengenai pertambangan kapur Citatah. Dengan adanya kawasan wisata ini akan memanfaatkan sumber daya manusia yang berada di kawasan tersebut, geotour budaya sunda diharapkan dapat menyelamatkan ekosistem karst Citatah dari kerusakan permanen.
Kata Kunci: budaya, geotour, karst.
1. PENDAHULUAN
Bentang alam karst adalah bentang alam yang terjadi akibat proses pelarutan pada batuan karbonatan sehingga menghasilkan bentuk permukaan bumi tertentu. Salah satu contoh dari kawasan karst adalah di daerah Citatah, Bandung, Jawa Barat. Kawasan karst Citatah memiliki luas sebesar 10.320 ha. Sebagian besar dari luas tersebut digunakan untuk aktivitas pertambangan, khususnya pertambangan kapur. Namun, akibat pertambangan ini menimbulkan permasalahan lingkungan seperti kurangnya air dan kekeringan.
Mayoritas pekerjaan masyarakat sekitar daerah Citatah yang berada di sektor pertambangan kapur membuat penulis berinisiatif untuk memanfaatkan lahan bekas pertambangan kapur untuk daerah geowisata.
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk membantu menemukan solusi dan cara dalam mengatasi dan memanfaatkan lahan bekas pertambangan bagi masyarakat dan kehidupan.
Semua barang tambang yang diambil pada suatu saat nanti akan habis sehingga perlu dipikirkan
rencana mengenai pemanfaatan lahan bekas tambang di daerah Citatah ini. Salah satu caranya dengan menjadikan kawasan geotour budaya sunda di daerah bekas tambang kapur Citatah.
Manfaat yang ingin dicapai dari penulisan ini yaitu dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat yang membaca tulisan ini, dapat memberikan gambaran kepada masyarakat khususnya masyarakat daerah Citatah mengenai pemanfaatan lahan bekas tambang, dapat dijadikan pertimbangan untuk pemerintah atau pihak terkait dalam memanfaatkan area bekas tambang khususnya tambang kapur.
2. TEORI DASAR
2.1. Pengertian Bentang Alam Karst
Bentang alam karst merupakan bentang alam yang terbentuk pada daerah dengan litologi berupa batuan yang mudah larut, seperti batu gamping, sehingga menunjukkan relief yang khas hasil dari peralutan dari air hujan maupun air tanah. Bentang alam karst terbilang sangat mudah dikenal karena batuan yang menyusunnya biasanya adalah batuan
2
PAPER COMPETITION
Indonesian Student Mining Competition XIII
yang mengandung karbonatan, paling dikenal dengan sebutan batu gamping.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya bentang alam karst antara lain yaitu faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, dan faktor iklim dan lingkungan.
Faktor fisik yang mempengaruhi pembentukan karst yaitu:
a. Ketebalan batugamping
Ketebalan batu gamping yang baik adalah batu gamping yang tebal dan massif.
b. Porositas dan permealitas
Porositas dan permealitas yang baik akan mempengaruhi sirkulasi air dalam batuan, sehingga proses kasrtifikasi semakin lancar.
c. Intensitas struktur
Adanya kekar dapat memperlancar pelarutan dan erosi karena air dapat masuk melalui kekar-kekar tersebut.
Sementara faktor kimiawinya didasarkan dalam kondisi kimia batuan.
Diperlukan paling sedikit 60% kandungan karbonat dan paling baik diperlukan 90%
kandungan karbonat. Mineral yang umum ditemukan adalah mineral kalsit. Kalsit tidak mudah larut dalam air, tetapi kalsit mudah larut dalam air asam. Air hujan yang mengikat karbon dioksida (CO2) akan bersifat asam sehingga dapat melarutkan batuan karbonatan.
Faktor biologis yang mempengaruhi adalah aktivitas tumbuhan dan mikrobiologi.
Aktivitas tersebut menghasilkan humus yang menutup batuan dasar. Hal ini mengakibatkan kondisi anaerobic, mengakibatkan air permukaan masuk ke zona anaerobic, sehingga tekanan parsial meningkat menyebabkan kelarutan air meningkat.
Faktor iklim dan lingkungan yang mendukung seperti adanya lembah yang mengelilingi tempat tinggi, terdiri atas batuan mudah larut (gamping), dan ada kekar secara intensif.
Batuan yang mendukung untuk terbentuknya bentang alam karst yaitu batuan yang mudah larut serta berada di dekat permukaan. Batuan massif, tebal, dan terdapat kekar juga mendukung terbentuknya bentang alam tersebut. Selain itu, daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi serta dikelilingi lembah juga mendukung terjadinya bentang alam karst.
Dalam proses pelarutan batu gamping dapat meninggalkan morfologi sisa yang dapat dibagi menjadi 4 fase sebagai berikut.
a. Batuan yang terkekarkan mengalami pelarutan sehingga membentuk lembah.
Lembah tersebut adalah zona yang lebih cepat mengalami pelarutan.
Gambar 1. Fase pertama b. Zona yang membentuk lembah tersebut
mengalami pelarutan yang cepat sehingga akan terbentuk lembah yang lebih dalam lagi, mengakibatkan adanya dataran tinggi pada daerah yang sulit mengalami pelarutan.
Gambar 2. Fase kedua
c. Pelarutan terus berlanjut dan mulai terbentuk kerucut-kerucut karst. Pada fase ini erosi vertikal pada kerucut karst lebih kecil dibandingkan lembah.
Gambar 3. Fase ketiga
Gambar 4. Fase keempat
3
PAPER COMPETITION
Indonesian Student Mining Competition XIII
d. Pada fase ini erosi masih berlanjut dan menyisakan morfologi sisa yaitu beberapa menara karst.
2.2. Daerah Tujuan Wisata dan Geowisata Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wisata adalah berpergian bersama-sama untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Daerah tujuan wisata adalah daerah yang menjadi incaran para wisatawan untuk melakukan wisatanya karena memiliki daya Tarik untuk dikunjungi. Syarat-syarat daerah tujuan wisata dapat menjadi daerah wisata yang baik yaitu sebagai berikut.
a. Daerah tersebut memiliki daya tarik yang lain atau berciri khas, baik itu objek wisatanya atau atraksi yang ditampilkan.
b. Terdapat fasilitas penunjang lainnya seperti permainan.
c. Terdapat tempat berbelanja seperti cendramata dan tempat jualan makanan khas.
d. Adanya fasillitas umum vital seperti toilet, tempat parker, dan tempat makan.
Istilah geowisata pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Tom Hose di Geologicas Society pada 1996. (Dirgantara, 2012). Geowisata merupakan pariwisata dengan memanfaatkan seluruh potensi sumber daya alam. Geowisata merupakan pariwisata minat khusus dengan fokus utamanya tentang kenampakan geologis permukaan bumi. Pengembangan geowisata menawarkan konsep wisata alam yang menghadirkan keindahan, keunikan, kelangkaan, dan keajaiban suatu fenomena alam yang berkaitan dengan gejala geologi.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Geomorfologi dan Geologi Daerah Citatah Geomorfologi daerah Citatah dibagi menjadi tiga satuan geomorfologi, yaitu sebagai berikut.
a. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan
Pada satuan ini struktur geologi berupa perlipatan dan patahan dominan mengontrol dengan arah perbukitan memanjang relative barat-timur. Satuan ini memiliki kemiringan lereng antara 4o – 55o serta berada pada ketinggian 400 – 965 meter di atas permukaan laut. Proses geomorfologi yang dijumpai adalah pelapukan
batuan berupa tanah serta proses erosi saluran (drainage erosion). Kawasan ini berada pada tahapan geomorfik dewasa berdasarkan bentuk bentang alam yang mengalami perubahan seperti perbuktian antiklin yang sudah berubah menjadi lembah antiklin akibat pelapukan dan erosi yang intensif.
b. Satuan Geomorfologi Perbukitan Karst Perbukitan yang dibangun oleh batu gamping dan terdapat ciri adanya gua-gua, lembah uvala, dan dolina sebagai hasil pelarutan oleh air mengontrol satuan ini. Satuan ini berada pada kemiringan berkisar 15o – 55o serta ketinggian 575 – 930 meter di atas permukaan air laut. Proses geomorfologi yang ada yaitu pelapukan batuan berupa tanah dengan tebal 0,2 – 2 m serta adanya proses erosi drainase (ravine drainase).
Kawasan ini berada pada tahapan geomorfik dewasa yang sudah mengalami perubahan akibat proses pelapukan dan pelarutan batuan oleh air sehingga menghasilkan gua-gua.
c. Satuan Geomorfologi Kaki Gunungapi Pengendapan material piroklastik hasil erupsi gunung api mengontrol satuan ini. Endapan material piroklastik berasal dari erupsi gunung api serta bagian dari kaki gunung api Tangkuban Perahu. Satuan ini ditempati oleh batuan breksi vulkanik.
Satuan berada pada kemiringan 8o – 35o serta berada pada ketinggian 350 – 927 meter di atas permukaan laut.
Proses geomorfologi yang ada yaitu pelapukan batuan berupa tanah dengan tebal 0,7 – 2 m serta terdapat erosi drainase (ravine erosion). Kawasan ini berada pada tahapan geomorfik muda yang belum mengalami perubahan karena proses erosi masih belum merubah bentuk bentang alam.
Peta geologi kawasan Citatah dapat dilihat pada Lampiran 1. Dapat dilihat bahwa kawasan karst Citatah merupakan petunjuk adanya cekungan Bandung. Hal ini karena kawasan karst yang terdiri dari batuan karbonatan khususnya batu gamping dulunya berasal dari lingkungan laut dangkal. Pemanfaatan dari kondisi geologi Citatah yang kaya akan batu gamping adalah untuk diolah menjadi kapur dan bahan kosmetik.
3.2. Pekerjaan Penduduk di Sekitar Citatah
4
PAPER COMPETITION
Indonesian Student Mining Competition XIII
Jumlah penduduk di kawasan Citatah ada sebanyak 149.149,6 jiwa yang terdiri dari 74.738,9 jiwa penduduk laki-laki dan 74.429,72 jiwa penduduk perempuan dengan sex ratio 99,6%. Kawasan atau wilayah dengan kepadatan tertinggi ada pada Kecamatan Padalarang, tepatnya di Desa Padalarang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2.
Mata pencaharian utama masyarakat Citatah adalah di sector pertanian, pertambangan batu, perdagangan dan buruh pabrik. Hanya sebagian kecil saja kepala keluarga yang memiliki pekerjaan tambahan. Pekerjaan tambahan mereka utamanya masih di sektor pertanian seperti buruh tani. Selain itu pekerjaan tambahan lainnya adalah sebagai buruh tambang. Para anggota rumah tangga di masyarakat Citatah yang bekerja juga terhitung sedikit. Beberapa bekerja sebagai pegawai pabrik di Kecamatan Padalarang. Sedangkan lainnya mayoritas bekerja sebagai petani, membuka warung, dan buruh tambang. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan tambang di kawasan Citatah masih menjadi pekerjaan utama untuk mencari uang dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
3.3. Pertambangan di Citatah
Pertambangan di Citatah sudah ada sejak tahun 1970-an. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung Barat Tahun 2009 – 2029, potensi galian tambang mineral bukan logam dalam pemanfaatan ruang untuk budidaya du Kabupaten Bandung Barat antara lain kalsit, marmer, tanah liat, tanah urug, andesit, batu gamping (batu kapur), laterit (tanah merah), batu kali, batu gunung, kerikil, dan pasir. Peta kawasan pertambangan di daerah Citatah dapat dilihat pada Lampiran 3.
Pertambangan pada kawasan karst sampai saat ini masih massif dilakukan di beberapa lokasi. Hanya gunung pawon dan gunung masigit yang masih utuh karena terdapat peraturan daerah mengenai larangan kegiatan pertambangan di lokasi tersebut karena terdapat situs purbakala. Aktivitas pertambangan menggunakan alat berat serta peledak dalam kegiatannya. Dampak dari penggunaan alat tersebut adalah adanya korban karena pantulan batu yang meledak. Lahan bekas tambang juga dibiarkan begitu saja terlantar, tidak produktif dan menimbulkan bencana alam seperti longsor.
Hal ini karena penambangan yang dilakukan tidak sesuai dengan kaidah penambangan yang baik.
Dampak dari aktivitas penambangan yang dilakukan secara massif dan tidak terkendali telah menimbulkan dampak antara lain hilangnya mata air bersih, udara yang kotor akibat polusi dari pertambangan dan pengolahan kapur, hancurnya bentang alam, serta hilangnya kawasan lindung geologi.
Mengenai penggunaan air dan lain-lain di kawasan Citatah oleh masyarakat dapat dilihat pada Lampiran 4.
3.4. Potensi Daerah Wisata di Citatah
Kawasan pertambangan kapur tidak akan selamanya dapat bertahan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat sekitar daerah Citatah. Bahan tambang akan habis apalagi ditambah proses pertambangan yang tidak sesuai dengan semestinya yang malah merusak lingkungan dak kehidupan, menambah urgensi untuk mencari cara membuka lapangan kerja di kawasan karst Citatah. Salah satunya dengan menjadikan kawasan karst Citatah menjadi wisata geotour dan budaya sunda.
Masyarakat di sekitar dapat merencanakan untuk menjadikan kawasan karst Citatah untuk menjadi kawasan geotour budaya sunda.
Kawasan karst Citatah memiliki pemandangan yamg indah dan pasti akan membuat wisatawan yang hobi berfoto tertarik untuk mengunjunginya. Didukung di era saat ini sosial media khususnya instagram dapat membuat pecintanya untuk mencari spot foto terbaik.
Selain dalam bidang hiburan kepada masyarakat, kawasan karst Citatah juga dapat digunakan untuk pendidikan. Geotour kepada siswa dan mahasiswa dapat dilakukan di kawasan karst Citatah mengingat kawasan ini salah satu petunjuk adanya cekungan Bandung.
Masyarakat dapat menjadi guide untuk menjelaskan manfaat apa saja dari kawasan karst Citatah dahulu. Selain itu, kawasan ini dapat dimanfaatkan dalam bidang budaya sunda, seperti membuat pertunjukan dan tarian tradisional yang dilaksanakan di kawasan karst
Gambar 5. Pemandangan Karst Citatah
5
PAPER COMPETITION
Indonesian Student Mining Competition XIII
Citatah. Hal ini pasti akan menambah pengetahuan tentang budaya sunda dan secara tidak langsung akan melestarikan budaya sunda sendiri. Kawasan tebing-tebing karst di Citatah dapat juga dimanfaatkan untuk olahraga panjat tebing. Dengan menambah fasilitas pendukung yang baik, maka kawasan bekas tambang kapur di Citatah akan menjadi kawasan yang terkenal dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
4. KESIMPULAN
Dari informasi-informasi yang telah disampaikan, dapat ditarik kesimpulan antara lain sebagai berikut.
4.1. Kawasan karst Citatah merupakan salah satu petunjuk bagi keberadaan cekungan Bandung dan merupakan kawasan berharga bagi masyarakat sekitar Citatah.
4.2. Kawasan pertambangan kapur di karst Citatah tidak sesuai dengan kaidah pertambangan yang baik dan merusak lingkungan sehingga bekas penambangan tidak ada tindak lanjutnya.
4.3. Kawasan bekas pertambangan kapur di karst Citatah dapat dimanfaatkan dengan menjadikannya sebagai kawasan wisata geotour dan budaya sunda. Dapat juga dijadikan kawasan panjat tebing di beberapa tebing di kawasan karst Citatah. Oleh karena itu, perlu dilakukan pembangunan fasilitas agar rencana tersebut dapat berlangsung baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, M. I., Luthfi, M. dan Kadarisman, D. S.
(2017). Geologi Daerah Citatah dan Sekitarnya.
Jurnal Online Mahasiswa Bidang Teknik Geologi, 1, 1-14.
Sania, P. R., dkk. (2020). Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang PT Semen Indonesia Sebagai Destinasi Wisata Taman Reklamasi “Bukit Daun” Kabupaten Tuban, Jawa Timur.
Prosiding, 2, 277 – 282.
Hermawan, H., dan Ghani, Y. A. (2018). Geowisata Solusi Pemanfaatan Kekayaan Geologi yang Berwawasan Lingkungan. INA-Rxiv, 1, 1 – 14.
Adji, T.N., dan Haryono, E. (2017). Kawasan Karst dan Prospek Pengembangannya di Indonesia.
INA-Rxiv, 3, 121 – 131.
Irianto, S., Solihin, dan Nasihin, Z. (2020). Identifikasi Bentang Alam Karst untuk Penentuan Kawasan Konservasi dan Budidaya Daerah Cibarani dan Sekitarnya, Kecamatan Cirinteun, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Jurnal Teknik, 21, 47 – 53.
Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta:
Grasindo.
Puspasari, D. (21 September 2012). Gunung Karst Paling Dahsyat di Bandung Barat. Diakses melalui https://travel.detik.com/destination/d- 2029177/gunung-karst-paling-dahsyat-di-bandung-barat pada tanggal 21 November 2021.
Kustiasih, R. (12 September 2010). Kawasan Karst Citatah Menanjti Ajal. Diakses melalui https://tekno.kompas.com/read/2010/07/12/025 54991/Kawasan.Karst.Citatah.Menanti.Ajal?pa ge=1 pada tanggal 21 November 2021 Gambar 6. Pemanjat Tebing di Karst Citatah
6 LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
7 Lampiran 3
Lampiran 4
Sumber Air Warga di Kawasan Karst Citatah
8 Kualitas Air Bersih yang Digunakan Warga di Kawasan Karst Citatah
1
PAPER COMPETITION
Indonesian Student Mining Competition XIII
Akselerasi Industri Pertambangan dalam Meningkatkan Nilai Tambah Mineral dan Batubara serta Mewujudkan Ketahanan Energi Nasional yang Berwawasan Lingkungan
Energi Bersih dan Energi Non-Konvensional