• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian V : GERAKAN AKSI BELA NEGARA SEBAGAI IMPLEMENTASI

7. Gerakan Sosial (Social Action)

1

Bagian I

PEMAHAMAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

1. Latar Belakang

Dalam ruang geografis ada berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan berbagai keturunan bangsa asing, yang tinggal bersama dan melakukan kehidupan sehari-hari dalam satu wadah Kesatuan Negara Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia disingkat NKRI. Wadah NKRI berdasarkan Pancasila, oleh karena itu rasa kebangsaan warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan nilai-nilai Pancasila, yang disebut juga nasionalisme Pancasila.

Bila kita menengok pada lingkungan strategis atau lingkungan diluar negara, hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan kerjasama. Dalam hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan mengamankan kepentingan nasionalnya masing-masing dengan menggunakan semua instrumen kekuatan nasional yang dimilikinya.

Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran akan pentingnya ruang (space consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) dimana seseorang hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ruang hidup sebuah Negara kesatuan yang juga negara kepulauan. Hal ini secara logis harus disadari, karena Indonesia berada pada posisi geografis yang strategis dan terbuka serta mengandung keragaman potensi sumber kekayaan alam, yang merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini, mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa dan pertahanan Negara.

2

Oleh sebab itu bangsa Indonesia harus memiliki wawasan atau cara pandang tentang diri dan lingkungannya. Baik berupa Wawasan Kebangsaan yaitu cara pandang tentang konsep-konsep mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jatidiri bangsa serta kesadaran terhadap sistem nasional dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, demi mencapai visi Indonesia. Juga berupa Wawasan Nusantara atau cara pandang tentang konsep-konsep kepulauan wilayah NKRI yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan Nusantara sebagai pandangan geopolitik, yang memandang wilayah nusantara sebagai ruang hidup, yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional, agar kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa tetap terjaga keberlanjutannya di setiap era perkembangan jaman. Seperti yang ditegaskan oleh Bung Karno betapa pentingnya geopolitik, sehingga tidak hanya keutuhan bangsa yang penting, tetapi juga keutuhan tanah air.1

Rasa kebangsaan sebagai manifestasi dari rasa cinta tanah air, pada giliranya membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta pentingnya menjaga tanah air. Bagi Bung Karno, rasa kebangsaan bukan lagi cita –cita, tetapi satu fakta objektif, mengalami penderitaan dan pengalaman yang sama, laksana mempunyai jiwa yang sama, antara lain rasa kebangsaan2. Pengembangan rasa kebangsaan dalam wawasan kebangsaan berlandaskan pada Empat Konsensus Dasar Negara atau Empat Pilar Kebangsaan sebagai soko gurunya, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan inti dari pembahasan Modul ini.

1Buku Induk: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. (Lembaga Ketahanan

Nasional Republik Indonesia Tahun 2012), hal 2

2 Bung Karno. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media Presindo, hal 141

3

2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara

Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai bangsa (nation) dan membentuk negara yang merdeka, penuh dengan dinamika dan pasang surut. Dari berbagai peristiwa sangat penting perjalanan perjuangan tersebut, diletakkan komitmen dan konsensus bangsa. Peristiwa sangat penting adalah “Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dilanjutkan dengan pengesahan Undang-Undang Dasar NRI 1945”, merupakan “Konsensus Nasional (seluruh WNI)”, bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan bernegara dalam Negara Indonesia yang dibentuk, disepakati:3

a. dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila,

b. dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI 1945, c. konsepsi bentuk negaranya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, d. bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesiaan yang terdiri dari

berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma kehidupan yang dicerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Empat Konsensus Nasional tersebut menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini.4

Empat Konsensus Dasar Negara yang juga disebut Empat Pilar Kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Maknanya 4 konsensus dasar negara sebagai fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena berisi nilai-nilai kebangsaan yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat.

3 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 28 4 Ibid

4

Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia untuk berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

3. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014,5 diikuti dengan Peraturan MPR tahun 2014,6 dan didukung oleh Inpres Nomor 6 tahun 2005,7 menugaskan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk memasyarakatkan Ketetapan MPR, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, kepada masyarakat di seluruh wilayah tanah air.

Inti dari Inpres Nomor 6 tahun 2005, adalah tentang dukungan dan bantuan bagi kelancaran terlaksananya sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai lingkup tugas kewenangannya.

4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kebangsaan

Pemikiran Taufiq Kemas tentang 4 Pilar ini pertama kali diungkap saat pelun-curan bukunya yang berjudul Empat Pilar untuk Satu Indonesia: Visi Kebangsaan dan Pluralisme, di Jakarta pada 22 Februari 20128. Taufiq mengungkapkan keyakinannya bahwa 4 Pilar, terutama Pancasila, merupakan rumusan cita-cita besar bangsa Indonesia. "Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia ke dalam

5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Pasal 5 huruf a dan b, Pasal 11 huruf c.

6Peraturan MPR RI NOMOR 1 TAHUN 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf c.

7 INPRES NO.6 TAHUN 2005 Tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yang Dilakukan Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

8 Liputan6. Pilar Kebangsaan Buah Pikiran Taufik Kiemas ,diunduh dari https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-pilar-kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemas https, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

5

dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya sebagaimana ia mencita-citakan,"

Pencetusan ide ini diterima secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih sebagai Ketua MPR, Taufiq secara marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan juga Pancasila. Dari sinilah gagasan Empat Pilar kebangsaan berawal. Gagasan ini dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta mengamalkan Pancasila.

Pada awal munculnya gagasan Empat Pilar Kebangsaan dihadapkan pada kritik dan perdebatan yang cukup keras. Empat Pilar Kebangsaan yang berasal dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dianggap tidak pantas disejajarkan. Alasannya karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari penetapan tanggal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, kenapa bukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Beberapa pihak berpendapat bahwa Pancasila lahir pada 18 Agustus 1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Indonesia.

Taufik Kemas mengemukakan argumentasinya sebagai berikut :

a. Alasan Pancasila lahir 1 Juni 1945, karena pada saat itu Bung Karno pertama kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5 pokok dasar negara dihadapan sidang BPUPKI. Sedangkan 18 Agustus kini diperingati sebagai hari konstitusi karena pada hari itu PPKI mengesahkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi negara. Diplomasi Taufiq Kiemas membuat semua perdebatan yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara konsisten selalu memperingati 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila, dan 18 Agustus 1945 sebagai hari konstitusi.

b. UUD 1945 berisi rumusan aturan dasar sebagai salah satu penentu kema-juan suatu bangsa dan Negara. Berdasarkan isi yang terkandung didalam-nya, maka dapat dijadikan sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengelola berbagai potensi yang ada dalam diri setiap individu. Potensi diri lalu dikembangkan menjadi kesadaran untuk menjaga dan melindungi bangsa dan

6

negara serta wilayah yang didalamnya terdapat sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana-prasarana serta kekayaan alam lainnya.

c. Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi muda sebab karakter merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya sebuah bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang unggul dan juga harus didampingi oleh Empat pilar kebangsaan, agar bangsa dan negara kita menjadi lebih maju, dan masa depan bangsa yang lebih baik.

d. Mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa penting untuk dilaksanakan. Dengan dasar pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia maka seluruh elemen masyarakat dapat mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 1 Juni di era Pemerintahan Joko Widodo ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2016.

7

Bagian II

PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Telah dijelaskan pada bagian I bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan sebagai ideologi nasional, dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai landasan konstitusi negara. Untuk lebih memahami Pancasila dan UUD NRI 1945, maka pada bagian ini kedua konsensus itu akan dibahas lebih mendalam.

1. Pancasila

a. Pengertian Pancasila secara Etimologis9

Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sangsekerta dari india, merupakan bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat biasa adalah Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca ”artinya lima” dan “syla” vokal “i” pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syila” vokal “i” panjang artinya “peraturan tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”. Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila “ yang dimaksudkan adalah istilah “panca syilia” dengan vokal “i” pendek yang memiliki makna leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Perkataan Pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka yang terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha

9 Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari

8

terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai berikut10:

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.

2) Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.

3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.

4) Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādi-yāmi, artinya aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan kewaspadaan. Dengan masuknya kebudayaan India ke indonesia melalui penyebaran agama Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhisme-pun masuk ke dalam kepustakaan Jawa, terutama pada Jaman Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam khasanah kesusasteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak (daun lontar) negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian) dalam pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam sarga yang berbunyi sebagai berikut:

10 Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf

9

Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat dan penobatan-penobatan.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon, artinya berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main, artinya berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.

b. Tinjauan Pancasila Secara Historis11

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Para pendahulu bangsa Indonesia memanfaatkan situasi ini mendesak Jepang agar bersedia memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, telah diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.

11Ahmad Basarah diunduh dari:

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all. Akses Desember 2019

10

Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :

Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :

1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat.

Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12

1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasional atau perikemanusiaan 3) Mufakat atau demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk, diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan- keputusan BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi Soekarno. Bahkan pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang dibentuk BPUPKI dijadikan sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final Pancasila”.

Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh “Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam Jakarta”, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia

12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem Samiun dan Marhaen, diunduh dari :

11

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia Sembilan.

Pembukaan UUD 1945 adalah rumusan sila-sila Pancasila, sementara pengertian akan falsafah dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut, terletak pada isi pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Pandangan tersebut memiliki pijakan teoritis sesuai dengan teori Stufenbautheorie Hans Kelsen yang menjelaskan bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang hierarkis, di mana norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ini berhenti pada norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar (grundnorm). Pancasila sebagai grundnorm ditentukan oleh Pembentuk Negara untuk pertama kalinya sebagai penjelmaan kehendak rakyat melalui Pembentuk Negara. Grundnorm bersifat tetap dan tidak berubah-ubah.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Iinkai) disingkat PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13 Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila Pancasila. Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan eksistensinya sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa dokumen yang dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila Pancasila menurut

12

Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.

c. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa

Pancasila sebagai Jati diri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang berperan sebagai pendorong terjadinya semangat kesinambungan hidup bangsa. Jati diri bangsa dapat diidentifikasi melalui citra budaya dan peradaban bangsa. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.14

Manusia pada hakekatnya memiliki kebudayaan secara alamiah yang sesuai dengan keadaan tempat dimana dia dilahirkan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain sehingga antara manusia dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh. Begitu banyak manusia yang dilahirkan dengan telah memiliki kebudayaan lahiriah-nya masing-masing.

Kebudayaan tidak lepas dari berbagai unsur yang membangunnya. Berbagai unsur-unsur pembangun kebudayaan tersebut antara lain: Sistem religius, Sistem organisasi kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem Ekonomi, Sistem teknologi, Sistem bahasa, dan Sistem kesenian.Unsur kebudayaan dalam kelompok manusia atau masyarakat yang paling identik adalah Sistem keseniannya. Hal yang paling menonjol melambangkan kebudayaan itu. Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan terutama dalam kesenian tradisionalnya. Setiap provinsi di seluruh Negara Indonesia memiliki kesenian tradisional yang berbeda beda. Baik dari seni tari, seni kria, dan masih banyak lagi. Setiap daerah nya memiliki khas masing-masing.15

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.

14Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020 15 ibid

13

Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan kebudayaan itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah setiap dasar kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan dan baik bagi perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.

Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia

Dokumen terkait