• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul PKBN SERI 2 WAJIB EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA ISBN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul PKBN SERI 2 WAJIB EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA ISBN:"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Modul PKBN SERI 2 WAJIB

EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

DALAM GERAKAN NASIONAL BELA NEGARA

ISBN: 978-979-8878-10-7

Pengarah:

Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Penyunting:

Dr. Laksmi Nurharini, S.E., M.Si.

Penyusun:

Tim Pokja Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara

Desain Sampul:

Irene Angela, S.T. @ireneeangela Redaksi:

Direktorat Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI

Gedung Jenderal R. Soeprapto Lantai 6 Jalan Tanah Abang Timur Nomor 8 Jakarta Pusat 10110

Diterbitkan oleh:

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 13-14 Jakarta Pusat Telp : 021-3828893

Fax : 021-3505210

Email : datin.pothan@kemhan.go.id

Cetak Pertama – 2019

Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

Hak Cipta dilindungi oleh Undang – Undang.

Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku dalam bentuk apapun tanpa izin tertulis dari Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

(3)
(4)
(5)

i

KEMENTERIAN PERTAHANAN RI

DIREKTORAT JENDERAL POTENSI PERTAHANAN

KATA PENGANTAR

Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakatuh, Salam Sejahtera Bagi Kita Semua,

Om Swastyastu, Namo Buddhaya, Salam Kebajikan.

Bapak, Ibu, Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air.

Pengaturan Bela Negara dalam peraturan-perundang-undangan ini menjadi sangat penting terlebih mencermati perkembangan lingkungan strategis saat ini, baik di tingkat global, regional dan nasional yang menunjukkan multidimensionalitas ancaman terhadap kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan bangsa. Ancaman yang terjadi saat ini lebih didominasi ancaman nonmiliter, yang berdimensi ideologi, ekonomi, politik, sosial budaya, berdimensi teknologi, keselamatan umum, bahkan dapat berdimensi legislasi, namun mengingat sifatnya yang sulit diprediksi, bukan tidak mungkin pada suatu saat, ancaman militerpun kemungkinan bisa terjadi. Oleh karena itulah, kesadaran Bela Negara setiap warga negara tersebut menjadi sangat penting sebagai wujud daya tangkal dan kesiapsiagaan warga negara, baik dalam menghadapi kompleksitas ancaman nonmiliter maupun bila suatu saat negara membutuhkan untuk menghadapi ancaman militer. Itulah sebabnya kesadaran Bela Negara juga sebagai landasan membangun sistem pertahanan negara baik dalam menghadapi ancaman nonmiliter maupun ancaman militer.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara (PKBN) adalah upaya menanamkan pengetahuan dan membentuk sikap mental dan perilaku serta tindakan warga negara yang memiliki kesadaran dan kemampuan Bela Negara. PKBN perlu dilaksanakan secara masif, terukur, terkoordinasi dan terstandarisasi di lingkup pendidikan, lingkup pekerjaan dan lingkup masyarakat, sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Untuk itu Kementerian Pertahanan membuat Modul Pembinaan Kesadaran Bela Negara, yang terdiri dari 1 Modul Ringkasan Eksekutif, 4 Modul Wajib dan 8 Modul Pilihan. Modul ini menjadi acuan bagi Kementerian/Lembaga termasuk di Kementerian Pertahanan sendiri, TNI, Polri, Pemerintah Daerah, dan komponen bangsa lainnya dalam menyelenggarakan Pembinaan Kesadaran Bela Negara di lingkungannya masing-masing.

Saya berharap pemberian materi dalam modul tersebut akan menjadi bekal wawasan dan pengetahuan yang dapat menumbuhkan kesadaran dan menguatkan tekad, Lima belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah

penantian atas lahirnya aturan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara. Kini, Bela Negara telah menjadi norma hukum yang diatur secara khusus dalam Bab III Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2019 tentang

Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara. Direktur Jenderal Potensi Pertahanan

(6)
(7)

iii

PENGANTAR MODUL

PEMBINAAN KESADARAN BELA NEGARA (PKBN)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2019 Tentang Pengelolaan Sumber Daya Nasional untuk Pertahanan Negara, Bab I Pasal 1 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “Pertahanan Negara” adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. Sedangkan yang dimaksud dengan “Sumber Daya Nasional” adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan.

Dalam rangka mengimplementasikan amanat undang-undang tersebut, khususnya dalam pengelolaan sumber daya manusia Indonesia, yang dimaknai sebagai seluruh warga negara Indonesia (WNI) yang memberikan daya dan usahanya untuk kepentingan bangsa dan negara. Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan, Kementerian Pertahanan, memadang perlu untuk melakukan program pembinaan kesadaran bela negara (PKBN). Pogram PKBN merupakan segala usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka memberikan pengetahuan, pendidikan, dan/atau pelatihan kepada warga negara guna menumbuh-kembangkan sikap dan perilaku, serta menanamkan nilai dasar Bela Negara. Pada dasarnya pelaksanaan program PKBN ditujukan terutama untuk:

1. Menyadarkan seluruh warga negara Indonesia (WNI) akan pentingnya segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI, dan keselamatan segenap bangsa dari ancaman serta gangguan terhadap bangsa dan negara, secara terus-menerus pantang menyerah, agar kesinam-bungan hidup bangsa dan negara dapat dipertahankan dari masa ke masa. 2. Membentuk sikap dan perilaku bela negara seluruh WNI yang mencerminkan

tekad, sikap dan perilaku WNI, baik secara perseorangan maupun kolektif dalam menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan bangsa dan negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada NKRI, yang

(8)

iv

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan Negara dari berbagai ancaman.

3. Menggerakan seluruh WNI di setiap lingkup (pendidikan, masyarakat, dan pekerjaan) untuk melakukan upaya tindakan nyata bela NKRI, dalam gerakan nasional bela negara, siap menghadapi tantangan dan ancaman perubahan jaman dari era ke era berikutnya.

Salah satu sarana untuk mendukung keberhasilan tujuan program PKBN, Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan menyusun modul pembinaan kesadaran bela negara yang disingkat “Modul PKBN”, yang terdiri dari 12 judul pokok bahasan yaitu :

1. Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia 2. Empat Konsensus Dasar Negara 3. Tataran Dasar Bela Negara 4. Wawasan Kebangsaan 5. Wawasan Nusantara 6. Kearifan Lokal 7. Ketahanan Nasional 8. Kepemimpinan

9. Sistem Pertahanan Semesta

10. Pencegahan dan Penanggulangan Terorisme 11. Pencegahan Korupsi

12. Pengetahuan Cyber

Keduabelas judul pokok bahasan tersebut disusun dalam rancangan pembela-jaran atau kurikulum, yang mendasarkan pada upaya pencapaian tujuan program PKBN tersebut diatas. Secara garis besar di-ilustrasikan pada gambar 1 - Payung, berikut ini :

(9)

v

Ilustrasi gambar “Payung”, merupakan dasar berpikir pengembangan penyusunan Modul PKBN, yang terdiri dari 3 (tiga) komponen utama, yaitu:

1. Kanopi (canopy), pelindung terhadap sinar matahari, hujan, angin, dan cuaca 2. Tiang (shank), memperkuat kanopi atau pelindung

3. Pegangan (handle), penahan tiang dan kanopi, merupakan kekuatan atau fondasi perlindungan terhadap berbagai perubahan cuaca

Kaitan pengembangan kurikulum program PKBN dengan ilustrasi payung tersebut dimuka, dalam penyusunan Paket Modul PKBN yang dirancang untuk mencapai tujuan program PKBN, dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “kanopi” dalam “melindungi” bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 2 (dua) modul yang dirancang sebagai berikut:

a. Modul Wajib 1, Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia, dimana penekanan konten pada ranah “menyadarkan” warga negara agar terdo-rong untuk melakukan upaya bela negara, karena sejarah merupakan : 1) Sumber pelajaran sikap dan perilaku yang telah berhasil dilakukan oleh

para pendahulu bangsa, dalam upayanya mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2) Sumber kesadaran waktu, yang menyadarkan seluruh WNI bahwa peristiwa-peristiwa yang tercatat dalam sejarah merupakan sesuatu yang terus bergerak dari masa silam, bermuara ke masa kini, dan berlanjut ke masa depan. Hal ini menyadarkan warga negara bahwa sikap dan perilaku pada masa kini akan berimplikasi kepada kehidupan bangsa di masa depan, dan mendorong mereka untuk mengukir sejarahnya dengan sebaik-baiknya.

3) Sumber inspirasi, artinya sikap dan perilaku para pendahulu bangsa dalam kiprahnya mengangkat harkat dan martabat bangsa, serta memperjuangkan kelangsungan hidup bangsa dan negara, merupakan keteladanan yang meng-inspirasi warga negara generasi berikutnya. 4) Sumber yang menumbuhkan rasa nasionalisme dan patriotisme,

yang terbangun karena kesadaran adanya kesamaan sejarah di masa lampau, dan adanya keinginan untuk membuat sejarah besar di masa yang akan datang.

5) Sumber kesadaran jatidiri bangsa, merupakan identitas bangsa yang harus dibentuk secara berkesinambungan oleh WNI dari masa ke masa, agar dihormati dan dihargai negara lain di kancah internasional.

(10)

vi

b. Modul Wajib 2, 4 (empat) Konsensus Dasar Negara, dimana penekanan konten pada ranah “menyadarkan” bahwa keempat konsensus tersebut yaitu: Pancasila; UUD NRI 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika, merupakan dasar atau landasan warga negara dalam bersikap, berpikir, berkata dan bertindak, untuk mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara.

2. Pokok bahasan yang befungsi sebagai “tiang” dalam melindungi bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 6 (enam) modul yaitu:

a. Modul Wajib 3, Tataran Dasar Bela Negara, berisi tentang konsep-konsep nilai-nilai dasar bela negara, dimana penekanan konten pada ranah “menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara agar terdorong untuk mengimplementasikan nilai-nilai dasar bela negara.

b. Modul Pilihan 3.1, Wawasan Kebangsaan, berisi tentang konsep-konsep kebangsaan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman wawasan kebangsaan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” membela bangsa Indonesia.

c. Modul Pilihan 3.2, Wawasan Nusantara, berisi tentang konsep-konsep nusantara atau kewilayahan, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman kewilayahan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” membela negara kepulauan Indonesia.

d. Modul Pilihan 3.3, Kearifan Lokal, berisi tentang konsep-konsep kearifan lokal atau jatidiri bangsa, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman kearifan lokal diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” warga negara dalam merevitalisasi kearifan lokal sebagai upaya mempertahankan kesinambungan hidup bangsa dan negara.

e. Modul Pilihan 3.4, Ketahanan Nasional, berisi tentang konsep-konsep ketahanan nasional, merupakan strategi membangun nilai-nilai dasar bela negara. Pemahaman ketahanan nasional “menyadarkan” dan “membangun sikap” untuk meningkatkan astagatra ketahanan dalam upaya bela negara.

f. Modul Pilihan 3.5, Kepemimpinan, berisi tentang konsep-konsep

(11)

vii

kepemimpinan diperlukan untuk “menyadarkan” dan “membangun sikap” dalam memimpin program aksi bela negara menghadapi tantangan dan ancaman perubahan jaman, demi keberlangsungan hidup bangsa dan negara

3. Pokok bahasan yang berfungsi sebagai “pegangan/fondasi” dalam melindungi bangsa dan negara terhadap dinamika tantangan dan ancaman perubahan jaman, disusun 4 (empat) modul yang dirancang sebagai berikut:

a. Modul Wajib 4, Sistem Pertahanan Semesta, berisi tentang konsep-konsep dan operasionalisasi pertahanan negara, dalam suatu sistem yang bersifat kesemestaan yang melibatkan seluruh sumber daya nasional, baik warga negara, sumber daya alam, sumber daya buatan maupun sarana-prasarana, dalam menghadapi ancaman militer, non militer dan hibrida di semua bidang. Pemahaman sistem pertahanan semesta diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara b. Modul Pilihan 4.1, Pencegahan Penanggulangan Terorisme, berisi tentang

konsep-konsep dan operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan terorisme yang berpotensi membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pemahaman materi ini diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara menghadapi ancaman terorisme. c. Modul Pilihan 4.2, Pencegahan Korupsi, berisi tentang konsep-konsep dan

operasionalisasi metode pencegahan dan penanggulangan korupsi yang berpotensi merusak moral kehidupan bangsa dan negara. Pemahaman materi ini diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” dalam membela negara dalam upaya pemberantasan korupsi.

d. Modul Pilihan 4.3, Pengetahuan Cyber, berisi tentang konsep-konsep dan operasionalisasi ancaman di ranah kejahatan cyber (antara lain: pembobolan situs, pencurian data, penyebaran virus/program jahat) yang berpotensi membahayakan kelangsungan hidup bangsa dan negara. Pemahaman pengetahuan cyber diperlukan untuk “membangun” dan “membentuk sikap dan perilaku nyata” membela negara terhadap ancaman kejahatan cyber.

Rancang bangun hubungan antar modul rangkaian Modul PKBN, seperti terlihat pada gambar 2 - “desain instruksional” berikut ini:

(12)

viii

DESAIN INSTRUKSIONAL

MODUL PKBN

SERI

3.1

PILIHAN SERI

3

WAJIB

MODUL :

WAWASAN KEBANGSAAN

MODUL

:

WAWASAN NUSANTARA

SERI

3.3

PILIHAN

MODUL

:

KEARIFAN LOKAL

SERI

3.2

PILIHAN

MODUL :

TATARAN DASAR

BELA NEGARA

SERI

3.4

PILIHAN

MODUL

:

KETAHANAN NASIONAL

MODUL : SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

SERI

1

WAJIB

MODUL : 4 (EMPAT) KONSENSUS DASAR NEGARA

(PANCASILA; UUD NRI 1945 ; NKRI; BHINEKA TUNGGAL IKA)

SERI

2

WAJIB SERI

4

WAJIB

MODUL

:

SISTEM

PERTAHANAN

SEMESTA

SERI

4.3

PILIHAN

MODUL

:

PENGETAHUAN CYBER

MODUL

:

PENCEGAHAN KORUPSI

MODUL

:

PENCEGAHAN & PENANGGULANGAN

TERORISME

SERI

4.2

PILIHAN SERI

4.1

PILIHAN SERI

3.5

PILIHAN

MODUL

:

KEPEMIMPINAN

(13)

ix

Setiap Topik Modul PKBN disusun berdasarkan alur pikir yang diawali dengan pengertian atau pemahaman dari judul topik bahasan, kemudian di elaborasi pada konsep-konsep dari topik bahasan, selanjutnya pembahasan digiring mengerucut pada paparan implementasi kearah gerakan nasional bela negara. Alur pikir pembahasan topik Modul PKBN, dapat dilihat pada gambar 3 – desain instruksional setiap topik modul.

Modul PKBN dirancang sebagai bekal atau pedoman mengajar bagi para Instruktur/ Pengajar/Pembina/Widyaiswara, yang ditugaskan untuk menyadarkan, menginternalisasi-kan nilai-nilai dasar bela negara, membentuk serta memberdayakan sikap dan perilaku nyata warga negara untuk secara terus-menerus membela bangsa dan NKRI, yang terwujud di dalam tindakan warga negara sehari-hari, baik di lingkup pendidikan, lingkup masyarakat maupun lingkup pekerjaan.

Rancangan setiap Modul PKBN, merupakan “Paket Pembelajaran” yang disusun ke dalam 7 (tujuh) kategori sebagai berikut :

A. MATERI / BAHAN AJAR B. KELOMPOK PESERTA PKBN

C. STANDAR KOMPETENSI PER KELOMPOK PESERTA

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN PER KELOMPOK PESERTA F. METODE EVALUASI HASIL BELAJAR PER KELOMPOK PESERTA G. PENGUATAN (REINFORCEMENT) PEMBELAJARAN

Penyusun sangat menyadari bahwa modul ini jauh dari sempurna. Dengan segala kekurangan yang ada pada modul ini, kami mohon kesediaan pembaca untuk dapat memberikan masukan yang konstruktif guna penyempurnaan selanjutnya, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.

Jakarta, Desember 2019

Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia

(14)

x

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………

PENGANTAR MODUL PKBN ……… i

DAFTAR ISI ………. viii

DAFTAR GAMBAR ………...……… DAFTAR TABEL ……… A. MATERI / BAHAN AJAR ………. Bagian I : PEMAHAMAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA ……...

1. Latar Belakang ……… 2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara ……….…… 1 3. Landasan Hukum ………..……….…. 4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kabangsaan ………..……….…… Bagian II : PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR NRI 1945 ………. 6

1. Pancasila ……….………. 6 2. Undang-Undang Dasar 1945 ………..……..……… 7 Bagian III : NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN

BHINNEKA TUNGGAL IKA ………. 1. Negara Kesatuan Republik Indonesia ……… 2. Bhinneka Tunggal Ika ……….……… Bagian IV : IMPLEMENTASI EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA ……….

1. Peran Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara …… 2. Peran UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ………. 3. Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ……… 4. Implementasi Konsep Bhinneka Tunggal Ika ……… Bagian V : GERAKAN AKSI BELA NEGARA SEBAGAI IMPLEMENTASI

EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA ……… 1. Program Aksi Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) ………. 2. Membangun Kemampuan Komunikasi Antar Budaya ……….. 3. Gerakan Pengimplementasian Bhinneka Tunggal Ika ……… 4. Program Aksi Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) ………. 5. Gerakan Cinta Pancasila ……… 6. Gerakan Kepemimpinan Demokratis ……… 7. Gerakan Sosial (Social Action) ………..

i iii x xii xii 1 1 1 3 4 4 7 7 16 21 21 26 31 33 33 34 39 45 48 50 50 51 51 55 55

(15)

xi

B. KELOMPOK PESERTA PKBN ……… C. STANDAR KOMPETENSI ………... 1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Standar Kompetensi di setiap Tingkat ………... 3. Matriks Standar Kompetensi di setiap Lingkup ……….…

D. METODE/STRATEGI PEMBELAJARAN ……….. 1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Tingkat ………. 3. Matriks Metode/Strategi Pembelajaran di setiap Lingkup ……… E. SARANA/MEDIA PEMBELAJARAN ……….…. 1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Sarana/Media Pembelajaran di setiap Tingkat ……….. 3. Matriks Sarana/Media Pembelajaran di setiap Lingkup ……….. F. METODE EVALUASI ……….…

1. Pengertian ……….. 2. Garis Besar Metode Evaluasi di setiap Tingkat ……… 3. Matriks Metode Evaluasi di setiap Lingkup ……….. G. PENGUATAN (Reinforcement) PEMBELAJARAN ……….……….

1. Pengertian ………. 2. Tujuan Pemberian Penguatan ……….. 3. Jenis-Jenis Penguatan ……….. 4. Prinsip Penguatan ………. 5. Cara Penggunaan Penguatan ………. DAFTAR PUSTAKA ……….……… 57 59 59 62 63 65 65 73 74 76 77 85 86 79 79 81 82 84 84 85 86 87 87 89

(16)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN ……….…. Gambat 2 : Desain Instruksional - Modul PKBN ………..…..… Gambar 3 : Desain Instruksional – Modul Empat Konsensus Dasar Negara ………..

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Kelompok Lingkup Pendidikan ……… Tabel 2 : Kategori Kompetensi Ranah Pengetahuan (Cognitive : C) ………. Tabel 3 : Kategori Kompetensi Ranah Sikap (Affective : A) ………..……….. Tabel 4 : Kategori Kompetensi Ranah Perilaku ( Psikomotorik : P) ………..………. Tabel 5 : Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara ... Tabel 6 : Matriks Standar Kompetensi – Empat Konsensus Dasar Negara .…………. Tabel 7 : Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara ……….. Tabel 8 : Matriks Metode Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara ……….. Tabel 9 : Matriks Media Pembelajaran – Empat Konsensus Dasar Negara …..……. Tabel 10 : Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara ………..…………. Tabel 11 : Matriks Metode Evaluasi – Empat Konsensus Dasar Negara .………….... iv viii xiii 102 104 110 iv viii 57 57 60 61 62 63 73 74 78 81 82

(17)

xiii

DESAIN INSTRUKSIONAL - EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

Gambar 3 : Desain Instruksional – Empat Konsensus Dasar Negara

Contoh Gerakan antara lain: 1. Program Aksi MPR 2. Membangun Kemampuan

Komunikasi Antar Budaya 3. Gerakan Pengimplementasian

Bhinneka Tunggal Ika 4. Program Aksi BPIP 5. Gerakan Cinta Pancasila 6. Gerakan Kepemimpinan

Demokrasi

(18)

1

Bagian I

PEMAHAMAN EMPAT KONSENSUS DASAR NEGARA

1. Latar Belakang

Dalam ruang geografis ada berbagai suku bangsa, etnis, agama, budaya dan berbagai keturunan bangsa asing, yang tinggal bersama dan melakukan kehidupan sehari-hari dalam satu wadah Kesatuan Negara Indonesia atau Negara Kesatuan Republik Indonesia disingkat NKRI. Wadah NKRI berdasarkan Pancasila, oleh karena itu rasa kebangsaan warga negara Indonesia (WNI) berdasarkan nilai-nilai Pancasila, yang disebut juga nasionalisme Pancasila.

Bila kita menengok pada lingkungan strategis atau lingkungan diluar negara, hubungan antar bangsa senantiasa diwarnai oleh kompetisi dan kerjasama. Dalam hubungan tersebut, setiap bangsa berupaya untuk mencapai dan mengamankan kepentingan nasionalnya masing-masing dengan menggunakan semua instrumen kekuatan nasional yang dimilikinya.

Dalam kaitan kepentingan nasional itulah, bangsa Indonesia tentu saja harus senantiasa mengembangkan dan memiliki kesadaran akan pentingnya ruang (space consciousness) dan kesadaran geografis (geographical awareness) dimana seseorang hidup. Kita sebagai bangsa Indonesia memiliki ruang hidup sebuah Negara kesatuan yang juga negara kepulauan. Hal ini secara logis harus disadari, karena Indonesia berada pada posisi geografis yang strategis dan terbuka serta mengandung keragaman potensi sumber kekayaan alam, yang merupakan peluang dan keuntungan bagi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya. Namun di sisi lain, posisi geografis yang menjadi perlintasan dan pertemuan kepentingan berbagai negara ini, mengandung pula kerawanan dan kerentanan karena pengaruh perkembangan lingkungan strategis yang dapat berkembang menjadi ancaman bagi ketahanan bangsa dan pertahanan Negara.

(19)

2

Oleh sebab itu bangsa Indonesia harus memiliki wawasan atau cara pandang tentang diri dan lingkungannya. Baik berupa Wawasan Kebangsaan yaitu cara pandang tentang konsep-konsep mengelola kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jatidiri bangsa serta kesadaran terhadap sistem nasional dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi bangsa dan negara, demi mencapai visi Indonesia. Juga berupa Wawasan Nusantara atau cara pandang tentang konsep-konsep kepulauan wilayah NKRI yang meliputi darat, laut, dan udara di atasnya sebagai suatu kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan Nusantara sebagai pandangan geopolitik, yang memandang wilayah nusantara sebagai ruang hidup, yang harus dipertahankan dan dikelola sebagai sumber kehidupan bangsa Indonesia dalam mencapai tujuan dan cita-cita nasional, agar kedaulatan negara, keutuhan wilayah NKRI dan keselamatan segenap bangsa tetap terjaga keberlanjutannya di setiap era perkembangan jaman. Seperti yang ditegaskan oleh Bung Karno betapa pentingnya geopolitik, sehingga tidak hanya keutuhan bangsa yang penting, tetapi juga keutuhan tanah air.1

Rasa kebangsaan sebagai manifestasi dari rasa cinta tanah air, pada giliranya membangkitkan kesadaran kita akan pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa, serta pentingnya menjaga tanah air. Bagi Bung Karno, rasa kebangsaan bukan lagi cita –cita, tetapi satu fakta objektif, mengalami penderitaan dan pengalaman yang sama, laksana mempunyai jiwa yang sama, antara lain rasa kebangsaan2. Pengembangan rasa kebangsaan dalam wawasan kebangsaan berlandaskan pada Empat Konsensus Dasar Negara atau Empat Pilar Kebangsaan sebagai soko gurunya, yaitu: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945), Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika, yang merupakan inti dari pembahasan Modul ini.

1Buku Induk: Nilai-Nilai Kebangsaan Indonesia Yang bersumber dari Empat Konsensus Dasar Bangsa. (Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Tahun 2012), hal 2

2 Bung Karno. Kebangsaan Dalam Pancasila, Penyunting Floribetta Aning. Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media Presindo, hal 141

(20)

3

2. Pengertian Empat Konsensus Dasar Negara

Perjuangan bangsa Indonesia dalam rangka membentuk satu kesatuan sebagai bangsa (nation) dan membentuk negara yang merdeka, penuh dengan dinamika dan pasang surut. Dari berbagai peristiwa sangat penting perjalanan perjuangan tersebut, diletakkan komitmen dan konsensus bangsa. Peristiwa sangat penting adalah “Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang dilanjutkan dengan pengesahan Undang-Undang Dasar NRI 1945”, merupakan “Konsensus Nasional (seluruh WNI)”, bahwa pengaturan kehidupan berkebangsaan dan kehidupan bernegara dalam Negara Indonesia yang dibentuk, disepakati:3

a. dilandasi oleh ideologi negara yang disebut Pancasila,

b. dilandasi oleh sebuah konstitusi negara yang disebut UUD NRI 1945, c. konsepsi bentuk negaranya adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia, d. bahwa masyarakatnya berada dalam satu ke-Indonesiaan yang terdiri dari

berbagai suku/ras/etnis, budaya, agama dan norma kehidupan yang dicerminkan dalam Bhinneka Tunggal Ika.

Empat Konsensus Nasional tersebut menjadi panduan penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dalam perjalanan sejarah sampai saat ini.4

Empat Konsensus Dasar Negara yang juga disebut Empat Pilar Kebangsaan adalah tiang penyangga yang kokoh (soko guru) agar rakyat Indonesia merasa nyaman, aman, tenteram dan sejahtera serta terhindar dari berbagai macam gangguan dan bencana. Pilar adalah tiang penyangga suatu bangunan agar bisa berdiri secara kokoh. Bila tiang rapuh maka bangunan akan mudah roboh. Maknanya 4 konsensus dasar negara sebagai fondasi atau dasar yang menentukan kokohnya bangunan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena berisi nilai-nilai kebangsaan yang harus dipahami oleh seluruh masyarakat.

3 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 28 4 Ibid

(21)

4

Setiap pilar memiliki tingkat, fungsi dan konteks yang berbeda. Pada prinsipnya, Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara, kedudukannya berada di atas tiga pilar yang lain. Empat pilar tersebut merupakan prasyarat minimal bagi bangsa Indonesia untuk berdiri kokoh dan meraih kemajuan berlandaskan karakter kepribadian bangsa Indonesia sendiri.

3. Landasan Hukum

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014,5 diikuti dengan Peraturan MPR tahun 2014,6 dan didukung oleh Inpres Nomor 6 tahun 2005,7 menugaskan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia untuk memasyarakatkan Ketetapan MPR, Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika, kepada masyarakat di seluruh wilayah tanah air.

Inti dari Inpres Nomor 6 tahun 2005, adalah tentang dukungan dan bantuan bagi kelancaran terlaksananya sosialisasi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat, sesuai lingkup tugas kewenangannya.

4. Sejarah Pemikiran 4 Pilar Kebangsaan

Pemikiran Taufiq Kemas tentang 4 Pilar ini pertama kali diungkap saat pelun-curan bukunya yang berjudul Empat Pilar untuk Satu Indonesia: Visi Kebangsaan dan Pluralisme, di Jakarta pada 22 Februari 20128. Taufiq mengungkapkan keyakinannya bahwa 4 Pilar, terutama Pancasila, merupakan rumusan cita-cita besar bangsa Indonesia. "Pancasila adalah terjemahan dorongan hati manusia Indonesia ke dalam

5 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 jo Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014, Tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD, Pasal 5 huruf a dan b, Pasal 11 huruf c.

6Peraturan MPR RI NOMOR 1 TAHUN 2014 Tentang Tata Tertib MPR RI Pasal 6 huruf a dan b, Pasal 13 huruf c.

7 INPRES NO.6 TAHUN 2005 Tentang Dukungan Kelancaran Pelaksanaan Sosialisasi Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Yang Dilakukan Oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.

8 Liputan6. Pilar Kebangsaan Buah Pikiran Taufik Kiemas ,diunduh dari https://www.liputan6.com/news/read/607766/4-pilar-kebangsaan-buah-pikiran-taufiq-kiemas https, diakses Rabu, 18 Desember 2019.

(22)

5

dimensi sosial-politik. Dalam Pancasila, bangsa Indonesia melihat wajahnya sebagaimana ia mencita-citakan,"

Pencetusan ide ini diterima secara aklamasi pada tahun 2009. Setelah terpilih sebagai Ketua MPR, Taufiq secara marathon melakukan berbagai rapat dengan ketua fraksi MPR untuk membuat sebuah program sosialisasi Undang-Undang Dasar 1945 dan juga Pancasila. Dari sinilah gagasan Empat Pilar kebangsaan berawal. Gagasan ini dibuat untuk menunjukkan betapa pentingnya menjaga kesatuan dan persatuan serta mengamalkan Pancasila.

Pada awal munculnya gagasan Empat Pilar Kebangsaan dihadapkan pada kritik dan perdebatan yang cukup keras. Empat Pilar Kebangsaan yang berasal dari Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dianggap tidak pantas disejajarkan. Alasannya karena Pancasila yang merupakan dasar negara memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan 3 pilar lainnya. Selain itu, perdebatan juga muncul dari penetapan tanggal lahirnya Pancasila pada 1 Juni 1945, kenapa bukan pada tanggal 18 Agustus 1945. Beberapa pihak berpendapat bahwa Pancasila lahir pada 18 Agustus 1945 setelah disahkan oleh PPKI menjadi dasar negara Indonesia.

Taufik Kemas mengemukakan argumentasinya sebagai berikut :

a. Alasan Pancasila lahir 1 Juni 1945, karena pada saat itu Bung Karno pertama kalinya berpidato dan mengeluarkan gagasan mengenai 5 pokok dasar negara dihadapan sidang BPUPKI. Sedangkan 18 Agustus kini diperingati sebagai hari konstitusi karena pada hari itu PPKI mengesahkan Pancasila dan UUD 1945 sebagai ideologi negara. Diplomasi Taufiq Kiemas membuat semua perdebatan yang ada kini tidak pernah muncul. MPR RI secara konsisten selalu memperingati 1 Juni 1945 sebagai hari lahirnya Pancasila, dan 18 Agustus 1945 sebagai hari konstitusi.

b. UUD 1945 berisi rumusan aturan dasar sebagai salah satu penentu kema-juan suatu bangsa dan Negara. Berdasarkan isi yang terkandung didalam-nya, maka dapat dijadikan sebagai pedoman dasar berpikir untuk mengelola berbagai potensi yang ada dalam diri setiap individu. Potensi diri lalu dikembangkan menjadi kesadaran untuk menjaga dan melindungi bangsa dan

(23)

6

negara serta wilayah yang didalamnya terdapat sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana-prasarana serta kekayaan alam lainnya.

c. Karakter yang unggul sangatlah perlu di tanamkan dalam diri para generasi muda sebab karakter merupakan akar sekaligus cerminan dari budaya sebuah bangsa. Pemuda harus memiliki karakter yang unggul dan juga harus didampingi oleh Empat pilar kebangsaan, agar bangsa dan negara kita menjadi lebih maju, dan masa depan bangsa yang lebih baik.

d. Mengamalkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup Bangsa Indonesia. Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara dan pandangan hidup bangsa penting untuk dilaksanakan. Dengan dasar pelaksanaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia maka seluruh elemen masyarakat dapat mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara Indonesia.

Akhirnya pada tanggal 1 Juni di era Pemerintahan Joko Widodo ditetapkan sebagai hari lahirnya Pancasila melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 Tentang Hari Lahir Pancasila, pada tanggal 1 Juni 2016.

(24)

7

Bagian II

PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA 1945

Telah dijelaskan pada bagian I bahwa Pancasila merupakan dasar negara dan sebagai ideologi nasional, dan Undang-Undang Dasar NRI 1945 sebagai landasan konstitusi negara. Untuk lebih memahami Pancasila dan UUD NRI 1945, maka pada bagian ini kedua konsensus itu akan dibahas lebih mendalam.

1. Pancasila

a. Pengertian Pancasila secara Etimologis9

Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sangsekerta dari india, merupakan bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat biasa adalah Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca ”artinya lima” dan “syla” vokal “i” pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syila” vokal “i” panjang artinya “peraturan tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”. Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila “ yang dimaksudkan adalah istilah “panca syilia” dengan vokal “i” pendek yang memiliki makna leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Perkataan Pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka yang terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha

9 Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari https://www.cekkembali.com/pengertian-pancasila-secara-lengkap/3, diakses Desember 2019

(25)

8

terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai berikut10:

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.

2) Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.

3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.

4) Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādi-yāmi, artinya aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan kewaspadaan. Dengan masuknya kebudayaan India ke indonesia melalui penyebaran agama Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhisme-pun masuk ke dalam kepustakaan Jawa, terutama pada Jaman Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam khasanah kesusasteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak (daun lontar) negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian) dalam pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam sarga yang berbunyi sebagai berikut:

10 Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf

(26)

9

Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat dan penobatan-penobatan.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon, artinya berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main, artinya berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.

b. Tinjauan Pancasila Secara Historis11

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Para pendahulu bangsa Indonesia memanfaatkan situasi ini mendesak Jepang agar bersedia memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, telah diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.

11Ahmad Basarah diunduh dari:

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all. Akses Desember 2019

(27)

10

Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :

Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :

1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat.

Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12

1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasional atau perikemanusiaan 3) Mufakat atau demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk, diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan- keputusan BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi Soekarno. Bahkan pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang dibentuk BPUPKI dijadikan sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final Pancasila”.

Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh “Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam Jakarta”, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia

12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem Samiun

dan Marhaen, diunduh dari :

(28)

11

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia Sembilan.

Pembukaan UUD 1945 adalah rumusan sila-sila Pancasila, sementara pengertian akan falsafah dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut, terletak pada isi pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Pandangan tersebut memiliki pijakan teoritis sesuai dengan teori Stufenbautheorie Hans Kelsen yang menjelaskan bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang hierarkis, di mana norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ini berhenti pada norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar (grundnorm). Pancasila sebagai grundnorm ditentukan oleh Pembentuk Negara untuk pertama kalinya sebagai penjelmaan kehendak rakyat melalui Pembentuk Negara. Grundnorm bersifat tetap dan tidak berubah-ubah.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Iinkai) disingkat PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13 Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila Pancasila. Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan eksistensinya sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa dokumen yang dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila Pancasila menurut

(29)

12

Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.

c. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa

Pancasila sebagai Jati diri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang berperan sebagai pendorong terjadinya semangat kesinambungan hidup bangsa. Jati diri bangsa dapat diidentifikasi melalui citra budaya dan peradaban bangsa. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.14

Manusia pada hakekatnya memiliki kebudayaan secara alamiah yang sesuai dengan keadaan tempat dimana dia dilahirkan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain sehingga antara manusia dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh. Begitu banyak manusia yang dilahirkan dengan telah memiliki kebudayaan lahiriah-nya masing-masing.

Kebudayaan tidak lepas dari berbagai unsur yang membangunnya. Berbagai unsur-unsur pembangun kebudayaan tersebut antara lain: Sistem religius, Sistem organisasi kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem Ekonomi, Sistem teknologi, Sistem bahasa, dan Sistem kesenian.Unsur kebudayaan dalam kelompok manusia atau masyarakat yang paling identik adalah Sistem keseniannya. Hal yang paling menonjol melambangkan kebudayaan itu. Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan terutama dalam kesenian tradisionalnya. Setiap provinsi di seluruh Negara Indonesia memiliki kesenian tradisional yang berbeda beda. Baik dari seni tari, seni kria, dan masih banyak lagi. Setiap daerah nya memiliki khas masing-masing.15

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.

14Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020 15 ibid

(30)

13

Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan kebudayaan itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah setiap dasar kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan dan baik bagi perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.

Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia mempertahankan diri dari segala bentuk amcaman. Cara hidup bangsa Indonesia harus dilandasi nilai nilai dalam Pacasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yangt adil dan beradab, Persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan serta terwujudnya keadilan sosial. Pancasila di gali dari nilai nilai yang ada di masyarkat Indonesia, dan oleh sebab itu menggali nilai nilai kearifan lokal menjadi penting, karena bersumber dari masyarakat Indonesia sendiri. Misalnya tarian Cakalele sebagai tarian perang yang memberi semangat jiwa kepahlawanan, Karapan Sapi di Madura, di Bali namanya Makepung suatu budaya lomba sapi, Debus dari banten merupakan seni bela diri, Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa.

Menurut Sunaryo, Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Pancasila adalah suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang sedalam-dalamnya yang diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi . Dalam artian bahwa Pancasila-lah yang menjadi pondasi awal berdirinya bangsa yang memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada sejak kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari ini. Oleh karena itu bangsa Indonesia berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus globalisasi.16

Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nilai dasar bela negara yang ketiga yaitu setia pada Pancasila sebagai ideology negara, ditengah semakin

16 Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari

https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa, diakses 19 Desember 2019

(31)

14

meredupnya Pancasila sebagai jatidiri bangsa di kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila seolah telah ditinggalkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, rasanya masih hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia tentang kasus pelecehan terhadap Pancasila yang dilaporkan, antara lain: Zaskia Gotik yang melakukan penghinaan /pelecehan terhadap Pancasila, mengakui bahwa dirinya tidak tahu mengenai lambang gambar masing-masing sila; Habib Rizieq Shihab yang dilaporkan Sukmawati tanggal 15 Mei 201717, yang dinilai menghina Pancasila, dengan ucapannya menyatakan “Pancasila Sukarno ketuhanan ada di pantat, sedangkan Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala”18’.

d. Makna setiap Sila dan Nilai-Nilai Kebangsaan, yang terkandung dalam Pancasila

Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk (plural) dengan berbagai ragam budaya, suku bangsa, agama, serta bahasa (multicultural).19

Berikut ini makna setiap sila, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila yang juga merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam nilai dasar bela negara:20

1) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh pencipta-nya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya serta istiqomah.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Religius, merupakan nilai-nilai spiritual yang tinggi berdasarkan agama dan keyakinan yang dipeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama

17 Tribun News. Tanya Kasus Rizieg Shihab Sukmawati Datangi Polda Jabar , diunduh dari

https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar, diakses, rabu 18 Desember 2019.

18 Detik News. Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieg , diunduh dari

https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-rizieq, diakses Rabu, 18 Desember 2019

19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 33 20 Ibid, hal. 33 - 35

(32)

15

dan keyakinan lain yang tumbuh dan diakui di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi dari mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2) Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya, berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini juga mencakup bahwa hak kebebasan dan kemerdekaan akan selalu dijunjung tinggi.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kekeluargaan merupakan nilai-nilai kebersamaan dan senasib sepenanggungan dengan sesama warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul, keyakinan dan budaya. Hal ini adalah konsekuensi dari bangsa yang bersifat majemuk 3) Makna Persatuan Indonesia. Persatuan hakekatnya adalah satu, yang

artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut “nasionalisme”. Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka akan timbul rasa cinta kepada bangsa dan tanah air.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalan Nilai Keselarasan merupakan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk memahami dan menerima budaya daerah atau kearifan lokal sebagai konsekuensi dari bangsa yang bersifat plural/majemuk yaitu bangsa Indonesia.

4) Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Perbedaan secara umum demokrasi di Barat dan di Indonesia terletak pada unsur permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat dan mewakili kepentingan rakyat banyak.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kerakyatan merupakan sifat keberfihakan kepada rakyat Indonesia di dalam merumus-kan dan mengimplementasikan suatu kebijaksanaan pemerintah negara, yang datang dari rakyat untuk rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat.

5) Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi

(33)

16

seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalammhya adalan Nilai Keadilan, merupakan kemampuan untuk menegakkan dan berbuat adil bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali, serta mampu memeratakan kesejahteraan kepada semua warga bangsa Indonesia.

2. Undang Undang Dasar 1945

a. Tinjauan UUD 1945 secara Historis

Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 merupakan landasan dasar hukum yang tertulis, dari segala macam peraturan yang mengatur pemerintahan negara Republik Indonesia. Tidak hanya itu, UUD tahun 1945 juga sumber hukum tertinggi di Negara Indonesia yang berisi tentang Hak Asasi Manusia (HAM) serta Hak dan Kewajiban warga negara Indonesia. Mengatur wilayah negara Indonesia dan pembagian daerah, kependudukan, serta keuangan negara Republik Indonesia. Jadi dapat disimpulkan bahwa UUD 1945 adalah hukum dasar tertulis yang mengikat pemerintah, lembaga-lembaga negara, lembaga masyarakat, dan juga mengikat setiap warga negara Indonesia dimanapun mereka berada, serta mengikat setiap penduduk yang berada di wilayah Negara Republik Indonesia.21

Undang-Undang Dasar atau konstitusi bagi suatu negara yang berdasar pada hukum (supremacy by law) adalah sangat penting, karena merupakan fundamen atau hukum dasar yang menjadi acuan bagi penyelenggaraan pemerintahan negara guna mencapai cita-cita nasionalnya.22

Demikian halnya dengan negara Indonesia, meskipun dalam Penjelasan Umum Undang-Undang Dasar RI 1945 angka I, menyatakan bahwa : “Undang-undang Dasar suatu Negara ialah hanya sebagian dari hukumnya dasar Negara itu. Undang-undang Dasar ialah hukum dasar yang tertulis, sedang disampingnya Undang-undang Dasar itu

21Pengertian, Fungsi dan Kedudukan UUD 1945, diunduh dari https://www.artonang.com/2015/10/pengertian-fungsi-dan- kedudukan-uud-1945.html, diakses 22 April 2020

(34)

17

berlaku juga hukum dasar yang tidak tertulis, ialah aturan-aturan dasar yang timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan Negara, meskipun tidak ditulis”23. Namun ketika bangsa ini sedang mempersiapkan kemerde-kaannya para pendiri negara ( the founding fathers) telah memikirkan landasan filosofi dan landasan hukum bagi negara Indonesia yang akan dibentuk.

Undang-Undang Dasar 1945 yang disahkan oleh PPKI ini, yang dimuat dalam Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 Tanggal 15 Februari 1946, dalam perjalanannya mengalami pasang surut. Ketika dibentuk Negara Indonesia Serikat berlakulah UUD RIS, maka UUD 1945 hanya berlaku untuk Negara Indonesia yang beribukota di Yogyakarta. Saat negara RIS dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia, maka UUD RIS dan UUD 1945 dinyatakan tidak berlaku lagi dan diganti dengan UUDS tahun 1950. Melalui Dekrit 5 Juli 1959 diberlakukan kembali UUD NRI 1945, dengan sistem pemerintahan berdasarkan demokrasi ter-pimpin. Kemudian Orde Baru mengambil alih kekuasaan pada tahun 19654 dan ber-keinginan untuk memurnikan kembali implementasi jiwa yang terkandung dalam UUD 1945, namun pelaksanaannya banyak terjadi penyimpangan. Selanjutnya kaum re-formis berhasil melengserkan Presiden Soeharto pada tahun 1998, maka mulailah dilakukan amandemen terhadap UUD NRI Tahun 1945 dalam empat tahap, sesuai dengan cita-cita untuk melakukan penataan kembali terhadap sistem kenegaraan Indonesia agar lebih baik, dan sesuai dengan tuntutan jaman dan tuntutan demokratisasi di semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.24

b. Amandemen UUD 194525

Undang-Undang Dasar 1945 telah mengalami beberapa kali perubahan, atau sering disebut amandemen. Pada amandemen UUD 1945 tidak terdapat penggantian dasar negara, baik itu Pancasila, bentuk negara kesatuan, maupun bentuk pemerintahan preseidensiil. Tetapi hanya menyempurnakan, memperjelas, memperbaiki kesalahan,

23 Penjelasan Tentang Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, diunduh dari : https://ngada.org/uud01-1945pjl.htm

24 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 37-38

25 Andi Akbar Muzfa. Rangkuman Amandemen UUD 1945 Lengkap, dikutip dan disari dari: https://seniorkampus.blogspot.com/2017/10/rangkuman-amandemen-uud-1945-lengkap.html

(35)

18

dan melakukan koreksi terhadap pasal-pasal yang ada, tanpa harus melakukan perubahan terhadap hal-hal yang mendasar dalam UUD 1945 itu sendiri. Secara umum, tujuan amandemen UUD 1945 adalah sebagai berikut :

1) Menyempurnakan aturan dasar mengenai tatanan Negara

2) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan pelaksanaan kedaulatan rakyat

3) Menyempurnakan aturan dasar mengenai jaminan dan perlindungan HAM

4) Menyempurnakan aturan dasar penyelenggaraan Negara secara demokratis dan modern

5) Melengkapi aturan dasar yang sangat penting dalam penyelenggaraan Negara 6) Menyempurnakan aturan dasar mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara.

Alasan dilakukan amandemen :

1) Lemahnya checks and balances pada institusi-institusi ketatanegaraan.

2) Executive heavy, kekuasaan terlalu dominan berada di tangan Presiden (hak prerogative dan kekuasaan legislatif0

3) Peraturan terlalu fleksivel (vide: pasal 7 UUD 1945 sebelum amandemen) 4) Terbatasnya pengaturan jaminan akan HAM

Berikut urutan keempat tahapan amandemen UUD 1945 di Indonesia : Amandemen I – disahkan pada bulan Oktober 1999

· Inti dari amandemen pertama adalah pergeseran kekuasaan Presiden yang dipandang terlalu kuat (executive heavy)

Amandemen II – disahkan pada bulan Agustus 2000

· Inti dari amandemen kedua adalah Pemerintah Daerah, DPR dan Kewe-nangannya, Hak Asasi Manusia, Lambang Negara & Lagu Kebangsaan

Amandemen III – disahkan pada bulan November 2001

· Inti dari amandemen ketiga adalah perubahan Bentuk dan Kedaulatan Negara, Kewenangan MPR, Kepresidenan, Impeachment, Keuangan Negara, Kekuasaan Kehakiman.

Amandemen IV- disahkan pada bulan Agustus 2002

· Inti dari amandemen keempat perubahan DPD sebagai bagian MPR, Penggan-tian Presiden, pernyataan perang, perdamaian dan perjanjian, mata uang, bank sentral, pendidikan dan kebudayaan, perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial, perubahan UUD.

(36)

19

c. Nilai Kebangsaan yang terkandung dalam UUD NRI 1945

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam Undang-Undang Dasar NRI 1945 berada pada rumusan “Pembukaan”, merupakan “jiwa” dari keseluruhan kaidah hukum yang menata kehidupan bangsa dan negara RI, yang mengungkapkan: 26

1) Kesadaran hakiki bahwa manusia memiliki harkat dan martabat sebagai insan yang merdeka, bebas dari segala bentuk penjajahan atau eksploitasi oleh siapapun dan dari pihak manapun.

2) Pengakuan akan kebenaran perjuangan bangsa Indonesia di dalam mewujudkan kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

3) Kesadaran rakyat sebagai manusia religius yang mengakui bahwa Tuhan Yang Maha Kuasa adalah kekuatan terbesar (Maha Besar) yang oleh kehendak-Nya lah, perjuangan kemerdekaan bangsa ini memperoleh hasil.

4) Kesadaran rakyat bahwa kemerdekaaan yang diperjuangkan dengan sepenuh pengorbanan itu didasarkan pada satu keinginan yang luhur, bukan atas kepentingan sesaat untuk sekedar memenuhi keinginan/ambisi politik golongan atau kelompok tertentu.

5) Tujuan nasional dan tujuan bagi penyelenggaraan negara, merupakan misi negara yang harus diemban oleh segenap perangkat penyelenggara negara dalam menjalankan pemerintahan negara RI, yaitu : “melindungi segenap bangsa Indo-nesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial …”.

Nilai kebangsaan yang terkandung dalam pemahaman pembukaan UUD NRI 1945,27 yang juga terkandung dalam nilai dasar bela negara yaitu :

26 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 39-40 27Ibid, hal. 41

(37)

20

1) Nilai Demokratis, mengandung makna bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat,

setiap warga negara memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pemerintahan.

2) Nilai Kesamaan Derajat, setiap warga negara Indonesia memiliki hak yang sama di

depan hukum.

3) Nilai Ketaatan Hukum, setiap warga negara Indonesia tanpa pandang bulu wajib

(38)

21

Bagian III

NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DAN

BHINNEKA TUNGGAL IKA

1. Negara Kesatuan Republik Indonesia

a. Bentuk Negara

Negara adalah sebagai perwujudan sifat kodrati Manusia individu-sosial. Masing-masing negara di dunia memiliki bentuk negaranya sendiri. Bentuk negara yang dimiliki Indonesia adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Para pendiri bangsa memiliki banyak pertimbangan untuk menetapkan NKRI sebagai bentuk negara Indonesia. Pertimbangan utamanya adalah karena strategi devide et impera (pecah belah) yang dilakukan Belanda membuat mereka mampu menjajah Indonesia selama 350 tahun. Pada masa itu Indonesia masih terpecah belah dalam bentuk kerajaan. Pertimbangan para pendiri bangsa terbukti mampu membuat Indonesia lebih kokoh dan tidak mudah terpecah belah. Setelah berbentuk negara kesatuan, taktik pecah belah Belanda dapat dipatahkan dengan mudah.28

b. Tinjauan NKRI secara historis

Konsepsi kebangsaan dan konsepsi negara kesatuan, bagi bangsa Indonesia telah dimulai oleh kaum muda ketika mereka menyatukan tekad dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 192829 (menggunakan ejaan van Ophuysen)30, yaitu :

1) Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.

2) Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.

3) Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

28 Noto Nagoro Dalam Kaelan.2007. Pendidikan Kewarganegaraam Untuk Perguruan Tinggi. Jogyakarta: Parafdigma, hal 39 29 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal. 41

(39)

22

Pada masa itu kaum muda bersumpah untuk mewujudkan suatu negara (nusa) yang bernama Indonesia. Konsep satu nusa ini kemudian dikembangkan saat para pendiri negara bermusyawarah dalam sidang-sidang BPUPKI untuk membahas bentuk negara Indonesia yang sedang dipersiapkan. Berdasarkan musyawarah mufakat disetujuilah bentuk negara yang akan dibangun adalah republik. Dari sinilah konsep “negara kesatuan” dimulai. Konsep negara kesatuan (NKRI) yang tertuang dalam rancangan Undang-Undang Dasar NRI 1945 hasil BPUPKI, selanjutnya disahkan menjadi bentuk negara yang disepakai secara nasional oleh PPKI.31

UUD 1945 dalam Pasal 1 ayat 1 berbunyi "Negara Indonesia adalah Negara Kesatuan Yang Berbentuk Republik". Artinya hanya ada satu Negara dan satu Pemerintahan pusat yang memiliki kekuasaan tertinggi didalam suatu pemerintahan yang disebut dengan bentuk pemerintahan republik. Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kedaulatan berada di tangan rakyat, dan dilaksanakan menurut UUD. Sistem pemerintahannya yaitu negara berdasarkan hukum (rechsstaat). Dengan kata lain, penyelenggara pemerintahan tidak berdasarkan pada kekuasaan lain (machsstaat). Dengan berlandaskan pada hukum ini, maka Indonesia bukan negara yang bersifat absolutism (kekuasaan yang tidak terbatas), artinya kekuasaan dibatasi oleh hukum.32

Konsep bentuk negara NKRI yang dituangkan dalam UUD NRI 1945, dalam perjalanannya pernah dihapus dari sistem pemerintahan negara Indonesia, yaitu saat dibentuknya Negara Republik Indonesia Serikat sebagai hasil Konferensi Meja Bundar di Den Haag Belanda, yang kemudian dikukuhkan dalam UUD Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun demikian konsep negara federal ini tidak bertahan lama, karena secara terus-menerus berbagai negara bagian, yang dimulai dari negara bagian Jawa Timur dan dilanjutkan oleh Negara Pasundan mulai menyerahkan kewenangan pemerintahannya kepada pemerintah pusat. Puncak dari penyerahan kewenangan negara bagian dari RIS adalah disetujuinya “mosi integral” Parlemen RIS yang berisi desakan agar Indonesia segera kembali dalam bentuk Negara Kesatuan yang dipelopori oleh M. Natsir pada tanggal 13 April 1950. Perwujudan penyerahan kewenangan yaitu ditandatangani-nya

31Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op,cit, hal. 41

32 DR. MR. JCT Simorangkir. Kekuasaan Kepala Negara Tidak Tak Terbatas, diunduh dari https://Soeharto.Co/Kekuasaan-Kepala-Negara-Tidak-Tak-Terbatas/, diakses 22 April 2020

(40)

23

“Piagam Persetujuan antara RIS dan RI untuk kembali kepada NKRI.” Piagam itu ditanda-tangani oleh Moh. Hatta sebagai wakil RIS dan Perdana Menteri Abdul Halim sebagai wakil RI. Bentuk NKRI ini tetap menjadi konsensus nasional dan tidak akan dilakukan perubahan, yang juga ditegaskan dalam UUD NRI 1945 hasil amandemen pasal 25A.33

Semenjak lahirnya reformasi pada akhir tahun 1997, telah terjadi perubahan pada sistem pemerintahan Indonesia bangsa dan negara Indonesia, yaitu dari pemerintahan yang sentralistik menjadi desentralisasi atau otonomi daerah. Ditetap-kannya UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah,34 serta UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,35 merupakan tonggak awal dari diberlakukannya sistem otonomi daerah di Indonesia. Inti dari tujuan reformasi adalah untuk membentuk negara berdasarkan hukum (rechtstaat ) dan mengakhiri negara yang berdasarkan kekuasaan lain (machtsstaat) dengan menggulirkan Pemilu tahun 1999 dengan format multipartai dan mengamandemenkan UUD NRI 1945 yang dinilai mengandung unsur machtsstaat di dalamnya. Jabatan Presiden di dalam pasal 7 UUD Negara Republik Indonesia setelah amandemen maksimal dua periode.36

c. Tujuan dan Kedudukan NKRI

Tujuan negara merupakan ide yang bersifat abstrak-ideal berisi harapan yang dicita-citakan. Tujuan utama berdirinya negara pada hakikatnya menciptakan kebahagian rakyatnya (bonum publicum/common-wealth), yang mencakup37:

1) Menciptakan Keamanan eksternal, artinya negara bertugas melindungi warga negaranya terhadap ancaman dari luar.

2) Menciptakan ketertiban internal (maintenance of internal order), artinya dalam masyarakat yang tertib terdapat pembagian kerja dan tanggung jawab

33 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit. hal 42

34 Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah, 35 Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan Negara yang Bebas KKN,

36Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama lima tahun, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama , hanya untuk satu kali masa jabatan.

37Samhis Setiawan. Pengertian dan Fungsi Negara, diunduh dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-negara/, diakses 23 April 2020

(41)

24

pelaksanaan peraturan-peraturan pada segenap fungsionaris negara, terdapat pula badan-badan, prosedur dan usaha-usaha yang dimengerti oleh segenap warga negara dan dilaksanakan untuk memajukan kebahagian bersama.

3) Fungsi keadilan (justice), terwujudnya suatu sistem di mana terdapat saling pengertian dan prosedur-prosedur yang diberikan kepada setiap orang apa yang telah disetujui dan telah dianggap patut.

4) Kesejahteraan (welfare), kesejahteraan meliputi keamanan, ketertiban, keadilan dan kebebasan.

5) Kebebasan (freedom), adalah kesempatan mengembangkan dengan bebas hasrat -hasrat individu akan ekspresi ke-pribadiannya yang harus disesuai- kan gagasan kemakmuran umum. Bagaimana dengan tujuan negara Indonesia? Tujuan Negara Indonesia se-perti tertuang dalam Alinea IV Pembu-kaan UUD 1945, yaitu:

a) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia b) Memajukan kesejahteraan umum,

c) Mencerdaskan kehidupan bangsa,

d) Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

NKRI, merupakan tempat yang menaungi seluruh aktivitas masyarakat dan pemerintahan Indonesia, termasuk di dalamnya tentang pengaturan dan aktivitas pembangunan, ekonomi, transportasi, perdagangan, politik, dan lain sebagainya, haruslah merupakan satu kesatuan yang utuh, tidak terpisah-pisah secara politik dan hankam, walaupun kenyataannya secara geografik-kultural bumi Indonesia adalah sebuah kepulauan dengan penduduk yang majemuk atau multikultural.

Kekuasaan tertinggi dalam NKRI berada di tangan rakyat. Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, konsep negara kesatuan dan negara kepulauan akan menentukan batas-batas wilayah negaranya, serta menentukan sistem pengamanan yang tepat diterapkan untuk menjaga keutuhan dan kedaulatan NKRI, dan menentukan sistem politik serta penyelenggaraan pemilihan umum baik untuk perwakilan maupun

Gambar

Gambar 1 :  Ilustrasi Kurikulum – Paket Modul PKBN
Gambar 2 :  Desain Instruksional Modul PKBN
Gambar 3 :  Desain Instruksional – Empat Konsensus Dasar Negara
Tabel 1: Kelompok Lingkup Pendidikan  Pendidikan  INFORMAL  Pendidikan                                FORMAL  Pendidikan                               NONFORMAL   Pendidikan Keluarga  1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi arus pasang purnama arus masuk dari Selat Malaka menuju Selat Rupat dari bagian utara dan timur Selat Rupat yang mana arus lemah sekitar pulau-pulau kecil

Suatu cara yang sistematis dalam mendesain, melaksanakan, dan mengevaluasi proses keseluruhan dari belajar dan pembelajaran dalam bentuk tujuan pembelajaran yang

Abstrak: Penggunaan teknologi mekanisasi pertanian oleh petani saat ini sangat pesat perkembangannya mulai dari pekerjaan membajak sawah sampai panen. Salah satu pengembangan

Hampir semua pegawai di kantor instansi saya meminta uang tanda terimakasih atas pengurusan surat izin tertentu. Namun menurut peraturankantor, hal itu tidaklah diperbolehkan,

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan, bahwa motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan

Pada sasaran ini, metode analisis deskriptif digunakan dengan cara meninjau data sekunder yang berasal dari dokumen resmi daerah Kota Metro terkait kebijakan dan strategi

cilje: večdimenzionalen in kompleksen sistem pretežno kvalitativnih ciljev kar pri izvajanju javnih gospodarskih služb pomeni predvsem zakonske zahteve, ki se odražajo v