• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian II : PANCASILA DAN UNDANG-UNDANG DASAR NRI 1945

1. Pancasila

a. Pengertian Pancasila secara Etimologis9

Secara Etimologis istilah “Pancasila” berasal dari sangsekerta dari india, merupakan bahasa kasta Brahmana, sedangkan bahasa rakyat biasa adalah Prakerta. Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sangsekerta perkataan Pancasila memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: Panca ”artinya lima” dan “syla” vokal “i” pendek artinya “batu sendi”, “alas”, atau “dasar” “syila” vokal “i” panjang artinya “peraturan tingkah lakuyang baik, yang penting atau yang senonoh”. Kata kata tersebut kemudian dalam bahasa Indonesia terutama dalam bahasa Jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas, oleh karena itu secara etimologis kata “Pancasila “ yang dimaksudkan adalah istilah “panca syilia” dengan vokal “i” pendek yang memiliki makna leksikal “ berbatu sendi lima” , atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. Adapun istilah “panca syiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna 5 aturan tingkah laku yang penting.

Perkataan Pancasila mula mula terdapat dalam kepustakaan Budha di India. Ajaran Budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka yang terdiri atas tiga macam buku besar yaitu: Sutha Pitaka, Abhidama Pitaka dan Vinaya Pitaka. Dalam ajaran Budha

9 Cekkembali. Pengertian Pancasila Secara Etimologis , diunduh dari

8

terdapat ajaran moral untuk mencapai Nirwana dengan melalui Samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya. Ajaran ajaran moral tersebut adalah sebagai berikut: Dasasyila, Saptasyila, Pancasyiila.

Ajaran Pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganut biasa atau awam. Pancasyiila yang berisi lima larangan atau pantangan itu menurut isi lengkapnya adalah sebagai berikut10:

1) Pāṇātipātā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi artinya Aku bertekad melatih diri untuk menghindari pembunuhan makhluk hidup.

2) Adinnādānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak mengambil barang yang tidak diberikan.

3) Kāmesu micchācārā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad melatih diri untuk tidak melakukan perbuatan asusila.

4) Musāvāda veramaṇī sikkhāpadaṁ samādiyāmi, artinya Aku bertekad untuk melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

5) Surā-meraya-majja-pamādaṭṭhānā veramaṇī sikkhāpadaṁ samādi-yāmi, artinya aku bertekad untuk melatih diri menghindari segala minuman dan makanan yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran dan kewaspadaan. Dengan masuknya kebudayaan India ke indonesia melalui penyebaran agama Hindhu dan Budha, maka ajaran “pancasila” Budhisme-pun masuk ke dalam kepustakaan Jawa, terutama pada Jaman Majapahit. Perkataan “pancasila” dalam khasanah kesusasteraan nenek moyang kita jaman keemasan keprabuan Majapahit dibawah raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gadjah Mada, dapat ditemukan dalam keropak (daun lontar) negara kertagama, yang berupa kakawin (sair pujian) dalam pujangga istana bernama empu Prapanca yang selesai ditulis pada tahun 1365, dimana dapat kita temui dalam sarga yang berbunyi sebagai berikut:

10 Saṅgha Theravada Indonesia. Paritta Suci: Kumpulan Paritta dan Penggunaannya Dalam Upacara-Upacara.Yayasan Dhammadīpa Ārāma, 1996-hal 36 , diunduh dari https://samaggi-phala.or.id/download/paritta/Paritta_Suci.pdf

9

Yatnaggegwani pancasyiila kartasangkarbgisekata, yang artinya raja menjalankan dengan dengan setia kelima pantangan (Pancasila), begitupula upacara – upacara ibadat dan penobatan-penobatan.

Setelah Majapahit runtuh dan agama Islam mulai tersebar ke seluruh Indonesia maka sisa-sisa pangaruh ajaran moral Budha (Pancasila) masih juga dikenal dalam masyarakat Jawa, yang disebut dengan “Lima larangan” atau “lima Pantangan” moralitas yaitu dilarang: Mateni, artinya membunuh, Maling, artinya mencuri, Madon, artinya berzina, Mabok, artinya minum minuman keras atau menghisap candu, Main, artinya berjudi. Semua huruf dalam ajaran moral tersebut diawal dengan huruf “M” atau dalam bahasa Jawa disebut “Ma lima” atau “M 5” yaitu lima larangan.

b. Tinjauan Pancasila Secara Historis11

Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia tidak terlepas dari sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk merebut kemerdekaan. Pada tahun 1943 posisi Jepang semakin genting karena menghadapi gempuran tentara Sekutu. Di samping itu, mereka juga menghadapi perlawanan di setiap daerah. Para pendahulu bangsa Indonesia memanfaatkan situasi ini mendesak Jepang agar bersedia memberikan kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Desakan tersebut ternyata mendapatkan respon dari pemerintah Jepang. Pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koyso menjanjikan kemerdekaan kelak di kemudian hari. Untuk meyakinkan bangsa Indonesia terhadap janji tersebut dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) atau Dokuritsu Zyunbi Tyoshakai pada 1 Maret 1945. Anggota BPUPKI ini terdiri dari 60 anggota berasal dari Indonesia, 4 anggota keturunan Cina, satu anggota keturunan Belanda dan satu anggota dari keturunan Arab. Dalam salah satu sidang BPUPKI, tepatnya tanggal 1 Juni 1945, telah diadakan pembicaraan mengenai dasar negara Indonesia.

11Ahmad Basarah diunduh dari:

https://nasional.kompas.com/read/2017/01/15/19274361/tinjauan.historis.dan.yuridis.pancasila?page=all. Akses Desember 2019

10

Berikut ini proses perumusan Pancasila dalam sidang BPUPKI, yang diawali dengan pidato Mr. Muh. Yamin, berikutnya pidato Ir. Soekarno, hingga rumusan panitia sembilan yang diketuai oleh Ir Soekarno (dikenal dengan Piagam Jakarta) :

Rumusan Pertama, Pidato Mr. Muhammad Yamin pada tanggal 29 Mei 1945, yang menghasilkan 5 Asas Dasar Negara Indonesia Merdeka, yaitu :

1) Peri Kebangsaan 2) Peri Kemanusiaan 3) Peri Ketuhanan 4) Peri Kerakyatan

5) Kesejahteraan Rakyat.

Rumusan Kedua, Pada tanggal 1 Juni 1945, pidato Ir. Soekarno di Sidang BPUPKI, menyampaikan alternatif rumusan 5 sila versi Bung Karno, yaitu:12

1) Kebangsaan Indonesia

2) Internasional atau perikemanusiaan 3) Mufakat atau demokrasi

4) Kesejahteraan Sosial

5) Ketuhanan yang berkebudayaan.

Pidato Ir. Soekarno tentang Pancasila sebagai “dasar falsafah negara”, yang dengan tegas mengusulkan filosofische grondslag untuk negara yang akan dibentuk, diterima secara aklamasi oleh seluruh anggota BPUPKI, menjadi keputusan- keputusan BPUPKI yang bersifat mengikat, tidak lagi sebatas pendapat pribadi Soekarno. Bahkan pidato steno-grafisch verslag tersebut, oleh Panitia Kecil yang dibentuk BPUPKI dijadikan sebagai “bahan baku untuk menghasilkan rumusan final Pancasila”.

Rumusan Ketiga (Final), pada sidang tanggal 22 Juni 1945, yang disusun oleh “Panitia Sembilan” menghasilkan rumusan Pancasila yang dikenal sebagai “Piagam Jakarta”, yaitu :

1) Ketuhanan Yang Maha Esa

2) Kemanusiaan yang adil dan beradab 3) Persatuan Indonesia

12 Tribun News. Hari Lahir Pancasila: Pidato Lengkap Bung Karno 1 Juni 1945 di Sidang BPUPKI, Soekarno sebut Sarinem Samiun dan Marhaen, diunduh dari :

11

4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan

5) Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Komposisi Panitia Sembilan terdiri dari empat orang kelompok Kebangsaan yakni Mohammad Hatta, Alexander Andires Maramis, Mohammad Yamin, Achmad Soebardjo dan empat orang kelompok Islam yakni K.H. Wachid Hasjim, H. Agus Salim, Abdoel Kahar Moezakir, dan Abikoesno Tjokrosoejoso, serta Soekarno sebagai ketua Panitia Sembilan.

Pembukaan UUD 1945 adalah rumusan sila-sila Pancasila, sementara pengertian akan falsafah dasar yang terkandung dalam sila-sila Pancasila tersebut, terletak pada isi pidato Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Pandangan tersebut memiliki pijakan teoritis sesuai dengan teori Stufenbautheorie Hans Kelsen yang menjelaskan bahwa norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam susunan yang hierarkis, di mana norma yang lebih rendah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya pada akhirnya ini berhenti pada norma yang paling tinggi yang disebut norma dasar (grundnorm). Pancasila sebagai grundnorm ditentukan oleh Pembentuk Negara untuk pertama kalinya sebagai penjelmaan kehendak rakyat melalui Pembentuk Negara. Grundnorm bersifat tetap dan tidak berubah-ubah.

Rumusan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 inilah yang secara konstitusional sah dan benar sebagai dasar negara Republik Indonesia yang disahkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu Junbi Iinkai) disingkat PPKI yang mewakili seluruh rakyat Indonesia.

Pemerintahan Jokowi yang telah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahirnya Pancasila melalui Keppres nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahirnya Pancasila.13 Keppres tersebut menempatkan kembali sejarah proses kelahiran Pancasila berdasarkan fakta sejarah tanpa bermaksud mengganti rumusan final sila-sila Pancasila. Terbitnya Keppres tersebut juga berarti negara telah menyatakan eksistensinya sekaligus memberikan kepastian bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa dokumen yang dapat dipelajari dan dipahami sebagai tafsir otentik sila-sila Pancasila menurut

12

Pembentuk Negara terletak pada Pidato Soekarno 1 Juni 1945 dan Rumusan Final Pancasila yang tertera di “Piagam Jakarta”.

c. Pancasila Sebagai Jati diri Bangsa

Pancasila sebagai Jati diri bangsa adalah identitas suatu bangsa yang berperan sebagai pendorong terjadinya semangat kesinambungan hidup bangsa. Jati diri bangsa dapat diidentifikasi melalui citra budaya dan peradaban bangsa. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.14

Manusia pada hakekatnya memiliki kebudayaan secara alamiah yang sesuai dengan keadaan tempat dimana dia dilahirkan. Manusia dan kebudayaan tidak dapat dipisahkan satu sama lain sehingga antara manusia dan budaya merupakan satu kesatuan yang utuh. Begitu banyak manusia yang dilahirkan dengan telah memiliki kebudayaan lahiriah-nya masing-masing.

Kebudayaan tidak lepas dari berbagai unsur yang membangunnya. Berbagai unsur-unsur pembangun kebudayaan tersebut antara lain: Sistem religius, Sistem organisasi kemasyarakatan, Sistem Pengetahuan, Sistem mata pencaharian hidup, Sistem Ekonomi, Sistem teknologi, Sistem bahasa, dan Sistem kesenian.Unsur kebudayaan dalam kelompok manusia atau masyarakat yang paling identik adalah Sistem keseniannya. Hal yang paling menonjol melambangkan kebudayaan itu. Indonesia merupakan negara dengan beragam kebudayaan terutama dalam kesenian tradisionalnya. Setiap provinsi di seluruh Negara Indonesia memiliki kesenian tradisional yang berbeda beda. Baik dari seni tari, seni kria, dan masih banyak lagi. Setiap daerah nya memiliki khas masing-masing.15

Tidak ada kebudayaan yang statis, semua kebudayaan mempunyai dinamika dan gerak. Gerak kebudayaan sebenarnya adalah gerak manusia yang hidup dalam masyarakat yang menjadi wadah dari kebudayaan tadi. Dimana gerak manusia terjadi oleh karena setiap individu mengadakan hubungan-hubungan dengan manusia lainnya.

14Pengertian Budaya: Arti, Unsur-Unsur, Wujud, dan Faktor-Faktor Budaya, diunduh dari https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-budaya.html, diakses 21 April 2020 15 ibid

13

Faktor dalam yang mempengaruhi kebudayaan berasal dari masyarakat dan kebudayaan itu sendiri. Setiap kebudayaan pasti mengalami kemajuan dan menelaah setiap dasar kebudayaan yang mana yang merugikan dan mana yang menguntungkan dan baik bagi perkembangan zaman dan teknologi seiring waktu.

Dengan demikian jati diri bangsa dapat dilihat dari cara hidupnya , baik dalam kehidupan berpolitik, berideologi, berekonomi, bermasyarakat, serta bagaimaa dia mempertahankan diri dari segala bentuk amcaman. Cara hidup bangsa Indonesia harus dilandasi nilai nilai dalam Pacasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yangt adil dan beradab, Persatuan Indonesia serta kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawatan serta terwujudnya keadilan sosial. Pancasila di gali dari nilai nilai yang ada di masyarkat Indonesia, dan oleh sebab itu menggali nilai nilai kearifan lokal menjadi penting, karena bersumber dari masyarakat Indonesia sendiri. Misalnya tarian Cakalele sebagai tarian perang yang memberi semangat jiwa kepahlawanan, Karapan Sapi di Madura, di Bali namanya Makepung suatu budaya lomba sapi, Debus dari banten merupakan seni bela diri, Upacara Kasada bromo dilakukan oleh masyarakat Tengger yang bermukim di Gunung Bromo Jawa Timur, mereka melakukan ritual ini untuk mengangkat seorang Tabib atau dukun disetiap desa.

Menurut Sunaryo, Pancasila sebagai jati diri Bangsa Indonesia. Pancasila adalah suatu filsafat yang merupakan fundamen pikiran, jiwa dan hasrat yang sedalam-dalamnya yang diatasnya didirikan gedung Indonesia merdeka yang kekal dan abadi . Dalam artian bahwa Pancasila-lah yang menjadi pondasi awal berdirinya bangsa yang memiliki cita-cita dan tujuan hidup yang sejalan dengan nilai-nilai yang ada sejak kemerdekaan bangsa Indonesia hingga hari ini. Oleh karena itu bangsa Indonesia berkewajiban mempertahankan kemurnian Pancasila ditengah gencarnya arus globalisasi.16

Tantangan bagi bangsa Indonesia untuk merevitalisasi nilai dasar bela negara yang ketiga yaitu setia pada Pancasila sebagai ideology negara, ditengah semakin

16 Rahmi Wati. Pancasila sebagai Jati Diri Bangsa, diunduh dari

https://www.kompasiana.com/irahmi/570ee93f937a61f80407493a/pancasila-sebagai-jati-diri-bangsa, diakses 19 Desember 2019

14

meredupnya Pancasila sebagai jatidiri bangsa di kehidupan masyarakat Indonesia. Nilai-nilai Pancasila seolah telah ditinggalkan masyarakat dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, rasanya masih hangat dalam perbincangan masyarakat Indonesia tentang kasus pelecehan terhadap Pancasila yang dilaporkan, antara lain: Zaskia Gotik yang melakukan penghinaan /pelecehan terhadap Pancasila, mengakui bahwa dirinya tidak tahu mengenai lambang gambar masing-masing sila; Habib Rizieq Shihab yang dilaporkan Sukmawati tanggal 15 Mei 201717, yang dinilai menghina Pancasila, dengan ucapannya menyatakan “Pancasila Sukarno ketuhanan ada di pantat, sedangkan Pancasila Piagam Jakarta Ketuhanan ada di kepala”18’.

d. Makna setiap Sila dan Nilai-Nilai Kebangsaan, yang terkandung dalam Pancasila

Pancasila merupakan hasil pemikiran dan kristalisasi dari nilai-nilai kehidupan dan cita-cita masyarakat Indonesia yang sumbernya tidak lain adalah dari kehidupan bangsa Indonesia yang majemuk (plural) dengan berbagai ragam budaya, suku bangsa, agama, serta bahasa (multicultural).19

Berikut ini makna setiap sila, serta nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila yang juga merupakan nilai-nilai yang terkandung dalam nilai dasar bela negara:20

1) Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain diciptakan oleh pencipta-nya yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Manusia sebagai makhluk yang dicipta wajib melaksanakan semua perintah Tuhan dan menjauhi semua larangan-Nya serta istiqomah.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Religius, merupakan nilai-nilai spiritual yang tinggi berdasarkan agama dan keyakinan yang dipeluknya dan memiliki toleransi yang tinggi terhadap pemeluk agama

17 Tribun News. Tanya Kasus Rizieg Shihab Sukmawati Datangi Polda Jabar , diunduh dari

https://www.tribunnews.com/regional/2017/05/15/tanya-kasus-rizieq-shihab-sukmawati-datangi-polda-jabar, diakses, rabu 18 Desember 2019.

18 Detik News. Ini Kronologis Kasus Dugaan Penodaan Pancasila Oleh Habib Rizieg , diunduh dari

https://news.detik.com/berita/d-3409531/ini-kronologi-kasus-dugaan-penodaan-pancasila-oleh-habib-rizieq, diakses Rabu, 18 Desember 2019

19 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia, op.cit, hal. 33 20 Ibid, hal. 33 - 35

15

dan keyakinan lain yang tumbuh dan diakui di Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi dari mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2) Makna Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Manusia ditempatkan sesuai dengan harkatnya, berarti bahwa manusia mempunyai derajat yang sama di hadapan hukum. Sejalan dengan sifat universal bahwa kemanusiaan itu dimiliki oleh semua bangsa, maka hal itupun juga kita terapkan dalam kehidupan berbangsa di Indonesia. Hal ini juga mencakup bahwa hak kebebasan dan kemerdekaan akan selalu dijunjung tinggi.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kekeluargaan merupakan nilai-nilai kebersamaan dan senasib sepenanggungan dengan sesama warga negara Indonesia tanpa membedakan asal-usul, keyakinan dan budaya. Hal ini adalah konsekuensi dari bangsa yang bersifat majemuk 3) Makna Persatuan Indonesia. Persatuan hakekatnya adalah satu, yang

artinya bulat, tidak terpecah. Jika persatuan Indonesia dikaitkan dengan pengertian modern sekarang ini, maka disebut “nasionalisme”. Oleh karena rasa satu yang sedemikian kuatnya, maka akan timbul rasa cinta kepada bangsa dan tanah air.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalan Nilai Keselarasan merupakan kemampuan beradaptasi dan kemauan untuk memahami dan menerima budaya daerah atau kearifan lokal sebagai konsekuensi dari bangsa yang bersifat plural/majemuk yaitu bangsa Indonesia.

4) Makna Sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan / Perwakilan. Perbedaan secara umum demokrasi di Barat dan di Indonesia terletak pada unsur permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang diputuskan itu memang bermanfaat dan mewakili kepentingan rakyat banyak.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalamnya adalah Nilai Kerakyatan merupakan sifat keberfihakan kepada rakyat Indonesia di dalam merumus-kan dan mengimplementasikan suatu kebijaksanaan pemerintah negara, yang datang dari rakyat untuk rakyat sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat.

5) Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Keadilan berarti adanya persamaan dan saling menghargai karya orang lain. Jadi

16

seseorang bertindak adil apabila dia memberikan sesuatu kepada orang lain sesuai dengan haknya. Kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat dalam arti dinamis dan meningkat.

Nilai kebangsaan yang terkandung didalammhya adalan Nilai Keadilan, merupakan kemampuan untuk menegakkan dan berbuat adil bagi seluruh rakyat tanpa terkecuali, serta mampu memeratakan kesejahteraan kepada semua warga bangsa Indonesia.

2. Undang Undang Dasar 1945

Dokumen terkait