• Tidak ada hasil yang ditemukan

Globalisasi Sistem Nilai Tukar Memunculkan Rekayasa Keuangan

D. Permasalahan Transaksi Derivatif Valuta Asing Di Indonesia 1 Transaksi Derivatif Berunsur Spekulatif

2. Globalisasi Sistem Nilai Tukar Memunculkan Rekayasa Keuangan

Secara teknis yang dimaksud sebagai rekayasa keuangan (financial engineering) adalah derivatif. Derivatif sangat berguna untuk alat lindung nilai. Ketika derivatif menjadi sebagai alat

308

Alfred Stainherr, Op.Cit., hal 9. 309

lindung nilai, maka derivatif disebut sebagai financial engeneering. Dengan lindung nilai berarti adanya jaminan nilai kekayaan, dengan kata lain kekayaan yang diperoleh bersifat pasti.310

Forward merupakan salah satu derivatif.Forward tidak memiliki bursa, transaksi antara pihak yang berkepentingan bersifat informal sesuai kepentingan biasanya lewat lembaga keuangan bank. Forward mengikat kedua belah pihak untuk melakukan kewajiban yaitu menjual (posisi short) atau membeli (posisi long). Pada umumnya forward dilakukan terkait dengan nilai tukar (kurs) misalnya eksportir dan importir selaku economic agent.

Rekayasa keuangan (financial engineering) muncul sejalan dengan terjadinya perubahan sistem nilai tukar di dunia.Liberalisasi dan globalisasi yang melanda dunia dewasa ini telah merubah perekonomian diberbagai negara menjadi semakin terbuka. Arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus batas-batas teritorial suatu negara. Konsep

borderless menjadi menguat dalam konteks perekonomian dunia seiring dengan keterbukaan perekonomian domestik terhadap penetrasi dari luar negeri. Dalam konteks ini, integrasi perekonomian suatu negara kedalam perekonomian global menjadi bukan menjadi pilihan, dimana mau atau tidak mau suatu negara memiliki keharusan untuk masuk dalam pasar bebas. Sebagai konsekuensinya, setiap negara akan memiliki ketergantungan satu dengan yang lainnya baik menyangkut aspek perdagangan barang dan jasa secara internasional dan integrasi pasar keuangan di berbagai negara.311

Pergerakan nilai tukar yang berfluktuasi di pasar uang tersebut akan sangat ditentukan oleh sistem nilai tukar yang dianut oleh masing-masing negara. Sistem nilai tukar mata uang yang bersifat fixed exchange rate, cenderung akan mengakibatkan stabilitas nilai tukar mata uang

310

Akses internet terakhir dikunjungi tanggal 15 Desember 2014, financial engineering.

311

Andrew B Abel and Ben S.Bernanke, Macroeconomic, (New York : Fifth Edition, Pearson Addison Wesley, 2004), hal 468.

karena adanya dukungan (supporting) dari otoritas moneter dalam bentuk intervensi di pasar uang. Sedangkan sistem nilai tukar mata uang yang menganut floating exchange rate akan cenderung mengakibatkan pergerakan nilai tukar mata uang yang bersifat volatil. Pada jenis nilai tukar mata uang yang bersifat volatil ini, membawa konsekuensi pada kondisi ketidakpastian yang akan dihadapi oleh economic agent. Ketidakpastian tersebut merupakan teka-teki yang patut dicermati oleh semua fihak dalam menjaga stabilitas makroekonomi.312

Sejarah membuktikan sistem nilai tukar yang terjadi di dunia maupun yang terjadi di Indonesia telah mengembangkan berbagai kreativitas produk keuangan sesuai zamannya. Ada baiknya peneliti mengangkat beberapa momentum yang membawa perubahan sistem nilai tukar baik yang terjadi di dunia maupun di Indonesia.

a. Evolusi Nilai Tukar Uang Di Dunia

Kebutuhan akan nilai tukar timbul karena mata uang suatu negara biasanya tidak diterima sebagai media atau alat tukar di negara lain. Hubungan perdagangan internasional menimbulkan adanya permintaan dan penawaran terhadap beberapa mata uang. Hal ini kemudian menyebabkan perkembangan pada bursa pertukaran mata uang asing, sehingga di perlukan pengatur untuk berjuta-juta transaksi permintaan dan penawaran yang terjadi setiap hari, yang menuju pada penentu nilai tukar mata uang asing. Sejarah pertukaran/perdagangan mata uang dapat dikatakan setua uang itu sendiri dan baru mendapat perhatian yang serius oleh banyak

312

Imam Mukhlis,(Artikel) Analisis Volatilitas Nilai Tukar Mata Uang Rupiah Terhadap Dolar, (Malang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang), hal 175.

negara pada dekade terakhir ini313. Menurut Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus bahwa katagori sistem nilai tukar (kurs) tersebut dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam314

Pertama, Cara kerja standar emas yaitu suatu sistem kurs dengan menggunakan standar emas. Sistem ini memberikan kurs tukar valuta asing yang tetap untuk setiap Negara dan relatif mudah dipahami.

:

Kedua, Sistem kurs valuta asing yang mengambang “terkendali” yaitu sistem dimana terdapat beberapa mata uang yang mengambang bebas bersama – sama mata uang yang dikaitkan dengan dollar (mengambang bersama-sama dengan dollar). Mata uang suatu Negara dibiarkan mengambang bersama-sama dengan dollar secara bebas di pasaran. Tetapi pemerintah suatu Negara akan melakukan intervensi jika pasar dalam keadaan kacau atau kurs sedang dianggap terlalu jauh dari yang diperkirakan sebagai kurs yang tepat.

Ketiga, Kurs valuta asing yang mengambang “penuh” yaitu kurs yang sepenuhnya di tentukan oleh kekuatan pasar (penawaran dan permintaan).

Sejarah pertukaran dan perdagangan mata uang dapat dikatakan setua uang itu sendiri dan baru mendapat perhatian yang serius oleh banyak negara pada dekade terakhir ini. Sistem cara kerja emas sudah dimulai pada zaman pra-moderen pengakuan terhadap mata uang masih dipisahkan antara mata uang yang dipergunakan untuk transaksi lokal dan mata uang yang digunakan untuk transaksi internasional. Pada zaman itu yang menjadi dasar bagi sistem moneter internasional adalah mata uang logam yang terbuat dari emas dan perak. Bahan dasar pembuatan uang kala itu adalah logam mulia. Sehingga adanya pengakuan universal jika suatu negara mengurangi kadar kandungan logam mulia dalam koinnya, sama artinya dengan merendahkan

313

Akses internet terakhir dikunjungi tanggal 30 Desember 201

314

Paul A. Samuelson dan William D. Nordhaus, Ekonomi, Edisi kedua belas jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 1992), hal. 622 – 628.

nilai mata uangnya dan mengurangi ketertarikan serta kepercayaan terhadap mata uang tersebut.315

Pada abad ke 16 dan 17 adalah zaman runtuhnya sistem pemisahan antara uang lokal dan uang internasional. Pada masa ini tambang logam mulia ditemukan di Amerika, telah membawa dampak ekspansi perdagangan internasional. Aliran logam mulia yang besar telah mengakibatkan mata uang lokal kurang berfungsi. Negara tidak lagi memiliki kemampuan untuk mempengaruhi mata uang lokal karena telah terintegrasi dengan sistem moneter internasional. Kemudian pada abad ke-18 dan 19, terjadi revolusi financial (financial revolution) ketika pemerintah mulai menciptakan uang kertas serta munculnya bank modern dan instrumen kredit privat dan publik. Akan tetapi sistem baru ini kemudian memunculkan masalah lain, yakni ketika negara memproduksi uang secara berlebihan dan menyebabkan inflasi, keseluruhan sistem internasional akan turut terganggu. Akhirnya, uang yang dapat dicetak oleh negara dipatok oleh kepemilikan negara terhadap emas serta nilai tukar yang digantungkan terhadap emas. Era ini disebut era standar emas klasik. Masa ini didominasi oleh Britania Raya, Bank of England secara tidak langsung juga mengatur kebijakan moneter dunia yang saat itu merupakan hegemon dunia. Keadaan ini bertahan sampai periode perang dunia pertama dimana negara-negara mulai melepaskan diri dari pengaruh nilai tukar tetap untuk memobilisasi uang untuk kebutuhan pendanaan perang.

316

Setelah periode perang dunia kedua berakhir negara-negara eropah trauma terhadap akibat perang dan mulai mengalihkan perhatian kepada dua prioritas dalam ekonomi, pertama, yakni mencapai pertumbuhan ekonomi dan full employment dan yang kedua, membentuk tatanan ekonomi yang stabil untuk mencegah depresi. Konferensi Bretton Woods yang dilaksanakan

315

Robert Gilpin, International Money Matters” dalam The Political Economy of International Relations, (New Jersey: Princeton University Press, 1987), hal 120.

316

pada 1944 mengusung visi untuk menjamin kebebasan negara mencapai kepentingan ekonomi nasional namun tetap dalam kerangka tatanan moneter yang didasarkan pada sistem nilai tukar tetap guna mencegah terjadinya depresi seperti pada tahun 1930. IMF pun diciptakan guna mengatur jalannya moneter internasional dan memberikan bantuan terhadap negara yang mengalami kesulitan dalam neraca pembayarannya. Menurut John Ruggie sistem ini berusaha untuk menghindari subordinasi aktivitas ekonomi domestik yang dulu terjadi pada era standar emas serta menghindari pergolakan di sistem moneter internasional akibat otonomi politik domestik. Dalam masa ini, negara memiliki peran yang lebih besar dalam ekonomi domestik, tapi tetap tunduk pada aturan internasional yang telah disepakati. Sistem ini juga menempatkan Amerika sebagai sentralnya sebagai pengatur stabilitas harga emas yang dipatok $35 per ons.317

Memasuki zaman modern perubahan sistem nilai tukar tersebut tidak terlepas dari perjalanan sejarah penentuan sistem nilai tukar di dunia yang dapat dibagi menjadi 3 (tiga) kejadian penting di dunia yang mempengaruhi fungsi uang berevolusi dan diperdagangkan secara luas melewati batas-batas negara. Ketiga moment dimaksud adalah

Pengaruh emas sebagai dasar penentuan nilai tukar berlanjut pada masa Bretton woods tahun 1944.

318

: pertama, Bretton Woods tahun 1944, kedua, Smithsonian Agreement tahun 1971, Ketiga, Plaza Accord tahun 1985.

a.1. Rezim Bretton Woods

Setelah perang dunia selesai. Masyarakat dunia mulai menginginkan suatu stabilitas ekonomi yang lebih baik. Sehingga Pada tanggal 22 Juli 1944, atas prakarsa dari Amerika

317

Ibid., hal 131-132. 318

Hendri Joni, Andy Nahil Gultom, Celah-Celah Profit di Forex Market, (Jakarta: PT.Elex Media Komputindo), hal 29.

Serikat, diadakan suatu konferensi moneter internasional yang dikenal dengan : “The Bretton Woods Conference“. Atas prakarsa beberapa pakar-pakar ekonomi seperti John Maynard Keynesh, Harry Dexter White bersama 44 perwakilan dari negara-negara lainnya berkumpul di Amerika Serikat, tepatnya di News Hampshire; Bretton Woods319 untuk membahas beberapa hal- hal penting terkait perekonomian global pasca perang dunia kedua.320

Pada pertemuan tersebut usulan yang diajukan oleh delegasi Amerika Serikat disebut

White Plan menyusun rencana-rencana dasar yang disetujui antara lain diciptakan suatu sistem pertukaran mata uang tetap yang disebut dengan “Fixed Exchange Rate System“, yang mempunyai beberapa persamaan dengan standar emas, dimana memuat ketentuan :

Pertama, Tiap negara menetapkan nilai tukarnya terhadap mata uang Amerika;

Kedua, Amerika menetapkan nilai dollar Amerika terhadap emas (USD 35/ounce);

Ketiga, Amerika akan menjual emas dengan harga tetap kepada pemegang resmi dari mata uang dollar Amerika;

Keempat, Perubahan nilai tukar mata uang terhadap dollar Amerika tidak boleh melebihi 1%, bila terpaksa bisa sampai max 10%.

Sejak saat itu negara-negara di dunia serta Amerika mulai tumbuh dengan pesat. Kemudian dua tahun setelah konferensi tersebut, didirikan lembaga moneter internasional & Bank Dunia yang kita kenal saat ini dengan IMF (International Monetary Fund) dan Word Bank, dengan maksud untuk mengawasi sistem tersebut. Yang patut diberi catatan pada perjanjian Bretton Woods

adalah persepsi dunia terhadap dollar Amerika telah menjadikan mata uang negara adidaya

319

Akses internetSejarah Sistem Nilai Tukar Dunia, Bretton Woods adalah kota kecil di Negara Bagian sebuah aturan, institusi, dan prosedur sistem

tersebut sebagai world reserve currencies artinya dollar Amerika dijadikan sebagai cadangan devisa suatu negara yang cukup popular hingga saat ini. 321

a.2. Rezim Smithsonian Agreement

Pada tanggal 15 Agustus 1971 Perjanjian Bretton Woods berakhir dan digantikan oleh Perjanjian Smithsonian atas prakarsa presiden Amerika Serikat pada waktu itu Richard Nixon. Sistem mata uang tetap yang didasarkan pada nilai emas yang sudah ditetapkan pada perjanjian

Bretton Woods sebelumnya, telah berakhir dan digantikan dengan Smithsonian Agreement 322

Berbeda dengan perjanjian Bretton Woods di mana mata uang di back-up oleh emas, maka pada perjanjian Smithsonian Agreement mata uang benar-benar dibiarkan mengambang tanpa ada back-up dari emas. Sejak Smithsonia Agreement mulai dari tahun 1973, nilai riil mata uang dollar Amerika atas dasar permintaan dan penawaran di pasar secara murni. Yang perlu diberi catatan adalah sejak berakhirnya perjanjian Bretton Woods dan digantikannya dengan perjanjian Smithsonian, maka dimulailah sebuah babak awal era perekonomian baru, khususnya di dunia perdagangan mata uang. Dengan berakhirnya sistem tukar tetap (Bretton Woods Agreement) telah memberikan kontribusi utama kepada perkembangan produk forward lainnya yaitu forward atas valuta asing.

di mana nilai mata uang ditetapkan berdasarkan nilai riil dari mata uang negara yang bersangkutan.

323

321

Hendri Joni, Andy Nahil Gultom, Op.Cit., hal 29.

322Akses internet terakhir dikunjungi pada tanggal 15 November 2014,

Institusi_Smithsonian, Institusi Smithsonian. Dinamakan Smithsonian Agreement karena perjanjian ini ditandatangani di Smithsonian Institution adalah sua komple pemerintah diberi nama yang berlokasi di lain. 323

a.3. Rezim Plaza Accord

Perdagangan mata uang pada masa-masa setelah Bretton Woods, Smithsonian Agreement berjalan tanpa adanya regulasi/peraturan yang baku. Maka pada tanggal 22 September 1985, Menteri Keuangan & Gubernur Bank Sentral dari beberapa negara-negara maju seperti Prancis, Jepang, Inggris & Amerika Serikat berkumpul di New York, tepatnya di Plaza Hotel.324 Adapun pertemuan ini ditujukan untuk membahas hal-hal yang perlu untuk mengoptimalisasikan perdagangan mata uang asing.325

Kesepakatan antara pemerintah-pemerintah Perancis, Jerman Barat, Jepang, Amerika Serikat, dan Britania Raya; yang menyetujui untuk dilakukannya terhadap pemerintah menandatangani kesepakatan tersebut.326 Perjanjian ini didesain untuk mengontrol pergerakan mata uang dollar Amerika dan apresiasinya terhadap mata uang (antidolar) lainnya. Yang perlu diberi catatan kecil dari Plaza Accord ini; Adanya peran dari sentral bank masing- masing negara dalam pergerakan mata uang sebagai “regulator”.327

Dari evolusi dimulai rezim Bretton woods yang menganut nilai tukar tetap (fixed exchange rate) dan diubah ke sistem nilai tukar mengambang (floating exchange rate)

328 telah menyebabkan gelombang besar dalam sejarah fluktuasi transaksi valuta asing menjadikan ketidakpastian seluruh transaksi internasional.329

324

Ibid

Alasan ini memunculkan rekayasa keuangan

(financial engeenering) untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

325

Akses Internet terakhir dikunjungi tanggal 21 Juli 2014, Sejarah Forex.

326

Akses internet terakhir dikunjungi pada tanggal 15 November 2014, Perjanjian Plaza.

327 Ibid. 328

Hendri Joni, Andy Nahil Gultom, Loc.cit. 329

Merton H. Miller, Merton Miller on Derivative, (New York-Chichester-Weinheim-Brisbane-Singapore- Toronto: John Wiley &Son,Inc., 1997), hal 4.

b. Perkembangan Sistem Nilai Tukar di Indonesia

Kurs (exchange rate) adalah pertukaran antara dua mata uang yang berbeda, yaitu merupakan perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut. Perbandingan nilai inilah sering disebut dengan kurs (exchange rate).330 Nilai tukar biasanya berubah-ubah, perubahan kurs dapat berupa depresiasi dan apresiasi. Kurs atau nilai tukar merupakan sebuah kunci bagi suatu negara untuk bertransaksi dengan dunia luar. Sistem pembayaran yang dilakukan baik di dalam negeri maupun luar negeri mau tidak mau harus terikat dengan nilai tukar atau kurs.331 Sistem nilai tukar adalah sistem yang digunakan untuk pembentukan harga mata uang rupiah terhadap mata uang asing.332 Secara garis besar sistem nilai tukar dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu:333

Pertama, Sistem nilai tukar tetap (fixed exchanged rate), sistem dimana nilai tukar mata uang domestik ditetapkan pada tingkat tertentu terhadap nilai mata uang asing;

Kedua, Sistem nilai tukar mengambang (floating exchanged rate), sistem dimana nilai tukar mata uang domestik diambangan terhadap nilai mata uang asing, atau sesuai dengan pergerakan pasar dimana terjadinya kurs mata uang berdasarkan pada permintaan dan penawaran mata uang asing.

Kedua sistem tersebut di atas diimplementasikan dengan berbagai variasi, yaitu:334

Pertama, Sistem nilai tukar tetap permanen (Permanently Fixed Exchange Rate);

Kedua, Sistem nilai tukar mengambang murni (Absolutely Floating Exchange Rate);

Ketiga, Sistem nilai tukar tetap terbatas (Fixed Permanently Exchange Rate);

Keempat, Sistem nilai tukar tetap yang dapat disesuaikan (Adjustable FixedExchange Rate);

330

Akses internet terakhir dikunjungi 24 Mei 2014, Kurs-di- Indonesia-Mekanisme-dan-Dampaknya.

331

Akses internet terakhir dikunjungi tanggal 9 juni 2014, kurs-tetap-kurs-mengambang-bebas-kurs.html Kurs Tetap, Kurs Mengambang Bebas, Kurs Mengambang Terkendali dan Penerapannya Di Indonesia

332 Pasal 1 angka 4 Undang-Undang No.24 Tahun 1999 tentang Lalulintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar 333

Lianah, Sistem Moneter Internasional Modul 9, (Universitas Mercu Buana, 2008) 334

Kelima, Sistem nilai tukar merayap (Crawling Peg System);

Keenam, Sistem nilai tukar mengambang terkendali (Managed Floating Exchange Rate).

Di Indonesia penetapan sistem nilai tukar dilakukan dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia. Bank Indonesia mengkaji Sistem Nilai Tukar yang diajukan kepada Pemerintah secara cermat dan hati-hati. Sistem Nilai Tukar tersebut antara lain dapat berupa :335

Pertama, Sistem Nilai Tukar tetap (Fixed Exchanged Rate); atau

Kedua, Sistem Nilai Tukar mengambang (Floating Exchanged Rate);; atau

Ketiga,Sistem Nilai Tukar mengambang terkendali (Managed FloatingExchanged Rate).

b.1.Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)

Sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate ) dimana lembaga otoritas moneter menetapkan tingkat nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang negara lain pada tingkat tertentu, tanpa memperhatikan penawaran ataupun permintaan terhadap valuta asing yang terjadi. Mulai tahun 1970 sampai dengan tahun 1978 Indonesia menerapkan sistem nilai tukar tetap. Selama 8 (delapan) tahun diterapkannya sistem tersebut telah terjadi 3 (tiga) kali devaluasi mata uang rupiah terhadap dollar Amerika Serikat. Devaluasi dilakukan karena nilai mata uang rupiah yang ditetapkan tidak lagi sesuai dengan nilai rielnya. Berdasarkan UU No. 32/1964 nilai tukar rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat (USD) ditetapkan dengan kurs.

Rezim nilai tukar tetap pernah berlaku di Indonesia. Berdasarkan UU No.32 tahun 1964 ditetapkan bahwa nilai tukar Indonesia sebesar Rp. 250,-/US Dollar. Sedangkan nilai tukar Indonesia terhadap negara lainnya ditetapkan berdasarkan nilai tukar dollar terhadap negara tersebut sesuai dengan yang berlaku di pasar valuta asing Jakarta dan internasional. Dalam

335

Penjelasan pasal 5 ayat (1) Undang-Undang No. 24 tahun 1999 tantang Lalu Lintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar

periode penetapan kurs tetap tersebut, Indonesia juga menetapakan peraturan sistim kontrol devisa yang ketat. Dalam sistim ini, tidak ada pembatasan kepemilikan, penjualan, maupun pembelian valas namun para eksportir wajib menjual devisanya kepada bank sentral. Sebagai dampak dari penetapan kurs tetap tersebut maka Bank Indonesia harus mampu memenuhi kebutuhan pasar valas bagi bank komersial maupun masyarakat. Dalam perjalanannya, Indonesia juga sempat mendevaluasi kurs tetapnya sebagai dampak dari overvaluated dan jika di biarkan akan mengancam aktivitas ekspor-impor. Pada tanggal 17 april 1970 Indonesia merubah kurs tetapnya dari posisi semula sebesar Rp. 250,-/US Dollar menjadi Rp 378,-/US Dollar. Devaluasi yang kedua dilaksanakan pada tanggal 23 agustus 1971 menjadi Rp 415,-/US Dollar dan yang ketiga pada tanggal 15 november 1978 dengan nilai tukar sebesar Rp 625,-/US Dollar.336

Terdapat sisi positif dan sisi negatif dalam sistem nilai tukar tetap ( fixed exchange rate ).

337

Dari sisi keunggulannya, kegiatan spekulasi di pasar uang menjadi semakin sempit, pemerintah dapat melakukan intervensi secara aktif mengatur nilai tukar sehingga tetap stabil, pemerintah memegang peranan penuh dalam pengawasan transaksi devisa, adanya kepastian nilai tukar menyebabkan pemerintah maupun pengusaha dapat melakukan perencanaan bisnis (business plan) secara lebih baik. Kelemahan dalam sistem ini adalah cadangan devisa harus besar untuk menyerap kelebihan dan kekurangan di pasar valas, kurang fleksibel terhadap perubahan global, penetapan kurs yang terlalu rendah atau terlalu tinggi akan mempengaruhi pasar ekspor.338

336

Zulkarnain Sitompul et al., (Tim Analisis dan Evaluasi), Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Undang- Undang Lalulintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Undang-Undang No. 24 Tahun 1999), (Badan Pembinaan Hukum Nasional Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, Jakarta, 2011), hal 12.

337

Akses internet terakhir dikunjungi tanggal 5 Mei 2014,Valuta Asing. 338

b.2.Kurs Mengambang Terkendali (Managed Floating Exchange Rate)

Penetapan kurs ini tidak sepenuhnya terjadi dari aktivitas pasar valuta. Dalam pasar ini masih ada campur tangan pemerintah melalui alat ekonomi moneter dan fiskal yang ada. Jadi dalam pasar valuta ini tidak murni berasal dari penawaran dan permintaan uang. Kebijakan nilai tukar terkendali pada november 1978 diharapkan dapat mewujudkan tercapainya nilai tukar rupiah yang realistis. Dengan sifat “mengambang” dapat dicapai suatu nilai yang wajar berdasarkan permintaan dan penawaran di pasar valuta, dan dengan sifat “terkendali” diharapkan fluktuasinya dapat diatur (orderly manner) sehingga unsur spekulasi yang dapat menghambat ekspor dan kestabilan moneter serta merangsang impor yang berlebihan dapat dihindari. Namun demikian, perkembangan nilai tukar rupiah tersebut sampai akhir tahun 1982/1983 belum mencerminkan nilai yang sesungguhnya (over-valued) sehingga menurunkan daya saing komoditi ekspor Indonesia.339

Terdapat sisi positif dan sisi negatif dalam sistem kurs mengambang terkendali.340

339

Zulkarnain Sitompul et al., (Tim Analisis dan Evaluasi), Analisis dan Evaluasi Hukum Tentang Undang- Undang Lalulintas Devisa dan Sistem Nilai Tukar (Undang-Undang No. 24 Tahun 1999),Op.Cit., hal 14.

Dari sisi keunggulannya, kemampuan menjaga stabilitas moneter dengan lebih baik dan neraca pembayaran suatu negara lebih stabil, aktifitas permintan dan penawaran dalam pasar valuta berdasarkan kurs indikasi akan mampu menstabilkan nilai tukar dengan lebih baik sesuai dengan kondisi ekonomi yang terjadi, devisa yang diperlukan tidak sebesar pada nilai tukar tetap, mampu memadukan sistem tetap dan mengambang. Kelemahan dalam sistem ini adalah devisa harus selalu tersedia dan siap digunakan sewaktu-waktu, persaingan yang ketat antara pemerintah dan spekualan dalam memprediksi dan menetapkan kurs, tidak selamanya mampu

mengatasi neraca pembayaran, selisih kurs yang terjadi dalam pasar valuta akan mengurangi devisa karena memakai devisa untuk menutupi selisihnya.341

Sistem nilai tukar mengambang terkendali di Indonesia ditetapkan bersamaan dengan kebijakan devaluasi rupiah pada tahun 1978 sebesar 33 %. Pada sistem ini nilai tukar rupiah diambangkan terhadap sekeranjang mata uang (basket currencies) negara-negara mitra dagang utama Indonesia. Dengan sistem tersebut, Bank Indonesia menetapkan kurs indikasi dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah, maka Bank Indonesia melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau batas bawah (spread).

Pada saat sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan di Indonesia, nilai tukar rupiah dari tahun ke tahunnya terus mengalami depresiasi terhadap US Dollar. Nilai tukar rupiah