Wacana 1: Bisu Tuli pada Manusia
A. Susunan darah
2. Golongan darah Rh
Pengelompokan darah juga bisa berdasarkan keberadaan faktor Rh pada sel darah merah. Manusia bisa memiliki sel darah merah dengan antigen Rh (Rh positif/Rh+) atau tanpa antigen Rh (Rh negatif/Rh-). Antibodi dalam sistem Rh tidak seperti antibodi dalam sistem ABO. Tidak seorangpun memiliki antibodi anti-Rh, kecuali darah orang tersebut bertemu dengan sel-sel darah dengan Rh+. Hal ini bisa terjadi bila darah seseorang dengan Rh- ditranfusi dengan darah dengan Rh+. Orang dengan Rh- tidak memiliki antibodi terhadap antigen Rh, tetapi orang tersebut membuat antibodi anti-Rh saat bertemu dengan antigen Rh. Apabila antigen Rh bertemu dengan anti-Rh, maka sel darah merah yang berantigen Rh akan diserang anti-Rh menyebabkan hemolisis.
Pembentukan anti-Rh bisa terjadi pada ibu hamil. Jika darah Rh- ibu bertemu dengan fetus dengan Rh+, beberapa eritrosit fetus bisa menembus plasenta menuju sistem sirkulasi ibunya, yang memicu pembentukan antibodi anti Rh. Karena darah bayi dan darah ibunya terpisah oleh plasenta, maka untuk bayi pertama tidak menimbulkan masalah. Pada kehamilan berikutnya, antibodi tersebut sudah ada di dalam darah ibu dan dapat menembus plasenta kemudian menyerang darah fetus dengan Rh+. Serangan anti-Rh menyebabkan darah fetus mengalami hemolisis dan berakibat animea. Kondisi ini bisa menyebabkan kematian bayi yang disebut penyakit hemolitik bayi.
Kompetensi Guru Mata Pelajaran :
1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah Indikator Esensial :
1.8.32. Menjelaskan keterkaitan antara struktur dan fungsi sistem pencernaan makanan pada manusia
Sistem pencernaan pada manusia yaitu 1) Membentuk bolus makanan di mulut 2). Bolus tertelan melalui esofagus menuju ke lambung dengan gerak peristaltik pada saluran pencernaan 3). Menjadi bubur chymus, dan nutrisi yang mampu terserap oleh usus halus 4).Sisa serat makanan di rectum akan dibuang melalui anus.
Saluran pencernaan pada manusia terbagi atas 4 zona atau daerah yaitu:
1. Zona Ingesif (bagian yang mengambil dan memasukkan makanan), meliputi bibir,
mulut, gigi dan lidah.
2. Zona Progresif (bagian yang mendorong dan mulai mengubah makanan), meliputi
pharink, esophagus dan ventrikulus.
3. Zona Degresif (bagian tempat berlansungnya proses-proses kimia, seleksi dan
absorbsi), meliputi intestenum tenue.
4. Zona Egresif (bagian yang melepaskan sisa makanan yang tidak berguna), meliputi
intestinum krasum, dan anus.
1. Zona Ingesif , Daerah Mulut : terdiri atas Palatum (langit-langit) yaitu : P durum dan P molare, Rahang atas ( maksila ) dan rahang bawah ( mandibula),Gigi dimana ada 4 jenis tipe gigi yaitu dens caninus, dens incicivus, dens pre molare dan dens molare.
Dan Berdasarkan pergantian gigi ada dua yaitu dens permanent dan den decidiu. Fungsi gigi dalam sistem pencernaan membantu mencerna secara fisik dengan cara memotong, mengigit, dan menggilas makanan.
2. Zona Progresif, Saluran pencernaan setelah daerah mulut ada saluran pharing yang merupakan saluran pencernaan sebelum esofagus. Saluran pharing terbagi atas oropharing, nasolopharing, laringo pharing pada pertemuan dua saluran dari mulut dan hidung (laringo pharing) terdapat sphincter. Ventriculus -Lambung terbagi atas tiga daerah yaitu Cardia, Fundus, pilorus dan mempunyai bagian cekung yaitu curvutura minor dan bagian cembung yaitu curvutura mayor serta terdapat sphinkter atas sp. Cardiaca dan bawah sp. Pilorica. Otot (muscularis) pada lambung mempunyai otot polos dengan tipe circuler dan longitudinal serta adanya mus. Fibrae oblique yang berada di mus.circuler
3. Zona Degresif, Intestenum terbagi atas dua bagian besar Intestenum tenue (Usus halus) yang terbagi menjadi tiga yaitu duodenum, jejenum dan ileum.
4. Zona Engesif, Intestenum crasum (usus besar) yang terbagi menjadi tiga Colon ascendens, colon transfersal dan colon descendens
Agar makanan dapat dicerna secara mekanis maupun chemis sistem pencernaan ini mengunakan kontraksi otot intestistinal yaitu 1. Kontraksi tonik : sifat kontinyu, berlangsung bermenit-menit atau berjam-jam, intensitas meningkat atau menurun tetapi tetap kontinyu. Konteraksi ini disebabkan oleh Potensial Aksi atau non elektronik oleh hormon. Setiap kontraksi tonik setiap segmen menentukan jumlah tekanan dan kontraksi tonik sfingter (sfingter pilorus, ileosekalis dan analis) untuk membentu pergerakkan makanan. 2. Kontraksi ritmik ; Kontraksi yang terjadi secepat 12 kali per menit atau selambat 3 kali per menit. Kontraksi yang berirama Frekuensi ini ditentukan oleh gelombang lambat dlm potensial listrik otot, Beritme, sehingga bertanggung jawab untuk pencampuran makanan atau dorongan peristaltik makanan.
Sistem saraf intrinsik saluran pencernaan terdiri atas dua lapisan neuron dan serabut – serabut penghubung yang sesuai yaitu 1. Pleksus misenterikus atau pleksus Aurbach
terletak di antara otot sirkuler dan longitudinal, mengatur gerakan gastrointestinal. 2. Pleksus Sub mukosa atau Meissner di lapisan sub mukosa, mengatur sekresi dan menerima isyarat dari epitel dan reseptor regangan dalam dinding usus. Saraf otonom yang terlibat adalah saraf Simpatis dan Para simpatis yang mengubah seluruh aktivitas seluruh usus atau bagian-bagian tertentu usus.Saraf Parasimpatis. Dibagi divisi kranial dan sakral. Bagian Kranial oleh nervus vagus, sakral oleh segmen sakral ke 2 dan 3, medula spinalis dan nervi erigentes ke setengah bagian usus. Serabut saraf simpatis dari medula spinalis segmen T8 dan L3, serabut praganglioner menuju rantai simpatis dan berjalan menuju ganglia seliaka dan berbagai ganglia mesenterika. Pada umumnya sifat saraf simpatis di pencernaan mengganggu aktivitas saluran pencernaan.
Jenis Pergerakkan adalah 1. Gerak mencampur, disebabkan kontraksi lokal segmen kecil dinding usus. 2. Gerak purposif (mendorong)-peristaltis terjadi pada traktus gastrointestinal, saluran empedu, saluran kelenjar lain di seluruh tubuh, ureter dan seluruh tabung otot polos lain di dalam tubuh rangsangan yang timbul adalah peregangan 3. Gerakan Menelan-Stadium volunter : secara sadar makanan dimasukkan kedalam mulut oleh lidah dan palatum, dan secara otomatis dan hampir seluruh atau sebagain bolus makanan terdorong masuk secara otomatis. Stadium faringeal : bolus makanan di
dorong kebelakang mulut merangsang daerah reseptor menelan di sekitar pintu faring dan dimulai serangkaian kontraksi otot faring otomatis sebagai berikut: a) Palatum mole mendorong ke atas menutup nares posterior agar mencegah refluks makanan ke rongga hidung; b) Arkus palatofaring tiap sisi faring tertarik ketengah untuk saling mendekat dan membentuk celah sagital sehingga makanan melewati bagian posterior celah ini efektif untuk menyeleksi makanan yang telah dikunyah dengan baik yang akan masuk dan menghalangi makanan besar; c) Pita suaralaring sangat berdekatan dan epiglotis mengajun ke belakang ke atas superior pintu sehingga mencegah makanan masuk ke dalam trakea Seluruh laring ditarik ke atas dan depan oleh otot yang melekat pada os hyoideum. Sehingga pergerakkan laring meregangkan pintu esofagus, sphinkter esofagus relaksasi sehingga memungkinkan makanan berjalan; d) pada saat laring terangkat dan sfingter esofagus atas relaksasi otot konstriktor faringis superior berkontraksi sehingga ada gelombang peristaltik cepat ke bawah. Stadium Esofageal : menghantarkan makanan dari faring ke lambung dengan gerakan peristaltik primer ( gelombang Peristaltik dari faring yang menyebar ke esofagus) dan gerakan peristaltik sekunder (akibat makanan yang masih tertinggal di esofagus) sehingga makanan terus di masukkan ke lambung sampai habis.
Di Lambung makanan akan disimpan dalam jumlah besar sampai ditampung bagian bawah saluran pencernaan kemudian lambung akan mencampur makanan tersebut dengan sekret lambung sampai membentuk kimus.Getah lambung : gl. Gastrika, pencampuran oleh gelombang peristaltik dan gelombang pada korpus lambung (gelombang konstriktor lemah) gelombang peristaltik akan melalui antrum menuju piloris akan mengaduk isi antrum namun lubang pilorus cukup kecil sehingga hanya mili liter isi antrum yg ke usus. Pengosongan lambung di lawan oleh tahanan pilorus dan dipermudah oleh gerak peristaltik- jika peristaltika antrum meningkat maka tonus otot pilorus menurun. Ada peristaltis antrum – pompa pilorus Selanjutnya mengeluarkan makanan secara perlahan ke usus halus melalui gel peristaltik pada antrum pilorikum. Kontraksi Mencampur di Usus halus terjadi dengan adanya kontraksi ritmik sepanjang usus sehingga membelah kimus menjadi partikel-partikel makanan padat dengan sekret usus halus dan gerakan Mendorong -didorong oleh peristaltis ke arah anus 0,5-2 cm/dtk. Aktivitas meningkat setelah makan dan agar makanan tidak masuk kembali ke usus ada sphinter ileosekalis yang selalu mengosongkan isi ilium perlahan-lahan ke sekum. Pergerakan di colon adalah pergerakan mencampur- haustari, pergerakan segmentasi yang sama dengan usus halus, kontraksi otot sirkuler menyempitkan lumen sampai hampir menutup dan otot longitudinal mengempul pada taenia koli berkontraksi. Gabungan kontraksi ini menyebabkan tonjolan ke arah luar membentuk kantung haustari. Reaksi ini bergerak lambat ke anus selama masa kontraksinya, sehingga feses dalam usus besar diaduk dan diputar, feses yang tadinya cair secara progresif diserap airnya sampai 150 ml. Pergerakan Mendorong- mass movement. Gerakan mendorong feses ke arah anus. Tempat terjadinya gerak ini di kolon yang mengalami regangan atau teriritasi kolon distal sepanjang 20 cm maka kontraksi mendorong masa menuruni segmen kolon dan jika feses ke rektum maka terasa akan defakasi .
Kompetensi Guru Mata Pelajaran :
1.8. Memahami lingkup dan kedalaman biologi sekolah Indikator Esensial :
1.8.33. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi dan proses pembentukan urin
Setiap saat tubuh melakukan metabolisme di dalam sel-selnya. Beberapa zat yang dihasilkan merupakan zat sampah yang bersifat racun bagi tubuh, sehingga harus dikeluarkan. Ekskresi adalah pelepasan zat sisa metabolisme dari tubuh. Sistem urinaria merupakan sistem tubuh dengan tugas utama mengekresikan sisa metabolisme melalui pengeluaran urin.