• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA LAUT DAN ATMOSFER

GREAT CONVEYOR BELT) DAN ARLINDO

Walapun dinamika di lautan yang mendorong arus laut lebih banyak terbentuk oleh angin lokal. Tetapi akibat bentuk morfologi atau rupa muka bumi maka lautan juga memiliki arus laut yang terbentuk akibat tekanan dari morfologi dasar laut. Arus yang terbentuk lebih karena tekanan di dalam laut ini menyebabkan adanya aliran yang mengitari bumi. Arus yang ditemukan sebagai hasil utama dari proyek penelitian Wolrd Ocean Circulation Experiment (WOCE) sekitar dekade 90an dikenal dengan arus perputaran sabuk dunia atau the Great Ocean

Conveyor Belt (Gambar 3.7). Arus ini mengalir di permukaan dari

Samudra India menuju Samudra Atlantik, lalu berputar di Atlantik bagian utara sekitar pulau Greenland dan masuk ke laut dalam (the North

Atlantic over turning) ke Atlantik Selatan dan mengalir menuju Samudra

Pasifik Utara dan sebelah barat Samudra Indonesia (Indian Ocean) dimana arus ini akan menyembul di sana. Arus menyembul yang merupakan gejala upwelling terbesar ini membawa arus dingin dari laut dalam dan menjadi sumber nutrisi serta konsentrasi karbon ke permukaan setempat.

Arus laut di Samudra Pasifik yang merupakan samudra terluas akan mengalir ke arah barat akibat dari tekanan momentum akibat perputaran bumi pada rotasinya ke arah timur. Prinsip serupa terlihat pada arah angin pasat akibat tekanan gaya serupa dan gaya coriolis yang mengarahkannya ke barat. Arus muka air laut di daerah Pasifik yang mengalir ke barat ini akan berkumpul di daerah ekuator sekitar daerah kolam hangat (warm pool) atau sebelah utara Pulau Papua. Karena tempat ini merupakan tempat mengumpulnya arus permukaan yang notabene hangat akibat radiasi matahari maka panas yang terbawa arus laut ini akan mengumpul dan menciptakan daerah yang lebih hangat dari sekitarnya atau kolam hangat. Selain menciptakan kolam hangat, arus yang mengumpul tersebut juga akan menumpuk sehingga menciptakan tinggi muka laut yang lebih tinggi di bandingkan di Samudra Indonesia dan menimbulkan tekanan geostrofis. Akibatnya akan terjadi aliran arus lintas Indonesia.

Penumpukan massa air laut di daerah warm pool menyebabkan tekanan geostropis (tekanan akibat perbedaan tinggi muka laut) antara samudra Pasifik dengan samudra Indonesia. Akibatnya arus dari samudra Pasifik kemudian kembali mengalir menuju samudra Indonesia melalui kepulauan benua maritim. Arus yang mengalir melewati

kepulauan Indonesia ini disebut sebagai Arus Lintas Indonesia atau Arlindo yang polanya sangat persisten atau terus menerus (Gambar 3.8). Masa air yang dibawa oleh Arlindo ini adalah masa air hangat yang terkumpul di kolam air hangat di sebelah utara Pulau Irian. Daerah kolam hangat (warm pool) terbentuk karena pengumpulan arus muka laut yang relatif hangat. Variabilitas aliran masa laut ini kurang dipengaruhi oleh gejala lokal, tetapi untuk fenomena regional seperti aliran Kelvin wave dari Samudra India serta gejala El Niño, variabilitas dari aliran ini cukup terganggu terutama hingga lapisan termoklin. Aliran arus laut lintas Indonesia ini dari Samudra Pasifik terutama melewati Selat Makassar dan menuju Selat Lombok dan Selat Ombai dekat Pulau Timor. Selain itu juga mengalir lewat Selat Lifamatola antara Maluku Utara dan Sulawesi

Tengah dan juga mengalir melewati Selat Ombai setelah melalui Laut Banda.

Gambar 3.7. Arus perputaran sabuk dunia (the Great ocean conveyor

belt) yang mengitari bumi dalam ± 2000 tahun. Arus

permukaan masuk ke dalam di Atlantik utara, sementara arus dalam menyembul di barat samudra Indonesia (Indian Ocean) dan utara samudra Pasifik.

Gambar 3.8. Arus utama dari arus lintas Indonesia dengan nilai satuan

3

aliran persatuan waktu yaitu Sv (juta m /detik) berdasarkan nilai rerata tahunan (Gordon, 2005).

Indonesia ini sangat mengendalikan sistim iklim di daerah Indonesia bagian timur terutama akan dampak dari fenomena regional di daerah Pasifik yaitu ENSO. Hal ini dapat mudah dimengerti karena sinyal perubahan laut yang terjadi di daerah Pasifik akan dengan mudah terbawa oleh arus lintas Indonesia. Akibatnya akan terlihat pengaruh langsung terhadap iklim di benua maritim. Pengendali lain yang mempengaruhi daerah ini hanya sifat monsunal dari arus laut. Sifat monsunal juga mempengaruhi dari sistem dampak dari ENSO terhadap benua maritim Indonesia. Dengan kuatnya pengaruh ENSO terhadap iklim Indonesia, deteksi dini dari ENSO diharapkan datang dari informasi yang dibawa oleh arus lintas ini. Selain itu lautan membawa sinyal yang jauh lebih stabil di bandingkan oleh sinyal yang dibawa oleh atmosfer yang cuma bertahan relatif lebih singkat. Diperlukan studi yang lebih seksama lagi dimana dapat dilakukan pemantauan perubahan arus laut baik suhu, tinggi muka laut atau salinitas untuk dapat mendeteksi sedini mungkin kedatangan gejala El Niño yang menimbulkan dampak negatif terutama bagi pertanian dan kebakaran hutan.

Pertanyaan:

1. Bagaimana distribusi evaporasi dan hujan dari daerah tropis hingga ke kutub, terangkan mengapa?

2. Bagaimana struktur di daerah perbatasan laut dan atmosfer untuk salinitas dan temperatur, serta hubungan dengan atmosfer.

3. Terangkan terbentuknya pergerakan Ekman?

4. Bagaimana tingkat salinitas di lautan dipengaruhi oleh aktivitas di

atmosfer?

5. Apa peran inversi di atmosfer dan peran isotherm di lautan.

6. Bagaimana tingkat salinitas di lautan dipengaruhi oleh aktivitas di atmosfer?

7. Bagaimana pengaruh gaya coriolis terhadap pergerakan siklon di bumi belahan utara dan selatan? Apa akibatnya bila bumi itu berbentuk silinder dan bukan bulat bundar?

8. Akibat sifat geostropis laut maka terjadi arlindo dari Samudra Pasifik menuju Samudra Indonesia, apakah mungkin terjadi sebaliknya dimana arus lintas mengalir dari Samudra Indonesia menuju Samudra Pasifik, mengapa?