• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

B. Deskripsi Responden

1. Guru

selama proses pembelajaran berlangsung.

2) Guru lebih banyak memberi rangsangan berpikir pada siswa untuk menyelesaikan masalah yang telah diberikan atau masalah yang dihadapi siswa. Hal tersebut akan membuat siswa lebih aktif mencari informasi dan berpikir sehingga materi pembelajaran akan lebih mudah diserap dan dapat meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

3) Guru harus mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran secara bervariasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan siswa, sehingga siswa tidak mudah bosan.

4) Guru dapat melatih siswa untuk berani mengajukan pertanyaan atau pernyataan setelah menampilkan sebuah fenomena yang menarik, selain itu guru juga harus melatih kepercayaan diri siswa agar yakin pada dirinya sendiri dalam penguasaan pengetahuan dan berpikir.

b. Memformulasikan masalah

Sangat penting bagi siswa untuk dapat merumuskan suatu permasalahan dari kondisi yang diberikan. Perumusan masalah dapat berupa tindakan yang mengubah sebuah masalah yang diberikan menjadi sebuah masalah yang berbeda penyajiannya. Hal ini sering dilakukan ketika berupaya menyelesaikan sebuah masalah agar

memudahkan siswa dalam memahami masalah. Banyak ahli yang menyatakan bahwa pengajuan pertanyaan berupa soal atau masalah dapat menjadi cara melatih siswa untuk berpikir kreatif. Jika masalah yang diperkenalkan tidak memiliki pertanyaan yang jelas, maka siswa harus belajar merumuskan masalah. Kemampuan siswa untuk merumuskan masalah dan mencari solusinya merupakan sarana untuk menilai kreativitas dan mendorong siswa untuk mengembangkan kreativitasnya.

c. Mengkaji permasalahan kompleks

Permasalahan yang dikaji dalam pembelajaran berbasis HOTS adalah permasalahan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan mengingat atau menerapkan strategi yang telah umum diketahui. Penyelesaian permasalahan dalam pembelajaran berbasis HOTS membutuhkan kreativitas dan keterampilan berpikir kritis. Siswa yang tidak memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan kontekstual yang terkait dengan berbagai bidang ilmu.

d. Berpikir divergen dan mengembangkan ide

Pengembangan kreativitas sangat membutuhkan kemampuan berpikir divergen. Melatih siswa untuk berpikir divergen akan mengembangkan kemampuan mereka dalam mengajukan beberapa ide yang berbeda. Pengembangan ide-ide kreatif sangat terkait dengan kemampuan berpikir divergen.

e. Mencari informasi dari berbagai sumber

Belajar dengan mencari informasi dari berbagai sumber akan mengakomodasi perbedaan karakteristik siswa dalam gaya belajar, kemampuan belajar, kebutuhan, minat, keingintahuan, dan pengetahuan awal masing-masing siswa. Siswa atau kelompok siswa akan lebih bebas belajar dan mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Aktivitas ini dapat mendorong siswa untuk lebih bertanggungjawab dan melatih kemandirian belajar. Jika sumber informasi diperoleh dari internet, maka siswa dapat mengembangkan kemampuan dalam menelusuri informasi secara efektif. Siswa akan belajar mensintesis informasi yang telah diperolehnya dan mengevaluasi sinopsis yang mereka susun. Hal tersebut membutuhkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan tidak dapat dilakukan hanya dengan memahami atau menerapkan sebuah prosedur.

f. Berpikir kritis dan menyelesaikan masalah secara kreatif

Pembelajaran berbasis HOTS harus memberikan kesempatan pada siswa untuk terbiasa berpikir kritis dalam menghadapi suatu persoalan atau ketika menerima suatu informasi. Pola berpikir kritis sangat penting untuk refleksi diri dan memberi makna bagi kehidupan siswa. Jika siswa mampu berpikir secara kritis, maka mereka tidak mudah dipengaruhi oleh berita negatif karena dapat mencari kebenaran dan merefleksikan nilai, serta membuat

keputusan yang tepat. Ciri lain dari pembelajaran berbasis HOTS adalah adanya aktivitas siswa dalam menyelesaikan permasalahan secara kreatif. Upaya untuk menyelesaikan permasalahan secara kreatif harus dimulai dengan perumusan masalah terlebih dahulu, kemudian siswa mengusulkan cara-cara yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan masalah.

g. Berpikir analitik, evaluatif, dan membuat keputusan

Aktivitas belajar membuat keputusan dapat dicirikan ketika siswa diminta memilih suatu cara diantara beberapa cara alternatif yang tersedia. Ada guru yang melatih siswa untuk membuat suatu keputusan secara analitik, yakni dengan mempertimbangkan beberapa kelebihan dan kelemahan dari masing-masing solusi alternatif yang akan dipilih. Terkait dengan aktivitas belajar tersebut, guru dianjurkan untuk menerapkan beberapa prinsip dalam pembelajaran berbasis HOTS, antara lain:

1) Memberikan tugas yang sesuai dengan harapan atau kebutuhan siswa

2) Membangkitkan rasa ingin tahu siswa

3) Memberikan tugas atau soal yang dapat membuat siswa aktif berpikir

4) Mengkaji persoalan nyata (kontekstual) yang dialami oleh siswa 5) Mengembangkan imajinasi siswa melalui tulisan atau gambar

6) Memberikan kesempatan bagi siswa untuk melakukan elaborasi dan berpikir divergen (lateral)

7) Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih topik atau cara berpikir di kelas

8) Tidak menyalahkan siswa jika membuat atau menanyakan hal yang nyeleneh

9) Memberikan kebebasan kepada siswa untuk bereksperimen 10) Memberikan umpan balik dan penghargaan atas karya siswa 11) Melatih siswa untuk mengajukan pertanyaan dan membuat

rumusan masalah dalam upaya menyelesaikan masalah yang menantang

12) Melatih siswa untuk berpikir kritis dengan menganalisis dan mengevaluasi data atau informasi yang disajikan

13) Melatih siswa membuat keputusan terkait dengan suatu kondisi yang dideskripsikan

4. Lingkup

Pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik dapat menggunakan beberapa strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran merupakan suatu bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintaks, pengaturan, dan budaya misalnya discovery learning, project based learning,

model pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional).

Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, keterampilan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Dalam pembelajaran langsung, peserta didik melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau mencoba, menalar atau mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung, yang disebut dengan dampak pembelajaran (instructional effect). Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam KI-1 dan KI-2. Hal ini berbeda dengan pengetahuan tentang nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti serta Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.

Pengembangan nilai dan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku, dilakukan oleh seluruh mata pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi dikelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013, semua kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler baik yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat (luar sekolah) dalam rangka

mengembangkan moral dan perilaku yang terkait dengan nilai dan sikap (Permendikbud No.103 tahun 2014).

5. Pembelajaran yang Berpusat pada Guru

Pembelajaran yang berpusat pada guru didesain dalam pengajaran secara langsung oleh guru kepada siswa. Pembelajaran pada pendekatan ini terstruktur, dikendalikan dan dikontrol oleh guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru akan cenderung membuat siswa kurang aktif dalam belajar karena siswa lebih banyak mendengarkan, dan memperhatikan guru. Pembelajaran yang berpusat pada guru ini dilakukan dalam beberapa aktivitas seperti menjelaskan materi pembelajaran, mengajar, bertanya dan diskusi, latihan dikelas dan pekerjaan rumah.

a) Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

1) Pengertian Model Pengajaran Langsung (DirectInstruction)

Pengajaran langsung adalah suatu model pengajaran yang berpusat pada guru. Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Selain itu, model pembelajaran ini juga ditujukan untuk membantu siswa

mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah.

2) Ciri-ciri Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction)

Menurut Majid (2013:73)ciri-ciri model pengajaran langsung, yaitu sebagai berikut:

a) Adanya tujuan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa b) Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan

pembelajaran

c) Model pengajaran langsung merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisist kepada siswa yang berprestasi rendah

d) Menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) e) Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap

berprestasi apabila model pengajaran langsung dilakukan secara efektif.

h. Langkah-langkah Pembelajaran Model Pengajaran

Langsung (Direct Instruction)

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola pembelajaran secara umum. Menurut Majid (2013:76) langkah-langkah pengajaran langsung meliputi tahapan berikut ini:

i. Menyampaikan tujuan dan menyiapkan siswa

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

ii. Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyampaikan informasi tahap demi tahap. Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran, baik berupa konsep-konsep maupun keterampilan.

iii. Membimbing pelatihan

Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih konsep atau keterampilan.

iv. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik Guru memeriksa atau mengecek kemampuan siswaseperti memberi kuis terkini, dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa. Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa, dan mengulang keterampilan jika diperlukan

v. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan dan penerapan konsep

Guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. Guru juga memberikan kesempatan untuk melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus terhadap penerapan situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

6. Pembelajaran yang Berpusat pada Siswa

Pembelajaran yang berpusat pada siswa merupakan pendekatan wajib dalam kurikulum 2013 dimana pembelajaran lebih mendahulukan kepentingan dan kemampuan siswa dalam belajar. Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa ini, peran guru hanyalah sebagai fasilitator yang harus bisa membangkitkan ketertarikan siswa terhadap suatu materi. Pembelajaran yang berpusat pada siswa diwujudkan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan atau biasa disebut dengan 5M. Melalui tahapan tersebut, guru harus mampu memotivasi dan membangkitkan ketertarikan siswa pada topik pembelajaran, membimbing siswa untuk menanyakan fakta-fakta, konsep maupun prosedur yang relevan dengan topik pembelajaran.

Selain itu guru juga harus mampu membimbing siswa dalam mengumpulkan informasi pendukung fakta-fakta, konsep, maupun

prosedur-prosedur tersebut untuk kemudian dibimbing dalam tahap mengasosiasikan dan menyimpulkan, lalu yang terakhir adalah guru harus mampu membimbing siswa dalam mengkomunikasikan semua fakta-fakta, konsep maupun prosedur-prosedur tersebut.

a. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning)

1) Pengertian Pembelajaran Penemuan

Discovery adalah menemukan konsep melalui serangkaian

data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan. Pembelajaran discovery merupakan metode pembelajaran kognitif yang menuntut guru lebih kreatif menciptakan situasi yang dapat membuat peserta didik belajar aktif menemukan pengetahuan sendiri (Sani, 2014:97)

2) Tahapan Pembelajaran Discovery secara umum

Tahapan pembelajaran menggunakan discovery secara umum adalah sebagai berikut (Sani, 2014:99):

a) Guru memaparkan topik yang akan dikaji, tujuan belajar, motivasi, dan memberikan penjelasan ringkas

b) Guru mengajukan permasalahan atau pertanyaan yang terkait dengan topik yang dikaji

c) Kelompok merumuskan hipotesis dan merancang percobaan atau mempelajari tahapan percobaan yang dipaparkan oleh guru, LKS, atau buku.

d) Guru membimbing dalam perumusan hipotesis dan merencanakan percobaan

e) Guru memfasilitasi kelompok dalam melaksanakan percobaan/investigasi

f) Kelompok melakukan percobaan atau pengamatan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis

g) Kelompok mengorganisasikan dan menganalisis data serta membuat laporan hasil percobaan atau pengamatan

h) Kelompok memaparkan hasil investigasi (percobaan dan pengamatan) dan mengemukakan konsep yang ditemukan. Guru membimbing peserta didik dalam mengkonstruksi konsep berdasarkan hasil investigasi.

b. Model Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based Learning)

1) Pengertian Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based

Learning)

Menurut Sani (2014:88) Pembelajaran Berbasis Inkuiri (PBI) adalah pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkanpeserta didik untuk melakukan investigasi dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru. Pembelajaran berbasis inkuiri menekankan pada proses penyelidikan berbasis pada upaya menjawab pertanyaan.

Inkuiri adalah investigasi tentang ide, pertanyaan, atau permasalahan. Proses yang dilakukan mencakup pengumpulan informasi, membangun pengetahuan, dan mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang suatu yang diselidiki. Pembelajaran berbasis inkuiri mencakup proses mengajukan permasalahan, memperoleh informasi, berpikir kreatif tentang kemungkinan penyelesaian masalah, membuat keputusan, dan membuat kesimpulan.

2) Tahapan Pembelajaran Berbasis Inkuiri (Inquiry Based

Learning)

Tahapan pembelajaran yang dilakukan melalui inkuiri secara terbuka pada umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut (Sani, 2014:92):

a) Membuat rumusan masalah. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didik adalah: (1) menyadari adanya masalah; (2) mampu mengidentifikasi masalah; (3) melihat pentingnya masalah; dan (4) merumuskan masalah

b) Mengembangkan dan merumuskan hipotesis. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didik adalah: (1) menentukan variabel atau menggolongkan data yang dapat diperoleh; (2) mengidentifikasi dan merumuskan hubungan variabel yang ada secara logis; dan (3) merumuskan hipotesis

c) Merancang dan melakukan kegiatan untuk menguji hipotesis. Kemampuan yang diharapkan muncul dari pesrta didik adalah: (1) mengidentifikasi peristiwa yang perlu diamati; (2) merancang kegiatan eksplorasi atau eksperimen yang perlu dilakukan; (3) melakukan kegiatan pengamatan berdasarkan rancangan eksperimen dalam upaya mengumpulkan data; dan (4) mengevaluasi, menyusun data, mengolah, dan menganalisis data.

d) Menarik kesimpulan. Kemampuan yang diharapkan muncul dari peserta didik: (1) mencari pola dan makna hubungan data atau peristiwa; (2) merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh.

c. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Leaarning)

1) Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning)

Menurut Kosasih (2014:88) pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang berdasar pada masalah-masalah yang dihadapi siswa terkait dengan KD yang sedang dipelajari siswa. Masalah yang dimaksud bersifat nyata atau sesuatu yang menjadi pertanyaan-pertanyaan pelik bagi siswa. Model PBM akan berlangsung dengan baik apabila para siswa

sudah memiliki kemampuan berpikir kritis terhadap suatu fenomena. Peran guru dalam hal ini adalah mendorong siswa untuk berpikir kritis, yakni dapat menilai benar salahnya, tepat tidaknya, dan baik buruknya. Guru perlu menstimulus dan menantang siswa untuk berpikir, memberi kebebasan untuk berpendapat, berinisiatif, dan bertindak.

2) Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning)

a) Guru meminta siswa untuk melakukan kegiatan pengamatan terhadap fenomena tertentu, terkait dengan KD yang akan dikembangkannya.

b) Guru mendorong siswa untuk merumuskan suatu masalah terkait dengan fenomena yang diamatinya. Masalah itu dirumuskan berupa pertanyaan yang bersifat problematis c) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi

(data) dalam rangka menyelesaikan masalah, baik secara individu maupun berkelompok, dengan membaca berbagai referensi, pengamatan lapangan, wawancara, dan sebagainya.

d) Guru meminta siswa untuk melakukan analisis data dan merumuskan jawaban terkait dengan masalah yang mereka ajukan sebelumnya.

e) Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan jawaban atas permasalahan yang mereka rumuskan sebelumnya. Guru juga membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses pemecahan masalah yang dilakukan.

d. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning)

1) Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based

Learning)

Menurut Buck Institute for Education (dalam Trianto, 2014:41), pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang melibatkan peserta didik dalam kegiatan pemecahan masalah dan memberi peluang bagi peserta didik untuk bekerja secara otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa yang bernilai dan realistik. Pembelajaran berbasis proyek merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom untuk mengkonstruksi belajarnya. Tiga kategori penerapan project

based learning dalam pembelajaran antara lain: mengembangkan keterampilan, meneliti permasalahan, dan menciptakan solusi dari suatu permasalahan.

2) Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek

Buck Institute for Education (dalam Trianto, 2014:46)

menyebutkan karakteristik project based learning, di antaranya adalah:

a) Isi dalam project based learning difokuskan pada ide-ide siswa, yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja atau topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.

b) Kondisi untuk mendorong siswa mandiri dalam mengelola tugas dan waktu belajar sehingga dalam mempelajari suatu materi siswa dapat mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi.

c) Aktivitas yang efektif dan menarik dalam mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah menggunakan kecakapan.

d) Penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk menggunakan kognitif strategi pemecahan masalah.

3) Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek

Suatu proyek harus bisaditangani dengan sistematis sehingga dapat membantu peserta didik untuk merasakan

bahwa mereka dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Langkah-langkah pembelajaran dalam project based learning adalah sebagai berikut (Trianto, 2014:52):

a) Dimulai dengan pertanyaan yang esensial

Guru memberikan topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan suatu investigasi mendalam. Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing pengetahuan, tanggapan, kritik, dan ide peserta didik mengenai tema proyek yang akan diangkat.

b) Perencanaan aturan pengerjaan proyek

Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c) Membuat jadwal aktivitas

Guru dan peserta menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek secara bersama-sama. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.

d) Me-monitoring perkembangan proyek peserta didik

Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan

proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap proses.

e) Penilaian hasil peserta didik

Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, dan memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, selain itu, penilaian juga dapat membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f) Evaluasi pengalaman belajar peserta didik

Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.

E. Pelaksanaan Penilaian

Penilaian merupakan bagian yang tidak lepas dari proses pembelajaran dan dapat menentukan kualitas dari sebuah kegiatan pembelajaran. Dalam melakukan penilaian autentik, seorang pendidik harus memperhatikan beberapa hal, yaitu melakukan proses penilaian

dengan sungguh-sungguh dan mencerminkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dengan melakukan penilaian maka pendidik dapat mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik dalam menerima materi pembelajaran, ketepatan metode pembelajaran yang digunakan, dan keberhasilan peserta didik dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.

Pelaksanaan penilaian autentik menjadi salah satu komponen yang sangat penting dalam menanamkan keterampilan berpikir tingkat tinggi kepada peserta didik. Penilaian autentik yang baik akan tertuang dalam perumusan instrumen evaluasi yang digunakan. Hal penting yang perlu diperhatikan dalam perumusan instrumen evaluasi adalah masing-masing butir instrumen evaluasi harus mampu mengarahkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Dalam penilaian otentik, rumusan soal yang dibuat harus sungguh-sungguh mencerminkan keterampilan berpikir tingkat tinggi yang memuat pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan proses kognitif berpikir tingkat tinggi itu sendiri.

1. Pengertian Penilaian

Menurut Arifin (2009:4), penilaian merupakan suatu kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan berdasarkan kriteria dan pertimbangan tertentu. Sani (2016:15) mengemukakan penilaian adalah upaya sistematis yang dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang valid dan

reliabel, dan selanjutnya diolah sebagai upaya dalam melakukan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan suatu program pendidikan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, penilaian dapat disimpulkan sebagai suatu proses sistematis yang dilakukan melalui pengumpulan informasi yang valid dan reliabel dengan menilai kinerja peserta didik. Hasil penilaian akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan tingkat keberhasilan proses dan hasil pembelajaran.

2. Fungsi Penilaian

Menurut Diknas tahun 2006 penilaian memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Jika tujuan pembelajaran adalah pencapaian kompetensi inti maupun kompetensi dasar, maka penilaian kelas ini dapat menggambarkan sejauh mana seorang peserta didik telah menguasai suatu kompetensi b. Penilaian berbasis kelas dapat berfungsi sebagai landasan pelaksanaan evaluasi hasil belajar peserta didik dalam rangka membantu peserta didik memahami dirinya, membuat keputusan tentang langkah berikutnya baik untuk memilih program pengembangan kepribadian maupun untuk penjurusan, dalam hal ini terkait erat dengan peran guru sebagai pendidik sekaligus pembimbing

c. Menemukan kesulitan kesulitan belajardan kemungkinan prestasi yang bisa dikembangkan peserta didik dan sebagai alat diagnosis

yang membantu pendidik menemukan apakah seorang siswa perlu mengikuti remedial atau justru memerlukan program pengayaan d. Penilaian juga berfungsi sebagai upaya pendidik untuk dapat

menemukan kelemahan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan ataupun yang sedang berlangsung. Temuan ini selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar penentuan langkah perbaikan proses pembelajaran berikutnya, untuk peningkatan capaian hasil belajar siswa.

3. Tujuan Penilaian

Menurut Kunandar (2013: 70) tujuan penilaian hasil belajar peserta didik adalah:

a. Melacak kemajuan peserta didik, artinya dengan melakukan penilaian, maka perkembangan hasil belajar peserta didik dapat diidentifikasi. Guru bisa menyusun profil kemajuan peserta didik

Dokumen terkait