• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI

B. Guru Pendidikan Agama Islam

Ada beberapa macam pengertian guru agama, yaitu :

a. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia guru agama adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama (Departemen Pendidikan Nasional, 2008 : 469).

b. Guru agama adalah orang yang bertanggung jawab terhadap potensi peserta didik, baik potensi afektif, kognitif, dan psikomotorik (Abdul Mujib, 2006 : 87).

Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa guru agama adalah orang yang bertugas mengajarkan mata pelajaran agama di sekolah umum dan rumpun mata pelajaran Agama Islam pada madrasah dilingkungan Kementrian Agama dan guru agama mempunyai tanggung jawab sebagai pembentuk pribadi anak sesuai dengan ajaran Islam, ia juga bertanggung jawab kepada Allah Swt.

Guru agama adalah orang yang memikul tanggung jawab untuk membimbing. Guru agama tidak sama dengan pengajar, sebab pengajar itu hanya menyampaikan materi pengajaran kepada peserta didik, tetapi seorang guru agama juga membentuk kepribadian seorang anak didik bernilai tinggi.

Dalam konsep pendidikan Islam, kalau dikaitkan dengan pendidik sebenarnya, Allah Swt. ditempatkan sebagai pendidik yang Maha Agung, yang kemudian mendidik rasul-Nya dengan system pendidikan yang terbaik.Pada kedudukan sebagai tokoh pendidik utama, tugas dan wewenang itu dilimpahkan kepada kedua orang tua kemudian dilimpahkan lagi kepada tenaga professional, yaitu para pendidik.

Menurut Ibnu Jama’ah yang dikutip oleh Abd al-Amir Syams al- Din, etika pendidik terbagi atas tiga macam, yaitu :

1) Etika yang berkaitan dengan dirinya sendiri, yaitu :

a) Memiliki sifat-sifat keagamaan yang baik, yang meliputi patuh dan tunduk terhadap syariat Allah dalam bentuk ucapan dan tindakan, baik yang wajib maupun yang sunnah, senantiasa membaca Al-Qur’an, zikir kepada-Nya baik dengan hati maupun lisan.

b) Memiliki sifat-sifat akhlak yang mulia, seperti menghias diri dengan memelihara diri, rendah hati, dan menerima apa adanya.

2) Etika terhadap peserta didik, yaitu :

a) Sifat-sifat sopan santun (adabiyah), yang terkait dengan akhlak mulia.

b) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah).

3) Etika dalam proses belajar mengajar, yaitu :

a) Sifat-sifat memudahkan, menyenangkan, dan menyelamatkan (muhniyyah).

b) Sifat-sifat seni, yaitu seni mengajar yang menyenangkan, sehingga peserta didik tidak merasa bosan. (Abdul Mujib, 2006 : 98).

2. Pendidikan Agama Islam

Zakiah Drajat, merumuskan pengertian Pendidikan Agama Islam dalah sebagai berikut :

a. Pendidikan Agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikan sebagai pandangan hidup.

b. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan atas dasar ajaran agama Islam.

c. Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan yang memulai ajaran-ajaran agama Islam agar nantinya setelah selesai dari pendidikannya ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak (Zakiah Drajat, 1992 : 86).

Jadi, Pendidikan Agama Islam adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk mendewasakan anak agar ia mempunyai kepribadian dan latihan yang sesuai dengan pokok-pokok ajaran Islam.

3. Tanggung Jawab Guru Agama

Dalam buku Bukhari Umar, tugas guru agama yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, sebab tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami kegagalan di dalam tugasnya, sekalipun peserta didik memiliki prestasi akademis yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti terkaitan antara ilmu dan amal sholeh (Bukhari Umar, 2010 : 87).

Dari kutipan diatas dapat dipahami, bahwa seorang guru bertanggung jawab dalam membina, membimbing dan menyempurnakan akhlak peserta didiknya. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratisdanbertanggungjawab. Maka seorang guru bertanggung jawab dalam membina, membimbing dan mengarahkan serta mengembangkan potensi tersebut yang dimliki oleh peserta didik.

Guru adalah orang yang bertanggung jawab mencerdaskan kehidupan anak didik. Karena besarnya tanggung jawab guru terhadap anak didiknya, hujan dan panas bukanlah menjadi penghalang bagi guru untuk selalu hadir di tengah-tengah anak didiknya.

Menurut Wens Tanlain, guru yang bertanggung jawab memiliki beberapa sifat, yaitu :

a. Menerima dan mematuhi norma, nilai-nilai kemanusiaan.

b. Memikul tugas mendidik dengan bebas, berani, gembira (tugas bukan menjadi beban baginya).

c. Sadar akan nilai-nilai yang berkaitan dengan perbuatannya serta akibat-akibat yang timbul (kata hati).

d. Menghargai orang lain termasuk anak didik.

e. Bijaksana dan hati-hati (tidak nekat, tidak sembrono, tidak singkat akal).

f. Taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Syaiful Bahri Djamarah, 2005 : 35-36).

Jadi, guru harus bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku, dan perbuatannya dalam rangka membina jiwa dan watak anak didik.

Dengan demikian tanggung jawab guru adalah untuk membentuk anak didik agar menjadi orang bersusila yang cakap, berguna bagi agama, nusa dan bangsa di masa yang akan datang.

4. Tugas dan Fungsi Guru Agama

Menurut Al-Ghazali dalam buku Bukhari Umar tugas guru agama yang utama adalah menyempurnakan, membersihkan, menyucikan serta membimbing hati manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.

sebab tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri dalam peribadatan kepada peserta didik, berarti ia mengalami kegagalan di dalam tugasnya, sekalipun peserta didik memiliki prestasi

akademis yang luar biasa. Hal tersebut mengandung arti terkaitan antara ilmu dan amal sholeh (Bukhari Umar, 2010 : 87).

Sorang pendidik bukan hanya orang yang mampu memberikan ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi pendidik juga bertanggung jawab atas pengelolaan, pengarah, fasilitator, dan perencanaan. Oleh karena itu adapun fungsi dan tugas pendidik dalam pendidikan yaitu : a. Guru sebagai pendidik, yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

Sebagai pendidik, seorang guru harus memnuhi standar kualitas pribadi tertentu, antara lain :

1) Penuh rasa tanggung jawab, dalam arti mengetahui dan memahami nilai, norma, moral dan social serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut terutama didepan siswanya.

2) Berwibawa, dalam arti memiliki kelebihan dalam merealisasikan nilai dan moral, social dan intelektual dalam diri pribadinya serta memiliki kelebihan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang akan diajarkan kepada siswanya.

3) Dewasa dan mandiri dalam mengambil keputusan. Dalam mendidik dan mengajar seorang guru senantiasa perlu mengambil berbagai macam keputusan untuk dapat bertindak sesuai dengan kondisi siswanya.

4) Berdisiplin, dalam arti taat kepada peraturan dan tata tertib kelas dan sekolah secara konsisten atas kesadaran sendiri.

b. Guru sebagai pengajar, yang memiliki tanggung jawab untuk merancang dan mendesain pembeajaran, menyusun silabus, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, melakukan pengembangan materi ajar, mencari dan membuat sumber dan media pembelajaran, serta

memilih pendekatan dan strategi pembelajaran yang efektif dan efesien.

c. Guru sebagai pelatih, mampu menunjukkan perhatian pada semua peserta didik dan memahami kesulitan-kesulitan yang sering mereka hadapi. Guru yang suka melatih siswa untuk berbuat, berpikir, berwatak baik, serat mampu mengantarkan siswa menjadi generasi masa depan dengan cara memberikan kepada siswa sesuatu yang paling berharga yaitu nilai-nilai keunggulan, keahlia n dan keterampilan hidup (Mujtahid, 2011 : 44-45)