• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Ringkas Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah

Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah Simawang, berlokasi di Jorong Pincuran Gadang Nagari Simawang Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah Datar.Bangunan yang ditempati sekarang mempunyai sejarah yang panjang, di mana dahulunya adalah bangunan SMPN 2 Rambatan.Namun karena SMPN 2 Rambatan telah mendapatkan tanah yang baru dan kemudian membangun sekolah yang lokasinya berjarak ± 500 meter dari lokasi semula, maka bangunan ini pun tidak terpakai.

Atas dasar kesepakatan tokoh masyarakat yang tergabung dalam kepengurusan Yayasan Pembangunan Simawang, maka diambillah suatu kesepakatan untuk mempergunakan bangunan SMP guna kegiatan proses belajar mengajar tingkat SLTA (SMA yang pada waktu itu berstatus swasta).

Sesuai dengan perkembangan sekolah yang semakin baik dan diiringi pula dengan pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat, maka SMA ini pun mendapatkan lokasi baru yang lokasinya berjarak ± 1 km dari lokasi semula. Dengan pindahnya SMA ke tempat yang baru otomatis bangunan ini pun tidak dipergunakan lagi.

Pada tahun 1993, atas inisiatif salah seorang tokoh pendidikan Nagari Simawang yaitu Bapak Ali Mardius Dt. Panduko, BA (yang pada saat bersamaan menjabat sebagai Pengurus Yayasan Perguruan Thawalib Padang Panjang).Beliau berinisiatif untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan untuk anak Nagari Simawang, karena adanya bangunan yang tinggal atau sudah tidak dipakai lagi. Inisiatif beliau disambut dengan baik dan disetujui oleh pengurus Yayasan Pembangunan Simawang, maka bangunan yang sudah tidak terpakai tersebut mulai beliau bersihkan dan

46

kemudian dipergunakan sebagai tempat menuntut ilmu agama bagi anak Nagari Simawang dengan nama Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang. Dengan demikian maka tahun 1993 ditetapkan sebagai tahun berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang ini, dan sampai sekarang masih tetap eksis menjalankan kegiatan Proses Belajar Mengajar.

Sejak tahun 1993 ditetapkan sebagai tahun berdirinya Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang yang di pimpin oleh salah seorang tokoh pendidikan Nagari Simawang yaitu Bapak Ali Mardius Dt.

Panduko, BA. Beliau menjabat selama 16 tahun (1993-2009), setelah beliau wafat digantikan oleh R. Editiawarman DT Pado Sati, S. Pd.I sebagai pimpina Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang pada tahun 2009 sampai sekarang. Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang melaksanakan pendidikan dengan 2 (dua) tingkatan, yaitu tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan tingkat Madrasah Aliyah (MA) menggunakan kurikulum Kementerian Agama dan kurikulum PPTI Simawang sendiri (Sumber: Wakil Pimpinan PPTI Simawang).

2. Profil Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang

Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah Simawang memilik profil sebagai berikut:

Nama Sekolah : Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah

(PPTI) Simawang

Alamat :Jorong Pincuran Gadang, Nagari Simawang Kec. Rambatan Kabupaten Tanah Datar.

Provinsi : Sumatera Barat Tahun didirikan : 1993

Tahun beroperasi : 1993

Sama halnya dengan sekolah swasta lainnya, Pondok Pesantren Terpadu (PPTI) Simawang juga dipimpin oleh kepala sekolah yang dalam

pelaksanaan administrasi di seklolah ini berada di bawah pimpinan seorang kepala sekolah dengan bantuan,kepala tata usaha (TU) beserta jajarannya, dan juga para staf pengajar dilingkup Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah Simawang (Sumber: Wakil Pimpinan PPTI Simawang).

3. Susunan Pengurusan Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang

Kepengurusan Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah Simawang, dijelaskan berdasarkan tabel di bawah ini:

Tabel 1.2

Kepengurusan Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah Simawang

No Nama Jabatan Pendidikan

1 R. Editiawarman DT Pado Sati, S. Pd. I

Pimpinan PPTI/

Kepala MTs

S.1

2 Zaid Alfarisi, S. Ag Wakil Pimpinan

S.1

3 Hildayanti, S. Pd Kepala MA S.1

4 Miza Indriani, SS Waka MA S.1

5 Desmawita, S. Pd Wakakur MTs S.1

6 Novi Afriyanti, S. Pd Wakasis MTs S.1 7 Elfarasi Susanti, S. Pd Kaur TU S.1

8 Yuniati, SE Ka. Pustaka S.1

9 Marianti, BA Kepala Asrama Sarmud

Sumber: Data dari Wakil Pimpinan.

4. Visi, Misi Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang a. Visi

Menjadikan Pusat Pendidikan Insan yang Istiqamah dalam Beragama, Berakhlak Mulia dalam Bersikap, Unggul dalam Pembelajaran.

a. Misi

1) Melaksanakan pendidikan Imtaq dan Iptek sesuai tuntutan zaman 2) Menerapkan nilai-nilai akhlakul kharimah dan keteladanan dalam

PBM.

3) Menumbuhkan kembangkan bakat dan minat santri dalam koridor Islami.

4) Meningkatkan profesionalitas guru secara berkelanjutan.

Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak secara islami. (Sumber:

Data dari Wakil Pimpinan Pondok Pesantran Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang).

b. Kegiatan PBM di Pondok Pesantran Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang

a) Kegiatan PBM

Kegiatan PBM di Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang dimulai jam 07.20 s.d 14.30 WIB

b) Kegiatan Eskul

Kegiatan eskul di Pondok Pesantren Terpadu Istiqamah (PPTI) Simawang dilaksanakan pada hari-hari tertentu sesuai dengan kesediaan waktu pembinaan/pertanggungjawaban bidang pembinaan, di antaranya:

1) Olahraga MTsS dilaksanakan pada hari Kamis 2) Olahraga MAS dilaksanakan pada hari Senin 3) Pramuka dilaksanakan pada Jum’at sore

4) Drumband dilaksanakan pada hari yang tidak ditentukan /tergantung situasi

5) Kegiatan keagamaan dilaksanakan pada hari Jum’at pagi.

(Sumber: Data dari Wakil Pimpinan PPTI Simawang).

B. Temuan Khusus

1. Perencanaan Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

a. Rancangan / Pembuatan Silabus

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang merancang dan membuat silabus dalam proses pembelajaran sudah ada terlakasana dengan baik dalam proses rancangan serta pembuatannya, mulai dari KI, KD, Indikator, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, sumber belajar dan penilaian. Semua guru yang mengajar telah merancang dan membuat silabus. Karena manfaat dari silabus itu sebagai kompas (arahan) dalam pembelajaran, tanpa silabus maka pembelajaran tidak terarah, sementara dalam pembelajaran dibutuhkan RPP detail/rincian dari silabus. Kalau RPP merupakan pedoman dan juga langkah-langkah pembelajaran yang harus dikerjakan dilokal (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018).

Pernyataan yang sama juga dilontarkan kepada informan II bahwasanya sebelum merancang RPP terlebih dahulu dirancnag Program Tahunan (PROTA)/ Program Semester (PROSEM), kemudian diiringi dengan silabus. Silabus berguna untuk mengarahkan supaya kelancaran dalam membuat RPP itu menjadi baik, walaupun dalam pembelajaran menggunakan RPP, tetapi sebelum merancang RPP itu silabus juga harus dirancang (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa merancang dan membuat silabus dalam proses pembelajaran sudah ada terlakasana dengan baik. Semua guru yang mengajar telah merancang dan membuat silabus, karna silabus merupakan arahan atau pedoman dalam pembelajaran. Dengan adanya silabus dapat mengarahkan guru supaya lancar dalam membuat RPP.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang bagaimana cara rancangan dan pembuatan silabus yaitu guru

menyesuaikan dengan Standar Pendidikan Nasional, jika kurikulumnya kemenag maka acuannya dari Keputusan Mentri Agama (KMA), dan jika acuannya bidang studi umum menyesuaikan dengan silabus/proses yang ada di kementrian pendidikan dan kebudayaan yang telah di susun oleh tim, jadi guru hanya melanjutkan atau melihat apa yang telah ditetapkan oleh kementrian agama untuk bidang studi agama dan bidang studi umum dari kementrian pendidikan sesuai dengan standar Nasional Pendidikan (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018) Sedangkan menurut informan II, silabus dibuat berdasarkan kisi-kisi atau SKL yang ada dibagikan di sekolah (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa guru menyesuaikan dengan dengan Standar Pendidikan Nasional, dan guru hanya melanjutkan apa yang telah ditetapkan oleh kementrian agama untuk bidang studi agama dan bidang studi umum berdasarkan kisi-kisi SKL yang telah dibagikan di sekolah.

Hasil wawancara dengan informan I tentang kesulitan dalam merancang silabus serta pembuatannya guru ada mengalami kesulitan, yaitu dalam merancang materi yang lama ke perubahan yang baru, karena silabus setiap tahun terkadang ada perubahan atau perbaikan.

Jadi harus menyesuaikan, maka disitulah kesulitan guru dalam merancang silabus (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018).Sedangkan menurut informan II, mengatakan bahwa kesulitan yang dialami yaitu dalam proses kegiatan pembelajaran dan karakter yang dibutuhkan dalam pembelajaran (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, maka dapat diketahui bahwa guru mengalami kesulitan dalam merancang dan pembuatan silabus, karena adanya perubahan atau perbaikan dalam merancang silabus.

Kemudian wawancara dengan informan I mengenai silabus yang dibuat sudah berdasarkan kurikulum Kurikulum 13, karena disekolah sudah memakai K.13 (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Menurut informan II mengatakan hal yang sama mengenai pembuatan silabus berdasarkan Kurikulum 13 (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa guru telah membuat silabus berdasarkan Kurikulum 13, karena disekolah tersebut sudah memakai Kurikulum 13.

b. Seperangkat RPP

Bedasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang bentuk persiapan pembelajaran yang dilakukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran yaitu kalau guru mempersiapkan perangkat, RPP, silabus, bahan ajar, sumber buku referensi dan media. Sedangkan siswa persiapan menerima pelajaran, mualai dari persiapan dilokal, alat tulis dan mental mereka untuk menerima pelajaran (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, mengatakan bentuk persiapan pembelajaran yang dilakukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran yaitu mempersiapkan media, RPP, Infocus (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, maka dapat diketahui bahwa bentuk persiapan pembelajaran yang dilakukan sebelum melaksanakan proses pembelajaran yaitu guru mempersiapkan perangkat, RPP, silabus, bahan ajar, sumber buku referensi dan media serta infocus.

Bedasarkan hasil wawancara dengan informan I mengenai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu suatu rencana apa yang akan dilakukan dalam proses pembelajaran, rencana awal sebelum melaksanakan proses pembelajaran atau pendahuluan dimana ada mempersiapkan mental siswa dalam menerima materi, mengulang

materi minggu lalau, kemudian kegiatan inti dan kegiatan penutup, dan tidak terlepas juga adanya evaluasi, ada soal-soal atau bersifat pengulangan (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, mengatakan bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu rancangan selama proses belajar mengajar dalam waktu 1X pertemuan(Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, maka dapat diketahui bahwa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah suatu perencanaan kegiatan pembelajaran yang disusun guru sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran mulai dari kegiatan awal, inti dan penutup. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih. Dengan adanya Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dapat mempermudah, memperlancar guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I mengenai pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan pembelajaran yaitu guru sudah membuatnya, karena itu kewajiban guru dalam memmbuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum pelaksanaan pembelajaran, bukan setelah berjalannya proses pembelajaran (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II mengatakan bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sudah dibuat, karena kalau sudah kegitan pembelajran itu namanya revisi (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa sebelum melaksanakan pembelajaran guru sudah membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena guru itu sendiri

yang membuatnya sehingga dengan adanya RPP guru akan mudah dalam melakukan kegiatan pembelajaran.

Kemudian wawancara dengan informan I tentang tujuan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu untuk mengarahkan supaya guru dalam mengajar tidak melenceng dari materi yang diajarkan (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, mengatakan bahwa tujuannya yaitu supaya dalam proses pembelajaran nanti kita menjadi terarah, apa saja kegiatan-kegiatan yang dilakasanakan dalam pembelajaran, supaya pembelajaran tidak melenceng dari apa yang diharapkan (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, dapat diketahui bahwa tujuan dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu untuk mengarahkan guru dalam mengajar, supaya guru dalam mengajar tidak melenceng dari materi yang diajarkan dan dapat mempermudah, memperlancar guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Selanjutnya wawancara dengan informan I tentang kendala atau kesulitan yang dihadapi dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu Sama halnya dengan menyusun silabus, karena Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam setiap tahun ada perubahan, kalau yang terbaru ada namanya literasi (membuat sesuatu yang bisa untuk dibaca), jadi pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berliterasi itu guru masih kesulitan, dipoin mana yang dimasukkan literasi, apakah dipendahuluan, kegiatan inti atau penutup (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan informan II mengatakan bahwa jika dalam RPP ada metode diskusi ternyata dalam penerapannya tidak bisa, karena kita akan mencocokkan situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan atau sarana yang tidak mencukupi (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawacara di atas, dapat diketahui bahwa kendala yang dihadapi guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yaitu dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) setiap tahun ada perubahan, ada yang terbaru yaitu literasi/ pojok baca, dan ada juga dalam metode yang digunakan terkadang tidak cocok, karena dalam menerapkannya akan dicocokkan dengan situasi dan kondisi serta sarana dan prasarana.

c. Media Pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang media yang digunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM, maka diketahui bahwa media yang digunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM yaitu yang sifatnya peragaan, karna model ini lebih banyak siswa yang aktif, dibuat seperti game, dibuat potongan-potongan kertas yang disusun kedepan kelas, siapa yang siap duluan maka itu dianggap nilainya baik (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, diketahui bahwa media yang digunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM yaitu gambar, video atau langsung siswa yang berinteraksi (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan wawancara dengan guru di atas maka dapat diketahui bahwa media yang dgunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM yaitu dengan menggunakan berbagai media seperti game, gambar, video, potongan-potongan kertas dan siswa itu sendiri yang dijadikan sebagai media, karena dengan model ini banyak siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang media yang digunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM mencapai sasaran, maka dapat diketahui bahwa media yang digunakan mencapai sasaran, karena guru hanya sebagai motivator, memberikan motivasi, arahan, kemudian siswa yang mengerjakan, siswa dibagi dalm beberapa kelompok dan juga pojok baca, (literasi) (Zaid Alfarisi, S.Ag,

Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, mengatakan bahwa dalam pelaksanaan model PAIKEM seharusnya memang mencapai sasaran, tapi ada yang tidak mencapai sasaran (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, maka dapat diketahui bahwa media yang digunakan dalam pelaksanaan model PAIKEM sudah mencapai sasaran, namun masih ada guru yang menggunakan media yang belum mencapai sasaran.

Kemudian wawancara dengan informan I mengenai pertimbangan dalam memilih media yang digunakan pada pelaksanaan model PAIKEM, diketahui bahwa pertimbangannya supaya pembelajaran lebih aktif, media dipilih sesuai dengan materi pembelajaran, karna tanpa media pembelajaran tidak akan aktif, sifatnya masih menoton (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan informan II melontarkan hal yang sama bahwa memilih media harus sesuai dengsn judul atau KD yang digunakan, pertimbangannya memilih media mana yang dianggap cocok untuk digunakan dalam materi pembelajaran Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian mengenai pertimbangan dalam memilih media yang digunakan pada pelaksanaan model PAIKEM guru memilih media yang digunakan harus sesuia dengan materi pembelajran yang di ajarkan, agar dapat membantu siswa lebih aktif lagi, karna tanpa menggunakan media pembelajaran bersifat menoton.

Selanjutnya wawancara dengan informan I tentang mencocokkan media yang digunakan dengan materi dalam pelaksanaan model PAIKEM, maka diketahui bahwa media harus sesuai dengan materi, kalu materinya tentang melafalkan ayat-ayat atau hadist, maka menggunakan media sound system, tip recorder, ada ayat yang diputarkan melalui laptop dan melalui infocus. Kalau untuk

tajwid medianya banyak kegiatan tempel menempel (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Hal yang sama dilontarkan oleh informan II, bahwa seharusnya dalam pembelajaran mencocokkan media dengan materi, kalau di luar materi contohnya materi thaharah dijadikan ke media tentang shalat, maka itu tidak cocok antara media dengan materi pembelajaran (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas maka dapat diketahui bahwa dalam mennggunakan media, guru mencocokkan media yang digunakan sesuai dengan materi dan tujuan pembelajaran. Karena media pembelajaran sangat penting dalam pembelajaran, tanpa media pembelajaran proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan maksimal.

2. Pelaksanaan Model Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM)

a. Kegiatan Pendahuluan

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang proses pelakasanaan kegiatan pendahuluan, diketahui bahwa guru ada melakukan kegiatan pendahuluan, karna kegiatan pendahuluan merupakan bagian yang penting dalam Proses Belajar Mengajar (PBM), seperti merapikan tempat duduk, berdo’a terlebih dahulu, mengambil absen, melakukan appresiasi kepada siswa (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II mengatakan hal yang sama bahwa melakukan kegiatan pendahuluan untuk mengingat-ngingat materi terdahulu, dalam kegiatan pendahuluan ada mengucapkan salam (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan wawancara dengan informan penelitian, maka dapat diketahui bahwa pada umumnya guru sudah melakukan kegiatan pendahulun dalam pembelajaran, seperti guru mengucapkan salam, mengkondisikan siswa, memberikan appresiasi, menanyakan kepada

siswa tentang apa materi yang minggu lalu serta guru mengaitkan materi yang lalu dengan materi yang akan baru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang apa saja yang dilakukan dalam membuka pembelajaran, dapat diketahui bahwa yang di lakukan dalam membuka pembelajaran yaitu mengambil absen siswa (daftar hadir), memberi motivasi, dan mengevaluasi materi yang sebelumnya (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II, yang dilakukan dalam membuka pembelajaran yaitu mengucapkan salam, berdo’a, merapikan tempat duduk siswa, mempersiapkan siswa apabila di atas meja mereka sudah ada persiapan belajar, kemudian memulai dengan membaca basmalah, baru mulai membuka memori tentang pelajaran sebelumnya (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, dapat diketahui bahwa guru membuka pembelajaran dimulai dengan mengucapkan salam, mengambil absen siswa, memotivasi, mengevaluasi materi yang sebelumnya dan mengaitkan materi yang minggu lalu dengan materi baru.

b. Kegiatan inti pembelajaran

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan I tentang menjelaskan terlebih dahulu materi pembelajaran, diketahui bahwa guru menjelaskan materi yang akan di ajarkan, karena menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II mengatakan bahwa menjelaskan materi pembelajaran untuk pertemuan hari itu juga atau dibagi berbagai macam kelompok sebelumnya (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian, dapat diketahui bahwa guru menjelaskan terlebih dahulu materi

pembelajaran. Karena menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering dilakukan oleh guru dalam menyampaikan informasi. Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan, manyajikan dan menyampaikan materi pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan mudah dipahami oleh peserta didik.

Wawancara dengan informan I tentang menggunakan media yang bervariasi dalam proses pembelajaran, maka diketahui bahwa menggunakan media yang bervariasi tergantung materi pembelajaran, ada 2 materi menggunakan 1 media, atau 1 materi bisa lebih dari 2 medianya (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Sedangkan menurut informan II mengatakan bahwa seharusnya menggunakan media yang bervariasi, tetapi kebanyakan metode ceramah, tanya jawab, memberi tugas, seharusnya ada diskusi dan demontrasi agar bisa menggunakan media yang bervariasi (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas mengenai penggunaan media yang bervariasi, maka diketahui bahwa sudah ada guru menggunakan media yang bervariasi dalam kegiatan pembelajaran, dan ada juga guru yang belum menggunakannya, karena tidak sesuai dengan metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

Wawancara dengan informan I tentang cara memotivasi siswa supaya aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran, maka dapat diketahui bahwa guru meyakinkan siswa bahwa tidak ada materi yang sulit, ikuti dengan semangat, kaitkan materi dengan pengalaman kehidupan sehari-hari (Zaid Alfarisi, S.Ag, Wawancara Pribadi, 11 Agustus 2018). Menurut informan II menatakan bahawa guru mengajak siswa untuk membuka kembali memori, memperhatikan apa yang dijelaskan, kemudian ditampilkan gambar,diminta siswa untuk menyimak, lihat gambarnya apa

kemudian ditelaah berdasarkan kehidupan sehari-hari (Yusrita, S.Pd.I, Wawancara Pribadi, 15 Agustus 2018).

Berdasarkan hasil wawancara di atas, maka dapat diketahui bahwa cara guru memotivasi siswa yaitu dengan meyakinkan siswa bahwa tidak adanya materi yang sulit, guru juga mengaitkan materi dengan pengalaman kehidupan sehari-hari serta menggunakan media, seperti menampilkan gambar emudian siswa diminta untuk memperhatiakannya dan ditelaah apa yang ada digambar tersebut sesuai dengan pengalaman kehidupannya sehari-hari.

Wawancara dengan informan I tentang bentuk pelaksanaan model pembelajaran aktif yaitu sebelumnya siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, karena guru lebih banyak memakai metode ceramah, mengajar dengan menoton, akibatnya siswapun dalam pembelajaran dengan kaku dan cepat bosan. Keaktifan guru bisa dengan banyak memberikan pertanyaan, siswa ikut aktif dalam menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Dalam model pembelajaran inovatif guru dituntut berinovasi, diantaranya memperkaya diri dengan menguasai banyak metode pembelajaran, guru juga membuat potongan-potongan kertas yang berisikan tajwid dan meminta siswa ke depan kelas untuk menyusunnya. Gambaran model kreatif yaitu guru menggunakan media yang belum pernah diterapkan sebelumnya, sehingga menampakkan kreatifitas guru dalam meningkatkan pemahaman siswa, bentuk efektif yaitu media yang

Wawancara dengan informan I tentang bentuk pelaksanaan model pembelajaran aktif yaitu sebelumnya siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran, karena guru lebih banyak memakai metode ceramah, mengajar dengan menoton, akibatnya siswapun dalam pembelajaran dengan kaku dan cepat bosan. Keaktifan guru bisa dengan banyak memberikan pertanyaan, siswa ikut aktif dalam menjawab atau mengemukakan pendapatnya. Dalam model pembelajaran inovatif guru dituntut berinovasi, diantaranya memperkaya diri dengan menguasai banyak metode pembelajaran, guru juga membuat potongan-potongan kertas yang berisikan tajwid dan meminta siswa ke depan kelas untuk menyusunnya. Gambaran model kreatif yaitu guru menggunakan media yang belum pernah diterapkan sebelumnya, sehingga menampakkan kreatifitas guru dalam meningkatkan pemahaman siswa, bentuk efektif yaitu media yang