• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada dasarnya hukum ditujukan untuk mengatur hubungan antar anggota masyarakat yang menimbulkan ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan masyarakat. Ikatan tersebut menimbulkan hak dan kewajiban yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum adalah manusia (person). Maka dari itu, manusia oleh hukum diakui sebagai pendukung hak dan kewajiban. Manusia sebenarnya mempunyai hak serta kewajiban untuk melakukan suatu tindakan ataupun peristiwa hukum. Sebagai contoh yaitu mengadakan persetujuan-persetujuan, perkawinan, dan memberikan hibah.

Begitupun dalam hal pengangkutan udara, yakni pihak pengangkut sebagai penyedia jasa dan pihak penumpang sebagai pengguna jasa, masing-masing memiliki hak dan kewajiban.

Berikut adalah hak dan kewajiban pengangkut dan penumpang pada pengangkutan udara:

1. Hak Pengangkut

Berdasarkan Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 yang menjadi hak dari pengangkut, yaitu sebagai berikut:

a) Dalam Pasal 7 ayat (1) disebutkan, Setiap pengangkut barang berhak untuk meminta kepada pengirim untuk membuat dan memberikan surat yang dinamakan "surat muatan udara". Setiap pengirim berhak untuk meminta kepada pengangkut agar menerima surat tersebut.

b) Pasal 9 menyebutkan, Bila ada beberapa barang, pengangkut berhak meminta kepada pengirim untuk membuat beberapa surat muatan udara.

c) Selanjutnya Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak untuk menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang berhak. Dan pada ayat (2), Pengangkut wajib memberitahukan kepada pengirim, dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas beban yang berhak tentang penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.

Selain dari hak-hak yang diatur dalam Ordonansi Pengangkutan Udara yang telah disebutkan, masih ada hak-hak yang lain dari pengangkut seperti hak untuk menolak pelaksanaan atau mengangkut penumpang yang tidak jelas identitasnya. Hal tersebut dapat ditemukan di dalam pemeriksaan identitas terhadap biodata penumpang yang tertulis pada boarding pass. Sebelum memasuki pesawat setiap penumpang diperiksa dahulu Kartu Tanda Penduduk untuk mengetahui kesesuaian biodata pada boarding pass. Jika ditemukan adanya kejanggalan identitas penumpang maka pihak pengangkut berhak untuk tidak mengangkut penumpang yang tidak jelas identitasnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

2. Kewajiban Pengangkut

Pada umumnya kewajiban pengangkut menyelenggarakan pengangkutan barang atau penumpang beserta bagasinya dan menjaganya dengan sebaik

baiknya hingga sampai ke tempat tujuan. Namun demikian, di dalam Ordonansi Pengangkutan Udara 1939 disebutkan kewajiban pengangkut dalam angkutan udara, diantaranya ialah:

a. Pasal 8 ayat (3), Pengangkut harus menandatangani surat muatan udara segera setelah barang-barang diterimanya.

b. Pasal 16 ayat (2), Bila barang sudah tiba di pelabuhan udara tujuan, pengangkut berkewajiban untuk memberitahu kepada penerima barang, kecuali bila ada Perjanjian sebaliknya.

c. Pasal 17 ayat (1), Bila penerima tidak datang, bila ia menolak untuk menerima barang-barang atau untuk membayar apa yang harus dibayamya, atau bila barang-barang tersebut disita, pengangkut wajib menyimpan barang-barang itu di tempat yang cocok atas beban dan kerugian yang berhak.

d. Pasal 17 ayat (2), Pengangkut wajib memberitahukan kepada pengirim, dan dalam hal ada penyitaan, juga kepada penerima, secepat-cepatnya dengan telegram atau telepon, atas beban yang berhak tentang

penyimpanan itu dan sebab-sebabnya.

3. Hak Penumpang

Pihak penumpang dalam perjanjian angkutan udara pada dasarnya mempunyai suatu hak untuk diangkut ke tempat tujuan dengan pesawat udara dalam perjanjian angkutan udara yang telah disepakati. Berdasarkan Undang- Undang Perlindungan Konsumen Pasal 4, hak Penumpang sebagai pengguna jasa yang berarti dapat disebut sebagai konsumen antara lain:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen.

g. Hak unduk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya

4 Kewajiban Penumpang

Kewajiban-kewajiban Penumpang sebagai salah satu pihak yang termasuk dalam perjanjian angkutan udara yakni sebagai berikut:

a. Membayar uang angkutan sebagai timbal balik atas jasa yang telah digunakan.

b. Mematuhi petunjuk-petunjuk dari pengangkut udara atau dari pegawai pegawainya yang berwenang untuk itu.

c. Menunjukan tiket kepada pegawai-pegawai pengangkut udara setiap saat apabila diminta.

d. Tunduk kepada peraturan-peraturan pengangkut udara mengenai syarat-syarat umum perjanjian angkutan muatan udara yang disetujuinya.

e. Memberitahukan kepada pengangkut udara tentang barang-barang berbahaya atau barang-barang terlarang yang dibawa naik sebagai bagasi tercatat atau sebagai bagasi tangan, termasuk pula barang-barang terlarang yang ada pada dirinya.

Sementara itu berdasarkan UU Perlindungan Konsumen Pasal 5 kewajiban Penumpang sebagai konsumen jasa angkutan udara adalah:

1) Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatanbarang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2) Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3) Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4) Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

D. Hak dan Kewajiban para pihak dalam hubungan Pelaku usaha dan