BAB IV: KASUS-KASUS PELANGGARAN HAK CIPTA DALAM INDUSTRI KREATIF
B. Hak-Hak Yang Dilahirkan Melalui Hak Cipta 1.Hak Ekonomi
Hak ekonomi (economic right) adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas hak cipta. Hak ekonomi tersebut berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh karena penggunaan hak ciptanya tersebut oleh dirinya sendiri, atau karena penggunaan oleh pihak lain berdasarkan lisensi. Ada 8 (delapan) jenis hak ekonomi yang melekat pada hak cipta, yaitu:
a. Hak reproduksi (reproduction right), yaitu hak untuk menggandakan ciptaan. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta menggunakan istilah “perbanyakan”.
b. Hak adaptasi (adaptation right), yaitu hak untuk mengadakan adaptasi terhadap hak cipta yang sudah ada. Hak ini diatur dalam Bern Convention.
c. Hak distribusi (distribution right), yaitu hak untuk menyebarkan kepada masyarakat setiap hasil ciptaan dalam bentuk penjualan atau penyewaan. Dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hal ini dimasukkan dalam hak mengumumkan.
d. Hak pertunjukan (performance right), yaitu hak untuk mengungkapkan karya seni dalam bentuk pertunjukan atau penampilan oleh pemusik, dramawan, seniman, dan peragawati. Hak ini diatur dalam Bern Convention.
e. Hak penyiaran (broadcasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui transmisi dan transmisi ulang. Dalam Undang-Undang
Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, hak ini dimasukkan dalam hak mengumumkan.
f. Hak program kabel (cablecasting right), yaitu hak untuk menyiarkan ciptaan melalui kabel. Hak ini hampir sama dengan hak penyiaran, tetapi tidak melalui transmisi, melainkan melalui kabel.
g. Droit de suit, yaitu hak tambahan pencipta yang bersifat kebendaan. h. Hak pinjam masyarakat (public lending right), yaitu hak pencipta atas
pembayaran ciptaan yang tersimpan di perpustakaan umum yang dipinjam oleh masyarakat. Hak ini berlaku di Inggris dan diatur dalam Public Lending Right Act 1979, The Public Lending Right Scheme 1982.46
Dalam konteks ke-Indonesiaan, hak ekonomi ini diatur di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta yang menentukan sebagai berikut:
1. Hak cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pencipta dan/atau pemegang hak cipta atas karya sinematografi dan program komputer memiliki hak untuk memberikan izin atau melarang
46
orang lain yang tanpa persetujuannya menyewakan ciptaan tersebut untuk kepentingan yang bersifat komersial.47
2. Hak-Hak Yang Berkaitan Dengan Hak Cipta (Neighbouring Rights)
Disamping hak-hak diatas, ada juga dikenal hak-hak yang berkaitan dengan hak cipta (neighbouring rights). Hak ini lebih ditujukan kepada bukan penciptanya, melainkan kepada pihak-pihak yang ikut andil dalam publikasi ciptaan tersebut. Bahkan dalam praktik dunia Uni Eropa, pengaturan hak terkait tampak diperluas sampai kepada pihak yang menghasilkan ciptaan yang secara hukum tidak memenuhi syarat originality dan creativity.48
47
Arif Lutviansori, Ibid., hlm. 75.
48
Ibid., hlm. 75.
Pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta diadakan penambahan bab baru yang mengatur mengenai Hak-Hak yang Berkaitan dengan Hak Cipta atau yang sering disebut dengan istilah Neighbouring Rights. Penambahan ini dimaksudkan untuk memberikan suatu landasan yuridis bagi Neighbouring Rights. Pemilik hak-hak tersebut antara lain, seperti pelaku yang menghasilkan karya pertunjukan, produser rekaman suara yang menghasilkan rekaman suara, dan lembaga penyiaran yang menghasilkan karya siaran. Selain ketentuan mengenai isi dari hak-hak tersebut, ditentukan juga mengenai jangka waktu bagi berlakunya hak-hak tersebut. Pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta pun ketentuan ini tetap dipertahankan di dalam satu bab, yaitu pada Bab VII tentang Hak Terkait.
Hak ini berasal dari hak cipta yang bersifat asli, yaitu hak eksklusif bagi pelaku (performer), yang dapat terdiri dari aktor/aktris film/televisi, pemusik, penari, pelawak, dan lain sebagainya untuk menyiarkan pertunjukan. Menyiarkan, maksudnya adalah menyewakan, melakukan pertunjukan umum, mengkomunikasikan pertunjukan langsung, dan mengkomunikasikan secara interaktif karya rekaman pelaku. Perlindungan terhadap neighbouring rights ini secara khusus hanya tertuju pada pihak yang berkecimpung dalam bidang pertunjukan, rekaman, dan badan penyiaran.49
(1) Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.
Dapat kita lihat pada Pasal 49 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Bab VII mengenai Hak Terkait menyebutkan bahwa:
(2) Produser Rekaman Suara memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya memperbanyak dan/atau menyewakan karya rekaman suara atau rekaman bunyi.
(3) Lembaga Penyiaran memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, dan/atau menyiarkan ulang karya siarannya melalui sistem elektromagnetik lain.50
Dari pasal tersebut, dapat disimpulkan bahwa pihak-pihak yang berkecimpung dalam pertunjukan tersebut mempunyai hak antara lain:
a. mengawasi penampilan yang digelar;
b. mengawasi badan penyiaran yang menyiarkan penampilan yang digelar;
49
Ahmad M. Ramli dan Fathurahman, Film Independen, Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hlm. 38-39.
50
c. mengawasi reproduksi penampilan-penampilan berikutnya; dan d. mengawasi penyiaran rekaman kepada umum.51
Pihak yang berkecimpung dalam usaha rekaman atau produser rekaman memiliki hak, antara lain:
a. Merekam ulang (reproduction right).
b. Mempertunjukkan rekaman kepada umum (the public performance right).
c. Menyiarkan rekaman (broadcasting right).52
Sedangkan badan atau badan penyiaran memiliki hak sebagai berikut: a. Menyiarkan dan mereproduksi suatu ciptaan.
b. Merekam suatu ciptaan. c. Menampilkan kepada umum.53
Selain isi dari hak-hak terkait tersebut, sudah disebutkan juga diatas bahwa di dalam Bab VII Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta juga mengatur mengenai jangka waktu perlindungan bagi hak-hak tersebut. Dalam Pasal 50 disebutkan bahwa:
(1) Jangka waktu perlindungan bagi:
a. Pelaku, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya pertama kali dipertunjukkan atau dimasukkan kedalam media audio atau media audiovisual;
b. Produser Rekaman Suara, berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak karya tersebut selesai direkam;
c. Lembaga Penyiaran, berlaku selama 20 (dua puluh) tahun sejak karya siaran tersebut pertama kali disiarkan.
(2) Penghitungan jangka waktu perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimulai sejak tanggal 1 Januari tahun berikutnyasetelah:
51
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. Cit., hlm. 74.
52
Ibid., hlm. 74.
53
a. Karya pertunjukan selesai dipertunjukkan atau dimasukkan ke dalam media audio atau audiovisual;
b. Karya rekaman suara selesai direkam;
c. Karya siaran selesai disiarkan untuk pertama kali.54
Namun, untuk lebih jelasnya mengenai jangka waktu perlindungan ini akan penulis bahas pada bab selanjutnya, yaitu pada Bab IV mengenai Prosedur Mendapatkan Perlindungan Hukum dan Masa Berlakunya.
Hak cipta dan hak terkait hanya dilanggar apabila benda berwujud dari hak terkait, seperti film, Compact Disc(CD), dan pita kaset yang mempunyai hak cipta diperbanyak atau digandakan secara langsung dalam bentuk yang sama dengan benda berwujud yang merupakan ciptaan asli.55