• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. POKOK-POKOK EKARISTI DAN HIDUP BERIMAN UMAT

A. Pokok-pokok Ekaristi

1. Hakikat Ekaristi

Ekaristi yang diadakan Kristus dalam perjamuan terakhir adalah yang paling agung di antara sakramen-sakramen lain dan merupakan pusat hidup Gereja. Agung berarti Ekaristi merupakan sumber dan puncak hidup umat Kristiani. Sumber dan puncak hidup dapat diartikan sebagai dasar semangat atau spiritualitas hidup rohani umat kristiani. Arti sumber kehidupan yaitu pengorbanan-Nya demi keselamatan hidup umat Kristiani yang menjadi sumber kehidupan dan sekaligus puncak kehidupan karena kemenangan-Nya dalam mengalahkan maut maka jayalah hidup umat Kristiani. Melalui Ekaristi, umat diajak untuk ikut dalam misteri iman akan Yesus Kristus yang rela mati demi manusia. Ekaristi merupakan salah satu dari tujuh sakramen yang dimiliki oleh Gereja Katolik.

Dalam KHK Kan.897 tertulis:

Sakramen yang terluhur adalah Ekaristi Mahakudus, dimana Kristus Tuhan sendiri yang dihadirkan, dikurbankan dan disantap, dan dengan nama Gereja selalu hidup berkembang. Kurban Ekaristi, ..., adalah puncak seluruh ibadat dan kehidupan kristiani serta sumber yang menandakan dan menghasilkan kesatuan umat Allah serta menyempurnakan pembangunan tubuh Kristus.

Kutipan Kan. 897 dalam Kitab Hukum Kanonik tersebut menerangkan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan sakramen yang menjadi inti hidup beriman umat karena Tuhan sendiri yang dihadirkan, dikurbankan dan disantap.

Semuanya itu menjadi sumber agar Gereja semakin menjadi pusat hidup umat Allah karena kegiatan pengembalaannya di dunia ini. Kehadiran-Nya menjadi sebuah jawaban dan kepastian bahwa pengorbanan Putra-Nya yang tunggal tidaklah sia-sia. Kan 897 juga menjelaskan bahwa Ekaristi adalah puncak dan sumber kehidupan Kristiani. Arti puncak yaitu mengarah pada tujuan kehiduan Kristiani serta sumber yaitu mengarah pada dasar kehidupan Kristiani dan mampu mengasilkan suatu kesatuan seluruh umat Kristiani.

Dalam Ecclesia de Eucharistia art 1 tertulis:

Konsili Vatikan Kedua dengan tepat memproklamasikan bahwa

kurban Ekaristik adalah “sumber dan puncak kehidupan Kristen” [1]. “Karena Ekaristi Maha kudus ini berisi kekayaan spiritual

seluruh Gereja yakni Kristus sendiri, paskah dan roti kehidupan kita. Melalui dagingNya sendiri, yang telah dibuat menjadi hidup dan diberi kehidupan oleh Roh Kudus, maka Dia memberikan hidup-Nya kepada manusia” [2]. Konsekuensinya pandangan

Gereja secara konstant menoleh kepada Tuhan-Nya, yang hadir dalam Sakramen Altar, yang mana Gereja menemukan manifestasi penuh dari CintaNya yang tak terbatas.

EE art 1 tersebut membahas pokok Ekaristi sebagai sumber dan puncak kehidupan Kristiani. Pertama yaitu Kristus yang memberi kehidupan bagi manusia lewat Roh Kudus dalam rupa roti. Kedua yaitu Ekaristi sebagai suatu bentuk cinta-Nya yang tiada batas. Hal ini menandakan bahwa Sakramen Ekaristi merupakan sumber dan puncak kehidupan umat Kristiani. Artinya, Tuhan benar-benar hadir di tengah-tengah umat sehingga umat merasakan kebahagiaan dan cinta-Nya yang begitu besar. Dalam Sacrosanctum Concilium art. 47 dirumuskan:

Dalam perjamuan terakhir, pada malam Ia diserahkan, Penyelamat kita mengadakan kurban ekaristis tubuh dan darah-Nya, untuk melangsungkan kurban salib selama peredaran abad sampai Ia

datang kembali. Dengan demikian Ia mempercayakan kepada Gereja, mempelai-Nya yang tercinta pengenangan (memoriale) akan wafat dan kebangkitan-Nya:sakramen kasih-sayang, tanda kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan Paska, dimana Kristus disantap, jiwa dipenuhi rahmat, dan diberikan jaminan kemuliaan. Rumusan tersebut mengartikan bahwa Ekaristi merupakan suatu pusat hidup umat Kristiani. Pusat berarti benar-benar berasal dari Yesus Kristus sendiri. Pengorbanan-Nya bukanlah suatu kebetulan, namun benar-benar suatu hal yang harus dilakukan karena Ia sangat mencintai umat manusia. Karena cinta-Nya yang begitu besar, Ia mempercayakan kepada Gereja untuk mengenangkan sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya agar umat Kristiani selalu ingat dan semakin sadar bahwa memperoleh kehidupan tidaklah mudah, harus ada pengorbanan yang begitu besar dan mulia, yaitu pengorbanan Yesus Kristus.

Dalam Ekaristi tersebut, Roh Kudus tidak hanya mengubah roti dan anggur menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ia juga mengubah keringat, air mata, jerih lelah perjuangan kita menjadi roti kehidupan dan minuman keselamatan. Dengan demikian, Ekaristi membuka mata kita sehingga kita dapat melihat bahwa hidup kita dan alam raya ini adalah anugerah. Kita diajak untuk berpegang pada keyakinan ini (Suharyo, 2011: 63).

Perayaan Ekaristi juga merupakan tindakan Kristus sendiri bersama umat Allah yang tersusun secara hirarkis, baik bagi Gereja universal dan Gereja partikular, maupun setiap orang beriman Ekarisi merupakan pusat seluruh kehidupan Kristen (Komisi Liturgi KWI, 2002: 30). Artinya, Ekaristi benar-benar berasal dari Kristus sendiri. Kristus telah mengadakan perjamuan pada malam

terakhir dan berharap supaya pengikut-Nya dapat melanjutkan perayaan Ekaristi tersebut dalam kehidupan mereka sehri-hari.

Ekaristi sebagai kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam persekutuan umat beriman dan menjadi santapan rohani umat tersebut, Ekaristi adalah milik Gereja yang paling berharga dalam peziarahan sepanjang sejarah ini (Ecclesia de Eucharistia art. 9). Artinya, Ekaristi merupakan wujud nyata kehadiran Kristus yang menyelamatkan dalam bentuk makanan rohani bagi seluruh persekutuan umat beriman dan Ekaristi merupakan milik Gereja yang didapatkan selama peziarahan Gereja di dunia ini. Maka jelas hidup beriman umat semakin berkembang dan mengakar lebih mendalam jika memiliki penghayatan seperti itu.

Kenyataan ini menjadi sebuah bukti bahwa Ekaristi amat diperlukan demi perkembangan iman umat. Di sanalah Kristus mengambil roti, memecahkannya dan memberikannya kepada para murid-Nya, sambil berkata, “Ambilah ini, kalian

semua, dan makanlah, ini adalah tubuhKu yang akan diberikan kepadamu” ( Mrk 14:22). Lalu Dia mengambil cawan anggur dan berkata kepada mereka, “Ambilah ini, kalian semua dan minumlah ini adalah cawan darahKu, darah dari perjanjian baru dan kekal, DarahKu akan ditumpahkan bagi kamu dan kalian semua, sehingga dosa-dosa manusia bisa diampuni” (lih Mrk 14:23). Umat Kristiani mempersembahkan beban dan derita kepada Tuhan dan bukan menggerutu. Inilah jalan pengudusan Kristiani. Sedangkan cara untuk mempersembahkan seluruh beban hidup, penderitaan, dan kesulitan hidup yang paling baik ialah melalui perayaan Ekaristi.

Itulah sebabnya, Ekaristi adalah sumber dan puncak seluruh hidup Kristiani. Artinya, seluruh peristiwa hidup dengan segala suka dan dukanya, dengan segala beban derita dan kesulitan yang kita hadapi memperoleh sumber kekuatan dan puncak pengungkapannya dalam Ekaristi kudus. Inti rahasianya bukan terletak pada hal-hal lahiriah, seperti lagu-lagunya, gedung gerejanya, dekorasi altarnya, tata gerak liturginya meskipun ini juga hal-hal penting yang harus diperhatikan secara liturgis melainkan pada diri Tuhan Yesus Kristus yang wafat dan bangkit, yang kini hadir dalam seluruh Perayaan Ekaristi. Maka, Ekaristi menjadi cara istimewa dari kehadiran Tuhan yang wafat dan bangkit untuk menyertai perjuangan hidup konkret umat-Nya dalam mengarungi perjalanan waktu.

Pada intinya, perayaan Ekaristi merupakan perayaan kasih Allah melalui Putra-Nya Yesus Kristus dalam Roh Kudus. Ekaristi menjadi perayaan pengurbanan dan persembahan hidup diri Yesus Kristus kepada Bapa (Martasudjita, 2000: 24-25). Dengan Ekaristi, kita merasakan perutusan Putra demi keselamatan kita, yang berpangkal pada kasih Bapa. Keselamatan itu sifatnya ditawarkan lebih dahulu kepada kita, sebab “Allah menunjukkan kasih -Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih

berdosa” (Rm 5:8). Dengan demikian, perayaan Ekaristi tidak hanya sebatas

urusan pastor saja, namun semua elemen yang ada yang mengikuti Ekaristi tersebut. Perayaan Ekaristi adalah pertemuan Kristus dengan umat beriman melalui pertukaran cinta kasih yang dilambangkan oleh persembahan manusia. Allah menyapa, manusia menanggapi dan akhirnya manusia menyembah Allah.

Dokumen terkait