• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Metode Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share)

Dalam dokumen Oleh: WAHYUNI K (Halaman 28-33)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Metode Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share)

Secara harfiah metode berarti ”cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan secara sistematis. Menurut Slameto (1995: 82) metode berati cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Nana Sudjana (2005: 76) ”Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungannya pada saat berlangsungnya pengajaran”. Pendapat tersebut diperkuat oleh Tardif dalam Muhibbin Syah (2008:201) ”Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa definisi metode mengajar adalah suatu cara atau teknik sistematis yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode pembelajaran yang telah dikembangkan saat ini antara lain metode ceramah, ekspositori, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, eksperimen, pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan diuraikan metode pembelajaran kooperatif.

b. Pembelajaran Kooperatif

Guru dapat menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dan partisipasi siswa, salah satunya melalui metode pembelajaran kooperatif yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan dengan siswa berdiskusi bersama, saling membantu dan bekerja sebagai tim (kelompok).

Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotannya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, menurut pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam suatu kelompok dengan bekerja sama dan saling membantu antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam mengerjakan tugas maupun membahas materi dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Roger dan David Jonshon dalam Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu: (1) Saling Ketergantungan Positif, (2) Tanggung Jawab Perseorangan, (3) Tatap Muka, (4) Komunikasi Antaranggota dan (5) Evaluasi Proses. Sedangkan menurut Ibrahim,et al dalam Isjroni (2009: 39), pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :

1) Hasil belajar akademik

Hasil belajar akademik siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari individu yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

12

Penerimaan terhadap suatu perbedaan individu dalam kelompok dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan belajar saling menghargai satu sama lain dalam berbagai latar belakang kondisi.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Pengembangan keterampilan sosial mengajarkan kepada siswa untuk bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekadar hanya belajar dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik untuk mengelola kelas dengan lebih efektif dan mendorong peningkatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah materi pelajaran yang ditemui selama proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan tersebut.

c. Metode TPS (Think-Pair-Share)

Metode pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share) merupakan metode sederhana tetapi sangat bermanfaat yang dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland (Slavin, 2008: 257). Metode pembelajaran seperti ini menempatkan pendidik sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan metode pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar yang dikembangkan TPS oleh Frank Lyman dan Spence Kagen sebagai pembelajaran cooperatif Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lainnya dari teknik inik adalah optimalisasi partisipasi siswa dapat dilihat dari

siswa dapat berinteraksi dengan orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan yang ada, siwa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri maupun menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Think-Pair-Share (TPS) ini sangat sistematis yang senantiasa memberikan siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain dengan diskusi kelompok untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan guru, sehingga siswa lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Metode pembelajaran Think-Pair-Share ini memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Menurut Arends (2008: 15-16) langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai berikut:

1) Berfikir (Thinking)

Guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu secara mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk siswa berfikir mandiri.

2) Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini juga diharapkan dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

14

3) Berbagai (Sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah didiskusikan. Langkah ini dilakukan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai beberapa siswa yang telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Sedangkan, Anita Lie (2008: 58) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai berikut:

1) Guru membagi siswa kedalam kelompok berempat dan memberikan tugas pada semua kelompok.

2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.

4) Kedua pasangan tersebut bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk dapat membagikan hasil kerjanya kepada kelompok.

Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai suatu kelebihan dan kekurangannya yang digunakan dalam semua mata pelajaran. Menurut Anita Lie (2008: 46) menyatakan kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan adalah sebagai berikut:

a) Kelebihan

(1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran (2) Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana

(3) Memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok

(4) Interaksi antar pasangan lebih mudah

(5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

b) Kekurangan

(1) Banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor (2) Lebih sedikit ide yang muncul

Metode Think-Pair-Share (TPS) mempunyai kelebihan yaitu suatu metode yang memberi siswa kesempatan untuk dapat bekerja sendiri dan menunjukkan partisipasi aktif untuk bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Metode ini juga dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Sedangkan kelemahan yang ada pada metode TPS ini diharapkan dapat diminimalisir dengan peran guru.

2. Hakikat Motivasi Belajar

Dalam dokumen Oleh: WAHYUNI K (Halaman 28-33)

Dokumen terkait