• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: WAHYUNI K

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: WAHYUNI K"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE/BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI) PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA

MUHAMMADYAH 3 MASARAN DI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh: WAHYUNI

K 7406032

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(2)

ii

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE/BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI) PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA

MUHAMMADYAH 3 MASARAN DI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh: WAHYUNI

K 7406032

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010

(3)

iii

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Persetujuan Pembimbing,

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Sudiyanto, M.Pd. Laily Faiza Ulfa, SE, MM NIP. 19570217 198109 1 001 NIP. 19780803 200312 2 002

(4)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada hari : Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd 1. __________

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M 2. __________

Anggota : Drs. Sudiyanto, M.Pd 3. __________

Anggota : Laily Faiza Ulfa, S.E, M.M 4. __________

Disahkan oleh:

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Dekan

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. NIP 1960 07 27 1987 02 1 001

(5)

v

Skripsi ini telah direvisi dengan anjuran Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.

Tim Penguji Skripsi

Ketua : Drs. Wahyu Adi, M.Pd 1. __________

Sekretaris : Drs. Sukirman, M.M 2. __________

Anggota : Drs. Sudiyanto, M.M 3. __________

(6)

vi ABSTRAK

Wahyuni. UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE/BERPIKIR -BERPASANGAN-BERBAGI) PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADYAH 3 MASARAN DI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Juli 2010.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa melalui penerapan Metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada mata pelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen.

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Penelitian ini dilaksanakan dengan kolaborasi antara peneliti, guru kelas dan melibatkan partisipasi siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran tahun pelajaran 2009/2010, yang berjumlah 44 siswa. Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan kegiatan berupa: (a) wawancara, (b) observasi, (c) angket, (c) tes, dan (d) dokumentasi. Prosedur penelitian meliputi tahap: (a) perencanaan tindakan, (b) pelaksanaan tindakan, (c) observasi dan interpretasi, dan (d) analisis dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan, siklus pertama selama 4 x 45 menit dan siklus kedua 5 x 45 menit.

Berdasarkan dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan prestasi belajar akuntansi siswa kelas XI IPS 1 melalui penerapan Metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi). Hal ini terbukti pada siklus I nilai hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hasil penelitian pada siklus I meningkat dibandingkan sebelum dilaksanakannya penelitian, yaitu 79,54% siswa telah mencapai standar ketuntasan belajar minimal yaitu 62 dengan nilai rata-rata kelas 75,79. Nilai rata-rata kelas setelah penerapan Metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) mengalami peningkatan angka sebesar 15,2 (nilai sebelum siklus 60,59 dan nilai siklus I 75,79). Pada siklus II jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar minimal sebanyak 43 siswa atau 97,73% dengan nilai rata-rata kelas 83,64. Nilai rata-rata kelas pada siklus II terjadi peningkatan angka dari siklus I ke siklus II sebesar 7,85 (nilai siklus I 75,79 dan nilai siklus II 83,64). Bila dibandingkan dengan sebelum penerapan Metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi), nilai rata-rata siswa pada siklus II ini mengalami kenaikan angka sebesar 23,05. Penerapan Metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) dapat meningkatkan motivasi belajar dan partisipasi belajar siswa juga, hal ini terlihat dari peningkatan motivasi belajar siswa sebesar 6,49% (motivasi belajar siswa pada siklus I sebesar 77,49% menjadi sebesar 83,98% pada siklus II), serta peningkatan partisipasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran sebesar 14,55% (partisipasi belajar siswa pada siklus I sebesar 73,18% menjadi sebesar 87,73% pada siklus II).

(7)

vii

“Sesungguhnya Allah tiada mengubah keadaan suatu kaum, kecuali jika mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri”

(Surat Ar-Ra’du : 11)

“ Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) merupakan ketenangan dan

kehormatan diri dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu itulah belajar yang sesungguhnya ”

( Penulis )

”Kemauan yang keras adalah modal untuk sukses” (Robinson)

“Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan pembelajaran yang menekankan

berpikir dua orang (bersama) lebih baik dari pada berpikir sendiri dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi ”

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang untuk :

Ø Ibu, Bapak, Kakak, Adik dan Keluargaku tersayang yang memberikan doa restu dan motivasi dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar.

Ø Rifia, Dewi dan Yogi yang selalu memberikan motivasi dan membuatku tersenyum baik susah maupun senang.

Ø Sahabat-sahabat terbaikku di kampus tercinta Nani,Yani, Riris, Arinda, Elpi, Naftali dan khususnya Septi semoga persahabatan ini takkan lekang oleh waktu.

Ø Teman-teman seperjuangan Akuntansi ’06. Ø Almamater UNS

(9)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya serta dengan usaha keras, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung hingga selesainya skripsi ini. Untuk itu, atas segala bentuk bantuaanya penulis mengucapkan kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin dalam rangka mengadakan penelitian guna penyusunan skripsi ini.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui atas permohonan ijin penyusunan skripsi ini. 3. Drs. Sutaryadi, M.Pd., selaku Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua BKK Pendidikan Akuntansi Program Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan pengarahan dan ijin dalam penyusunan skripsi ini.

5. Drs. Sudiyanto, M.Pd., selaku Pembimbing I yang dengan arif dan bijaksana dalam memberikan motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Laily Faiza Ulfa, SE, MM, selaku Pembimbing II yang dengan arif dan bijaksana dalam memberikan motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

(10)

x

7. Dosen Prodi Ekonomi BKK Akuntansi yang telah banyak memberi bekal ilmu pengetahuan sehingga dapat menunjang terselesainya skripsi ini.

8. Tim penguji skripsi yang telah menyediakan waktu dan tenaga untuk menguji penulis, sehingga penulis dapat melaksanakan ujian skripsi guna menyelesaikan studi di bangku kuliah.

9. Drs. H. Mochtar Effendi, selaku Kepala Sekolah Muhammadyah 3 Masaran yang telah memberikan ijin untuk mengadakan penelitian.

10. Sri Supartinih, S.Pd., selaku guru pamong Akuntansi SMA Muhammadyah 3 Masaran yang telah membantu dan menyediakan waktu dalam penelitian. 11. Siswa kelas XI IPS 1, terima kasih atas kerjasama dan kebersamaannya. 12. Ibu, Bapak dan Keluarga tersayang, teman-temanku dan semua pihak yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberi motivasi dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan dari pembaca guna dapat memperbaiki penulisan yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dunia pendidikan.

Surakarta, Juli 2010

(11)

xi

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Tinjauan Pustaka ... 10

1. Hakikat Metode Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) ... 10

a. Pengertian Metode Pembelajaran ... 10

b. Pembelajaran Kooperatif ... 10

c. Metode TPS (Think-Pair-Share) ... 12

2. Hakikat Motivasi Belajar ... 15

(12)

xii

b. Ciri-ciri Motivasi ... 16

c. Fungsi dan Sifat Motivasi ... 17

3. Hakikat Partisipasi Siswa ... 18

a. Pengertian Partisipasi Siswa ... 18

b. Faktor-faktor yang Mendorong Peserta Didik Berpartisipasi Aktif ... 19

4. Hakikat Prestasi Belajar Akuntansi ... 21

a. Pengertian Belajar ... 21

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 22

c. Pengertian Prestasi Belajar... 23

d. Pengertian Akuntansi ... 25

B. Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Pemikiran ... 27

D. Hipotesis Tindakan ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

1. Tempat Penelitian ... 30

2. Waktu Penelitian ... 31

B. Subjek Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 31

D. Teknik Pengumpulan Data ... 35

1. Wawancara ... 35 2. Observasi ... 36 3. Angket ... 36 4. Tes ... 36 5. Dokumentasi ... 36 E. Prosedur Penelitian ... 37 1. Pengenalan Masalah ... 37 2. Persiapan Tindakan ... 37

3. Penyusunan Rencana Tindakan ... 37

(13)

xiii

6. Penyusunan Laporan ... 37

F. Proses Penelitian ... 38

1. Perencanaan Tindakan ... 38

2. Pelaksanaan Tindakan ... 39

3. Observasi dan Interpretasi ... 40

4. Refleksi ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42

1. Sejarah SMA Muhammadiyah 3 Masaran ... 42

2. Visi dan Misi SMA Muhammadiyah 3 Masaran... 44

3. Keadaan Lingkungan SMA Muhammadiyah 3 Masaran ... 44

B. Identifikasi Masalah Pembelajaran Akuntansi ... 45

1. Ditinjau dari Segi Siswa ... 45

2. Ditinjau dari Segi Guru ... 47

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 48

1. Siklus I ... 48

a. Perencanaan Tindakan ... 48

b. Pelaksanaan Tindakan ... 51

c. Observasi dan Interpretasi ... 55

d. Analisis dan Refleksi ... 56

2. Siklus 2 ... 58

a. Perencanaan Tindakan ... 58

b. Pelaksanaan Tindakan ... 61

c. Observasi dan Interpretasi ... 65

d. Analisis dan Refleksi ... 67

D. Pembahasan ... 73

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Implikasi ... 78

(14)

xiv

DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN ... 83

(15)

xv

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran ... 28

Gambar 2. Model Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas... 33

Gambar 3. Grafik Hasil Penelitian ... 73

Gambar 4. Dokumentasi Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share)... 108

Gambar 5. Dokumentasi Tes Evaluasi Siklus I ... 108

Gambar 6. Dokumentasi Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) ... 149

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan dalam Penelitian ... 31

Tabel 2. Indikator Ketercapaian ... 39

Tabel 3. Penerapan metode TPS (Think-Pair-Share)... 68

Tabel 4. Motivasi Belajar Siswa ... 69

Tabel 5. Partisipasi Siswa ... 69

Tabel 6. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa ... 70

Tabel 7. Peningkatan Prestasi Belajar Siswa ... 70

Tabel 8. Format Lembar Observasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share)... 87

Tabel 9. Kisi-kisiAngket Motivasi Belajar Siswa ... 90

Tabel 10. Format Angket Motivasi Belajar Siswa ... 91

Tabel 11. Format Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 93

Tabel 12. Format Lembar Hasil Belajar Siswa ... 96

Tabel 13. Format Pedoman Wawancara ... 99

SIKLUS I TAbel 14. Lembar Observasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share) ... 126

Tabel 15. Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa ... 130

Tabel 16. Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 135

Tabel 17. Hasil Belajar Siswa ... 140

SIKLUS II Tabel 18. Lembar Obsevasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share) ... 168

Tabel 19. Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa ... 172

Tabel 20. Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 177

Tabel 21. Hasil Belajar Siswa ... 182

(17)

xvii

Halaman

Lampiran 1. Catatan Lapangan 1 ... 85

Lampiran 2. Lembar Observasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share) ... 87

Lampiran 3. Kisi-kisi Angket Motivasi Belajar Siswa ... 90

Lampiran 4. Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa ... 91

Lampiran 5. Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 93

Lampiran 6. Lembar Perolehan Hasil Belajar Siswa ... 96

Lampiran 7. Daftar Pembagian Kelompok Siswa ... 98

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ... 99

Siklus I Lampiran 9. Catatan Lapangan 2 ... 102

Lampiran 10. Dokumentasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share) ... 108

Lampiran 11. Dokumentasi Tes Evaluasi Siklus I ... 108

Lampiran 12. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 109

Lampiran 13. Skenario Pembelajaran ... 114

Lampiran 14. Kisi-kisi Soal Diskusi Kelompok ... 118

Lampiran 15. Kunci Jawab Soal Diskusi Kelompok ... 119

Lampiran 16. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus I ... 121

Lampiran 17. Kunci Jawab Soal Evaluasi Siklus I ... 122

Lampiran 18. Lembar Observasi Penerapan (Think-Pair-Share) ... 126

Lampiran 19. Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa ... 130

Lampiran 20. Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 135

Lampiran 21. Hasil Belajar Siswa ... 140

Siklus II Lampiran 22. Catatan Lapangan 3 ... 143

Lampiran 23. Dokumentasi Penerapan TPS (Think-Pair-Share) ... 149

(18)

xviii

Lampiran 25. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 150

Lampiran 26. Skenario Pembelajaran ... 153

Lampiran 27. Kisi-kisi Soal Diskusi Kelompok ... 157

Lampiran 28. Kunci Jawab Diskusi Kelompok ... 158

Lampiran 29. Kisi-kisi Soal Latihan ... 160

Lampiran 30. Kunci Jawab Soal Latihan ... 161

Lampiran 31. Kisi-kisi Soal Evaluasi Siklus II ... 163

Lampiran 32. Kunci Jawab Soal Evaluasi ... 164

Lampiran 33. Lembar Observasi Penerapan (Think-Pair-Share) ... 168

Lampiran 34. Lembar Angket Motivasi Belajar Siswa ... 172

Lampiran 35. Lembar Observasi Partisipasi Siswa ... 177

Lampiran 36. Hasil Belajar Siswa ... 182

Lampiran 37. Hasil Wawancara... 184

Lampiran 38. Surat Permohonan Izin Penelitian Kepada Rektor UNS ... 188

Lampiran 39. Surat Permohonan Izin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP UNS ... 189

Lampiran 40. Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Dekan FKIP UNS ... 190

Lampiran 41. Surat Keterangan Ijin penelitian kepada Kepala SMA Muhammadiyah 3 Masaran ... 191

Lampiran 42. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah 3 Masaran ... 192

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan karena merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Sejalan perkembangan dunia pendidikan yang semakin pesat menuntut semua lembaga pendidikan untuk lebih dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan mutu pendidikan sehingga menghasilkan SDM yang mampu mendukung pembangunan. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berperan aktif dalam peningkatan mutu pendidikan serta berkaitan erat dengan kualitas proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan siswa. Oleh karena itu, sekolah harus menyediakan lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan peserta didik untuk terlibat aktif dalam berbagai proses kegiatan belajar mengajar. Dampak pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, bertanggung jawab, mandiri, terampil, kreatif dan produktif.

Keberhasilan dalam menempuh pendidikan di sekolah yang telah ditempuh dalam kurun waktu tertentu dapat diukur melalui suatu prestasi belajar siswa yang tergantung pada proses belajar yang berkualitas. Salah satu indikator tercapainya hasil belajar adalah dengan diketahuinya prestasi belajar yang dicapai oleh siswa. Peningkatan hasil belajar siswa merupakan implementasi dari proses belajar siswa yang maksimal untuk mencapai prestasi yang optimal melalui perjuangan dengan dilandasi motivasi yang tinggi serta didukung oleh berbagai faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar salah satunya motivasi siswa, sedangkan faktor eksternal yang ada diluar diri individu salah satunya adalah metode pembelajaran.

(20)

2

Pembelajaran didalam sekolah tidak terlepas dari kesesuaian metode yang digunakan guru pada saat menyampaikan materi pelajaran sangat berpengaruh pada pencapaian tujuan pembelajaran. Untuk mencapai prestasi belajar yang baik seorang guru harus memilih metode yang tepat sesuai dengan kemampuan siswa untuk tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Pemilihan metode yang tepat akan memberikan motivasi pada siswa untuk belajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang disampaikan, tujuan, waktu yang tersedia dan jumlah siswa serta hal-hal lain yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Guru harus dapat memilih metode yang tepat dalam proses belajar mengajar pada saat menyampaikan materi pelajaran agar dapat menarik perhatian siswa dan mendorong motivasi siswa dalam belajar dengan cara melibatkan partisipasi siswa untuk lebih aktif, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa untuk mencapai hasil belajar yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai.

Partisipasi siswa yang kurang aktif dan rendahnya prestasi belajar siswa merupakan fenomena yang umum terjadi dalam pembelajaran. Jika hal ini dibiarkan dan tidak segera diatasi akan menyebabkan pembelajaran yang selanjutnya tidak akan mencapai hasil yang optimal. Permasalahan lainnya yang terjadi dalam proses pembelajaran di sekolah yang sering terjadi yakni, mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa didalam kelas. Penekanan proses ini mengharuskan siswa untuk menghafal fakta-fakta, termasuk pada mata pelajaran akuntansi sehingga menjadikan siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsepnya dan benar-benar mengerti pengetahuan tersebut. Hal ini semua, disebabkan oleh metode yang digunakan masih konvensional dengan berpusat pada guru saat menyampaikan materi secara ceramah monoton sehingga siswa merasa kurang antusias dan berminat dalam proses belajar mengajar. Suasana pembelajaran yang demikian menyebabkan pencapaian prestasi belajar yang diperoleh siswa kurang maksimal.

SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen merupakan salah satu sekolah swasta sebagai penyelenggara pendidikan formal yang kenyataannya selama ini guru belum dapat menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Hal ini dapat

(21)

dilihat dari rendahnya prestasi belajar siswa salah satu faktor penyebabnya adalah kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru dalam proses menyampaikan materi pelajaran di kelas. Guru selama ini masih menggunakan metode konvensional dengan ceramah yang monoton dan kurang menarik, sehingga kegiatan belajar yang dilakukan siswa sejak awal kurang antusias didalam proses belajar mengajar dengan hanya mendengar dan mencatat yang disampaikan oleh guru. Padahal mata pelajaran akuntansi sangat memerlukan pemahaman konsep tentang prosedur penyelasaian rumit dan kompleks semua itu tidak cukup hanya dipahami dengan menghafal, serta dibutuhkan ketrampilan menghitung yang masih dianggap sulit kebanyakkan siswa sehingga kurang mendorong motivasi siswa untuk belajar dan partisipasi siswa kurang aktif dalam proses pembelajarannya.

Dari observasi awal yang telah dilakukan peneliti terhadap siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen ditemukan adanya permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar khususnya mata pelajaran akuntansi masih menunjukkan prestasi belajar kurang optimal atau rendah. Pada mata pelajaran akuntansi sebagian besar siswa kelas XI IPS 1 belum memenuhi standar nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) atas nilai batas tuntas yaitu 62. Hal ini disebabkan, oleh penyampaian materi pelajaran yang disampaikan guru kepada siswanya kurang dapat diterima ataupun tidak dapat diterima sama sekali oleh siswanya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya prestasi belajar siswa SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen selama ini adalah kurang tepatnya metode pembelajaran yang diterapkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran di kelas. Metode pembelajaran selama ini masih menggunakan metode ceramah di kelas yang masih banyak didominasi oleh guru sehingga para siswa hanya diam mendengarkan materi yang disampaikan guru kemudian siswa mencatat materi tersebut. Oleh karena itu, guru tidak mengetahui sampai sejauh mana kemampauan siswa dalam menguasai dan memahami yang disampaikan karena guru beranggapan siswanya dengan diam dan mencatat sudah paham, namun kenyataanya ada siswa yang belum tentu paham. Hal ini menyebabkan

(22)

4

hasil belajar akuntansi siwa kurang maksimal saat diadakan evaluasi. Kebanyakan dari siswa merasa kurang menyukai mata palajaran akuntansi, karena mereka menggangap mata pelajaran akuntansi rumit dan sulit sehingga kurang mampu membangun motivasi belajar siswa dan partisipasi siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran.

Permasalahan yang lain muncul pada saat kegiatan proses belajar mengajar berlangsung adalah siswa masih menunjukkan motivasi belajar yang rendah pada saat memperhatikan mata pelajaran akuntansi sehingga siswa cenderung kurang aktif berpartisipasi secara langsung dan tidak bersemangat. Beberapa sekelompok siswa tidak memperhatikan, mengobrol sendiri dengan teman sebangkunya pada saat guru menjelaskan di depan kelas, beberapa siswa jarang dan malu untuk bertanya kepada guru mengenai hal-hal yang belum dimengerti dan mereka kuasai. Hal tersebut berakibat kurang maksimalnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran akuntansi yang masih dianggap sulit karena kesulitan memahami konsep akuntansi, dan kurang didukung keterampilan dalam menghitung, serta adanya alokasi waktu pembelajaran untuk pelajaran akuntansi dirasa masih kurang cukup atau terbatas setiap minggunya. Alokasi waktu pembelajaran akuntansi yang terbatas mengakibatkan guru lebih banyak memberikan penjelasan sedikit tentang meteri yang disampaikan dengan metode ceramah sehingga siswa kurang memahami konsepnya yang berakibat pada perolehan hasil belajar siswa kurang maksimal yang ditunjukkan dengan rendahnya prestasi belajar di kelas pada saat diadakan evaluasi berupa tes tertulis atau ulangan.

Seperti yang telah dikemukakan diatas bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah metode pembelajaran yang kurang tepat. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang aktif, kreatif dan menyenangkan dalam proses penyampaian materi pelajaran yang dilakukan oleh guru berakibat pada prestasi belajar siswa kurang optimal. Oleh karena itu, guru perlu mengembangkan kreativitasnya dan memilih metode pembelajaran yang tepat bagi siswanya sesuai dengan tujuan pembelajaran selama ini digunakan,

(23)

sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang berlangsung secara efektif.

Alternatif metode pembelajaran yang dapat menarik antusiasme dan minat siswa sehingga menumbuhkan motivasi belajar dan partisipasi siswa yang tinggi dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa adalah melalui kreativitas yang dimiliki guru salah satunya dengan cara penerapan metode pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif sangat fokus pada penggunaan sekelompok kecil siswa untuk saling bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit pada mata pelajaran akuntansi dengan mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya dalam proses pembelajaran. Bagi siswa yang tidak menyukai pelajaran akuntansi, secara tidak langsung dituntut untuk belajar akuntansi dengan bantuan temannya sehingga memotivasi untuk belajar yang akan berdampak siswa aktif berpartisipasi dan prestasi belajar akuntansi cenderung mengalami peningkatan.

Salah satunya metode yang dapat digunakan guru sebagai alternatif untuk pemecahan masalah tersebut adalah penggunaan Think-Pair-Share (TPS). Pemilihan metode ini memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil yang efektif memudahkan siswa dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan. Metode ini mengajarkan siswa untuk bekerja lebih mandiri serta bekerja sama dengan temannya dengan berpikir bersama-sama dan mengemukakan ide atau pendapatnya serta mengoptimalkan partisipasi siswa.

Pembelajaran TPS ini pertama kali dikembangkan oleh oleh Frank Lyman dan koleganya dari Universitas Maryland sesuai yang dikutip Arendas dalam Trianto (2007: 61) menyatakan bahwa, Think-Pair-Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi pola diskusi kelas dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk dapat mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam Think-Pair-Share dapat memberi siswa lebih banyak waktu untuk berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Diskusi dalam bentuk kelompok-kelompok kecil ini sangat efektif

(24)

6

untuk memudahkan siswanya dalam memahami materi dan memecahkan suatu permasalahan.

Pembelajaran akuntansi untuk menjadi pembelajaran yang menarik dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Salah satu cara yang cukup efektif adalah Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan metode TPS (Think-Pair-Share). Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraian diatas tersebut, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan judul yaitu: “ UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI MELALUI PENERAPAN METODE TPS (THINK-PAIR-SHARE/BERPIKIR-BERPASANGAN-BERBAGI) PADA SISWA KELAS XI IPS 1 SMA MUHAMMADYAH 3 MASARAN DI SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2009/2010”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan pada pembelajaran akuntansi kelas XI IPS 1 SMA Muhammdiyah 3 Masaran sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang diterapkan guru belum efektif karena terbatasnya alokasi waktu pelajaran akuntansi dengan penjelasan materi yang disampaikan kurang cukup setiap minggunya.

2. Pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa rendah kemungkinan disebabkan oleh faktor dari siswa kurang antusias dan berminat mereka merasa proses pembelajaran selama ini kurang menarik, sehingga motivasi belajar yang dimiliki juga rendah dalam memperhatikan mata pelajaran akuntansi.

3. Partisipasi siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran akuntansi, siswa jarang dan malu bertanya tentang kesulitan yang mereka hadapi.

4. Pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa rendah kemungkinan disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat sehingga siswa masih kesulitan mengerjakan soal-soal latihan, karena kurang memahami konsep mata pelajaran akuntansi.

(25)

C. Pembatasan Masalah

Peneliti melakukan pembatasan masalah dari identifikasi masalah yang ada sehingga dapat dikaji lebih jelas dan secara mendalam. Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah upaya peningkatan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen yaitu dengan:

1. Penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada mata pelajaran Akuntansi.

2. Prestasi belajar akuntasi yang dimaksud berkenaan dalam penelitian ini pada nilai hasil belajar, motivasi belajar dan partisipasi siswa yang dicapai dalam mata pelajaran akuntansi.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan dari pembatasan masalah yang telah dikemukakan diatas peneliti dapat mengkaji secara jelas dan terarah, maka diperlukan rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

Rumusan Masalah Utama:

”Apakah terdapat peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen?”

Bedasarkan rumusan masalah utama yang dikemukakan diatas, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan utama tersebut menjadi permasalahan yang lebih khusus, Adapun rumusan masalah khususnya sebagai berikut:

Rumusan Masalah Khusus:

1. Apakah terdapat peningkatan motivasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen?

2. Apakah terdapat peningkatan partisipasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen?

(26)

8

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan diatas tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut:

Tujuan Umum:

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen.

Tujuan Khusus:

1. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen.

2. Untuk mengetahui peningkatan partisipasi belajar akuntansi melalui penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) pada siswa kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran di Sragen.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan yang bersifat teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan manfaat dalam dunia pendidikan untuk dapat memilih metode pembelajaran yang aktif, kreatif dan menyenangkan sesuai dengan materi pelajaran.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi calon penelitian lain agar dijadikan dasar pemikiran lebih lanjut dalam dunia pendidikan yang berhubungan dengan hal yang sama.

2. Manfaat praktis a. Bagi Siswa

Memberi kemudahan dalam memahami materi pelajaran khususnya bidang akuntansi sehingga berdampak pada meningkatnya prestasi belajar para siswa.

(27)

b. Bagi Sekolah

Memberi sumbangan dalam rangka perbaikan metode pembelajaran yang lebih aktif, kreatif dan menyenangkan untuk dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan mutu pendidikan.

c. Bagi guru

Berperan sebagai sumber data untuk mengembangkan teknik dan metode pembelajaran yang tepat dalam menghasilkan output yang berkualitas.

d. Bagi peneliti

Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan tentang penggunaan metode pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share (TPS) yang diperoleh dibangku perkulihaan sebagai calon guru khususnya yang berkaitan dengan akuntansi serta dapat dijadikan untuk belajar menerapkan metode pembelajaran yang tepat.

(28)

10 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hakikat Metode Pembelajaran TPS (Think-Pair-Share) a. Pengertian Metode Pembelajaran

Secara harfiah metode berarti ”cara”. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan sesuatu kegiatan secara sistematis. Menurut Slameto (1995: 82) metode berati cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Nana Sudjana (2005: 76) ”Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan hubungannya pada saat berlangsungnya pengajaran”. Pendapat tersebut diperkuat oleh Tardif dalam Muhibbin Syah (2008:201) ”Metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pendidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa”.

Berdasarkan pengertian tersebut penulis menyimpulkan bahwa definisi metode mengajar adalah suatu cara atau teknik sistematis yang digunakan guru untuk menyampaikan materi pelajaran agar siswa dapat memahami dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Metode pembelajaran yang telah dikembangkan saat ini antara lain metode ceramah, ekspositori, tanya jawab, diskusi, pemberian tugas, eksperimen, pembelajaran kooperatif dan lain-lain. Dalam penelitian ini akan diuraikan metode pembelajaran kooperatif.

b. Pembelajaran Kooperatif

Guru dapat menciptakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dapat membangkitkan motivasi dan partisipasi siswa, salah satunya melalui metode pembelajaran kooperatif yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan dengan siswa berdiskusi bersama, saling membantu dan bekerja sebagai tim (kelompok).

(29)

Slavin dalam Isjoni (2009: 15) pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotannya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009: 15) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, menurut pendapat yang telah dikemukakan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dalam suatu kelompok dengan bekerja sama dan saling membantu antara siswa yang satu dengan yang lainnya dalam mengerjakan tugas maupun membahas materi dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang dikehendaki.

Roger dan David Jonshon dalam Anita Lie (2008: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus diterapkan, yaitu: (1) Saling Ketergantungan Positif, (2) Tanggung Jawab Perseorangan, (3) Tatap Muka, (4) Komunikasi Antaranggota dan (5) Evaluasi Proses. Sedangkan menurut Ibrahim,et al dalam Isjroni (2009: 39), pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :

1) Hasil belajar akademik

Hasil belajar akademik siswa dapat diperbaiki dan ditingkatkan melalui pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Dalam pembelajaran kooperatif, pembagian kelompok terdiri dari individu yang berbeda-beda. Perbedaan tersebut antara lain berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan.

(30)

12

Penerimaan terhadap suatu perbedaan individu dalam kelompok dilakukan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dan belajar saling menghargai satu sama lain dalam berbagai latar belakang kondisi.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Pengembangan keterampilan sosial mengajarkan kepada siswa untuk bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki oleh siswa sebagai warga masyarakat, bangsa dan Negara dalam mengatasi masalah-masalah sosial yang semakin kompleks, serta mampu dalam menghadapi persaingan global untuk memenangkan persaingan.

Model pembelajaran kooperatif berbeda dengan sekadar hanya belajar dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Pelaksanaan prosedur model pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan pendidik untuk mengelola kelas dengan lebih efektif dan mendorong peningkatan siswa dalam memecahkan berbagai masalah materi pelajaran yang ditemui selama proses pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan tersebut.

c. Metode TPS (Think-Pair-Share)

Metode pembelajaran kooperatif TPS (Think-Pair-Share) merupakan metode sederhana tetapi sangat bermanfaat yang dikembangkan oleh Lyman dari Universitas Maryland (Slavin, 2008: 257). Metode pembelajaran seperti ini menempatkan pendidik sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi. Pembelajaran Think-Pair-Share merupakan metode pembelajaran kooperatif. Pendekatan ini memberikan penekanan pada penggunaan struktur tertentu yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Menurut Anita Lie (2008: 56) menyatakan bahwa teknik belajar mengajar yang dikembangkan TPS oleh Frank Lyman dan Spence Kagen sebagai pembelajaran cooperatif Learning. Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta bekerjasama dengan orang lain. Keunggulan lainnya dari teknik inik adalah optimalisasi partisipasi siswa dapat dilihat dari

(31)

siswa dapat berinteraksi dengan orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan yang ada, siwa lebih berani mengungkapkan pendapatnya, siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri maupun menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberi rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa Think-Pair-Share (TPS) ini sangat sistematis yang senantiasa memberikan siswa untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain dengan diskusi kelompok untuk dapat memecahkan masalah yang diberikan guru, sehingga siswa lebih aktif berpartisipasi dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Metode pembelajaran Think-Pair-Share ini memiliki langkah-langkah yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. Menurut Arends (2008: 15-16) langkah-langkah dalam pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai berikut:

1) Berfikir (Thinking)

Guru memberikan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran, kemudian siswa diminta untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau isu secara mandiri. Biasanya guru memberikan waktu satu menit untuk siswa berfikir mandiri.

2) Berpasangan (Pairing)

Guru meminta siswa untuk berpasangan dengan siswa yang lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkan pada langkah pertama. Interaksi pada tahap ini juga diharapkan dapat menghasilkan jawaban bersama jika pertanyaan telah diidentifikasi. Biasanya guru memberikan waktu 4-5 menit untuk berpasangan.

(32)

14

3) Berbagai (Sharing)

Guru meminta pasangan-pasangan siswa tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah didiskusikan. Langkah ini dilakukan dengan cara bergantian pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai beberapa siswa yang telah mendapatkan kesempatan untuk melaporkan, paling tidak sekitar seperempat pasangan, tetapi disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Pada langkah ini akan menjadi efektif apabila guru berkeliling kelas dari pasangan yang satu ke pasangan yang lain.

Sedangkan, Anita Lie (2008: 58) mengemukakan langkah-langkah pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) sebagai berikut:

1) Guru membagi siswa kedalam kelompok berempat dan memberikan tugas pada semua kelompok.

2) Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.

3) Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.

4) Kedua pasangan tersebut bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk dapat membagikan hasil kerjanya kepada kelompok.

Setiap metode pembelajaran pasti mempunyai suatu kelebihan dan kekurangannya yang digunakan dalam semua mata pelajaran. Menurut Anita Lie (2008: 46) menyatakan kelebihan dan kekurangan kelompok berpasangan adalah sebagai berikut:

a) Kelebihan

(1) Meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran (2) Cocok digunakan untuk tugas yang sederhana

(3) Memberikan lebih banyak kesempatan untuk kontribusi masing-masing anggota kelompok

(4) Interaksi antar pasangan lebih mudah

(5) Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya

b) Kekurangan

(1) Banyak kelompok yang akan melapor dan perlu dimonitor (2) Lebih sedikit ide yang muncul

(33)

Metode Think-Pair-Share (TPS) mempunyai kelebihan yaitu suatu metode yang memberi siswa kesempatan untuk dapat bekerja sendiri dan menunjukkan partisipasi aktif untuk bekerjasama dengan orang lain dalam kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Metode ini juga dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia peserta didik. Sedangkan kelemahan yang ada pada metode TPS ini diharapkan dapat diminimalisir dengan peran guru.

2. Hakikat Motivasi Belajar a. Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi siswa merupakan salah satu faktor dalam belajar yang dapat dipengaruhi secara positif oleh guru yang bersemangat dan menarik perhatian siswa terhadap materi yang diajarkan dengan cara tertentu, maka dalam diri siswa akan timbul minatnya untuk mempelajari materi tersebut. Tumbuhnya perhatian dan minat siswa belajar dianggap telah tumbuhnya motivasi belajar dalam diri siswa yang bersangkutan. Guru juga perlu memberikan umpan balik yang positif selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, guru perlu menciptakan suasana lingkungan kelas yang menyenangkan dan menunjang sehingga dapat membangkitkan motivasi siswa untuk mencapai hasil atau prestasi belajar yang positif.

Mc Donald dalam bukunya Oemar Hamalik (2003: 106) merumuskan, bahwa....”Motivation is an energy within the person characterized by affectife arousal and anticipatory goal reaction”, yang diartikan motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Hanafiah dan Suhana (2009: 26) ”Motivasi belajar merupakan kekuatan (power motivation), daya pendorong (driving force), atau alat pembangun kesediaan dan keinginan yang kuat dalam diri peserta didik untuk belajar secara aktif, kreaktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan dalam rangka perubahan perilaku, baik dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor”. Menurut Sardiman A.M. (2001: 73) mengatakan dalam kegiatan

(34)

16

belajar ”Motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengerak didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar mengajar, yang menjamin suatu keberlangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai”.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang atau peserta didik dengan timbulnya perasaan dan keinginan yang kuat untuk belajar secara aktif, kreaktif, efektif, inovatif, dan menyenangkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Motivasi belajar ini juga dianggap penting dalam upaya belajar dan pembelajaran dilihat dari segi fungsi dan nilainya atau manfaatnya.

b. Ciri-Ciri Motivasi

Disadari atau tidak setiap kegiatan manusia pasti didasari adanya motivasi, terutama dalam belajar. Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam meningkatkan prestasi belajar. Tinggi rendahnya motivasi yang ada pada diri seseorang dapat diketahui dari perilakunya. Menurut Sardiman A.M. (2001: 81) seseorang dikatakan memiliki motivasi apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

2) Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa), tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah dicapainya).

3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah “untuk orang dewasa” (misalnya masalah pembangunan agama, politik, ekonomi, keadilan, pemberantasan korupsi, penentangan terhadap setiap tindak criminal, amoral, dan sebagainya).

4) Lebih senang bekerja mandiri.

5) Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif). 6) Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan

sesuatu).

(35)

8) Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, maka dapat dikatakan seseorang itu memiliki motivasi yang cukup kuat. Kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik kalau siswa tekun mengerjakan tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri. Oleh karena itu, guru harus berupaya memupuk motivasi belajar siswa, salah satunya dengan menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Diantaranya dapat diciptakan melalui penerapan metode pembelajaran yang inovatif, penilaian yang efektif, dan sebagainya.

c. Fungsi dan Sifat Motivasi

Motivasi merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Menurut Oemar Hamalik dalam bukunya (2003: 108) mengemukakan fungsi motivasi sebagai berikut:

1) Mendorong timbulnya tingkah laku atau perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Berdasarkan fungsi motivasi yang dikemukakan diatas, juga dinyatakan motivasi memiliki dua sifat, motivasi intrinsik dan motivasi ekstrensik.

1) Motivasi intrinsik

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut ”motivasi murni”, atau motivasi yang timbul dari dalam diri peserta didik, misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan, secara sadar dapat memberikan

(36)

18

sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain, dan sebagainya. Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti : angka, kredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, yang bersifat negatif ialah ejekan, dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan didalam sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik yang bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar dan guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil belajar yang baik (Sardiman A.M., 2001: 83). Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Dengan demikian, antara motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik sulit untuk menentukan mana yang lebih baik. Selalu menghendaki timbulnya motivasi instrinsik, akan tetapi motivasi ini tidak mudah dan tidak selalu dapat timbul. Di pihak lain, guru bertanggung jawab supaya pembelajaran berhasil dengan baik dan guru berupaya mendorong dan membangkitkan motivasi ekstrinsik pada peserta didiknya sehingga diharapkan timbul kesadaran dalam diri peserta didik itu sendiri untuk melakukan kegiatan belajar.

3. Hakikat Partisipasi Siswa a. Pengertian Partisipasi Siswa

Kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan baik seorang guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang dapat mendorong peran aktif dan partisipasi siswa. Proses pembelajaran yang berlangsung siswa

(37)

harus aktif dengan ikut terlibat secara penuh dalam kegiatan belajar yang dilakukan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996: 732) pengertiannya partisipasi adalah turut berperan serta dalam kegiatan, sedangkan partisipan orang yang ikut serta dalam suatu kegiatan. Dalam hal ini partisipasi atau keterlibatan siswa merupakan suatu kegiatan dimana subjek yang belajar atau siswa berperan aktif dengan ikut serta dalam mempraktekkan sesuatu, baik secara terbuka maupun secara tertutup dalam proses belajar mengajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (1994: 43) menyatakan bahwa berpartisipasi atau keterlibatan siswa dalam belajar tidak hanya berupa keterlibatan tetapi terutama adalah keterlibatan emosional, keterlibatan dalam kegiatan kognitif, dalam pencapaian dan perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan sikap dan nilai, serta pada saat latihan-latihan unuk membentuk ketrampilan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa partisipasi siswa adalah keterlibatan siswa dalam pembelajaran mencakup dua hal utama yaitu keterlibatan fisik dan keterlibatan psikis. Keterlibatan secara fisik dapat diamati dari kegiatan siswa seperti membaca, menulis, keaktifan bertanya, ketrampilan menghitung, dan lain sebagainya. Kegiatan psikis atau emosional misalnya menggunakan pengetahuan yang dimiliki untuk memecahkan masalah yang dihadapi, membuat kesimpulan dari hasil kegiatan belajar, bekerjasama dengan berdiskusi kelompok memecahkan masalah atau soal yang diberikan guru dan kegiatan psikis sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mendorong Peserta Didik Berpartisipasi Aktif Suatu proses belajar mengajar dikatakan berhasil apabila siswanya terlibat secara langsung di dalam kelas terus berkelanjutan, hal tersebut dapat dilihat dari keaktifan atau partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Malone dalam Sobri Sutikno (2004: 29), agar peserta didik terdorong untuk berpartisipasi aktif dan efisien dalam belajar diperlukan beberapa faktor, yaitu:

(38)

20

1) Harus memilikinya motivasi, alasan dan tujuan belajar yang jelas dan dibantu oleh guru mereka.

2) Harus ada tujuan pembelajaran yang jelas, peserta didik akan belajar secara efektif karena mereka memiliki gambaran umum tentang topik yang dipelajari.

3) Tujuan pembelajaran yang jelas beserta jadwal pencapaiannya juga dapat berfungsi sebagai sebuah rencana yang harus dilaksanakan oleh peserta didik.

4) Peserta didik memerlukan umpan balik selama proses pembelajaran untuk mengetahui perkembangan keberhasilan yang teleh dicapainya.

5) Apa yang dipelajarinya harus memiliki relevansi dengan kebutuhan mereka.

6) Peserta didik memerlukan dorongan agar mampu menerapkan.

Sedangkan, menurut Sudjana (1993: 30) dalam E. Mulyasa (2005: 156-157) mengemukakan syarat kelas yang efektif jika di dalamnya terdapat keterlibatan, tanggung jawab dan umpan balik dari peserta didik. Dalam proses pembelajaran bukan guru yang berperan aktif dalam memberikan pengetahuan kepada siswa tetapi siswa memiliki kesadaran dan tanggung jawab pribadi membentuk pengetahuhannya sendiri dengan bimbingan dari guru. Partisipasi peserta didik dapat ditumbuhkan dengan berbagai cara, antara lain memberikan pertanyaan dan menanggapi respon peserta didik secara positif, menggunakan metode yang bervariasi yang lebih melibatkan peserta didik.

Nana Sudjana (1995: 61) secara lebih terperinci mengemukakan tentang ciri-ciri siswa yang aktif, yaitu:

1) Terlibat dalam pemecahan masalah

2) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang dihadapinya

3) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah

4) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya 5) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

6) Melatih diri dalam memecahkan soal

7) Kesempatan menggunakan atau menerapkan tugas persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan bahwa proses belajar mengajar di kelas yang efektif apabila didalamnya bukan hanya guru yang

(39)

berperan aktif tetapi juga memperhatikan keterlibatan partisipasi siswa atau peserta didik sangat dibutuhkan, salah satunya dilihat dari keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan harapan adanya keterlibatan partisipasi siswa secara penuh dapat menimbulkan minat dalam diri siswa maka motivasi belajar juga meningkat sehingga dapat mendorong pencapaian hasil atau prestasi belajar yang baik optimal sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Peneliti akan menggunakan indikator partisipasi siswa dalam pembelajaran sebagai penilaian meliputi : 1) Keaktifan siswa selama apersepsi, 2) Keaktifan siswa bekerjasama dalam mengikuti diskusi kelompok, 3) Kemampuan siswa dalam bertanya, 4) Kemampuan siswa mengungkapkan/mengemukakan pendapat , 5) Kemampuan siswa mengerjakan soal/tugas yang diberikan.

4. Hakikat Prestasi Belajar Akuntansi a. Pengertian Belajar

Belajar pada hakikatnya selalu berkenaan dengan perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarahkan kepada yang lebih baik ataupun yang kurang baik, direncanakan atau tidak. Hal ini yang selalu terkait dalam belajar adalah pengalaman, pengalaman yang terbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekan dalam rumusan atau definisi tentang belajar, yang dikemukakan para ahli dibidangnya. Menurut Witherington dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2003: 155), bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons baru yang berbentuk ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”. W.S. Winkel dalam Gino (1999: 6) “Belajar aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai, sikap.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan yang baru secara keseluruhan,

(40)

22

perubahan yang terjadi sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Belajar sebagai proses atau aktivitas diisyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menurut Slameto (1995: 54) dibagi menjadi dua, yaitu meliputi: faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor intern merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu seseorang. Faktor intern meliputi tiga faktor yaitu:

1) Faktor jasmaniah, meliputi faktor kesehatan, cacat tubuh.

2) Faktor psikologis, yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan siswa.

3) Faktor kelelahan.

Faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar individu. Faktor ekstern terdiri atas tiga macam, yaitu :

1) Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. 2) Faktor sekolah yang meliputi : metode mengajar, kurikulum,

relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pengajaran, waktu sekolah, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

3) Faktor masyarakat, yang meliputi : kegiatan siswa dalam masayrakat, media masa, teman bergaul, bentuk kegiatan masyarakat.

Faktor-faktor yang disebutkan diatas sangat berpengaruh terhadap pencapaian prestasi belajar seseorang. Hal ini dikarenakan kedua faktor tersebut saling bersinergi dan memudahkan siswa dalam mencapai prestasi belajar yang optimal.

(41)

c. Pengertian Prestasi Belajar

Belajar merupakan suatu kegiatan yang penting dalan kehidupan manusia yang dapat menghasilkan suatu perubahan tingkah laku dalam diri individu. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar diperlukan suatu evaluasi yang bertujuan mengetahui prestasi siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung. Prestasi belajar dan kegiatan belajar dua hal yang tidak dapat dipisahkan karena kegiatan belajar merupakan suatu proses belajar, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar itu sendiri.

Pengertian prestasi yang dikemukakan para ahli pendapatnya berbeda-beda antara satu dengan yang lain sesuai dengan sudut pandangan mereka. Menurut Saifudin Azwar (2002: 13) menyatakan ”Prestasi adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar”. Oemar Hamalik (2003: 159), “ Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar “. Menurut beliau, prestasi merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui karena dengan adanya prestasi yang diwujudkan dalam bentuk angka, simbol, maupun kalimat dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Sedangkan Zainal Arifin (1991: 3) ”Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan setiap manusia karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu berusaha mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuannya masing-masing”.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang bersifat perenial senantiasa ingin dicapai seseorang atau siswa dalam kegiatan belajar sesuai bidang dan kemampuan masing-masing yang dipelajarinya diwujudkan dalam bentuk angka, simbol maupun kalimat.

Untuk mengetahui seberapa jauh prestasi belajar telah dicapai peserta didik, maka diadakan kegiatan evaluasi tehadap penilaian hasil dan proses belajar yang bertujuan untuk mengetahui ketuntasan peserta didik dalam mengusai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Oemar Hamalik

(42)

24

(2003: 159) dalam bukunya menyatakan tentang evaluasi hasil belajar merupakan:

Keseluruhan kegiatan dari suatu pengukuran (pengumpulan data dan informasi),pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Hasil belajar menunjuk kepada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku.

Dari hasil evaluasi terhadap penilaian tersebut dapat diketahui kompetensi dasar dan materi yang belum dikuasai peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan Zainal Arifin (1991: 3-4) mengemukakan dalam belajar, prestasi mempunyai beberapa fungsi utama sebagai berikut: 1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang

dimiliki peserta didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. 3) Prentasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.

4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik.

Berdasarkan fungsi prestasi belajar yang telah disebutkan di atas, maka dapat diketahui bahwa pentingnya untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan dalam belajar dapat dilihat dari prestasi yang telah dicapai. Prestasi belajar siswa baik secara individu maupun kelompok dalam kegiatan belajar berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena fungsi prestasi belajar tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas institusi pendidikan, bagi guru prestasi belajar bermanfaat untuk melakukan umpan balik dalam melaksanakan proses belajar mengajar, apakah perlu diadakan perbaikan dalam proses belajar mengajar atau tidak perlu.

(43)

d. Pengertian Akuntansi

Akuntansi merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dalam pendidikan menegah atas yaitu, SMA dan SMK. Mata pelajaran ini di SMA pada jurusan IPS yang banyak hitungan serta pembuatan kolom yang diperlukan pada hampir setiap pokok bahasan, Sehingga siswa harus benar-benar memahami konsepnya. Oleh kerena itu, perlu memahami akuntansi itu sendiri. Banyak ahli yang memberikan definisi akuntansi berbeda-beda dari sudut pandang masing-masing.

American Accounting Association dalam Soemarso (2004: 3) mendefinisikan akuntansi sebagai:”... proses mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi,untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang jelas dan tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut”. Menurut Ahmed Belkaoi dalam R. Baswir (1995: 4) ”Akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, dari suatu lembaga atau perusahaan, yang diharapkan dapat digunakan sebagai dasar dalam mengambil keputusan-keputusan ekonomi diantara sebagai alternatif tindakan”.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi mengandung dua pengertian baik dari segi proses dan konsep. Pengertian akuntansi dari segi proses yaitu akuntansi merupakan suatu proses yang bertahap terdiri dari tahap mengidentifikasi, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, sedangkan dari segi konsep yaitu akuntansi merupakan suatu disiplin ilmu yang menghasilkan informasi keuangan yang dapat digunakan dalam penilaian dan pengambilan keputusan-keputusan yang jelas dan tegas mengenai kesatuan usaha yang bersangkutan.

B. Penelitian Yang Relevan

Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian orang lain yang relevan digunakan sebagi acuan dan pembanding penelitian yang akan dilakukan. Selaras dengan judul penelitian yang diambil yaitu, ”Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Akuntansi Melalui Penerapan Metode TPS

(44)

(Think-Pair-Share/Berpikir-26

Berpasangan-Berbagi) Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Muhammadyah 3 Masaran Di Sragen Tahun Pelajaran 2009/2010 adalah sebagai berikut :

1. Giyastutik (2008) dalam skripsinya yang berjudul ”Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII A SMP Negeri 3 Karanganyar Tahun pelajaran 2007/2008” Hasil penelitian menunjukkan peningkatan hasil belajar diukur dari evaluasi siklus I dan II dengan rata-rata pencapaian kognitif pada siklus I sebesar 72,13% dan pada siklus II sebesar 80,46%. Capaian rata-rata afektif pada siklus I sebesar 71,52% dan pada siklus II sebesar 80,61%. Capaian rata-ratapsikomotor siswa yang bersikap positif pada siklus I sebesar 73,33% dan pada siklus II sebesar 87,5%. Sebagai data pendukung,capaian kepuasan siswa terhadap penggunaan Think-Pair-Share pada siklus I sebesar 68,77% dan pada siklus II nenjadi 78,01% serta performence guru pada siklus I sebesar 72,06% menjadi 80,26% pada siklus II. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran kooperatif Think-Pair-Share dapat meningkatkan hasil belajar biologi.

2. Septriana dan Handoyo (2009) dalam penelitiannya yang berjudul ”Penerapan Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Geografi siwa kelas X SMA MAN 1 Malang ” Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa setelah adanya penerapan TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran kooperatif mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase keberhasilan tindakan sebesar 65.68% dalam katagori sedang, sedangkan dan pada siklus II meningkat menjadi 85.29% dalam katogori baik. Prestasi belajar siswa setelah penerapan TPS (Think-Pair-Share) juga mengalami peningkatan. Pada siklus I nilai rata-rata sebesar 71.76 dengan jumlah siswa yang tuntas belajar sebanyak 64.71% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 76.03% dengan jumlah siswa yang tuntas belajar adalah sebanyak 79,41%”.

Persamaan penelitian dengan penelitian sebelumnya yang akan dilakukan penulis adalah penerapan metode TPS (Think-Pair-Share/Berpikir-Berpasangan-Berbagi) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan perbedaannya

Gambar

Gambar 1.  Skema Kerangka Pemikiran PTK  Penerapan Metode TPS
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Dalam Penelitian
Gambar 2. Model Siklus Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas
Grafik Hasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada studi ini mengacu karakteristik lingkungan fisik restoran yang mencakup dimensi keindahan fasilitas, suasana, pencahayaan, tata ruang, perlengkapan makan dan pelayanan staf

Untuk fluida di dalam tabung, jika fluida masuk kedalam penukar kalor melalui salah satu ujung (front head) lalu mengalir ke dalam tabung dan langsung keluar dari ujung tabung

Dari pemaparan hasil kuesioner dengan deskriptif kuantitaif peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada pengaruh signifikan antara pembelajaran akuntansi syariah di perguruan

Secara keseluruhannya, kesemua inventori KBAT yang dikenal pasti menerusi analisis pemetaan metafora konsepsi dalam sampel pendahuluan 2 dapat dirumuskan bahawa

Dampak Positif yang muncul dari pengunaan jejaring sosial dikalangan remaja yaitu: a) Jejaring sosial merupakan fungsi internet yang paling banyak digunakan dimana

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam dengan karunia dan rahmat-Nya yang senantiasa memberikan nikmat dan curahan keagungan-Nya kepada

Ada satu sutta (SN. 52.1.4) dimana Sang Buddha mengatakan bahwa Satipatthana harus ditinggalkan setelah pencapaiannya. Dengan kata lain melatih Satipatthana, sampai anda

Pada minggu pertama praktikan belum mendapat tugas untuk mengajar. Minggu pertama praktikan masih melakukan observasi dan koordinasi dengan guru pembimbing terkait