• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hakikat Pendekatan Quantum Learning

Dalam dokumen Kristin Cahyani S841102008 (Halaman 45-56)

commit to user BAB

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori 1 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puis

2. Hakikat Pendekatan Quantum Learning

a. Pengertian Pendekatan

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya, yaitu pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran, yang mengacu pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu (Akhmad Sudrajat, 2008 :1).

Sementara itu, strategi pembelajaran adalah siasat guru dalam mengefektifkan, mengefisienkan, serta mengoptimalkan fungsi dan interaksi antara siswa dengan komponen pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran (Yatim Riyanto, 2010: 132). Senada pendapat di atas, Wina Sanjaya (2006: 124) mengungkapkan bahwa strategi adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, David (dalam Wina Sanjaya, 2006: 124) menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Dengan demikian strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.

Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual, maka untuk mengimplementasikan digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu.

Dengan kata lain, strategi mempunyai dua pengertian pokok, yaitu cara = metode dan rencana (plan) (Soemarsono, 2007: 2). Wina Sanjaya (2007: 125) juga mengatakan bahwa strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian, metode pembelajaran mempunyai arti cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Selain pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran terdapat juga istilah lain, yaitu teknik dan taktik (gaya) pembelajaran. Wina Sanjaya (2007: 125) menyatakan teknik sebagai cara yang dilakukan guru dalam rangka mengimplementasikan suatu metode. Akhmad Sudrajat (2008 :1) memberikan contoh misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.

Selanjutnya, taktik pembelajaran oleh Wina Sanjaya (2006: 125) dikatakan bersifat individual, yaitu gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik tertentu. Misalkan, metode ceramah yang digunakan oleh dua orang yang berbeda, tentu taktik yang digunakan juga akan berbeda.

Akmad Sudrajat (2008 :1) menjelaskan bahwa jika antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan taktik pembelajaran dirangkai menjadi satu kesatuan yang utuh akan terbentuk apa yang disebut dengan model pembelajaran. Maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

b. Pengertian Pendekatan Quantum Learning

Bertolak dari paparan tersebut diatas, qua ntum lea rning dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran, seperti diungkapkan oleh DePorter dan Henacki (2005: 15), qua ntum lear ning adalah seperangkat metode belajar yang efektif digunakan untuk semua umur.

Senada pendapat di atas, Quantum Learning Network Magazine (2006) mengungkapkan quantum lea rning adalah pendekatan komprehensif untuk pengajaran yang menggabungkan penelitian, praktik terbaik, metodologi pengiriman yang efektif, teknik pengelolaan kelas, strategi untuk keterlibatan siswa, model kepemimpinan.

Istilah qua ntum sendiri dalam qua ntum learning mempunyai pengertian keragaman atau variasi. Jadi, qua ntum lea rning dapat dimaknai sebagai belajar dengan memperhatikan beragam cara atau belajar dengan cara yang bervariasi (Andayani, 2009: 110).

Quantum learning di mulai di Super Camp, sebuah program percepatan berupa qua ntum lea rning yang ditawarkan oleh perusahaan Learning Forum.

Quantum lea rning berakar dari upaya DR. Georgi Lozanov yang

mempengaruhi hasil belajar, dan setiap detil apapun memberikan sugesti positif ataupun negatif (DePorter dan Henacki, 2005: 14). Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan sambil menonjolkan informasi, menyediakan guru-guru yang terlatih.

Banyak teknik yang bisa digunakan dalam pendekatan pembelajaran ini, Jeje (2008: 1) menyatakan bahwa qua ntum lea rning merupakan pembelajaran yang bisa digunakan oleh siapa saja selain siswa dan guru karena memberikan gambaran untuk mendalami apa saja dengan cara mantap dan berkesan. Caranya, seorang pembelajar harus mengetahui terlebih dahulu gaya belajar, gaya berpikir, dan situasi dirinya. Dengan begitu, pembelajar akan dengan cepat mendalami sesuatu. Banyak orang yang telah merasakan hasilnya setelah mengkaji sesuatu dengan cara qua ntum lea rning. Segalanya dapat dengan mudah, cepat, dan mantap dikaji dan didalami dengan suasana yang menyenangkan.

Barlas, Campbell dan Weeks (2002 :1) dari Aurora University dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa hasil survei benar-benar menunjukkan perbedaan antara quantum lea rning dan tradisional instruksi. Penggunaan pendekatan quantum lea rning di kelas telah membawa ke hubungan yang lebih

baik antara guru dengan siswanya dan membantu menjaga gairah dalam melakukan kegiatan pembelajaran setiap hari.

Sementara itu, Joko Adi Waluyo (2008: 3) mengungkapkan pengertian

qua ntum lea rning adalah gabungan yang sangat seimbang antara bekerja dan bermain, antara rangsangan internal dan eksternal. Quantum lea rning ialah kiat, petunjuk, strategi, dan seluruh proses belajar yang dapat mempertajam pemahaman dan daya ingat, serta membuat belajar sebagai suatu proses yang menyenangkan dan bermanfaat.

Selanjutnya, sama halnya pendekatan pembelajaran lainnya, qua ntum lea rning juga mempunyai asas utama yang menguatkan keberadaannya. Asas

utama tersebut adalah a rka n

(DePorter, Reardon, dan Nouri , 2005: 6). Asas ini mengingatkan pentingnya memasuki dunia murid sebagai langkah pertamanya dan utama jika ingin menerapkan berbagai metode pembelajaran Segala hal yang dilakukan dalam penerapan qua ntum lea rning selalu menciptakan sebuah interaksi dengan murid, setiap rancangan bahan ajar, dan setiap prosedur penerapan metode pembelajarannya (De Porter, 2005, cit Andayani, 2008: 21).

Selain asas utama, quantum lea rning memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap. Karena, di samping memiliki lagu atau partitur , permainan simfoni ini memiliki struktur chord dasar yang disebut prinsip-prinsip dasar

qua ntum lea rning. Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah: 1) ketahuilah bahwa segalanya berbicara, artinya segala yang terjadi dalam lingkungan kelas

menunjang pengiriman pesan tentang belajar; 2) ketahuilah bahwa segalanya bertujuan; 3) sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan; 4) akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran; 5) sadarila bahwa suatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan (DePorter, Reardon, dan Nouri, 2008: 7- 8).

Quantum Learning Network Magazine (2011) dalam The Quantum Lea rning System mengungkapkan bahwa sistem pembelajaran qua ntum

meningkatkan efektivitas guru dan meningkatkan kinerja siswa melalui orkestrasi bergerak dalam empat komponen inti, yaitu (1) yayasan, (2) suasana, (3) desain & pengiriman, (4) lingkungan. Hasil termasuk keterlibatan siswa, koneksi kuat ke konten, belajar bermakna relevan dengan kehidupan siswa, dan mengingat lebih besar. Uraian tentang komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut.

1) Yayasan

Intinya adalah buatlah komunitas pelajar selaras. Founda tion atau

dasarnya adalah konteks kelas dan meluruskan setiap orang menuju visi

bersama. Alignment atau kesejajaran dicapai melalui prosedur dan aturan

yang jelas mendefinisikan harapan, nilai-nilai, dan tujuan bagi para guru dan siswa. Hal ini menciptakan budaya belajar di mana siswa memahami prosedur kelas dan tahu bagaimana untuk berinteraksi satu sama lain dan dengan guru mereka untuk mengalami pembelajaran yang berhasil. Inisiatif fondasi penting untuk menginspirasi dan memotivasi siswa untuk menjadi pembelajar yang efektif.

2) Suasana (Atmosfer)

Intinya adalah menciptakan iklim emosional yang positif dan penuh hormat di mana siswa merasa aman untuk risiko. Atmosfer memainkan peran penting dalam domain afektif belajar. Ini adalah perasaan umum yang dibuat dalam kelas, siswa merasa aman, didukung dan memiliki rasa yang

kuat. Perkembangan pembangunan karakter keterampilan hidup

mempromosikan rasa hormat dan hubungan antara guru dan siswa. Nada kelas adalah nyaman dan memotivasi. Setiap usaha diakui, semua pembelajaran dan prestasi dirayakan.

3) Desain dan Pengiriman

Intinya adalah membuat dan memfasilitasi pembelajaran bermakna. Selain otak, perhatian kerajinan pelajaran yang efektif, desain memadukan elemen siswa, menghubungkan konten dengan pengetahuan sebelumnya, dan transfer belajar untuk situasi kehidupan nyata. Kegiatan yang memungkinkan siswa untuk menunjukkan pembelajaran mereka dan memungkinkan guru untuk menilai kemajuan siswa merupakan elemen penting dari desain. Pengiriman berkaitan dengan fasilitasi pelajaran yang dirancang. Pengiriman yang efektif memaksimalkan partisipasi siswa, pemahaman, dan kompetensi, dan memberikan pengalaman belajar multiindrawi, efisien dan terfokus. Elemen pengiriman termasuk strategi bertanya dan keterampilan diskusi yang meningkatkan partisipasi dan akuntabilitas, memberikan arah mujarab, memaksimalkan perhatian siswa, penggunaan tujuan, dan strategi komunikasi yang penting.

4) Lingkungan

Intinya adalah menciptakan ruang fisik yang mendukung budaya kelas dan meningkatkan pembelajaran. Lingkungan adalah pemanfaatan ruang fisik untuk mendukung budaya belajar. Lingkungan kelas yang ideal adalah mengundang, nyaman, dan merangsang. Karena segala sesuatu di kelas mengirim pesan tentang apa yang penting. Lingkungan ini sengaja dibangun dengan menggunakan tanaman, pencahayaan, dekorasi, penataan furnitur, konten terkait dan poster inspirasional, dan hasil kerja siswa. Musik, yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pembelajaran dan keadaan siswa,

merupakan elemen yang kuat dari lingkungan quantum lea rning. Mengelola

lingkungan untuk memaksimalkan dukungannya terhadap pembelajaran merupakan proses yang berkelanjutan.

c. Orkestra dalam Pembelajaran Apresiasi Puisi

Menata pentas:

pembelajaran apresiasi puisi yang berbasis qua ntum lea rning. Penataan lingkungan itu ditujukan sebagai upaya untuk membangun dan mempertahankan sikap positif siswa terhadap pembelajaran apresiasi puisi. Sikap positif merupakan aset penting untuk belajar puisi. Dengan mengatur lingkungan belajar sedemikian rupa, para pelajar diharapkan mendapat langkah pertama yang efektif untuk mengatur pengalaman belajar (Yuni Susilowati, 2010: 35). Karena hal yang perlu diperhatikan dalam qua ntum lar ning adalah

konsep belajar dengan membiasakan belajar dengan suasana nyaman dan menyenangkan.

Hal senada diungkapkan oleh Suyatno (2010: 31), bahwa quantum lea rning adalah pengubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi proses belajar alamiah dengan secara sengaja menggunakan musik, mewarnai lingkungan sekeliling, menyusun bahan pengajaran yang sesuai, cara efektif pembelajaran, dan keterlibatan aktif siswa dan guru.

Sebagaimana juga telah dikemukakan pada bagian terdahulu, bahwa

qua ntum lea rning memiliki prinsip serta petunjuk teknis untuk menciptakan lingkungan belajar yang penuh makna dan menyenangkan. Maka agar apresiasi puisi menjadi kegiatan prioritas di sekolah, penciptaan orkestrasi pembelajaran, seperti yang ditawarkan pada pendekatan qua ntum lea rning dapat diangkat menjadi model pembelajaran apresiasi puisi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Andayani (2008: 29) bahwa di dalam upaya mewujudkan pembelajaran apresiasi sastra yang dapat mencapai cheers

(kepuasan) dan a ppla use (kekaguman), salah satu teknik yang dapat diwujudkan antara lain dengan mengintegrasikan pembelajaran apresiasi sastra dengan lagu atau nyanyian.

Dengan demikian, Orkestra atau musik menjadi hal yang penting dalam menciptakan lingkungan yang nyaman dan menyenangkan. Howard (1997: 81) melakukan penelitian memeriksa efek dari terapi musik dan puisi pada

perempuan dan remaja. Hasil penelitian juga menunjukkan efektivitas seni ekspresif terhadap perilaku remaja.

Hal sama diungkapkan oleh Blank (2010: 1) bahwa para dokter Romawi Soranus membuat resep untuk pasien depresi yang disebut terapis puisi. Di samping itu, Dr Benjamin Rush, yang disebut "Bapak Psikiatri Amerika" menggunakan musik dan sastra sebagai pengobatan komplementer. Kemudian pasiennya menerbitkan tulisannya di Koran.

DePorter, Reardor, dan Nourie juga menyebutkan bahwa musik dalam pembelajaran berfungsi sebagai penata suasana hati, pengubah keadaan mental siswa, dan pendukung lingkungan belajar. Sebagaimana hasil penelitian Dr. George Lozanov bahwa relaksasi yang diiringi musik membuat pikiran selalu siap dan mampu berkonsentrasi (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2008: 73). Pendapat ini diperkuat oleh Campbell, Bruce Campbell dan Dee Dickinson (2006: 149), yang dikutip Susilowati bahwa ketika memutar musik yang lembut sebagai latar belakang pada saat siswa memasuki kelas, meningkatkan kemampuan siswa untuk memfokuskan perhatiannya (Campbell, Bruce C. dan Dee Dickinson dalam Susilowati, 2009: 71).

d. Langkah-langkah Pembelajaran Apresiasi Puisi dengan Quantum Learning

Konsep TANDUR (tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) merupakan langkah-langkah pembelajaran apresiasi

puisi dalam pendekatan qua ntum lear ning (DePorter, Reardor, dan Nourie, 2005: 88) dan Andayani (2008: 74-78), berikut penjelasannya.

1) Prosedur Tumbuhkan, dalam apresiasi puisi berbasis qua ntum lea rning

dapat dilakukan dengan berbagai aktivitas, yaitu bisa berupa aktivitas menyanyi dan bertepuk tangan.

2) Prosedur Alami, yaitu prosedur peserta didik mulai memasuki proses belajar dalam pembelajaran apresiasi puisi. Pada prosedur ini siswa mulai memasuki proses pembelajaran menyimak syair lagu yang berupa puisi. 3) Prosedur Namai, dengan prinsip mereka dapat mengatualisasikan dirinya

menemukan konsep-konsep puisi, misalkan baitnya, barisnya, sajaknya, diksinya, gaya bahasanya.

4) Prosedur Demonstrasikan, aktivitas dalam prosedur ini berwujud aktivitas gerak. Aktivitas ini diwujudkan dalam kinerja atau performasi, yaitu dengan melalui praktik dan dilatihkan

5) Prosedur Ulangi, dengan prinsip aktivitas gerak dapat menjadikan siswa memiliki keterampilan yang sempurna, khususnya dalam berbahasa. Syaratnya adalah pendemonstrasian dalam latihan keterampilan secara berulang-ulang.

6) Prosedur Rayakan yang melahirkan aspek sikap. Dikatakan demikian karena dalam prosedur tersebut siswa diberi respon-respon khusus dari guru maupun dari siswa-siswa lain di kelasnya secara serentak. Perayaan tersebut akan menambatkan belajar dengan asosiasi positif.

3. Hakikat Pendekatan Ekspositori

Dalam dokumen Kristin Cahyani S841102008 (Halaman 45-56)