• Tidak ada hasil yang ditemukan

Struktur Batin Puis

Dalam dokumen Kristin Cahyani S841102008 (Halaman 36-45)

commit to user BAB

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Teori 1 Hakikat Kemampuan Mengapresiasi Puis

2) Struktur Batin Puis

Adapun struktur batin puisi (Herman J. Waluyo, 2010: 124-151) akan dijelaskan sebagai berikut.

(1) Tema/makna (sense); merupakan gagasan pokok atau subjeck-ma tter

yang dikemukakan oleh penyair. Media puisi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka puisi harus bermakna, baik makna tiap kata, baris, bait, maupun makna keseluruhan.

(2) Rasa (feeling), yaitu sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya dengan latar belakang sosial dan psikologi penyair, misalnya latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan

dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketepatan dalam menyikapi suatu masalah tidak bergantung pada kemampuan penyairmemilih kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, tetapi lebih banyak bergantung pada wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan kepribadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.

(3) Nada (tone), yaitu sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca untuk memecahkan masalah, menyerahkan masalah begitu saja kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca.

(4) Amanat/tujuan/maksud (itention); sadar maupun tidak, ada tujuan yang mendorong penyair menciptakan puisi. Tujuan tersebut bisa dicari sebelum penyair menciptakan puisi, maupun dapat ditemui dalam puisinya.

e. Jenis-jenis Puisi

Herman J. Waluyo (2010: 156-166) mengungkapkan bahwa macam- macam puisi, di antaranya: puisi naratif, lirik, dan deskriptif; puisi kamar dan puisi auditorium; puisi fisikal, puisi platonik dan metafisikal; puisi subjektif

dan objektif; puisi konkret; puisi diafan, gelap, dan prismatik; puisi parnasian dan puisi inspiratif; stansa; puisi demonstasi dan pamlet; dan alegori.

a) Puisi Naratif, Puisi Lirik, Puisi Deskriptif

Klasifikasi ini berdasarkan cara penyair mengungkapkan isi atau gagasan yang akan disampaikan.

(1) Puisi Naratif, yaitu puisi yang mengungkapkan cerita atau penjelasan penyair, misalnya romansa dan balada. Romansa adalah jenia puisi cerita yang menggunakan bahasa romantic, yang berisi kisah percintaan yang berhubungan dengan ksatria, dengan diselingi perkelahian dan petualangan yang menambah percintaan mereka lebih mempesona. Sedangkan balada adalah puisi yang berisi cerita tentang orang-orang perkasa, tokoh pujaan, atau orang-orang yang menjadi pusat perhatian.

(2) puisi lirik, yaitu puisi yang mengungkapkan aku lirik atau gagasan pribadinya. Jenisnya adalah (1) elegi, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan duka; (2) serenada, yaitu sajak percintaan yang dapat dinyanyikan; (3) ode, yaitu p;uisi yang berisi pujaan terhadap seseorang, sesuatu hal, atau suatu keadaan.

(3) puisi deskriptif, yaitu puisi yang penyairnya bertindak sebagai pemberi kesan terhadap keadaan/peristiwa, benda, atau Susana yang dipandang menarik perhatian penyair. Macam puisi deskriptif adalah (1) satire, yaitu puisi yang mengungkapkan perasaan tidak puas penyair terhadap suatu keadaan, namun dengan cara menyindir atau

menyatakan keadaan sebaliknya; (2) kritik sosial, yaitu puisi yang juga menyatakan ketidaksenangan penyair terhadap; keadaan atau terhadap diri seseorang, namun dengan cara membeberkan kepincangan atau ketidakberesan keadaan atau orang tersebut; (3) puisi impresionistik yang mengungkapkan kesan (impresi) penyair terhadap suatu hal.

b) Puisi Kamar dan Puisi Auditorium

Puisi kamar ialah puisi yang cocok dibaca sendirian atau dengan satu atau dua orang pendengar saja di dalam kamar. Sedangkan puisi auditorium adalah puisi yang cocok untuk dibaca di auditorium, di mimbar yang jumlah pendengarnya dapat ratusan orang.

c) Puisi Fisikal, Platonik, Metafisikal

Fisikal adalh puisi yang menggambarkan kenyataan apa adanya. Platonik adalah puisi yang berisi hal-hal yang bersifat spiritual atau kejiwaan. Metafisikal adalah puisi yang bersifat filosofis dan mengajak pembaca merenungkan kehidupan dan merenungkan Tuhan.

d) Puisi Subjektif dan Puisi Objektif

Puisi subjektif adalah puisi yang mengungkapkan gagasan, pikiran, perasaan, dan suasana dalam diri penyair sendiri. Puisi Objektif adalah puisi yang mengungkapkan hal-hal di luar diri penyair itu sendiri.

e) Puisi Konkret

Puisi konkret adalah puisi yang bersifat visual, yang dapat dihayati keindahan bentuk dari sudut penglihatan (poems for the eve).

f) Puisi Diafan, Gelap, dan Prismatis

Puisi diafan adalah puisi polos, yaitu puisi yang kurang sekali menggunakan pengimajian, kata konkret dan bahasa figuartif, sehingga puisinya mirip dengan bahasa sehari-hari. Puisi gelap adalh puisi yang terlalu banyak majas, sehingga puisi itu menjadi gelap dan sukar ditafsirkan. Sedangkan puisi prismatis adalah puisi yang menyelaraskan kemampuan menciptakan majas, versifikasi, diksi, dan pengimajian sedemikian rupa sehingga pembaca tidak terlalu mudah menafsirkan makna puisinya. Namun pembaca tetap dapat menyelusuri maknanya. g) Puisi Parnasian dan Puisi Inspiratif

Puisi parnasian adalah puisi yang diciptakan dengan pertimbangan ilmu atau pengetahuan dan bukan didasari oleh inspirasi karena adanya mood dalam jiwa penyair. Puisi Inspiratif adalah puisi yang diciptakan berdasarkan mood atau passion, penyair benar-benar masuk ked lam suasana yang hendak dilukiskan.

h) Stansa

Jenis puisi yang terdiri atas 8 baris. i) Puisi Demonstrasi dan Pamlet

Puisi demonstrasi adalah puisi yang melukiskan hasil refleksi demonstrasi dari mahasiswa dan pelajar. Pamlet adalah puisi yang menggunakan bahasa pamlet, yaitu puisi yang mengungkapkan ketidakpuasan pada keadaan, yang berisi protes spontan tanpa proses pemikiran atau perenungan yang mendalam.

j) Alegori

Puisi yang mengungkapkan cerita yang isinya dimaksudkan untuk memberikan nasihat tentang budi pekerti dan agama.

Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Ditilik dari berbagai paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengapresiasi puisi adalah suatu kemampuan atau kecakapan mengenali, memahami puisi dengan sunggu-sungguh sehingga timbul pengertian, penghargaan, kepekaan pikiran kritis dan kepekaan perasaan yang baik terhadap puisi termasuk menikmati keindahan estetik yang ada di dalam puisi. Ginger Norton (2003), Colorado dalam Poetry Apprecia tion, melakukan penelitian yang berfokus pada pemahaman dan apresiasi puisi. Pengalaman puisi siswa melalui berbagai metode pengajaran seperti journal dan seni menghasilkan kesimpulan bahwa siswa memahami bagaimana membaca dan mengenali sastra sebagai catatan pengalaman manusia.

Menurut Moody (dalam Nurgiyantoro, 2010: 459-460) untuk mengetahui tingkat kemampuan mengapresiasi puisi, digunakan tes kesastraan. Pengukuran tes kemampuan mengapresiasi puisi dibagi menjadi empat kategori, yaitu (1) informasi, adalah pertanyaan-pertanyaan tentang pengetahuan dasar untuk memahami puisi; (2) konsep, yakni pertanyaan tentang persepsi sebuah puisi, (3) persperktif, yakni pertanyaan yang menyangkut pandangan terhadap sebuah karya puisi, (4) apresiasi, yakni, pertanyaan yang menyangkut aspek kesastraan dan kebahasaan, yang

mengarah pada kritik atas sebuah puisi, baik dalam unsur intrinsik maupun ekstrinsik puisi. Selain itu, dalam mengukur keberhasilan belajar aspek apresiasi puisi ini juga ditandai oleh kegiatan siswa dalam membaca puisi, memilih kegiatan berpuisi, keterlibatan dalam bergelut dengan puisi, dan sikap siswa terhadap puisi dan belajar puisi.

f. Aspek-aspek Penilaian Kemampuan Mengapresiasi Puisi

Penilaian apresiasi puisi harus sejalan dengan tekanan atau titik berat utamanya, yakni pemahaman struktur fisik dan struktur batin puisi. Sehubungan dengan hal itu, pertanyaan-pertanyaan dalam rangka evaluasi pembelajaran puisi dikategorikan ke dalam beberapa tingka t. Sesuai pendapat Moody (dalam Nurgiyantoro, 2001: 341-346), mengategorikan evaluasi pembelajaran sastra (puisi) menjadi empat tingkatan,yaitu tes kesastraan tingkat informasi, tes kesastraan tingkat konsep, tes kesastraan tingkat perspektif, dan tes kesastraan tingkat apresiasi.

1. Tes kesastraan tingkat informasi

Tes ini digunakan untuk mengungkap kemampuan siswa yang berkaitan dengan hal-hal pokok yang berkenaan dengan sastra, baik yang menyangkut tentang data-data tentang suatu karya maupun data-data lain yang dapat dipergunakan untuk membantu penafsiran. Data-data yang dimaksud berhubungan denga pertanyaan-pertanyaan apa yang terjadi, di mana, kapan, berapa, nama, dan sebagainya. Butir-butir soal yang

dimaksud untuk mengukur pengetahuan siswa tentang informasi sama halnya dengan tes tingkat ingatan.

2. Tes kesastraan tingkat konsep.

Tes ini berkaitan dengan bagiamana data-data atau unsur-unsur karya sastra itu diorganisasikan. Masalah yang dimaksud anatara lain berupa: apa saja unsur-unsur yang terdapat dalam puisi, apa efek pemilihan unsur itu, mengapa pengarang memilih unsur seperti itu, dan sebagainya. Untuk dapat mengerjakan butir-butir soal tingkat konsep, di samping perlu mempunyai bekal teoretis, siswa harus membaca karya dengan disertai sikap kritis dan analitis.

3. Tes kesastraan tingkat perspektif.

Tes tingkat ini berkaitan dengan pandangan siswa sehubungan dengan karya sastra yang dibacanya. Tes tingkat perspektif ini menuntut siswa untuk mampu menghubungkan antara sesuatu yang ada dalam karya sastra dengan sesuatu yang berada di luar karya itu. Masalah-masalah yang dipersoalkan dalam tes tingkat ini antara lain: apa manfaat karya sastra ini, apa kesesuaian dengan realitas kehidupan, kesimpulan apa yang dapat diambil dari karya tersebut, dan sebagainya.

4. Tes kesastraan tingkat apresiasi.

Pada tingkat apresiasi ini siswa diberi tugas mengenali dan memahami bahasa sastra melalui ciri-cirinya dan membandingkan efektivitasnya dengan penuturan bahasa secara umum untuk pengungkapan hal yang kurang lebih sama. Tes pada tingkat apresiasi ini antara lain menyangkut

hal-hal seperti: mengapa pengarang justru memilih bentuk, kata, atau ungkapan yang seperti itu, apa efek pemilihan bentuk, kata ungkapan, kalkimat, dan gaya bagi karya tersebut, jenis atau ragam bahasa apa yang digunakan dalam karya tersebut, dan sebagainya.

g. Apresiasi Puisi di Kelas VII SMP

Pembelajaran apresiasi puisi pada jenjang pendidikan kelas VII, seperti telah diuraikan pada bab pendahuluan, meliputi 6 kompetensi dasar (KD), yaitu (1) KD 8.1 menulis pantun sesuai dengan syarat pantun; (2) KD 13.1 menanggapi cara pembacaan puisi; (3) KD 13.2 merefleksi isi puisi yang dibacakan; (4) KD 15.1 membaca indah puisi dengan menggunakan irama, volume suara, mimik, kinesik, yang sesuai dengan isi puisi; (5) KD 16.1 menulis kreatif puisi berkenaan dengan keindahan alam; dan (6) KD 16.2 menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang dialami.

Dari 6 kompetensi dasar tersebut, yang dijadikan penelitian adalah kompetensi dasar 13. 2, yaitu merefleksi isi puisi yang dibacakan. Dari kompetensi dasar tersebut dijabarkan ke dalam indikator sebagai berikut.

1. Menangkap isi puisi seperti gambaran penginderaan, perasaan, dan pendapat yang berkaitan dengan isi puisi secara kritis.

2. Mengungkapkan nada, suasana, rima dan pilihan kata yang berkaitan denngan isi puisi.

3. Mengemukakan pesan-pesan puisi secara tepat.

Dalam dokumen Kristin Cahyani S841102008 (Halaman 36-45)