• Tidak ada hasil yang ditemukan

DIY Syarat :

D. Diskusi Umum

2. Hal-hal baru dari penelitian

a. Manipulasi fisik

Penelitian ini menunjukkan bahwa AA, D dan J memunculkan fenomena bahwa :

1) Tindakan manipulasi fisik pengemis tidak selalu bertujuan untuk memunculkan rasa belas kasihan.

2) Pengemis tidak selalu identik dengan tindakan manipulasi fisik, bahkan pengemis seperti D dan J justru tidak simpatik dengan tindakan manipulasi fisik.

Jalan tengah yang dapat diajukan adalah bahwa pada kenyataannya praktek dan tujuan manipulasi fisik oleh pengemis tidak bisa digeneralisasi dan sifatnya kasuistik.

b. Tipologi pengemis

Pengklasifikasian pengemis selama ini masih minim dilakukan. Hal ini diakui oleh Baha’Uddin dan Gayung Kasuma ketika melakukan penelitian terhadap pengemis pada tahun 2004. Engkus Koswara mengelompokkan pengemis berdasarkan waktu aktivitasnya. Indrawati meninjau pengemis dari aspek psikologisnya dan membagi pengemis menjadi dua golongan. Pemerintah dalam hal ini Dinas Sosial, membagi pengemis berdasarkan kepemilikan tempat tinggal. Penelitian ini hendak menambahkan suatu dasar pengelompokkan pengemis yang baru yaitu berdasarkan motif mengemisnya.

Pembagian pengemis berdasarkan motif mengemisnya dilandasi oleh adanya temuan fenomena AA. AA secara keseluruhan sangat berbeda dengan D dan J. Secara teoritis fenomena AA membuka wawasan bahwa ada pengemis yang memiliki motif di luar motif ekonomi. Dapat dikatakan bahwa motif mengemis AA adalah motif non ekonomi.

Berdasarkan hal inilah penelitian ini mengajukan klasifikasi pengemis berdasarkan motifnya yang dalam hal ini dapat dibagi menjadi dua yaitu :

1) Pengemis dengan motif ekonomi

Motif ekonomi adalah motif yang banyak dijumpai dalam pekerjaan mengemis. Pengemis beralasan bahwa mengemis adalah jalan untuk memenuhi kebutuhan ekonominya sehari-hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi motif ekonomi pengemis adalah faktor ekonomi, faktor mentalitas, faktor konflik keluarga serta faktor tingkat pendidikan dan keterampilan yang tidak memadai.

2) Pengemis dengan motif non ekonomi

Motif non ekonomi adalah motif yang dijumpai secara kasuistik dalam individu atau sekelompok pengemis. Motif non ekonomi diperkirakan banyak macamnya dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengungkapkan jenis-jenis motif non ekonomi dari pengemis.

Secara ilmiah, pengelompokan pengemis berdasarkan motifnya akan mengungkapkan alasan yang terkait dengan aktivitas para pengemis yang bersangkutan. Aktivitas ini kemudian menjadi salah satu dasar untuk melihat makna hidup si pengemis. Dengan memahami motif para pengemis, maka pusat-pusat rehabilitasi sosial seperti PSBK dapat memilih metode dan sistem pembinaan yang lebih menyentuh motif si pengemis tersebut. Harapannya sistem pembinaan tersebut kemudian dapat menimbulkan transformasi motif pada diri subjek. Perubahan pada motif subjek akan membuat subjek mampu melepaskan diri dari latar belakang masa lalunya untuk kemudian berdiri sebagai individu yang sadar dan bebas untuk memilih aktivitas hidup yang lebih berkualitas. Perubahan aktivitas hidup ini kemudian diharapkan dapat membuat subjek

memandang kehidupan secara berbeda dan dengan demikian memiliki pilihan untuk mengubah nasib.

Secara garis besar, pengelompokan pengemis berdasarkan motif akan mempengaruhi metode dan sistem pembinaan para pengemis karena pendekatan bagi pengemis dengan motif ekonomi tentu berbeda dengan pendekatan bagi pengemis dengan motif non ekonomi. Pendekatan yang berbeda ini diharapkan dapat memberikan hasil yang lebih signifikan terhadap upaya-upaya rehabilitasi para pengemis menuju kehidupan yang lebih baik. Kehidupan yang lebih baik dicapai melalui perubahan aktivitas dan cara pandang terhadap hidup karena telah terjadi transformasi motif sebagai akibat langsung dari sistem pembinaan yang memodifikasi atau mengubah pengemis berdasarkan motif mengemisnya. Dapat diupayakan suatu sistem pembinaan dan pendampingan yang khas bagi setiap tipe pengemis yang mengakomodasi kebutuhan khas subjek untuk berubah.

3) Motif teologis dalam mengemis

Secara khusus motif non ekonomi AA adalah motif teologis. Motif teologis mengemis AA dapat dimaknai sebagai tindakan memiskinkan diri yang dilakukan secara sadar yang didasarkan pada suatu keyakinan bahwa kekayaan dan seluruh materi duniawi adalah milik Tuhan. Sejauh ini memang belum ditemukan penelitian mengenai pengemis dengan motif teologis, tetapi studi literatur menunjukkan bahwa konsep pemiskinan diri karena alasan teologis telah ditemukan pada beberapa agama dan catatan sejarah melaporkan adanya orang-orang yang mempraktekkan konsep pemisikinan diri ini.

Secara konseptual, dalam agama Katolik dikenal konsep kaul kemiskinan yaitu tindakan sadar untuk melepaskan kepemilikan terhadap harta duniawi untuk mengikuti Tuhan. Konsep ini dipraktekkan oleh tokoh-tokoh seperti Santo Fransiskus dari Asisi dan Santo Agustinus, bahkan tokoh-tokoh ini menginspirasi lahirnya ordo pengemis (Hartoko, 1974). Dalam agama Islam ada konsep Zuhud yaitu tindakan memiskinkan diri yang dimaknai sebagai kesadaran bahwa kita sebagai manusia, hakikatnya adalah miskin dan tidak memiliki apa-apa di hadapan Tuhan (“Apa Perlunya Zuhud”, 2007). Praktek memiskinkan diri karena motif teologis juga tercatat dilakukan oleh kelompok orang-orang yang disebut sebagai para sufi.

Motif teologis pengemis ini tentunya memerlukan penelitian lebih lanjut terutama untuk menggali faktor-faktor yang membentuk motif teologis. Berdasarkan hasil penelitian terhadap subjek AA, diperkirakan faktor-faktor yang mempengaruhi motif pengemis tipe ini adalah faktor keyakinan subjek terhadap suatu ajaran tertentu dan faktor intensitas interaksi subjek terhadap kelompok atau komunitas yang menganut keyakinan tersebut.

Berdasarkan penelitian terhadap subjek AA, terungkap bahwa pengemis dengan motif teologis sesungguhnya lebih mampu mendefinisikan dan mengartikulasikan arti dan tujuan hidup secara lebih jelas daripada pengemis dengan motf ekonomi seperti J dan D. Sayangnya, pengemis tipe ini tampaknya mengalami kesulitan untuk menerjemahkan arti dan tujuan hidupnya ke dalam rencana hidup yang lebih kongkrit. Hal ini tampaknya dipengaruhi oleh sifat arti dan tujuan hidupnya yang cenderung lebih transeden, abstrak dan mistis sehingga

rencana hidupnya diserahkan pada tuntunan pencerahan teologis yang didapatnya. Pengemis tipe ini juga sering terjebak pada prilaku tertutup terhadap relasi sosial.

Rencana hidup yang belum kongkrit dan prilaku tertutup terhadap relasi sosial inilah yang mungkin perlu ditransformasi melalui sistem pembinaan khusus. PSBK mungkin tidak perlu menggugat motif teologisnya, tetapi cukup berusaha mengarahkan subjek untuk lebih dapat mengartikulasikan rencana hidupnya dan memfasilitasi komunikasi sosial subjek. PSBK seharusnya mampu membuat subjek merasa nyaman dan menghilangkan prasangka subjek bahwa komunikasi sosial akan membongkar identitasnya atau mengusik permenungan hidupnya. PSBK mungkin bisa menanamkan keyakinan bahwa relasi sosial adalah sarana untuk memperluas wawasan dan cakrawala subjek terhadap pencarian teologisnya.

1. Pengemis memiliki latar belakang kehidupan yang sangat bervariasi, khususnya pengemis PSBK yang tergambar dari latar belakang ketiga subjek penelitian.

2. Motif mengemis, khususnya yang ditemukan di PSBK melalui ketiga subjek penelitian, dapat dibedakan menjadi dua yaitu motif ekonomi (seperti D dan J) dan motif non ekonomi (seperti AA dengan motif teologisnya). Motif mengemis dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.

3. Aktivitas pengemis di PSBK sepenuhnya mengikuti aktivitas formal PSBK yang memang menjadi fokus pembinaan PSBK (mendidik pengemis dengan mengintervensi aktivitasnya). Di luar jam pembinaan, ketiga subjek dan WBS lain kembali pada pekerjaannya yaitu mengemis atau menggelandang atau aktivitas lain.

4. Para pengemis, berdasarkan penelitian atas ketiga subjek, kesulitan membangun makna hidupnya. (meliputi arti hidup, tujuan hidup dan rencana hidup) secara utuh. Secara khusus, rencana hidup yang dimiliki ketiga subjek sebatas keinginan-keinginan sesaat tanpa disertai perencanaan yang matang.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan pengkajian ulang terhadap perilaku mengemis yang dianggap melakukan aktivitas manipulasi fisik untuk mengharapkan belas kasihan. Pada

kenyataannya tidak semua pengemis melakukan aktivitas pengemis dan tidak semua pengemis melakukan aktivitas fisik untuk mengharapkan belas kasihan. 2. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut atas usul penelitian ini untuk

mengelompokkan pengemis berdasarkan motifnya yaitu membedakan pengemis mejadi pengemis dengan motif ekonomi dan pengemis dengan motif non ekonomi. Pengkajian dapat meliputi jenis-jenis motif non ekonomi dari pengemis

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi motif non ekonomi pengemis, khususnya faktor-faktor yang mempengaruhi pengemis dengan motif teologis.

Dokumen terkait