• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAMBA TUHAN YANG IDEAL

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 189-199)

8 Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. 9 Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapa pun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. 10 Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. 11 Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, 12 dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. (1 Tesalonika 2:8-12)

PADA tanggal 16 April 2014 terjadi kecelakaan laut yang cukup menghebohkan di Korea Selatan, karena menewaskan banyak orang dan presiden Korea Selatan kala itu, Park Geun-hye dilaporkan sangat marah atas sikap kapten dan para awak kapal feri Sewol yang tenggelam di lepas pantai Jindo itu. Dikatakan bahwa para awak kapal tersebut kabur dengan meninggalkan ratusan penumpang yang masih terjebak di dalam kapal yang karam, sehingga banyak penumpang tidak tertolong. Tindakan mereka dianggap oleh Presiden Park sama seperti aksi pembunuhan.

Kapal feri Sewol itu membawa sekitar 476 penumpang dan awak, dan 339 dari mereka adalah

anak-anak sekolah beserta guru-guru mereka yang saat itu sedang melakukan kunjungan wisata ke Pulau Jeju. Kapal feri itu akhirnya tenggelam beserta dengan sebagian besar penumpangnya.

Kapten kapal, Lee Joon-seok dan dua awaknya tahan polisi untuk dikenakan tuduhan kelalaian dan di-sertai dengan empat dakwaan lain. Presiden Park dengan emosi menyampaikan kemarahannya atas tindakan kapten dan para awaknya, dengan mengatakan bahwa:

Perbuatan mereka itu tidak bisa diterima akal sehat, ini seperti aksi pembunuhan yang tidak bisa dan tidak boleh ditolerir.

Beberapa waktu sebelumnya, yaitu pada saat mempromosikan kapal feri Sewol, Kapten Lee menyata-kan bahwa kapal feri yang dia kendalimenyata-kan dari Incheon menuju Jeju itu dijamin aman, selama para penumpang mengikuti instruksi dari para awak. Namun, seiring ber-jalannya waktu; sejumlah penumpang yang selamat dari peristiwa kecelakaan tersebut mengaku bahwa mereka tidak pernah menerima atau mendengar instruksi ke-selamatan dari para awak saat kapal mengalami masalah hingga akhirnya mereka nekat lompat ke laut.

Ada hal yang salah dalam diri kapten kapal itu. Ia dianggap telah melalaikan tugasnya sebagai kapten yang harus bertanggung jawab atas keselamatan seluruh pe-numpang. Ia bukan seorang kapten kapal yang ideal. Sungguh memalukan. Akibat kelalaiannya itulah maka kapten Lee diperhadapkan ke pengadilan untuk mem-pertanggungjawabkan tindakannya yang telah menyebab-kan korban jiwa.

Berkaitan dengan kehidupan seorang hamba Tuhan, maka bagaimanakah seharusnya seorang hamba Tuhan menjalani kehidupan yang berkenan dihadapan Tuhan, gereja dan masyarakat? Ia harus memiliki syarat ideal yang ditentukan Tuhan; dan hamba Tuhan yang ideal adalah:

Hamba Tuhan Yang Penuh Kasih Dan Rajin Dalam Melayani Tuhan

Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. (1 Tesalonika 2:8-9)

Setiap orang harus memiliki semangat perjuangan yang tinggi untuk mencapai suatu keberhasilan dalam hidupnya. Prinsip ini berlaku umum dan tidak terkecuali untuk para hamba Tuhan. Seorang hamba Tuhan yang ingin memiliki keberhasilan dalam hidup dan pelayanan-nya harus mampu berjuang dengan penuh kasih dan ke-rajinan yang luar biasa dalam melayani Tuhan. Dikatakan bahwa: Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar

akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi. Sebab kamu masih ingat, saudara-saudara, akan usaha dan jerih lelah kami. Sementara kami bekerja siang malam, supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. (1 Tesalonika 2:8-9).

Hamba Tuhan yang ideal adalah hamba Tuhan yang penuh kasih untuk melayani umat, dan menjalani hidup dan panggilannya. Kasih akan Allah, dan kasih akan sesama menjadi modal utama dalam menjalani hidup pelayannya. Dikatakan mereka rela membagi dan hal itu didasari pada kasih. Ketika membagi tanpa kasih, maka yang muncul adalah keinginan untuk dipuji, dan hal lain yang sungguh bertentangan dengan prinsip hidup se-orang hamba Tuhan.

Kasih mendasari tindakan untuk membagi, dan tindakan untuk memberikan perlindungan. Seorang hamba Tuhan harus memiliki kasih agape tentunya guna menjadi kesaksian hidup bagi gereja dan lingkungannya.

Mengasihi merupakan ciri khas orang percaya, dan jika itu nyata, maka sungguh memalukan jika ada hamba Tuhan yang tidak mengasihi.

Selain kasih, seorang hamba Tuhan haru rajin. Dikatakan: ... Sementara kami bekerja siang malam,

supaya jangan menjadi beban bagi siapapun juga di antara kamu, kami memberitakan Injil Allah kepada kamu. (ay. 9).

Rajin bekerja? Tidak!, para hamba Tuhan ini rajin dalam melayani Tuhan. Dikatakan bahkan siang dan malam me-nunjukkan suatu tindakan yang terus-menerus dilakukan. Hamba Tuhan yang penuh kasih namun tidak rajin akan merusak reputasi dan pelayanannya. Hamba Tuhan yang rajin namun tidak punya kasih akan menghilangkan ciri khas kekristenannya.

Jadi selain seorang yang yang penuh kasih, maka seorang hamba Tuhan harus rajin bekerja di ladang Tuhan. Bukan rajin untuk memenuhi kebutuhan hidup-nya, melainkan rajin karena pekerjaan Tuhan. Hamba Tuhan yang ideal adalah para hamba Tuhan yang penuh kasih dan rajin melayani.

Sebuah video yang berjudul Stu in Tokyo men-ceritakan seorang pekerja bernama Stu yang telah mem-berikan sebuah pesan bagi para pekerja kantoran di sektor jasa keuangan. Dia memilih periode Januari-Maret, yang merupakan saat-saat di mana pekerjaan menumpuk. Setiap harinya, setelah hanya tidur beberapa jam; Stu dengan terburu-buru berangkat ke tempat kerja. Dia berada di kantor rata-rata 13 jam per hari. Pekerjaan baru selesai sekitar pukul 23.00, dan Stu lagi-lagi harus bergegas agar tidak ketinggalan kereta. Tiba di rumah, isirahat, dan siklus yang sama terus berulang.

Dalam enam hari, Stu bekerja selama 78 jam dan tidur 35 jam. Padahal dalam 6 hari hanya ada 144 jam, artinya lebih dari separuh kehidupan Stu dihabiskan untuk bekerja. Stu hidup layaknya pekerja kantoran di Jepang pada umumnya. Pekerja kantoran ini adalah tulang punggung perekonomian Jepang, dan seringkali

menempatkan kepentingan pekerjaan di atas keluarga. Meski begitu, sepertinya mereka tetap menikmati hidup. Pulang larut malam, para pekerja ini masih rutin minum-minum bersama sahabat atau klien. Mereka pun merasa tidak perlu dikasihani. Stu berkata: Saya tidak perlu

men-dapat simpati. Ketika saya bekerja, saya sudah tahu akan ada saat-saat pekerjaan begitu menyibukkan, Ada banyak orang di Tokyo yang bekerja seperti ini sepanjang tahun demi menopang hidup keluarganya. Saya tidak bisa mem-bayangkan bila harus melakukannya.

Pekerja keras menjadi ciri khas masyarakat Jepang dan hal itu sudah dikenal secara mendunia. Jika masyarakat Jepang terbiasa dengan kerja keras, maka bukankah seorang hamba Tuhan harus demikian? Hamba Tuhan yang ideal adalah mereka yang penuh kasih dan rajin.

Hamba Tuhan Yang Tak Bercacat Cela

Kamu adalah saksi, demikian juga Allah, betapa saleh, adil dan tak ber-cacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. (1 Tesalonika

2:10)

Bukan hidup dalam kesempurnaan karena memang tidak seorangpun yang sempurna, namun hidup yang berkenan dan tidak tercela dihadapan Allah dan manusia merupakan sesuatu yang patut. Hamba Tuhan dituntut untuk menjalani kehidupan yang suci. Alkitab menyatakan: Kamu adalah saksi, demikian juga Allah,

betapa saleh, adil dan tak bercacatnya kami berlaku di antara kamu, yang percaya. (1 Tesalonika 2:10).

Janganlah lupa bahwa jemaat merupakan saksi mata dari kehidupan hamba Tuhan yang ada disekitar mereka.

Hamba Tuhan harus hidup dengan benar dan tidak boleh bercacat-cela. Kata saleh diterjemahkan dari kata

hosios (ὅςιοσ) yang artinya suci, sementara kata adil

bukan sekedar adil, melainkan benar-benar adil dan itu sungguh terjadi. Jadi seorang hamba Tuhan betul-betul dapat diterima dan dipercaya karena kehidupannya. Mulut menyampaikan sesuatu, namun apa yang disampai-kan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan. Sebaliknya tindakan menerjemahkan sesuatu, yaitu akan dengan mudah terbaca maksudnya.

Seorang hamba Tuhan tidak bisa dilepaskan dari tuntutan kehidupan yang suci. Orang akan mendengar ajaran seorang hamba Tuhan yang memiliki tingkat keteladanan yang baik. Sebaliknya mereka akan mencela orang yang hidupnya tidak suci.

Perbudakan adalah noda hitam yang besar dalam kehidupan masyarakat Eropa dan Amerika. Mereka yang menyatakan dirinya sebagai seorang Kristen, namun dengan jelas melakukan dosa besar yaitu menjadi orang yang terlibat dalam perbudakan. Seorang yang bernama David Livingstone mengalami mimpi buruk karena melihat perilaku orang Arab terhadap budak-budaknya.

Orang Kristen yang harusnya penuh kasih namun melakukan dosa perbudakan, dan sesungguhnya hal ini merusak citra sebagai orang percaya. Itulah sebabnya akan sulit bangsa Eropa dan Amerika untuk menjalani kehidupan yang berkenan selama mereka melakukan praktek perbudakan. Bersyukur pada masa kini negara-negara Eropa dan Amerika telah menghapus praktek perbudakan dan mereka sangat menjunjung tinggi Hak Asasi Manusia (HAM). Belajarlah untuk hidup suci.

Hamba Tuhan Yang Penuh Cinta Kasih

Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.

Hamba Tuhan yang ideal juga nampak dari tindakannya yang penuh kasih terhadap jemaat Tuhan. Dikatakan bahwa: Kamu tahu, betapa kami, seperti bapa

terhadap anak-anaknya, telah menasihati kamu dan me-nguatkan hatimu seorang demi seorang, dan meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan ke-hendak Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya. (1 Tesalonika 2:11-12). Peran

seorang hamba Tuhan sangat besar dan sungguh mulia. Mereka harus dengan penuh kasih membimbing jemaat Tuhan ke arah yang baik. Dengan penuh kasih mereka menempatkan dirinya sebagai orang tua bagi anak-anaknya (lih. ay. 11). Orang tua penuh dengan kasih yang luar biasa untuk anak-anak mereka, dan terkadang pengorbanan yang nyata nampak atasnya. Seorang hamba Tuhan yang ideal harusnya memiliki hal tersebut. Seorang hamba Tuhan yang ideal harusnya mampu me-ngasihi umat Allah.

Dengan penuh kasih, seorang hamba Tuhan me-minta jemaat Tuhan untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal ini sangat berbeda dengan mereka yang penuh dengan paksaan. Membimbing dengan kasih supaya umat Tuhan mengenal Tuhan, dan mengarahkan dengan kasih supaya mereka hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kasih menjadi dasar bagi usaha pem-binaan dan juga pembimbingan kehidupan jemaat Tuhan.

Ada banyak hamba Tuhan yang penuh dengan sikap yang kasar dalam membimbing umat yang di-gembalakannya, dan bahkan beberapa diantaranya men-coba untuk mencari keuntungan diri. Tentunya hal itu tidak boleh ada dalam diri seorang hamba Tuhan yang baik. Idealisme pelayanan tidak bisa dicampur dengan kepentingan diri karena keduanya sangat bertolak belakang. Para hamba Tuhan memerlukan sikap untuk melayani jemaat dengan penuh kasih supaya kemuliaan Tuhan menjadi nyata.

Tony, seorang warga Inggris yang memberikan komitmen yang luar biasa dalam kehidupannya. Dikata-kan bahwa ia telah memberiDikata-kan seluruh harta miliknya untuk semua orang miskin yang ia jumpai. Insinyur yang sukses dan menjadi pengusaha yang berhasil ini telah menjalani kehidupan yang serba mewah namun pada suatu titik dalam kehidupannya ia me-mutuskan untuk mendedikasikan tiga perusahaannya, perkebunan milik-nya, serta dua mobil balap miliknya untuk orang-orang miskin. Ia pergi ke Xi’an, Cina, guna memberikan makanan untuk orang-orang tunawisma di sana.

Pada tahun 2002, Tony mulai bosan dengan ke-sibukannya; kehidupannya yang dia jalani begitu-gitu saja, dan sangat egois apabila dilihat dari perspektif yang berbeda. Lalu ia ingin melakukan sesuatu yang lain, dan ia menyadari bahwa hal-hal materi tidak penting di dunia ini, tetapi dapat menjadi bermanfaat untuk orang lain, dan melihat dunia yang indah ini adalah yang penting.

Pada tahun 2005, Tony membuat gerakan amal bernama Yellow River Charity Kitchen di provinsi Xian, Shaanxi, yang tujuannya adalah untuk membantu mereka yang membutuhkannya dan juga membuat tempat untuk relawan lainnya untuk membantu gerakan ini. Mereka membagi-bagikan makanan untuk para tunawisma tiga hari seminggu. Adalah hal yang luar biasa jika Tony mem-berikan pengabdian yang luar biasa dalam mengasihi sesama. Bukankah seharusnya seorang hamba Tuhan dapat melakukan hal yang demikian?

Dengan demikian maka, bagaimanakah seharus-nya seorang hamba Tuhan menjalani kehidupan yang ber-kenan dihadapan Tuhan, gereja dan masyarakat? Ia harus memiliki syarat ideal yang ditentukan Tuhan; dan hamba Tuhan yang ideal adalah: Pertama: Hamba Tuhan yang rajin dalam melayani, Kedua: Hamba Tuhan yang tak ber-cacat cela, dan Ketiga: Hamba Tuhan yang penuh cinta kasih. Berdoalah untuk hamba Tuhan yang ada

di-lingkungan gereja saudara; supaya mereka memiliki tingkatan ideal yang sesuai dengan kehendak Tuhan.

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 189-199)