• Tidak ada hasil yang ditemukan

ORANG KRISTEN YANG IDEAL

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 77-85)

10 Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. 11 Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. 12 Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. 13 Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. 14 Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam ke-susahanku. (Filipi 4:10-14)

SEORANG pengemis tua asal Bulgaria, Dobri Dobrev mendadak menjadi orang terkenal. Kakek ber-usia 101 tahun ini tidak pernah menyimpan uang yang di-dapatnya dari pemberian orang-orang, dan uniknya, uang pemberian orang tersebut justru disumbangkannya kepada beberapa gereja dan juga ke sebuah organisasi amal. Dobrev, kakek yang dijuluki The Saint of Bailovo telah memberikan sejumlah donasi bagi gereja-gereja. Ia hidup dari uang pensiun sebesar 100 euro tiap bulannya dan juga sumbangan makanan dan pakaian dari setiap dermawan.

Tindakan Dobrev yang selalu ingin memberi itu, akhirnya diketahui oleh seorang jurnalis yang melakukan

research mengenai sumbangan terbesar yang pernah

di-terima Gereja Katedral Alexander Nevsky di Sofia. Ketika melihat angka sumbangan sebesar 20 ribu Euro atau sekitar 300 juta rupiah, maka nama Dobrev muncul sebagai sumber donasi. Dikatakan bahwa setiap hari, Dobrev harus berjalan kaki sejauh 25 kilometer dari desanya menuju Sofia untuk mengemis, dan total donasi yang diberikannya adalah sebesar 40 ribu Euro untuk pembangunan gereja dan badan-badan amal di Bulgaria.

Dobrev telah belajar apa itu kekurangan dan apa itu kelebihan sehingga bagianya uang yang ia miliki bukanlah sesuatu yang patut dipertahankan atau di-banggakan. Dalam konteks pelayanan, Paulus adalah hamba Tuhan yang ideal, dan yang patut untuk di-teladani dalam segala aspek kehidupannya. Dalam konteks kehidupan Kristen, apa yang dilakukan Paulus merupakan sesuatu yang baik, dan orang Kristen yang ideal adalah orang Kristen yang senantiasa melakukan beberapa hal berikut ini, yaitu:

Belajar Untuk Mencukupkan Diri Dalam Segala Hal

Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi 4:10-11)

Orang Kristen yang ideal adalah mereka yang belajar untuk mencukupkan diri dalam segala hal. Ter-kadang ada kekurangan, dan juga ada kelimpahan. Be-berapa orang menjadi sedemikian hemat ketika mereka mengalami kekurangan, dan sebaliknya mereka menjadi sedemikain royal ketika ada kelimpahan. Ini merupakan suatu hal yang tidak baik.

Rasul Paulus berkata: Aku sangat bersukacita

dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaan-mu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada

perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. Ku-katakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (Filipi

4:10-11). Perhatikanlah kata mencukupkan diri (ay. 11) di-terjemahkan dari kata bahasa Yunani autarkés (αὐτάρκησ) yang memiliki pengertian literal yaitu: cukup

untuk diri sendiri, cukup kuat atau cukup untuk mem-proses tidak memerlukan bantuan atau dukungan. Hal ini

menunjuk pada kemampuan diri dalam menghadapi sesuatu. Jadi ketika Paulus mengatakan bahwa ia

men-cukupkan diri, maka hal itu menunjukkan bahwa ia

sanggup, walaupun berat; ia mampu dan bisa, walaupun sulit. Ini sebuah pergumulan, dan tentunya sebuah tantangan.

Setiap orang Kristen harus mampu melajar men-cukupkan diri, walaupun sulit termen-cukupkan. Inilah fungsi manajemen diri dalam kehidupan seorang Kristen. Belajar mencukupi diri, walau kurang dan belajar mencukupi diri untuk tidak berlebihan, ketika ada ke-limpahan. Inilah yang harus dijalani dengan baik oleh seorang Kristen.

Belajar Untuk Tahu Apa Itu

Kekurangan Dan Apa Itu Kelimpahan

Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. (Filipi 4:12).

Hamba Tuhan yang ideal juga mengetahui apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan. Kedua aspek ini sangat dekat dengan kehidupan setiap orang. Jika tidak memahami dengan baik, maka ketika seorang hamba Tuhan mengalami kekurangan, maka ada kecenderung-an baginya untuk meratapi nasib bahkan menyalahkan diri sendiri, orang lain dan bahkan Tuhan; sebaliknya ketika

dalam masa kelimpahan, jika seorang hamba Tuhan tidak mampu memahami dengan baik, maka ia akan lupa dengan dirinya, lupa dengan sesama dan bahkan lupa dengan Tuhan.

Harta benda, kedudukan yang ada padanya telah menutup mata rohaninya. Itulah sebabnya, seorang hamba Tuhan harus selalu belajar dalam menghadapi dua keadaaan tersebut. Rasul Paulus dengan jelas me-nyatakan: Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa

itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala per-kara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagi-ku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal ke-kurangan. (Filipi 4:12).

Menarik untuk memperhatikan kata tahu (ay. 12), sebab kata tahu dalam bahasa Yunani memiliki beberapa istilah, yaitu: Pertama, kata syníēmi (ςυνίημι) yang ber-arti mengetahui secara umum dengan lima indera. Istilah ini menggambarkan kemampuan untuk memahami konsep dan melihat hubungan di antara keduanya, juga mengumpulkan, memahami atau menunjukkan pe-mahaman cepat; yang berhubungan dengan hal tahu.

Kedua, kata eidó (εἴδω) yang artinya mengetahui karena

membaca dan mendengarkan. Ketiga, kata epistamai (ἐπίςταμαι) yang berarti me-ngetahui dengan melihat.

Keempat, kata ginṓskō (γινώςκω) yaitu mengetahui

karena mengalami sendiri dengan sendiri.

Kata tahu dalam Filipi 4:12, menggunakan kata

eidó (εἴδω) yang artinya mengetahui karena membaca dan mendengarkan. Jadi Paulus telah banyak mendengar dan

bahkan membaca tentang hal kekurangan dan hal kelimpahan. Jadi dari pengalaman karena membaca itulah maka ia sedemikian sedih jika ada orang yang ber-kekurangan lalu jatuh, demikian juga sebaliknya dengan mereka yang berkelimpahan dan jatuh.

Rasul Paulus mau mengingatkan para hamba Tuhan, supaya mereka tahu dari kisah tentang para

hamba Tuhan terdahulu yang telah mengalami ke-kurangan dan juga kelimpahan; maksudnya supaya para hamba Tuhan ini akan bersiap diri dengan kedua ke-adaan yang saling bertolak belakang itu. Jadi sebagai hamba Tuhan, rasul Paulus ingin supaya orang percaya belajar untuk tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan.

Belajar Untuk Menanggung Segala Kesusahan

Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. (Filipi 4:13-14)

Orang Kristen yang ideal juga adalah mereka yang senantiasa belajar untuk menanggung segala kesusahan. Dikatakan dengan jelas bahwa: Segala perkara dapat

ku-tanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepada-ku. Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. (Filipi 4:13-14).

Keterlibatan orang percaya dalam ikut menanggung kesusahan orang lain setidaknya memberi kesaksian dan juga pembelajaran yang berkaitan dengan upaya seorang percaya dalam menjalani kehidupannya.

Sebagai seorang yang percaya kepada Kristus, se-orang Kristen dituntut menampilkan kehidupan yang menjadi saksi Kristus. Kehidupan yang dipancarkan kepada dunia adalah kehidupan Kristen yang ber-tanggung jawab. Dengan apa yang dialami dan di-jalaninya, itulah yang akan membuat dirinya menjadi saksi Kristus yang baik. Berkaitan dengan tanggung jawab untuk ikut menanggung beban, sebaiknya se-seorang jangan hanya menerima hal-hal yang enak semata. Jangan hanya siap menerima berkat saja. Seorang hamba Tuhan harus mampu menjalani hidup dalam segala keadaan.

Filsafat Hedonisme16 harusnya menjadi pem-belajaran yang baik bagi seorang hamba Tuhan. Filsafat yang untuk pertama kali diperkenalkan oleh Aristoppos17

menjadi hal yang dikenal hingga saat ini. Istilah Hedonisme yang terbangun dari kata dalam bahasa Yunani, hédoné (ἡδονή) yang berarti kegembiraan,

kesenangan, atau kenikmatan; yang secara sederhana,

pengertian hedonisme adalah paham atau etika yang di-wujudkan dengan gaya hidup yang menjadikan ke-nikmatan atau kebahagiaan sebagai tujuan utama dalam hidup. Hal ini sesuai dengan filsafat etika hedonisme yang berpandangan, bahwa kenikmatan atau kesenangan adalah realitas hidup yang tidak perlu dihindarkan dan

16 Filsafat Hedonisme mengutamakan hal kenikmatan karena mereka percaya bahwa kesenangan adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia. Itulah sebabnya hedonisme mengajarkan bahwa seseorang harus secara total mengejar kenikmatan, karena hal ter-sebut merupakan satu-satunya kebaikan dalam kehidupan manusia dan penyakit merupakan hal yan jahat sehingga tujuan kehidupan ini adalah memaksimalkan kenikmatan dan meminimalkan rasa sakit. Epicurus (341–270 BC) dipandang sebagai pelopor Hedonisme, namun sebelumnya sudah ada filsafat Cyrenaics yang didirikan oleh Aristoppos dari Kyrene. Kaum Cyrenaics menekankan satu sisi saja ajaran Socrates, yaitu bahwa kebahagiaan adalah salah satu ujung dari tindakan moral atau eudaimonisme, sementara menyangkal bahwa kebajikan memiliki nilai intrinsik. Kaum Cyrenaics percaya bahwa kesenangan adalah kebaikan tertinggi, terutama kesenangan fisik, yang dianggap Aristippus lebih kuat dan lebih disukai daripada kesenangan mental atau intelektual. Epicurus begitu bersemangat memperkenalkan filsafat Hedonisme, dan karena itulah maka ia lebih dikenal sebagai bapak Hedonisme; karena yang bersangkutan setuju bahwa sesungguhnya kesenangan adalah kebaikan terbesar. (lih. https://www.philosophybasics.com/branch_hedonism.html, diakses pada tanggal 15 September 2019, pkl. 11.05 WIB).

17 Aristoppos dari Kyrene (433-355 BC) adalah pendiri sekolah filsafat Cyrenaics. Ia murid Socrates namun mengadopsi pandangan filosofis yang berbeda dengan gurunya; dimana ia hal hedonisme, yaitu bahwa bahwa tujuan hidup adalah untuk mencari kesenangan dengan keadaan untuk diri sendiri. (lih. https://en.wikipedia.org/wiki/Aristippus, diakses pada tanggal 12 September 2019, pkl. 10.35 WIB).

setiap orang suka merasakan kesenangan atau kenikmat-an. Orientasi hidup selalu diarahkan ke sana dengan sedapat mungkin menghindari perasaan-perasaan yang tidak enak atau menyakitkan.

Dalam Filipi 4:13, ada kalimat dapat kutanggung dimana kata bahasa Yunani terdapat istilah: ischuó (ἰςχύω) yang berarti memiliki kekuatan dan kemampuan

untuk melakukan sesuatu. Paulus telah belajar dari hal ini,

dan harusnya orang percaya juga memiliki ke-mampuan tersebut, dan tentunya setiap orang berbeda-beda dalam tingkat penerapannya. Paulus senantiasa belajar untuk menanggung segala kesusahan, jadi sebagai hamba Tuhan yang ideal, Paulus senantiasa belajar untuk menanggung segala kesusahan, dan orang Kristen harus bisa mengikutinya.

Dengan demikian maka sesungguhnya Paulus adalah hamba Tuhan yang ideal, dan yang patut untuk diteladani dalam segala aspek kehidupannya. Sebagai hamba Tuhan yang Ideal, Paulus senantiasa melakukan beberapa hal berikut ini, yaitu: Pertama: Belajar untuk mencukupkan diri dalam segala hal, Kedua: Belajar untuk tahu apa itu kekurangan dan apa itu kelimpahan, dan

Ketiga: Belajar untuk menanggung segala kesusahan. Jika

Paulus telah mampu memberikan teladan hidup sebagai hamba Tuhan yang ideal, maka sesungguhnya hal tersebut dapat dikerjakan oleh setiap orang percaya.

APA YANG HARUS DILAKUKAN OLEH

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 77-85)