• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGIKUT KRISTUS DAN KESAKSIAN HIDUP

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 153-165)

6 Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, 7 sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. 8 Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. 9 Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, 10 dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang. (1 Tesalonika 1:6-10)

BERBAGAI upaya telah dilakukan bagi pembebas-an seorpembebas-ang hamba Tuhpembebas-an ypembebas-ang bernama Saeed Abedini. Para aktivis Hak Asasi Manusia di seluruh dunia me-lakukan berbagai cara untuk membebaskannya; ber-kaitan dengan penangkapan yang dialaminya. Pendeta Abedini adalah seorang hamba Tuhan yang aktif melayani gereja Tuhan di Iran, dan ia ditangkap penguasa Iran serta dipenjara di Penjara Evin sejak September 2012. Sebelumnya Abedini adalah seorang Muslim yang kemudian pada tahun 2000 berganti keyakinan karena

percaya kepada Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juru-selamatnya secara pribadi.

Sebagai orang Iran yang kemudian berganti ke-warganegaraan menjadi orang Amerika Serikat, Saeed Abedini tahu betul bahwa agama Kristen tidak hanya minoritas di Negara asalnya, bahkan agama ini seringkali menjadi sasaran kekerasan dan kemarahan publik. Berpindah agama dari Islam ke agama lain merupakan tindakan yang salah dalam konstitusi di Iran; dan bahkan dapat dianggap sebagai perilaku yang membahayakan keselamatan negara. Itulah sebabnya Saeed yang dengan keinginan sendiri memeluk agama Kristen, serta menjadi anggota gereja Injili sejak tahun 2000-an itu menjadi sasaran aniaya.

Di Iran, kekristenan dipandang sebagai sebuah gerakan terlarang sehingga mereka bergerak dibawah tanah atau secara sembunyi-sembunyi. Penangkapan atas diri pendeta Saeed telah mengungkap tabir akan banyak-nya kegiatan pelayanan gereja bawah tanah yang oleh penguasa Iran dianggap membahayakan keselamatan negara. Pengadilan negara tersebut menjatuhkan hukuman delapan tahun penjara atas masalah ini. Selama dalam penjara, keluarga dan kerabat serta kolega dilarang menjeguk sang pendeta yang akhirnya membuat kesehatan hamba Tuhan ini semakin memburuk.

Pemerintah Iran melarang Saeed berhubungan dengan orang di luar penjara, termasuk tidak boleh ber-kirim surat kepada istri dan kedua anak mereka yang bermukim di Amerika Serikat. Meskipun demikian, dengan kuatnya desakan dari berbagai pihak, maka pemerintah Iran akhirnya mengizinkan Saeed boleh di-kunjungi dan boleh mengontak keluarganya, termasuk berkirim surat.

Sebuah surat yang ditulis Saeed di hari Pente-kosta, tepatnya tanggal 19 Mei 2013 menggambarkan semangatnya yang tinggi untuk terus mempertahankan iman Kekristenannya. Dia bahkan memaknai

penderita-an ypenderita-ang dialaminya sebagai bagipenderita-an dari ikut merasakpenderita-an penderitaan Kristus. Pendeta Saeed telah menunjukkan kepada banyak orang bahwa sesungguhnya ia adalah pengikut Kristus dengan kesaksian hidup yang dijalani-nya. Bagaimanakah seharusnya seorang Kristen hidup dengan menunjukkan kesaksian hidup secara benar dan bertanggung jawab?

Menjadi Pengikut Tuhan

Dan kamu telah menjadi penurut kami dan penurut Tuhan; dalam pe-nindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerjakan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya.

(1 Tesalonika 1:6-7)

Orang Kristen dikenal sebagai seorang pengikut Kristus, dimana dalam kehidupannya harus menampilkan pola kehidupan Kristen secara benar dan bertanggung jawab. Apakah artinya menjadi pengikut Kristus? Michael Horton merupakan salah satu teolog ternama Amerika Serikat dan menjadi profesor Teologi dan Apologetika di

Westminster Theological Seminary. Horton menamai

ke-kristenan abad ke-21, sebagai Kristen tanpa Kristus. Menurut Horton banyak orang Kristen masa kini tidak lagi menunjukkan pola kehidupan sebagaimana layaknya

seorang pengikut Kristus. Ia menyoroti dengan kuat

bahwa dewasa ini kekristenan dipertotonkan kepada masyarakat umum sebagai sebuah keyakinan tanpa ibadah yang benar, tanpa tujuan hidup dan sebagainya.

Sesungguhnya seorang pengikut Tuhan Yesus harusnya mampu menunjukkan pola kehidupan yang baik dan bertanggung jawab. Sejatinya orang Kristen itu adalah murid Kristus. Setiap orang percaya dipanggil untuk menjadi murid, dan itulah sebabnya ia dituntut untuk menjalani kehidupan sebagaimana layaknya se-orang murid Kristus. Salah sese-orang teolog Kristen

ter-nama, Dietrich Bonhoeffer33 pernah berkata: Kekristenan

tanpa pemuridan adalah kekristenan tanpa Kristus.

Seorang Kristen harus menjadi murid Yesus, se-orang percaya harusnya adalah pengikut Kristus. Dalam Alkitab dinyatakan: Dan kamu telah menjadi penurut kami

dan penurut Tuhan; dalam penindasan yang berat kamu telah menerima firman itu dengan sukacita yang dikerja-kan oleh Roh Kudus, sehingga kamu telah menjadi teladan untuk semua orang yang percaya di wilayah Makedonia dan Akhaya. (1 Tesalonika 1:6-7). Perhatikanlah dengan

sungguh-sungguh hal yang penting ini, yaitu Kalimat

penurut kami (ay. 6) menunjukkan kepada teladan yang

harus diikuti, sementara kalimat penurut Tuhan dalam ayat yang sama menunjukkan fokus pada pribadi Kristus. Jadi pengikut para rasul artinya meneladani ke-hidupan para hamba Tuhan, sementara pengikut Kristus lebih menunjuk kepada tujuan yang pasti dimana Kristus sebagai pribadi yang layak menjadi contoh ideal. Orang Kristen dituntut untuk bisa menjalani kehidupan yang dapat diteladani karena ada teladan agung, yaitu Yesus Kristus. Semua orang Kristen adalah pengikut Kristus.

Salah satu Nyanyian Rohani yang terkenal adalah:

Tuhan Ambil Hidupku dimana sebagian syair lagi tersebut

33 Dietrich Bonhoeffer (1906-1945) adalah teolog Jerman yang dituduh terlibat dalam upaya penggulingan kekuasaan Adolf Hitler yang membuatnya dijatuhi hukuman mati. Letters and Papers

from Prison miliknya diterbitkan secara anumerta pada tahun 1951,

yang diduga sebagai salah satu dokumen dan banyak dikaji oleh teolog muda saat ini. Lulusan universitas Tübingen dan Berlin ini banyak dipengaruhi pemikiran teolog historis Adolf von Harnack, Reinhold Seeberg, dan Karl Holl. Namun demikian pengaruh Karl Barth lebih nyata dalam disertasinya yang berjudul Sanctorum

Communio (1930), dimana ia mencoba menggabungkan pemahaman

sosiologis dan teologis gereja, dan dalam Akt und Sein yaitu Bertindak dan Berada. Dalam pemahaman teologisnya, Bonhoeffer melacak pengaruh filsafat transendental dan ontologi serta teori pengetahuan dan keberadaan Kantian dan post-Kantian pada teologi. (lih. https://www.britannica.com/biography/Dietrich-Bonhoeffer, diundu pada hari Rabu, tanggal 30 Oktober 2019, pkl. 08.00 WIB.)

berbunyi: Tuhan ambil hidupku dan kuduskan bagimu.

Pun waktuku pakailah memujimu slamanya. Bait pertama

lagu ini mengalir dalam hati Frances R. Havengal34 sang pencipta lagu tersebut. Havengal menciptakan lagu ini pada tahun 1874, dimana ia hidup sebagai anak seorang Pendeta. Havengal adalah seorang anak perempuan yang sangat pintar dan berbakat dan semua kepintaran dan bakatnya diserahkan untuk kemuliaan Tuhan. Dalam bait ke-3 lagunya ini sangat jelas bahwa ia menyatakan tekadnya untuk menguduskan kemampuannya bagi Tuhan. Syair lagu tersebut berbunyi: Buatlah suaraku

hanya mengagungkanMu dan sertakan lidahku jadi saksi injilMu.

Sebagai seorang penyanyi yang berbakat, sebenar-nya Havengal dapat meraih kemasyuran dan kekayaan. Namun ia tidak mau hidupnya diperbudak oleh ketenar-an yketenar-ang sifatnya sementara. Baginya, Tuhketenar-an lebih ber-hak atas seluruh kehidupan dan karirnya. Pencipta lagu ini juga sadar bahwa yang ia miliki semuanya harus men-jadi alat bagi kemuliaan nama Tuhan di bumi ini. Sebab itu, ia melanjutkan syair lagunya demikian: Harta

ke-kayaanku jadi alat bagiMu. Akal budi dan kerja, Tuhan pergunakanlah! Syair berikutnya adalah: KehendakMu

34 Frances R. Havengal (1836-1879) adalah seorang wanita yang berjasa dalam perkembangan musik gereja. Pribadi yang sederhana dan menguasai bahasa Yunani dan Ibrani ini memiliki pemahaman iman Kristen yang dalam serta keyakinan teologi yang bagus; dan hal itu nampak dari syair-syair yang diungkapkannya dalam beberapa lagu gereja yang hingga kini masih banyak di-nyanyikan di gereja-gereja. Beberapa karya Havengal yang terkenal, diantaranya adalah: God Almighty, King of nations. Sovereignty of God. 1872. God doth not bid thee wait. God faithful to His promises. 1868,

God of heaven, hear our singing. A Child's hymn for Missions, 1869, God will take care of you, All through the day. The Good Shepherd. 1881,

dan Have you not a word for Jesus? Boldness for the Truth. 1871. (lih. https://hymnary.org/person/Havergal_Frances, diundu pada hari Rabu, tanggal 30 Oktober 2019, pkl. 09.50 WIB.)

sajalah dalam aku terjelma. Jadikanlah hatiku tahta kebesaran-Mu. Limpah ruah kasihku kuserahkan pada-Mu. Diriku seutuhnya mulikMu selamanya. Dari syair-syair

lagu Havengal ini terkesan kuat bahwa ia ingin hatinya menjadi tahta kebesaran Tuhan dan pengakuan bahwa dirinya seutuhnya adalah milik Tuhan.

Frances Havengal ingin menjadi pengikut Tuhan yang setia. Jika Havengal mampu memberikan contoh yang baik dalam kehidupannya dan hal itu terinspirasi dalam lagu yang selalu dinyanyikan umat Kristen; maka akan sangat baik jika diserta dengan perilaku yang menjadi kesaksian hidup bagi semua orang.

Menjadi Kesaksian Yang Baik

Karena dari antara kamu firman Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah mengatakan apa-apa tentang hal itu. (1 Tesalonika 1:8)

Seorang pengikut Kristus, haruslah mampu me-nunjukkan kesaksian kehidupan yang bertanggung jawab. Tentunya hal ini tidak gampang, namun harus tetap nyata. Orang banyak tidak peduli seberapa sulit seorang percaya menampilkan kehidupan yang menjadi kesaksian Kristen; yang mereka tuntut adalah kenyataan hidup dan bukan sekedar sebuah perkataan.

Alkitab berkata: Karena dari antara kamu firman

Tuhan bergema bukan hanya di Makedonia dan Akhaya saja, tetapi di semua tempat telah tersiar kabar tentang imanmu kepada Allah, sehingga kami tidak usah me-ngatakan apa-apa tentang hal itu. (1 Tesalonika 1:8).

Perhatikanlah kata yang penting berikut ini, imanmu, yang dalam bahasa Yunani muncul dengan istilah pistis. (πίςτισ). Istilah iman yang dipergunakan dalam Per-janjian Baru merupakan terjemahan dari kata Yunani

pistis (πίςτισ). sedangkan kata kerjanya percaya adalah

tersebut sudah dipergunakan dalam terjemahan Alkitab bahasa Yunani, yaitu Septuaginta.

Istilah Iman dalam bahasa Ibrani adalah aman ( ) dipahami sebagai Iman yang berarti keadaan yang benar dan dapat dipercayai atau diandalkan. Kata ini dan kata-kata sekelompoknya dalam Alkitab Ibrani sering di-gunakan untuk menyatakan rasa percaya kepada Allah dan percaya kepada firman-Nya. Percaya kepada Allah mencakup arti percaya bahwa Ia benar dan dapat di-andalkan, mempercayakan diri kepada-Nya, dan taat serta setia kepada-Nya. Percaya pada firman-Nya berarti percaya dan menerima apa yang sudah difirmankan-Nya itu. Dapatlah disimpulkan bahwa istilah iman dan percaya dalam Alkitab sering mengandung komponen-komponen makna: percaya dan menerima bahwa sesuatu itu benar, mengandalkan dan mempercayakan diri, setia, dan taat.

Dalam Perjanjian Baru, istilah iman terutama di-tujukan kepada Yesus, yaitu percaya kepada-Nya dan perkataan-Nya, bahwa Dia adalah Tuhan dan Juru-selamat, dan mempercayakan diri kepada-Nya, serta juga percaya dan menerima kebenaran Injil.

Dengan demikian, ketika para hamba Tuhan melihat iman jemaat yang ada di Tesalonika, maka hal itu sungguh membanggakan karena mereka begitu menaruh kepercayaannya hanya kepada Kristus. Dan hal ke-percayaan itu telah menjadi sebuah kesaksian bagi kehidupan mereka dan hal itu dilihat dengan jelas oleh Paulus, Silwanus dan Timotius sebagai orang-orang yang dipakai Tuhan untuk memberikan siraman rohani kepada jemaat di Tesalonika.

Para misionaris Afrika sangat dekat dengan ungkapan berikut ini: When the missionaries came to

Africa, they had the Bible and we had the land. They said, "Let us pray." We closed our eyes. When we opened them we had the Bible and they had the land. yaitu: Ketika para

misionaris datang ke Afrika, mereka memiliki Alkitab dan kami memiliki tanah. Mereka mengatakan, Mari kita

berdoa. Kami menutup mata. Ketika kita membuka mata

kita hanya memiliki Alkitab dan mereka telah memiliki tanah. Perkataan ini konon diucapkan seorang pribumi Afrika terkenal bernama Desmond Tutu.

Ada pula versi lainnya yang lebih terkenal yang berbunyi awalnya kami (rakyat Afrika) mempunyai

kekayaan, lalu mereka (penjajah) datang membawa salib. Dan akhirnya kami hanya punya salib, dan mereka me-ngambil semua kekayaan. Itulah sebuah ungkapan yang

memiliki sebuah arti bahwa setelah rakyat Afrika me-nganut agama Kristen kemudian seluruh harta mereka dirampas oleh penjajah misionaris dimana pada masa kolonialisme negara Eropa yang tersebar ke masyarakat melakukan tindakan penjajahan. Apakah benar demikian? Tentunya tidak selalu seperti itu. Ada seorang misionaris yang hidup secara membiara atau hidup sederhana bahkan adapula yang hidupnya setara dengan para pribumi. Uang pegangannya pun sedikit. Hal tersebut dapat dilihat dari film, buku, maupun media terkait yang menampilkan sesosok demikian.

Jadi, agak sulit untuk beranggapan bahwa seorang misionaris merampas tanah orang maupun mengambil harta kekayaan orang lain. Ada pun yang melakukan hal tersebut adalah para penjajah yang hanya mementingkan harta dan kekuasaan. Para penjajah tak sama dengan misionaris. Mereka masuk ke daerah tertentu dengan tujuan materi sementara para misionaris masuk wilayah tertentu dengan tujuan pemberitaan Injil

Haruslah diakui bahwa memang kebanyakan para penjajah berasal dari negara-negara Eropa yang kebanyakan merupakan negara berpenduduk mayoritas Kristen, dan bahkan ada negara yang memiliki ideologi kekristenan. Atas dasar itulah kekristenan menjadi sorotan. Agama ini seringkali dipersepsikan sebagai agama para penjajah. Akibatnya kekristenan me-nanggung masalah yang begitu kompleks, dimana

kesaksian hidup menjadi rusak karena telah kehilangan makna.

Menjadi Pelayan Tuhan

Sebab mereka sendiri berceritera tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang me-nyelamatkan kita dari murka yang akan datang. (1 Tesalonika 1:9-10)

Paulus, Silawnus dan Timotius memuji jemaat Tesalonika yang mengambil keputusan bijak dalam mengikuti Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat mereka secara pribadi. Tadinya mereka merupakan penyembah berhala, dan kini menjadi pelayan Tuhan. Dikatakan dalam Kitab Suci, Sebab mereka sendiri berceritera

tentang kami, bagaimana kami kamu sambut dan bagai-mana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah untuk melayani Allah yang hidup dan yang benar, dan untuk menantikan kedatangan Anak-Nya dari sorga, yang telah dibangkitkan-Nya dari antara orang mati, yaitu Yesus, yang menyelamatkan kita dari murka yang akan datang. (1 Tesalonika 1:9-10). Ada kesan yang sangat

kuat dalam tulisan diatas, yaitu bahwa menjadi pelayan Tuhan nyata sekali dalam kehidupan jemaat di Tesalonika.

Perhatikanlah kata: melayani dalam ayat 9, me-rupakan terjemahan langsung dari kata Yunani douleuó (δουλεύω) yang mengingatkan akan istilah bahasa Yunani

doulos (δοῦλοσ) yang secara literal berarti hamba yang terikat. Kata ini berasal dari kata kerja deo yang berarti mengikat, dengan demikian maka seorang doulos

(δοῦλοσ) adalah seorang hamba yang terikat melayani tuannya seumur hidupnya. Kata doulos (δοῦλοσ) juga berasal dari kata douleuó (δουλεύω) yang dalam bahasa Yunani modern berarti bekerja, dan bekerja keras dan arti

yang lebih tradisional kata douleuó (δουλεύω), dipahami sebagai I serve as a slave, yaitu aku melayani sebagai

hamba atau aku menghambakan diri. Tidak gampang

memang, namun sikap tersebut sungguh mulia. Jemaat di Tesalonika telah menunjukan sikap yang luar biasa; baik untuk menjadi teladan bagi setiap orang percaya.

Melayani Tuhan harus nampak dalam kehidupan mereka yang menyatakan dirinya percaya akan Kristus. Jadi ketika Paulus, Silwanus dan Timotius melihat ke-hidupan orang Tesalonika, maka yang terlintas dalam benaknya adalah kerja keras didalam melayani Tuhan. Tentunya hal itu berkaitan dengan ayat 10, yaitu hal kedatangan Kristus.

Themi Adams tadinya adalah penyanyi rock yang memiliki banyak penggemar, dan hidup dengan pe-mahaman yang atheis. Namun Tuhan Yesus begitu me-ngasihinya sehingga kini Adams telah mempersembah-kan hidupnya untuk Tuhan, dan ia menjadi misionari di Afrika. Sebelumanya, Adams tumbuh menjadi seorang

atheis yang memegang prinsip Marxisme.

Adams mempunyai sebuah band yang beraliran

rock yang terkenal pada zamannya. Adams terus

ber-petualang sampai akhirnya dia menemukan panggilan-nya di Amerika Serikat dan memutuskan menjadi misionari di wilayah Afrika. Kini Adams mendedikasikan hidupnya untuk membantu orang miskin di Afrika. Saya

memutuskan sesuatu harus dilakukan, dan gaya hidup saya yang sebelumnya tidaklah berkenan bagi Tuhan, ungkap

Adams. Sejak mengambil keputusan tersebut, Adams membaktikan hidupnya untuk menjadi misionaris di wilayah kumuh Afrika, Nairobi.

Setelah 10 tahun, Adams melayani untuk lingkup wilayah yang lebih luas lagi, yaitu di Freetown, Siera Leone. Di negara tersebut, Adams berhasil menjalin per-sahabatan dengan pejabat-pejabat Afrika; dan hal ter-sebut merupakan sebuah prestasi yang jarang untuk di-lakukan banyak orang. Keakraban Adams dengan

presiden Siera Leone, Ernest Bai Koroma pun mem-buatnya mendapat izin untuk membentuk Kids Paradise

for Afrika (PK4A), yaitu sebuah organisasi yang

ber-tujuan membantu orang-orang miskin.

Menurut Adams, untuk bisa masuk dalam lingkungan Afrika maka seseorang harus menghormati dan memahami budaya di sana. Rahasia dari misi ini

adalah menghormati dan memahami Afrika, ungkap

Adams. Hal yang perlu menjadi pembelajaran bagi semua orang percaya bahwa kini Themi Adams telah menunjuk-kan sebuah kesaksian yang luar biasa dalam kehidupan-nya, yaitu melayani Tuhan.

Dengan demikian maka, bagaimanakah seharus-nya seorang Kristen hidup dengan menunjukkan ke-saksian hidup secara benar dan bertanggung jawab? Yaitu: Pertama: Menjadi Pengikut Tuhan, Kedua: Menjadi Kesaksian yang baik, dan Ketiga: Menjadi Pelayan Tuhan. Jadilah orang Kristen yang menjadi pengikut Kristus yang setia.

Dalam dokumen Dei Verbum: MENCOBA MEMAHAMI MAKSUD TUHAN (Halaman 153-165)