• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah

TINJAUAN UMUM USAHA KECIL MENENGAH

G. Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah

Berdasarkan informasi sektor perbankan, ditemukan beberapa permasalahan utama dalam penyaluran kredit UMKM selama ini. Walaupun sejak 10 tahun yang lalu Bank Indonesia mewajibkan perbankan menyalurkan kredit untuk UMKM, yakni kredit dengan batas maksimum di bawah Rp 5 milyar, minimum 20% dari total kredit, dalam kenyataannya porsi 20% itu tidak selalu tercapai setiap tahun, walaupun jumlah kredit yang tersalurkan ke UMKM cenderung meningkat terus. Keterbatasan menyediakan jaminan merupakan salah satu kendala UMKM di Indonesia. Masih terdapat beberapa kendala mendasar yang dihadapi seperti tingginya tingkat suku bunga kredit dari bank. Sebagai contoh, program KUR tingkat suku bunga dari 14% hingga 24%. Bandingkan

100 Wawancara dengan Hardi Sunoto, Branch Manager Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, Tanggal 16 Januari 2017 Pukul 10.00 Wib

dengan tingkat suku bunga di beberapa negara Asean, paling tinggi 6%. Apalagi bila dibandingkan dengan China suku bunga hanya 5%. Kemenkop dan UKM menghimbau agar bank menurunkan tingkat suku KUR sebesar 2%, berarti ditargetkan 12% dan hal tersebut diperkirakan masih tinggi. Dengan tingginya tingkat suku bunga maka beban biaya yang dipikul oleh UMKM semakin tinggi, dan harga jual pun semakin tinggi.101

Menurut beberapa pendapat, agar program KUR dapat diakses luas oleh pelaku UMKM, suku bunga kepada UMKM cukup 6% saja, seperti program kredit lainnya. Pelaku UMKM hanya membayar bunga 6% dan sisanya disubsidi oleh pemerintah untuk dibayarkan kepada bank pelaksana.102

Pengelolaan UMKM tentu bukan tanpa kendala, secara umum terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yaitu:103

1. Persaingan usaha yang semakin ketat, karena banyaknya UMKM yang memiliki produk yang sama.

2. Keterbatasan kemampuan produksi. Sebagian besar UMKM lebih menunggu pesanan dari konsumen, sementara disisi lain pada saat mereka mendapat pesanan dalam jumlah banyak, belum tentu ada modal yang dapat digunakan untuk berproduksi sebanyak pesanan yang datang.

3. Kualitas produksi kurang bersaing karena masih menggunakan cara dan kemasan sederhana yang tradisional.

101 Konsultan Pengembangan Sektor Riil dan UMKM (KPRSU). Kendala – Kendala UMKM, http://www.sme-center.com. diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib.

102 Ibid

103 Wawancara dengan Hardi Sunoto, Branch Manager Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, Tanggal 16 Januari 2017 Pukul 10.00 Wib

4. Mental Pelaku UMKM yang terkadang kurang percaya diri untuk berkompetisi sehingga menghambat pengembangan usaha, terutama ketika berhakaitan dengan pihak lain.

5. Keterbatasan sumber modal, karena pada saat pelaku UMKM mencari modal dari perbankan terkendala dengan ketentuan Bank Indonesia yang mengharuskan adanya jaminan (tidak bankable).

6. Kurangnya kesesuaian antara dana yang tersedia yang dapat diakses oleh UMKM.

7. Tidak adanya pendekatan yang sistematis dalam pendanaan UMKM.

8. Biaya transaksi yang tinggi, yang disebabkan oleh prosedur kredit yang cukup rumit sehingga menyita banyak waktu sementara jumlah kredit yang diberikan kecil.

9. Kkurangnya akses ke sumber dana yang formal, baik disebabkan oleh ketiadaan bank di pelosok maupun tidak tersedianya informasi yang memadai.

10. Bunga kredit untuk investasi maupun modal kerja yang cukup tinggi.

11. Banyak UMKM yang belum bankable, baik disebabkan karena belum adanya manajemen keuangan yang transparan maupun kurangnya kemampuan manajerial dan financial.

Sementara itu dari segi non finansial dapat disebabkan oleh: 104

1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi produksi dan quality control yang disebabkan oleh minimnya kesempatan untuk mengikuti perkembangan teknologi serta kurangnya pendidikan dan pelatihan.

104 Aswandi S, Kiprah UMKM di Tengah Krisis Ekonomi, http://www.sme-center.com.

diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib

2. Kurangnya pengetahuan pemasaran yang disebabkan oleh terbatasnya informasi yang dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar dan karena keterbatasan kemampuan UMKM untuk penyediaan akan produk/jasa yang sesuai dengan keinginan pasar.

3. Keterbatasan sumber daya manusia (SDM).105

Hardi Sunoto, Branch Manager Bank Syariah Mandiri Cabang Medan,

menyebutkan alasan-alasan yang menghambat bank syariah dalam mengoptimalkan perannya pada sector UMKM adalah:106

1. Ketersediaan sumber daya manusia yang memahami aspek fikih sekaligus aspek finansial masih sangat terbatas (SDM yang kurang berkualitas).

2. Kurangnya sosialisasi tentang bank syariah terutama kepada masyarakat lapisan bawah sebagai pemegang peranan penting sektor UMKM.

3. Bank syariah kurang aktif dalam pembiayaan.

4. Kecanggihan teknologi informasi yang masih ketinggalan jika dibandingkan dengan bank konvensional.

5. Kebijakan pemerintah terhadap perkembangan bank syariah dinilai masih lamban karena pemerintah sendiri masih berpihak pada perbankan konvensional dengan alasan eksistensi bank konvensional selama ini berpengaruh pada perekonomian nasional serta kurangnya pengetahuan pemerintah tentang bank syariah.

6. Adanya asymetris information atau informasi satu arah antara bank syariah dengan nasabah sehingga tidak ada sinkronisasi dalam menjalankan aktivitasnya.

105 Ibid

106 Wawancara dengan Hardi Sunoto, Branch Manager Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, Tanggal 16 Januari 2017 Pukul 10.00 Wib

7. Kadang-kadang terjadi penyelewengan tugas oleh pihak bank syariah karena sumber daya manusia yang diberdayakan berasal dari bank konvensional atau keterbatasan pengetahuan tentang syariah.

8. Peran bank syariah sebagai mitra kerja sektor UMKM yang dinilai belum tuntas, yaitu bank syariah hanya membantu dalam hal pembiayaan dana saja tetapi belum turut serta membantu untuk memajukan UMKM dalam meningkatkan pendapatan.

9. Jumlah bank syariah yang masih terbatas merupakan hambatan yang cukup signifikan karena sebagian besar sektor UMKM berlokasi di wilayah pedesaan.

10. Menyangkut kekurangan modal sebagai kendala sektor UMKM untuk maju.

Terdapat beberapa faktor yang mendasar yang menyebabkan kurangnya daya serap UMKM terhadap ketersediaan kredit lunak yang disiapkan oleh perbankan, antara lain tidak tersedianya dana untuk pemenuhan persyaratan pengajuan kredit ke perbankan. Selain itu minimnya pengetahuan dalam penulisan proposal bisnis yang juga menghambat penyerapan kredit lunak yang disediakan oleh perbankan. Pengusaha masih sulit untuk mendapatkan modal kerja karena tidak memiliki agunan yang cukup.

11. Metode produksi yang masih tradisional dianggap melemahkan sektor UMKM untuk bersaing memasuki AFTA dan APEC. Sektor UMKM akan menghadapi tantangan yang semakin besar apabila tidak mencari jalan keluar terhadap persoalan produksi. Terlebih lagi hampir sebagian besar UMKM tidak memiliki sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk bisa mengakses pasar

internasional. Umumnya UMKM bergantung pada perusahaan trading yang sekaligus berfungsi sebagai pedagang pengumpul dan meraup laba sebanyak-banyaknya dari selisih harga. Belum lagi lemahnya dasar hukum UMKM di Indonesia.

Hambatan-hambatan seperti itulah yang menyebabkan perkembangan bank syariah terhambat walaupun secara teoretis bank syariah memiliki keunggulan kompetitif (competitive advantage) dalam perekonomian nasional. Oleh sebab itu, diperlukan adanya kerjasama antara pemerintah sebagai penentu kebijakan, bank syariah, serta masyarakat. Dengan begitu pembiayaan syariah di harapkan akan mampu bersaing dengan bank konvensional serta memengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional melalui pertumbuhan sektor riil.

UMKM sebagai harapan utama atau tulang punggung peningkatan perekonomian daerah maupun nasional di masa mendatang. Namun banyak UMKM yang dalam perkembangannya masih mempunyai keterbatasan dalam modal sehingga perlu pembiayaan untuk mendukung perkembangan tersebut.

Banyak fasilitas kredit yang ditawarkan, baik dari bank konvensional, microfinance, dan bank syariah. Namun, dari semua tawaran skema kredit tersebut

hanya sekira 60% yang dapat memenuhi kebutuhan UMKM karena mereka belum bisa memanfaatkannya dengan baik. Hal ini disebabkan oleh adanya beberapa keterbatasan dari UMKM untuk memperoleh pembiayaan bank syariah, salah satunya adalah collateral atau jaminan yang dimiliki.

Ketersediaan jaminan merupakan salah satu hambatan bagi UMKM dalam mengajukan pembiayaan, sebab sebagian besar UMKM tidak memiliki jaminan

yang cukup untuk memenuhi persyaratan pengajuan pembiayaan tersebut. Bank biasanya tidak dapat memberikan pembiayaan kepada orang yang tidak me miliki jaminan yang cukup.

Hambatan lain bagi UMKM dalam memperoleh pembiayaan dari bank syariah adalah masih minimnya aspek legalitas dan administrasi. Sebagian besar UMKM tidak memiliki administrasi yang teratur bahkan banyak yang mengalami permasalahan dalam arus kasnya. Mereka menganggap bahwa sistem bagi hasil yang ditawarkan oleh bank syariah terlalu rumit karena setiap bulan mereka harus menghitung berapa persen laba yang harus disetorkan kepada bank. Padahal masih banyak hal yang harus dilakukan oleh pemilik UMKM mengingat sebagian besar dari UMKM hanya ditangani oleh satu orang. Hal ini berbeda dengan bank konvensional yang menerapkan sistem bunga. Mereka tidak kesulitan untuk menghitung kembali besar bagi hasil yang harus dibayarkan setiap bulan, karena besar angsuran yang mereka bayar sudah ditetapkan pada awal perjanjian utang dengan jumlah tetap setiap bulannya.

Selain itu, pemerataan pembiayaan bank syariah ke semua wilayah masih kurang dan pengetahuan masyarakat mengenai sistem bank syariah masih minim.

Di kota-kota kecil, masyarakat setempat hanya sedikit yang benar-benar mengetahui tentang sistem dan kelebihan pembiayaan bank syariah. Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui bahwa bank syariah itu hanya bank yang menabungnya di kantor pos dan tidak berfikir untuk mengajukan pembiayaan.

Penetapan harga produk bank syariah yang kadang lebih tinggi dari bank konvensional juga mempunyai pengaruh pada kurangnya minat masyarakat dalam

mengakses produk bank syariah, karena harga tersebut relatif memberatkan pelaku UMKM, apalagi yang memiliki pendapatan relatif kecil. Saat ini banyak bank konvensional yang menawarkan kredit dengan bunga kecil kepada UMKM.

Hal itu tidak terlepas dari dominasi bank-bank konvensional karena dari segi umur bank konvensional lebih dikenal oleh masyarakat dari pada bank syariah.

Berdasarkan fenomena ini ditunjukkan bahwa perlunya kajian secara komprehensif terhadap penyebab stagnasinya daya serap sektor riil dalam pelayanan kredit. Di samping itu, salah satu aspek lain dari segi perbankan yang menjadi perhatian adalah pengaruh kepastian hukum yang lebih dari sekedar penegakan hukum yang membuat pelaku sektor riil dan perbankan harus lebih berhati-hati sebagai dampak dari pemberantasan illegal transaction. Hal ini berdampak pada kekhawatiran perbankan untuk mengantisipasi jika terjadi kredit macet, khususnya kredit Usaha Mikro dan Kecil yang notabene dilaksanakan tanpa didukung oleh adanya agunan yang cukup sebagai jaminan kredit. Kurang jelasnya fungsi hukum sebagai landasan kerja bagi banker dalam mengatasi kredit macet di kemudian hari.107

Di samping itu, timbulnya permasalahan kredit UMKM selama ini perlu di inventarisasi sebagai masalah kredit macet UMKM, untuk dapat diberikan solusi pemecahannya dengan jalan terbaik. Dalam perkembangannya saat ini ditunjukkan bahwa terdapat hal pokok yang belum tercipta secara ideal. Paket kebijakan pemerintah yang dituang di dalam Peraturan Bank Indonesia sebagai

107 Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 238

fasilitator ternyata belum mampu meyakinkan perbankan untuk lebih pro dalam realiasi kredit sektor UMKM. Turunnya BI rate untuk merangsang banker yang lebih memihak pada pelaku UMKM, ternyata belum mampu direalisasikan secara optimal. Di samping itu, sulitnya pelaku UMKM untuk menembus akses permohonan kredit pada bank juga sangat sulit karena terbentur dengan banyaknya ketentuan dan syarat yang harus dipenuhi pelaku UMKM. Dalam masa perkembangannya, memang sektor UMKM ini keberadaannya perlu mendapat perhatian khusus. Pola kemitraan dalam pembinaan usaha UMKM yang telah ada, perlu untuk dikembangkan sebagai bentuk konkret dan jaminan bagi perbankan dalam membantu pengembangan sektor UMKM.108

Kelemahan dalam pengelolaan Usaha Kecil berkaitan dengan faktor ekstern dan intern yakni meliputi: 109

1. Tidak mengetahui secara tepat kebutuhan modal kerja karena tidak memiliki perencanaan kas yang baik.

2. Sering terjadi kesalahan manajemen dan ketidakpedulian pengelolaan terhadap prinsip-prinsip manajerial.

3. Sumber modal yang terbatas pada kemampuan pemilik.

4. Tidak memiliki program pengendalian dalam memulai usaha.

5. Tidak pernah memiliki studi kelayakan, penelitian pasar dan analisis perputaran uang.

108 Ibid, hlm. 239.

109Wawancara dengan Hardi Sunoto, Branch Manager Bank Syariah Mandiri Cabang Medan, Tanggal 16 Januari 2017 Pukul 10.00 Wib.

H. Upaya-Upaya yang Dilakukan PT. Bank Syariah Mandiri dalam