TINJAUAN UMUM USAHA KECIL MENENGAH
F. Perkembangan dan Permasalahan Usaha Kecil Menengah
Untuk meningkatkan produksi industri kecil tentu saja memerlukan modal dan kadangkala si pengusaha memerlukan modal tambahan. Untuk itu biasanya pengusaha akan mengjukan kredit yang dapat diajukan kepada BUMN pembina.
Adapun tata cara pemberian pinjaman dana Program Kemitraan bagi pengusaha kecil adalah:
1. Calon Mitra Binaan menyampaikan rencana penggunaan dana pinjaman dalam rangka pengembangan usahanya untuk diajukan kepada BUMN Pembina, dengan memuat sekurang-kurangnya data sebagai berikut:
a. Nama dan alamat unit usaha.
b. Nama dan alamat pemilik atau pengurus usaha.
c. Bukti identitas diri pemilik ataau pengurus.
d. Bidang usaha.
e. Izin usaha atau surat keterangan usaha dari pihak yang berwenang.
f. Perkembagan kinerja usaha (arus kas, perhitungan pendapatan/beban dan neraca atau data yang menunjukan keadaan keuangan serta hasil usaha).
g. Rencana usaha dan kebutuhan dana.
2. BUMN pembina melaksanakan evaluasi dan selesai secara langsung atas permohonan yang diajukan oleh calon mitra binaan setelah berkoordinasi dengan Koordinator BUMN pembina.
3. Calon mitra binaan yang layak bina, menyelesaikan proses administrasi pinjaman dengan BUMN pembina bersangkutan.
4. Pemberian pinjaman kepada calon mitra binaan dituangkan dalam surat perjanjian/kontrak yang sekurang-kurangnya memuat:
a. Nama dan alamat BUMN pembina dan mitra binaan.
b. Hak dan Kewajiban BUMN pembina dan mitra binaan.
c. Jumlah pinjaman dan peruntukannya.
d. Syarat-syarat pinjaman (jangka waktu pinjaman, jadwal angsuran pokok dan bunga).
e. UMN pembina dilarang memberikan pinjaman kepada calon mitra binaan yang menjadi mitra binaan BUMN pembina lain. Besarnya bunga pinjaman dana program kemitraan maksimal 12% (dua belas persen) pertahun dengan sistem perhitungan bunga efektif.
Penggolongan kualitas pinjaman ditetapkan sebagai berikut:
1) Lancar, adalah pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu.
2) Kurang lancar, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 1 (satu) hari dan belum melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
3) Diragukan, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 (seratus delapan puluh) hari dan belum melampaui 360 (tiga ratus
enam puluh) hari daari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.
4) Macet, apabila terjadi keterlambatan pembayaran angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 360 (tiga ratus enam puluh) hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran angsuran, sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui bersama.59
Peranan Perbankan Nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan tetap memperhatikan pembiayaan kepada usaha kecil. Sejalan dengan perkembangan yang terjadi di bidang sosial dan ekonomi, perlu dilakukan penyesuaian kebijakan penyaluran kredit usaha kecil (KUK) yang didasarkan pada kemampuan masing-masing bank. Hasil wawancara menyatakan bahwa seluruh responden (100%) mendapatkan kredit untuk mengembangkan usahanya dengan proses yang cukup mudah dan tidak berbelit-belit. Syarat yang diajukan dianggap cukup ringan, sehingga memudahkan pengusaha kecil untuk melakukan pembayaran kredit mereka.
Dalam rangka pemantauan dan keterbukaan atau tranparansi dalam penyaluran KUK, bank mengumumkan jumlah KUK yang disalurkan tersebut secara periodik kepada masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penyesuaian kebijakan KUK dimaksud telah ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia.
Kredit Usaha Kecil atau Industri Kecil adalah kredit atau pembiayaan dari Bank untuk investasi dan atau modal kerja, yang diberikan dalam Rupiah dan atau
59 R. Subekti, Jaminan-jaminan Untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung , 1996, hlm.20
Valuta Asing kepada nasabah usaha kecil dengan plafon kredit keseluruhan maksimum Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) untuk membiayai usaha yang produktif, selanjutnya disebut KUK.
Usaha Kecil atau Industri Kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Sedangkan usaha produktif adalah usaha yang dapat memberikan nilai tambah dalam menghasilkan barang dan atau jasa. Bank dianjurkan menyalurkan sebagian dananya melalui pemberian KUK. Bank yang melaksanakan pemberian KUK wajib mencantumkan rencana pemberian KUK dalam Rencana Kerja Anggaran Tahunan Bank, melaporkan pelaksanaan pemberian KUK dalam Laporan Bulanan Bank Umum dan mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat melalui Laporan Keuangan Publikasi.
Bank yang menyalurkan KUK dapat meminta bantuan teknis dari Bank Indonesia. Ketentuan pelaksanaan dalam Peraturan Bank Indonesia telah diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia. Dalam rangka pelaksanaan tugas pengaturan dan pengawasan bank kepada Bank Indonesia diberikan wewenang untuk menetapkan peraturan dan perizinan bagi kelembagaan dan kegiatan usaha Bank serta mengenakan sanksi terhadap Bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sejalan dengan perubahan tugas dan fungsi Bank Indonesia, yang hanya bertugas menjaga setabilitas nilai rupiah, dipandang perlu untuk menyesuaikan pengaturan kredit kepada usaha kecil atau industri kecil yang telah ditetapkan oleh
Bank Indonesia dalam paket Januari 1990 dengan mewajibkan kepada perbankan untuk menyediakan 20% dari total kreditnya kepada usaha kecil atau industri kecil dan diubah dengan ketentuan terakhir pada bulan April 1997 menjadi sebesar 22,5% atau 25% dari ekspansi kredit netto.
Perubahan kebijakan tersebut selain dengan memperhatikan tugas dan fungsi Bank Indonesia saat ini, dalam pelaksanaanya juga mempertimbangkan adanya perbedaan kemampuan dan kebijakan pemberian Kredit Usaha Kecil.
Masing-masing Bank dan kebijakan perekonomian yang diarahkan kepada mekanisme pasar. Dengan memperhatikan hal tersebut, besarnya pemberian KUK setiap Bank diserahakan pada kebijakan dan kemampuan masing-masing Bank.
Dalam hal ini Bank hanya diwajibkan untuk mencantumkan rencana pemberian KUK dalam RKAT serta melaporkan realisasi KUK tersebut melalui mekanisme Laporan Bulanan Bank Umum. Selain itu, sejalan dengan era keterbukaan dan dalam rangka meningkatkan peran masyarakta dalam pengawasan pelaksanaan pemberian KUK oleh Bank, Bank diwajibkan mencantumkam rencana pemberian KUK dalam RKAT dan mengumumkan pencapaian pemberian KUK kepada masyarakat.
Dalam rangka membantu program Pemerintah, Bank dianjurkan tetap menyediakan sebagian kredit untuk disalurkan kepada usaha kecil atau industri kecil. Rencana Kerja Anggaran Tahunan adalah rencana kegiatan dan anggaran tahunan dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 27/117/KEP/DIR tanggal 25 Januari 1995 tentang Penyampaian Rencana Kerja Bank dan laporan Pelaksanaannya. Mengingat kemampuan dan kebijakan bank dalam pemberian
KUK berbeda maka besarnya rencana pemberian KUK yang dicantumkan dalam RKAT disesuaikan dengan kondisi masing-masing bank.60
Dalam hal terjadi perubahan rencana pemberian KUK dalam RKAT perubahan tersebut hendaknya disertai dengan alasan dan wajib disampaikan kepada Bank Indonesia. Tata cara penyampaian laporan pelaksanaan pemberian dilakukan sesuai dengan ketentuan dalam peraturan Bank Indonesia Nomor:
2/21/PBI/2000 tanggal 19 September 2000 tentang Pedoman Penyusun Laporan Bulanan Bank Umum.
Dalam rangka transparansi kepada masyarakat, Bank diwajibkan mengumumkan pencapaian pemberian KUK dalam media massa bersamaan dengan pengumuman laporan Keuangan Publikasi dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor: 31/40/KEP/DIR tanggal 9 Januari 1998 tentang Laporan Keuangan Publikasi. Dengan adanya keinginan Pemerintah untuk menyalurkan Kredit kepada Industri Kecil atau Usaha Kecil dibidang Sektor Pertanian, Perikanan dan Kelautan, Koperasi, Kehutanan, Perindustrian dan Perdagangan di nilai positif oleh masyarakat.
Program kredit untuk Industri Kecil atau Usaha Kecil merupakan peluang baik untuk para Petani dan Nelayan serta sektor Dunia Industri Kecil dan Usaha Menengah lainnya untuk mengembangkan usahanya, baik dibidang Pertanian, Perikanan, dan Perkebunan yang selama ini hanya berkembang dengan sendirinya.
Di samping itu selama ini Petani dan Nelayan berkembang sendiri tanpa mendapat perhatian yang serius dalam pemberian dan penerimaan kredit bagi para Petani
60 Peraturan Bank Indonesia No. 2/21/PBI/2000 Tanggal 19 September Tahun 2000 Tentang Pedoman Penyusun Laporan Bulanan Bank Umum
dan Nelayan, oleh karena itu pihak Bank harus benar-benar meneliti para Kreditur, apakah Kreditur itu benar-benar Petani dan Nelayan atau Sektor Industri yang dimaksud. Harus diantisipasi munculnya Petani berdasi ketika pihak Bank akan mengucurkan Kredit terhadap Petani dan Nelayan. Karena itu pihak Bank harus benar-benar mengseleksi, sebab dikhawatirkan adanya suatu permainan yang akan dapat terjadi dipimpinan-pimpinan Koprasi yang mengatasnamakan Petani dan Nelayan.
Peran aktif dari Kepala Desa, Lurah, dan Camat sangat dibutuhkan untuk melegitimasi Nelayan dan Petani. Demikian juga halnya dengan Dinas-Dinas yang bersangkutan sehingga pemberian Kredit kepada Petani dan Nelayan betul-betul dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh Petani dan Nelayan yang membutuhkan. Bank sebagai penjamin, kalau masih juga menggunakan Jaminan Sertifikat atau benda bergerak dan tidak bergerak, itu sama saja menggagalkan program Pemerintah, karena belum tentu bot yang dimiliki para nelayan memiliki surat-surat.
Pembinaan dan pengembangan terhadap Dunia Industri Kecil dilakukan oleh pemerintah, Dunia Usaha dan Masyarakat baik secara sendiri-sendiri maupun dengan bersama-sama dan dilakukan secara terarah dan terpadu, secara berkesinambungan untuk mewujudkan Usaha kecil yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkembang, menjadi usaha menengah atau usaha besar.61Pembinaan dan pengembangan kepada Dunia Industri Kecil atau Usaha Kecil dilaksanakan dengan memperhatikan klasifikasi dan tingkat perkembangan dari Dunia Industri Kecil atau Usaha Kecil.
61 Kompas, “Kinerja UMKM Masih Lemah”, http//www.kompas.com//html, diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib. .
Pemerintah telah pula mengeluarkan Paket Kebijakan baru yang tertuang dalam Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2007 yang antara lain menyatakan bahwa Pemerintah akan memperkuat sistem penjaminan kredit bagi Usaha Mikro Kecil menengah, di antaranya mempercepat penerbitan Sertifikat Tanah bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah.62
Pada umumnya kelompok dan individu didampingi dengan dasar keswadayaan. Untuk kelompok, keswadayaan dilakukan dengan mengembangkan kegiatan simpan pinjam, sehingga nantinya kelompok akan mempunyai dana sendiri yang dapat digunakan oleh keseluruhan anggota. Keterbatasan dana dalam kelompok merupakan hal yang selalu terjadi, dimana simpanan anggota lebih kecil dari kebutuhan.
Keterbatasan inilah yang merupakan salah satu faktor penghambat perkembangan kelompok. Banyak ide-ide produktif yang muncul dalam kelompok terkendala implementasinya disebabkan kekurangan dana. Hal yang sama juga terjadi pada usaha-usaha yang dikelola individu. Banyak usaha-usaha individual dan bersifat retail yang berprospek tetapi sangat terbatas sumber pembiayaannya.
Di lain pihak kebanyakan pengusaha lokal, mereka jarang bahkan tidak memiliki aspek-aspek legalitas usaha seperti izin, SIUP walaupun usaha yang dijalankan sesungguhnya menjadi penopang kehidupan keluarga.
Di lain pihak daya akses masyarakat ke lembaga-lembaga penyedia dana seperti perbankan, sering kali harus menghadapi berbagai persyaratan maupun birokrasi yang panjang. Pihak Bank menerapkan peraturan perbankan secara kaku
62 Tulus Tambunan, Globalisasi Ekonomi dan Ekspor, Usaha Kecil dan Menengah Indonesia, makalah, LP3E-Kadin Indonesia, Jakarta, 2001, hlm. 3.
tanpa melihat realitas yang ada di masyarakat. Misalnya meminta aspek legalitas usaha yang demikian panjang daftarnya, yang kadang kala harus berhadapan dengan penyelenggara pemerintahan yang penuh birokrasi.63
Krisis ekonomi, apalagi yang sangat parah, tentu telah menyulitkan masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam hal ini bukanlah hal yang mengejutkan kalau pengangguran, hilangnya penghasilan serta kesulitan memenuhi kebutuhan pokok merupakan persoalan-persoalan sosial yang sangat dirasakan masyarakat sebagai akibat dari krisis ekonomi. Sementara itu, belakangan ini banyak diungkapkan bahwa Usaha mikro dan usaha kecil memiliki peran penting bagi masyarakat di tengah krisis ekonomi. Dengan memupuk usaha mikro dan usaha kecil diyakini pula akan dapat dicapai pemulihan ekonomi. Hal serupa juga berlaku bagi sektor informal. Usaha kecil sendiri pada dasarnya sebagian besar bersifat informal dan karena itu relatif mudah untuk dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha yang baru.64
Pendapat mengenai peran usaha mikro dan usaha kecil atau sektor informal tersebut ada benarnya setidaknya bila dikaitkan dengan perannya dalam meminimalkan dampak sosial dari krisis ekonomi khususnya persoalan pengangguran dan hilangnya penghasilan masyarakat. Usaha mikro dan usaha kecil boleh dikatakan merupakan salah satu solusi masyarakat untuk tetap bertahan dalam menghadapi krisis yakni dengan melibatkan diri dalam aktivitas usaha kecil terutama yang berkarakteristik informal. Dengan hal ini maka
63 Ibid, hlm.4.
64 Diah Kurniawati, “Wajah Koperasi Tani Dan Nelayan Di Indonesia: Sebuah Tinjauan Kritis”, http://diahkurniawati.wordpress.com/, diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib.
persoalan pengangguran sedikit banyak dapat tertolong dan implikasinya adalah juga dalam hal pendapatan.
Bukan tidak mungkin produk-produk usaha mikro dan usaha kecil justru menjadi substitusi bagi produk-produk usaha besar yang mengalami kebangkrutan atau setidaknya masa-masa sulit akibat krisis ekonomi. Jika demikian halnya maka kecenderungan tersebut sekaligus juga merupakan respon terhadap merosotnya daya beli masyarakat. Usaha mikro dan usaha kecil nasional banyak mengalami masalah, khususnya dalam bidang manajemen, baik manajemen produksi, pemasaran, maupun sumber daya manusia (SDM), di samping masalah pembiayaan. Untuk menyukseskan usaha mikro dan usaha kecil usaha mikro dan usaha kecil bangkit, pemerintah akan menggandeng stakeholder (pihak terkait lainnya) seperti Kadin Indonesia dan pelaku usaha untuk membantu mengatasi masalah UKM. Pada dasarnya pemerintah hanya sebagai regulator dan membuat kebijakan yang membantu, tetapi pelaku di lapangan adalah swasta.65
Mengingat ketatnya persaingan yang dihadapi produk ekspor Indonesia termasuk UKM, maka Indonesia mengambil langkah-langkah strategis, baik jangka panjang maupun jangka pendek. Langkah-langkah strategis jangka panjang diantaranya diarahkan untuk mengembangkan sumber daya manusia, teknologi dan jaringan bisnis secara global. Sedangkan langkah-langkah strategis jangka pendek diantaranya, melakukan diversifikasi produk, menjalin kerjasama dengan pemerintah dan perusahaan besar, produksi, memperkuat akses ke sumber-sumber informasi dan perbaikan mutu.66
65 Muhammad Jafar Hafsah, “Upaya Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah”, artikel Infokop Nomor 25 Tahun XX, 2004, diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib.
66 Ibid.
Usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah memegang peranan penting dalam ekonomi Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha (establishment) maupun dari segi penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh BPS dan Kantor Menteri Negara untuk Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (Menegkop & UKM), usaha-usaha kecil termasuk usaha-usaha rumah tangga atau mikro yaitu usaha dengan jumlah total penjualan (turn over) setahun yang kurang dari Rp. 1 milyar), pada tahun 2000 meliputi 99,9 persen dari total usaha-usaha yang bergerak di Indonesia. Sedangkan usaha-usaha menengah (yaitu usaha-usaha dengan total penjualan tahunan yang berkisar antara Rp. 1 Milyar dan Rp. 50 Milyar) meliputi hanya 0,14 persen dari jumlah total usaha. Dengan demikian, potensi UKM sebagai keseluruhan meliputi 99,9 persen dari jumlah total usaha yang bergerak di Indonesia.67
Banyak kendala untuk meningkatkan akses usaha kecil melalui lembaga keuangan, dan kendala terbesar adalah tidak tersedianya agunan fisik. Dalam hal ini agunan pinjaman menjadi fokus dalam pengembangan akses pembiayaan pada usaha kecil. Sementara itu dukungan nyata kepada UMKM juga dilakukan oleh BUMN, sebagai badan usaha milik negara, yang menyisihkan 1-5 persen dari keuntungan bersih untuk program kemitraan dan bina lingkungan. Berdasarkan pengamatan dan parameter perbankan nasional, saat ini masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan program tersebut, antara lain adanya tingkat kredit macet (Non Performing Loan/NPL) yang relatif tinggi. Sebagai lembaga yang mendukung
peningkatan akses UMKM terhadap sumber-sumber pembiayaan, PEAC BROMO
67 Carunia Mulya Firdausy, Prospek Bisnis UKM dalam Era Perdagangan Bebas dan Otonomi Daerah,artikel, Lembaga Ilmu Pengtahuan Indonesia, Jakarta, 2003, hlm. 4.
merasakan hal tersebut menjadi problem yang cukup berat bagi UMKM. Tidak boleh dibiarkan berlarut-larut dan harus secepatnya dicarikan solusi yang cerdas.
Hal tersebut mengingat peran strategis UMKM dalam perekonomian nasional.
Secara garis besar, terdapat 3 (tiga) kebijakan pokok yang dibutuhkan dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu:
1. Menciptakan iklim usaha yang kondusif (conducive business climate) sekaligus menyediakan lingkungan yang mampu (enabling environment) mendorong pengembangan UMKM secara sistematik, mandiri, dan berkelanjutan.
2. Kedua, menciptakan sistem penjaminan (guarantee system) secara finansial terhadap operasionalisasi kegiatan usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh UMKM.
3. Ketiga, menyediakan bantuan teknis dan pendampingan (technical assistance and facilitation) secara manajerial guna meningkatkan status usaha UMKM agar feasible sekaligus bankable dalam jangka panjang.68
Kebijakan dan strategi pertama pada dasarnya merupakan penerjemahan dari fungsi pemerintah sebagai regulator dalam kegiatan ekonomi di masyarakat.
Oleh karenanya, pemerintah harus mampu mengembangkan regulasi-regulasi ekonomis yang dapat memberikan tingkat kepastian usaha sekaligus memberikan pemihakan yang tepat kepada segenap pelaku UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya.Kebijakan dan strategi kedua pada dasarnya merupakan solusi terobosan terhadap adanya ”gap” antara UMKM, dan perbankan/lembaga keuangan bukan bank, dalam hal permodalan/pembiayaan usaha.
68 Agustianto, “Strategi Baru Pemberdayaan UMKM”, http://umkmakmur.
wordpress.com/2008/ 12/04/strategi-baru-pemberdayaan-umkm/, diakses tanggal 20 Januari 2017 Pukul 21.00 Wib.