• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL MENENGAH DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ROCKY PRIAMBUDI NIM : 120200412

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

ANALISIS YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL MENENGAH DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ROCKY PRIAMBUDI NIM : 120200412

DEPARTEMEN HUKUM PERDATA DAGANG Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Perdata Dagang

Dr. Rosnidar Sembiring, SH.M.Hum NIP. 196602021991032002

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Tan Kamello, SH.MS Dr. Utary M. Barus, SH.M.Hum NIP: 196204211988031004 NIP: 19750114200212002

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(3)

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : ROCKY PRIAMBUDI

NIM : 120200412

DEPARTEMEN : HUKUM PERDATA DAGANG

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL MENENGAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH (Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)

Dengan ini menyatakan:

1. Bahwa skripsi yang saya tulis tersebut di atas adalah benar tidak merupakan ciplakan skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti dikemudian hari skripsi tersebut ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggungjawab saya.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Medan, Pebruari 2017

Rocky Priambudi NIM : 120200412

(4)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS TANGGUNG JAWAB PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL MENENGAH DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARIAH

(Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)

Rocky Priambudi* Tan Kamello**

. Utary M. Barus***

Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak, baik pemerintah, perbankan, swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga- lembaga internasional. Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagaimana tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah terkait dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, bagaimana hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah, bagaimana upaya-upaya yang dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah terkait dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan bagi peningkatan dan pengembangan pelaku usaha kecil dan menengah walaupun secara kuantitas masih harus ditingkatkan. Hambatan yang dihadapi oleh PT.

Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah adalah kesulitan memenuhi persyaratan yang cukup rumit untuk mendapatkan kredit dari bank, misalnya tidak mempunyai agunan (yang berkaitan dengan kondisi keuangan dari pemilik usaha/pengusaha). Upaya-upaya yang dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah adalah dengan memberikan kemudahan kepada para pelaku UMKM dalam mendapatkan pembiayaan.

Kata Kunci: Tanggungjawab, Perbankan Syariah, Usaha Kecil Menengah

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Allah Swt karena dengan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul :

"Analisis Yuridis Tanggung Jawab Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Kecil Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan

2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan I FH. USU Medan

(6)

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan II FH. USU Medan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan III FH. USU Medan 5. Bapak Prof. Dr Tan Kamello, SH.MS dan Ibu Dr. Utary M. Barus,

SH.M.Hum) sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

7. Terimah kasih buat ayah dan Ibu penulis yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis dengan do’a dan cinta kasih yang tiada henti.

8. Seluruh Almamater Fakultas Hukum USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, Februari 2017 Penulis

ROCKY PRIAMBUDI

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penulisan ... 9

D. Manfaat Penulisan ... 10

E. Keaslian Penulisan ... 10

F. Metode Penelitian... 12

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : TINJAUAN UMUM PERBANKAN SYARIAH ... 17

A. Perbankan dengan Prinsip Syariah ... 17

B. Ciri-Ciri Perbankan Syariah ... 20

C. Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia ... 22

D. Produk Pembiayaan Bank Syariah ... 28

E. Penyaluran Pembiayaan pada Bank Syariah ... 30

BAB III : TINJAUAN UMUM USAHA KECIL MENENGAH ... 42

A. Usaha Kecil dan Menengah ... 42

B. Perkembangan dan Permasalahan Usaha Kecil Menengah . 45 C. Prinsip dan Tujuan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah ... 57

D. Kebijakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah ... 62

(8)

BAB IV : TANGGUNG JAWAB PERBANKAN SYARIAH DALAM MENINGKATKAN USAHA KECIL

MENENGAH DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN

SYARIAH ... 76

A. Gambaran Umum Tentang PT. Bank Mandiri Syariah ... 76

B. Tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sesuai Dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah ... 81

C. Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah. ... 8

D. Upaya-Upaya yang Dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam Meningkatkan Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah ... 97

BAB V ... : KESIMPULAN DAN SARAN ... 104

A. Kesimpulan ... 104

B. Saran ... 105

DAFTAR PUSTAKA ... 107

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Istilah Bank Islam atau Bank Syariah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya gencar yang dilakukan oleh pakar Islam dalam mendukung ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis pada bunga. Sistem Bank Syariah menerapkan system bebas bunga (interens free) dalam operasionalnya, dan karena itu rumusan yang paling lazim untuk mendefinisikan Bank Syariah adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip- prinsip syariat Islam dengan mengacu kepada al-Qur'an dan Hadist sebagai landasan dasar hukum operasional.1

Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap upaya perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi dan ekspansi lembaga keungan Islam. Krisis perbankan yang terjadi sejak tahun1997 telah membuktikan bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.

Kesadaran ini didukung oleh karateristik kegiatan usaha bank syariah yang melarang transaksi keuangan yang bersifat spekulatif dan tanpa didasarkan pada kegiatan usaha yang rill.

Perbankan syariah dalam pelaksanaanya memiliki kendala diantaranya belum optimalnya SDM yang dimiliki oleh perbankan syariah tersebut, persepsi

1 Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1992, hlm.17

(10)

yang salah tentang perbankan syariah adanya anggapan yang menyamakan bahwa bank syariah sama dengan bank konvensional, padahal diantara keduanya terdapat pebedaan yang sangat mendasar diantara kedua objek tersebut masih ditemukannya praktik-praktik perbankan syariah yang menyimpang dari prinsip- prinsip syariah.

Masyarakat Indonesia khususnya masyarakat muslim Indonesia ternyata belum sepenuhnya merubah persepsi maupun prilaku terhadap bank syariah sendiri karena masih kurangnya pemahaman atau rendahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan bank syariah, dilain bank konvensional lebih mendominasi dibandingkan bank syariah di samping itu juga masih banyak lagi tantangan dan permasalahan yang dihadapi perbankan syariah dalam perkembangannya. 2

Aktivitas dan fungsi perbankan saat ini yaitu sesuai dengan Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 Tentang Perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan kemudian menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lain dalam rangka untuk meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Khusus untuk perbankan syariah yang masih amat baru dalam dunia perbankan dibanding perbankan konvensional, kehadiran perbankan syariah di tengah masyarakat memberikan nafas yang baru dan menyegarkan bagi para pengusaha muslim, baik itu pengusaha yang sudah lama terjun dalam dunia bisnis maupun bagi pengusaha pemula. Eksistensi pengusaha memberikan keuntungan-keuntungan yang besar

2 Ibid, hlm.19

(11)

dalam perekonomian. Mereka menyediakan barang dan jasa dan juga lapangan pekerjaan. Eksistensi para pengusaha sangat menguntungkan terutama dalam pembangunan negara-negara sedang berkembang.

Pemerintah dan Bangsa Indonesia terjerat beban ekonomi dan moneter yang berkelanjutan dan menghawatirkan, berkenaan beban utang dan ketergantungan sektor produksi (barang dan jasa). Hal ini disebabkan berbagai investasi yang tidak efektif dan responsif serta berbagai kebijakan moneter dan perbankan yang kaku serta tidak selektif mewujudkan mekanisme pasar yang sehat, disamping itu tersingkirnya potensi mikro ekonomi masyarakat yang justru bergerak dalam lingkup potensi internal.

Sistem ekonomi Islam merupakan model dan proses yang menghendaki gerak interaktif dinamis yang berimbang secara struktural dengan gerak keadilan disertai kebajikan yang berdasarkan potensi dasar sumberdaya manusia dan alam.

Ekonomi Islam merupakan tatanan perekonomian yang bergerak berdasarkan dinamika dan motivasi Al-Qur’an dan sunnah Rasululah SAW.3

Salah satu jalan yang dipakai untuk melaksanakan sistem ekonomi Islam adalah dengan diberikannya kesempatan bagi pengelola bank dan masyarakat untuk melaksanakan sistem perbankan yang berdasatkan syariat Islam, yaitu sistem Perbankan syariah. Sistem perbankan syariah merupakan solusi bagi umat Islam dalam menghadapi perbankan konvensional yang dijalankan selama ini.

Bank konvensional dianggap mengandung riba sehingga meninmbulkan keengganan bagi umat Islam untuk menyimpan uangnya maupun meminta kredit

3 Musthafa Dib Al-Bugha, Buku Pintar Transaksi Syariah, Hikmah, Jakarta, 2010, hlm. 7

(12)

di bank. Namun masih banyak permasalahan yang dihadapi oleh Pemerintah maupun pengelola bank dalam menjalankan sistem perbankan syariah ini. masih banyak umat yang belum mengetahui akan sistem kerja dan keuntungan dari melaksanakan sistem perbankan syariah.

Ummat Islam merupakan umat mayoritas yang ada di Indonesia. Sistem perbankan yang ada selama ini dianggap kurang “Islami” karena masih mengandung unsur riba bagi sebagian umat Islam. Sementara riba dianggap hal yang haram dan dilarang oleh Allah SWT. Dalam memenuhi kebutuhannya, seseorang kadangkala tidak memiliki uang atau dana yang cukup. Untuk itu salah satu cara yang ditempuh adalah dengan mengajukan permohonan kredit. Namun secara konvensional, bank telah menetapkan sejumlah tertentu yang harus dibayar oleh kreditur secara berkala, misalnya 5% perbulan. Hal ini telah lama berlaku di Indonesia hingga timbulnya UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yang memberikan kesempatan kepada umat Islam untuk melakukan kegiatan perbankan dengan sistem syariah.4

Ada beberapa aspek yang dapat menjadi perhatian bagi umat Islam di Indonesia. Pada bank konvensional, bank telah menetapkan benda-benda yang diperolehkan sebagai jaminan. Sedangkan pada bank dengan sistem syariah, yang dijadikan sebagai jaminan adalah proyek yang dikerjakan secara bersama-sama antara bank sebagai pemilik modal dengan nasabah sebagai pengelola usaha.

Selain itu bank syariah sama sekali tidak mengenal hal yang disebut dengan

“bunga” yang dianggap riba dan hukumnya haram.

4 Yusuf Al-Qardhawi, Bunga Bank Haram, Akbar, Jakarta, 2003, hlm. 52

(13)

Keterlibatan umat muslim dalam berbagai kegiatan bisnis bukan merupakan hal baru. Namun telah berlangsung sejak empat belas abad yang lalu.5 Seorang muslim yang kreatif akan mampu menggerakkan masyarakat di sekitarnya, mampu mendorong penyerapan tenaga kerja, serta mampu mendidik tenaga kerja untuk berkembang. Kegiatan bisnis bagi umat muslim sudah diatur dalam Al-Qur’an menggunakan termionologi bisnis demikian ekstensif, tema komersional ini memiliki 20 macam termionologi, yang diulang sebanyak 370 kali dalam Al-Qur’an.6 Al-Qur’an membolehkan kegiatan bisnis dalam termionologi yang sangat eksplisit. Salah satu bentuk kegiatan bisnis yang banyak dilakukan oleh umat muslim pada masa ini ialah dengan menjadi pengusaha Usaha Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UKM).

UKM dalam pembangunan ekonomi di Indonesia selalu digambarkan sebagai sektor yang mempunyai peranan penting, karena sebagian besar jumlah penduduknya berpendidikan rendah dan hidup dalam kegiatan usaha kecil baik di sektor tradisional maupun modern. UKM hadir sebagai suatu solusi dari sistem perekonomian yang sehat. UKM merupakan salah satu sektor industri yang sedikit bahkan tidak sama sekali terkena dampak krisis global yang melanda dunia.

Sejalan dengan kenyataan tersebut, pemerintah Indonesia juga terus memberikan perhatian yang serius terhadap eksistensi UKM. Perhatian ini diberikan dalam berbagai bentuk fasilitas seperti penyederhanaan pengurusan perizinan, kenyamanan dan kepastian hukum, pendidikan dan pelatihan, informasi pemasaran, dan sebagainya. Bahkan lebih jauh dari itu, pemerintah sangat konsen

5 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syariah, Paramadina, Jakarta, 2004, hlm. 11

6 Ibid, hlm.13

(14)

membantu dan memfasilitasi pengusaha UKM dari aspek permodalan dan pembiayaan.

Upaya pengembangan dan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (selanjutnya disebut UMKM) dewasa ini mendapat perhatian yang cukup besar dari berbagai pihak, baik pemerintah, perbankan, swasta, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga-lembaga internasional. Hal ini dilatarbelakangi oleh besarnya potensi UMKM yang perlu diefektifkan sebagai motor penggerak perekonomian nasional setelah mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Usaha mikro, kecil dan menengah merupakan perluasan pengertian UKM.

UKM merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak terkecuali di Indonesia. Sebagai gambaran, kendati sumbangannya dalam output nasional (Product Domestic Regional Bruto /PDRB) hanya 56,7% dan dalam ekspor nonmigas hanya 15 persen, namun UKM memberi kontribusi sekitar 99% dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja. Namun, dalam kenyataannya selama ini UKM kurang mendapatkan perhatian. Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan pentingnya UKM dapat dikatakan barulah muncul belakangan ini saja.7

Peran UMKM dalam perekonomian domestik semakin meningkat terutama setelah krisis 1997. Di saat perbankan menghadapi kesulitan untuk mencari debitur yang tidak bermasalah, UMKM menjadi alternatif penyaluran kredit perbankan.

7 Aloysius Gunadi Brata, “Distribusi Spasial UKM Di Masa Krisis Ekonomi,” artikel, http://www.ekonomirakyat.org/edisi_20/artikel_7.htm, diakses tanggal 07 Oktober 2016 Pukul 08.00 Wib.

(15)

Berdasarkan hasil penelitian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, UMKM (kurang lebih 40 juta unit) mendominasi lebih dari 90% total unit usaha dan menyerap angkatan kerja dengan prosentase yang hampir sama.

Data BPS juga memperkirakan 57% Product Domestic Bruto (PDB) bersumber dari unit usaha ini dan menyumbang hampir 15% dari ekspor barang Indonesia. Ditinjau dari reputasi kreditnya, UMKM juga mempunyai prestasi yang cukup membanggakan dengan tingkat kemacetan kredit yang relatif kecil. Pada akhir 2015, kredit bermasalah UMKM (Non Performing Loan/NPL) hanya 3,9%, jauh lebih kecil dibandingkan dengan total kredit perbankan yang mencapai 10,2%.8

Kondisi tersebut mencerminkan bahwa pemberian kredit ke UMKM merupakan salah satu upaya dalam rangka penyebaran risiko perbankan, sementara suku bunga kredit UMKM sesuai dengan tingkat bunga pasar sehingga bank akan mempunyai margin yang cukup. Sektor ini mempunyai ketahanan yang relatif lebih baik dibandingkan dengan usaha besar karena kurangnya ketergantungan pada bahan baku impor dan potensi pasar yang tinggi mengingat harga produk yang dihasilkan relatif rendah sehingga terjangkau oleh golongan ekonomi lemah. Namun demikian, UMKM juga mempunyai karakteristik pembiayaan yang unik, yakni diperlukannya ketersediaan dana pada saat ini, jumlah dan sasaran yang tepat, prosedur yang relatif sederhana, adanya kemudahan akses ke sumber pembiayaan serta perlunya program pendampingan (technical assistance).

Tampilnya Kementerian Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil bukan berarti Departemen lain terlepas dalam pembangunan UKM, tentunya sesuai dengan tugas dan peran Departemen teknis masing-masing. Hal ini dibuktikan dengan adanya peraturan pemerintah sebagai acuan untuk membangun UKM.

Peraturan-peraturan tersebut meliputi:

8 Ibid.

(16)

1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil 2. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan

3. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil

4. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah 5. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang

Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan

6. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah

7. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan

8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara

9. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.9

Banyaknya peraturan dan perundangan tersebut dan berkembang tidak sesuai dengan harapan. Kenyataan di lapangan menunjukkan tidak semua UKM dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal yang kondusif menunjang tumbuhnya UKM. Faktor internal yang menjadi penyebab terhalangnya perkembangan UMKM antara lain disebabkan karena masih lemahnya sumber daya manusia UKM untuk akses dengan permodalan, pemasaran, dan lingkungan pendukung lainnya. Sedangkan faktor eksternal yang berasal dari luar adalah masih kurangnya komitmen dan kordinasi pemerintah untuk membangun UKM, lemahnya lembaga pendukung seperti bank, lembaga penjaminan dan lembaga pelayanan jasa penunjang UKM. Oleh sebab itu perlu dicari paradigma baru untuk mengembangkan UKM.10

9 https://infoukm.wordpress.com/2008/08/12/undang-undang-dan-peraturan-tentang-ukm/

diakses tanggal 07 Oktober 2016 Pukul 08.00 Wib

10 Riana Panggabean, “Membangun Paradigma Baru Dalam Mengembangkan UKM,”

http://www.smecda.com/deputi7/file_infokop/riana.htm. diakses tanggal 07 Oktober 2016 Pukul 08.00 Wib

(17)

Berdasarkan latar belakang di atas, dipilih judul tentang "Analisis Yuridis Tanggung Jawab Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Kecil Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)".

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah Terhadap

Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah terkait dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah ?

2. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah ?

3. Bagaimana upaya-upaya yang dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah terkait dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.

(18)

3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam meningkatkan pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.

2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang peranan dan kedudukan PT. Bank Mandiri Syariah terhadap pengembangan Usaha Kecil dan Menengah.

E. Keaslian Penelitian

Skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Kecil Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (Studi Pada Bank Mandiri Syariah Cabang Medan)".” Penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan- bahan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial perusahaan dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan perbankan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas

(19)

Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Terdapat beberapa penelitian yang membahas tentang perbankan syariah, tetapi jelas berbeda permasalahannya. Adapun penelitian yang dimaksud adalah : 1. Riza Fadillah dengan judul skripsi : “Pelaksanaan Aspek Pembiayaan Pada

Perbankan Syariah Berdasarkan Undang-Undang Perbankan Syariah (Studi Kasus Pada PT Bank Sumut Syariah Cabang Tebing)”. Permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Apa tujuan dan fungsi pembiayaan, jenis-jenis pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Sumut Syariah ?

b. Bagaimana prosedur pembiayaan oleh Bank Sumut Syariah ?

c. Bagaimana analisis penyelesaian pembiayaan bermasalah di Bank Sumut Syariah Cabang Tebing Tinggi.

2. Amanda Nandatama dengan judul skripsi : “Aspek Yuridis Pemberian Pembiayaan Modal Kerja pada Perbankan Syariah dengan Menggunakan Akad Mudharabah (Studi pada Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Utama)”. Permasalahannya adalah :

a. Bagaimanakah pengaturan mengenai pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah dalam Peraturan Perundang-undangan di Indonesia?

b. Bagaimana mekanisme pembiayaan modal kerja dengan Akad Mudharabah di Bank Syariah Mandiri Cabang Medan Utama?

c. Apa saja hambatan yang dijumpai dalam pelaksanaan pembiayaan modal kerja dengan akad mudharabah dan upaya apa yang dilakukan untuk mengatasi hambatan tersebut?

(20)

3. Rini Rahayu dengan judul skripsi : “Penyelesaian Sengketa Perbankan Syariah Menurut Undangundang No.21 Tahun 2008”. Permasalahan dalam skripsi ini adalah :

a. Bagaimana pengaturan penyelesaian sengketa perbankan syariah ? b. Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa perbankan syariah ?

c. Bagaimana kedudukan arbitrase syariah sebagai lembaga penyelesaian sengketa perbankan syariah ?

F. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian.

Sifat penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap11 yaitu tentang kedudukan Bank Mandiri Syariah Cabang Medan dalam meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.

2. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif, artinya permasalahan yang ada diteliti berdasarkan peraturan perundang-

11 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Raja Grafindo Perkasa, Jakarta, 2003, hlm.16.

(21)

undangan yang ada dan literatur-literatur yang ada kaitannya dengan permasalahan.12

Penelitian hukum normatif ini mencakup : a. Penelitian terhadap asas-asas hukum.

b. Penelitian terhadap sistematika hukum.

c. Penelitian terhadap tahap sinkronisasi hukum.

d. Penelitian sejarah hukum.

e. Penelitian perbandingan hukum. 13

Penelitian hukum normatif sendiri mengacu pada berbagai bahan hukum sekunder,14 yaitu inventarisasi berbagai peraturan hukum, jurnal-jurnal dan karya tulis lainnya, serta artikel-artikel berita terkait. Sedangkan penelitian deskriptif adalah penelitian yang pada umumnya bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat terhadap suatu populasi atau daerah tertentu mengenai sifat-sifat, karakteristik-karakteristik atau faktor-faktor tertentu. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubungan teknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap15 yaitu tentang kedudukan Bank Mandiri Syariah Cabang Medan dalam meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.

3. Sumber Data.

Data yang diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah :

12 Soerjono Soekanto dan Srimamudji, Penelitian Hukum Normatif, Ind-Hillco, Jakarta 2001, hlm. 13

13 Ibid., hlm.15

14 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2006, hlm. 14.

15 Bambang Sunggono, Op.Cit, hlm.16.

(22)

a. Data primer

Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain. Untuk memperoleh data primer peneliti melakukan studi lapangan, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara (interview). Wawancara adalah bertanya langsung secara bebas kepada informan dengan mempersiapkan terlebih dahulu daftar pertanyaan secara terbuka sebagai pedoman yaitu pimpinan/staff Bank Syariah Mandiri dan nasabah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah orang lain. Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan ini, sebagai bahan referensi untuk menunjang keberhasilan penelitian. Studi kepustakaan/data sekunder terdiri dari:

a. Bahan hukum primer, terdiri dari ketentuan-ketentuan hukum positif yang terkait dengan permasalahan yang diteliti seperti : Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha Mikro, Kecil dan Menengah

b. Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan secondary data yang antara lain mencakup di dalamnya:

a) Kepustakaan/buku literatur yang berhubungan dengan kedudukan Bank Mandiri Syariah Cabang Medan dalam meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.

b) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.

(23)

c) Referensi-referensi yang relevan dengan kedudukan Bank Mandiri Syariah Cabang Medan dalam meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah.

c. Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ekslopedia, kamus umum dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data.

Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Untuk melengkapi data yang berasal dari studi kepustakaan tersebut, maka pada penelitian ini dilakukan wawancara terhadap 2 (dua) orang informan yaitu pimpinan/staf pada PT Bank Mandiri Syariah Cabang Medan dan pengusaha UKM di kota Medan.

5. Analisis Data.

Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan, maka perlu suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.16

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis datanya. Pada penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis

16 Ibid, hlm.18

(24)

bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan

BAB II : Tinjauan Umum Perbankan Syariah meliputi : Perbankan dengan Prinsip Syariah, Ciri-Ciri Perbankan Syariah, Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia, Produk Pembiayaan Bank Syariah, Penyaluran Pembiayaan pada Bank Syariah.

BAB III Tinjauan Umum Usaha Kecil Menengah meliputi : Usaha Kecil dan Menengah, Perkembangan dan Permasalahan Usaha Kecil Menengah, Prinsip dan Tujuan Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah, Kebijakan dan Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah.

BAB IV Tanggung Jawab Perbankan Syariah Dalam Meningkatkan Usaha Kecil Menengah Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah meliputi : Gambaran Umum Tentang PT. Bank Mandiri Syariah, Tanggung jawab PT. Bank Mandiri Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Kecil dan Menengah Sesuai Dengan UU No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Mandiri Syariah dalam Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah, Upaya-Upaya yang Dilakukan PT. Bank Mandiri Syariah dalam Meningkatkan Pembiayaan Usaha Kecil dan Menengah.

BAB V Kesimpulan dan Saran.

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM PERBANKAN SYARIAH

A. Perbankan dengan Prinsip Syariah.

Kata bank berasal dari bahasa Italia yaitu ”banco” yang berarti meja.

Istilah ini didapat dikarenakan orang yang mengerjakan pekerjaan perbankan ini pada dasarnya menjadikan meja sebagai tempat untuk melayani orang-orang yang berhubungan dengan mereka. Kemudian berdasarkan pengembangannya, bank didefinisikan sebagai lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan.17

Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank syariah adalah bank Islam.

Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio menyebutkan defenisi bank Islam:

”Bank Islam adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariat Islam, yakni bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam khususnya yang menyangkut tata bermuamalat secara Islam”.18

Warkum Sumitro menyebutkan defenisi bank Islam adalah:

Bank Islam berarti yang tata cara beroperasinya didasarkan pada tata cara bermuamalah secara Islam, yakni dengan mengacu kepada ketentuan- ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadits. Di dalam operasionalisasinya bank Islam harus mengikuti dan praktek-praktek usaha yang dilakukan di zaman Rasulullah, bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak dilarang oleh Rasulullah atau bentuk-bentuk usaha baru sebagai hasil ijithad para ulama yang tidak menyimpang dari ketentuan Al-Qur’an dan Al-Hadist.19

17 Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, Op.Cit, hlm. 1

18 Ibid, hlm.2

19 Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait , Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 35

(26)

Sudarsono menyatakan bahwa Bank Syari’ah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip- prinsip Syari’ah. oleh karena itu, usaha Bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagang utamanya.20

Rukmana menyatakan bahwa Bank Syariah merupakan lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan operasinya dilaksanakan secara Syariah Islam, yang tata cara berusaha maupun perjanjiannya berusaha berdasarkan kepada Al’Quran dan Sunnah Rasul yang lebih menekankan kepada operasinya melalui sistem bagi hasil dan imbalan lainnya sesuai dengan syariah Islam dan menghindarkan riba yang dilarang oleh Syariah Islam.21

Rachmadi Usman menyatakan bahwa Bank Syariah merupakan badan usaha yang kegiatan utamanya menghimpun dana dari masyarakat dan setelah terkumpul dana tersebut akan disalurkan kembali kepada masyarakat. Dalam kegiatan ini harus berdasarkan kepada mekanisme yang diatur menurut syariah berdasarkan kepada Al’Quran dan Hadist.22

Bank Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang menjalankan operasinya menurut Hukum Islam untuk menghindarkan praktik bunga (riba/rente) sebab bunga dilarang dalam praktik Hukum Islam. Bank Islam sebagai lembaga keuangan dengan usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa

20 Heri Sudarsono, Bank Dan Lembaga Keuangan Syari’ah, Ekonisia, Yogyakarta , 2004, hlm. 27.

21Rukmana, Teori Bank Syariah, Erlangga, Jakarta, 2007. hlm. 3

22 Rachmadi Usman, Aspek-Aspek Perbankan di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2001. hlm.7.

(27)

lainnya, di mana pelaksanaannya akan disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah Islam.

Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya disebut UUP 2008) menyatakan bahwa :

”Perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya”.23

Penjelasan Umum UUP 2008 menyebutkan tentang fungsi disahkannya peraturan perbankan yang berdasarkan prinsip syariah.

Guna menjamin kepastian hukum bagi stakeholders dan sekaligus memberikan keyakinan kepada masyarakat dalam menggunakan produk dan jasa Bank Syariah, dalam Undang-Undang Perbankan Syariah ini diatur jenis usaha, ketentuan pelaksanaan syariah, kelayakan usaha, penyaluran dana, dan larangan bagi Bank Syariah maupun UUS yang merupakan bagian dari Bank Umum Konvensional. Sementara itu, untuk memberikan keyakinan pada masyarakat yang masih meragukan kesyariahan operasional Perbankan Syariah selama ini, diatur pula kegiatan usaha yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah meliputi kegiatan usaha yang tidak mengandung unsur-unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.24

Berdasarkan uraian di atas, maka bank syariah merupakan lembaga keuangan yang sistem operasionalnya menghimpun dana dari masyarakat dan menyelaurkannya kembali dengan menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan prinsip syariah Islam yang telah diatur dalam Al’Quran dan Hadist.

Lembaga dan instrumen keuangan Islam tidak cukup sekedar mengandalkan fanatisme emosional umat Muslim belaka, tetapi harus ditunjukkan dengan kinerja kerja yang profesional dan memberikan manfaat bagi seluruhnya.

23 Karnaen Perwaatmadja dan Syafi’i Antonio, Op.Cit, hlm. 2.

24 Ibid.

(28)

Dengan diperkenankannya jenis bank berdasarkan prinsip bagi hasil, maka dalam sistim perbankan saat ini di samping bank konvensional yang dikenal selama ini, bank dapat pula memilih kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi hasil. Kegiatan bank berdasarkan prinsip bagi hasil pada dasarnya merupakan perluasan jasa perbankan bagi masyarakat yang membutuhan dan menghendaki pembayaran imbalan yang tidak didasarkan pada sistim bunga, tetapi atas dasar prinsip bagi hasil atau jual beli sebagaimana digariskan syariat Islam. Juga diharapkan akan dapat saling melengkapi dengan lembaga-lembaga keuangan lainnya yang terlebih dahulu dikenal dalam sistim perbankan. Disamping itu, pendirian jenis bank bagi hasil ini akan dapat memberi pelayanan kepada bagian dari masyarakat yang karena prinsip agama atau kepercayaa tidak bersedia memanfaatkan jasa-jasa bank konvensional. Bagaimana pun juga harus diakui bahwa dalam masyarakat banyak kelompok yang memiliki prinsip bahwa sistem bunga yang dianut oleh perbankan merupakan pelanggaran terhadap syari’at agama dan merupakan riba yang di dalam hukum Islam merupakan perbuatan dosa atau haram, sejalan dengan itu, bank dengan prinsip bagi hasil dimaksudkan untuk melayani segmen pasar tersebut.

B. Ciri-Ciri Perbankan Syariah.

Sistem perbankan syariah merupakan sistem perbankan yang beropersi berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah, memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan bank konvensional. Ciri-ciri yang berdapat dalam sistem perbankan syariah antara lain:

1. Beban biaya yang disepakati bersama pada waktu akad perjanjian diwujudkan dalam bentuk jumlah yang nominal, yang besarnya tidak kaku. Hal ini sesuai dengan S. Al-Baqarah ayat (280).

(29)

2. Penggunaan persentase dalam hal kewajiban untuk melakukan pembayaran selalu dihindarkan, karena persentase bersifat melekat pada sisa utang meskipun batas waktu perjanjian sudah berakhir.

3. Di dalam kontrak-kontrak pembiayaan proyek, bank Islam tidak menerapkan perhitungan berdasarkan keuntungan yang pasti (fixed return) yang ditetapkan di muka, karena pada hakikatnya yang mengetahui untung ruginya suatu proyek yang dibiayai oleh bank hanya Allah semata.

4. Bank Islam tidak menerapkan jual beli dan sewa menyewa uang dari mata uang yang sama, yang dari transaksi itu dapat menghasilkan keuntungan.

5. Adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas untuk mengawasi operasionalisasi bank dari sudut syari’ahnya.25

Ciri-ciri perbankan syariah seperti tersebut di atas bersifat universal dan kumulatif. Artinya bank syariah yang beroperasi di mana saja harus memiliki ciri- ciri yang disebutkan di atas, jika tidak dipenuhi, maka hilanglah identitasnya sebagai bank syariah.

Selain itu sistem perbankan yang menggunakan prinsip syari’ah memiliki karakteristik antara lain sebagai berikut:

1. Peniadaan pembebanan bunga yang berkesinambungan 2. Membatasi kegiatan spekulasi yang tidak produktif.

3. Prinsip bahwa pembiayaan ditujukan kepada usaha-usaha yang halal sesuai dengan prinsip syari’ah dan memiliki keunggulan imperatif terhadap sistem perbankan konvensional.26

Selain itu sistem perbankan syari’ah yang menerapkan pola pembiayaan usaha dengan prinsip bagi hasil sebagai salah satu usaha pokok dalam kegiatan perbankan syari’ah juga akan menumbuhkan rasa tanggungjawab pada masing- masing pihak, baik bank maupun debiturnya akan memperhatikan prinsip kehati- hatian dan akan memperkecil kemungkinan resiko terjadinya kegagalan usaha.

25 Heri Sudarsono, Op.Cit, hlm.20

26 Ashari Akmal Tarigan (ed), Ekonomi Dan Bank Syari’ah Pada Millenium Ketiga, IAIN Press bekerjasama dengan IKAPI, Medan, 2002, hlm. 80.

(30)

Adanya karakteristik perbankan syari’ah dengan bank konvensional menyebabkan timbulnya keengganan bagi pengguna jasa perbankan terutama bagi pengguna jasa yang akan berpindah dari bank konvensional ke bank syari’ah.

Keengganan tersebut disebabkan antara lain karena hilangnya kesempatan untuk mendapatkan penghasilan tetap berupa bunga dari simpanan. Hal ini menjadi salah satu kendala bagi bank syari’ah untuk mendapatkan nasabah dengan cepat.

C. Pengaturan Perbankan Syariah di Indonesia.

Di Indonesia, komitmen pemerintah terhadap pengembangan bank syariah berawal sejak 1992, sedang sebelumnya relatif pemerintah belum memberikan komitmen, dan belum ada regulasi yang memberi dasar pendirian bank syariah.

Dukungan berikut ada pada tahun 1998, sehingga tahun ini dapat dipakai sebagai pembatas dua priode kebijakan pemerintah terhadap bank syariah. Praktik perbankan syariah di Indonesia di mulai ketika Bank Muamalat Indonesia (BMI) mulai beroperasi pada 1 Mei 1992. Persiapan pendirian BMI dirintis oleh kegiatan lokakarya Bank Tanpa Bunga di Cisarua Bogor, 18-20 Agustus 1990.27 Hasil lokakarya ditindaklanjuti melalui pembahasan mendalam pada Musyawarah Nasional IV Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Jakarta, 22-25 Agustus 1990 yang merekomendasikan pembentukan bank bebas bunga. Rekomendasi didahului dengan pembentukan kelompok kerja untuk mempersiapkan penyiapan buku panduan untuk persiapan pendirian bank bebas bunga.

Gagasan pendirian Bank berbasis syariah bermunculan, diikuti dengan keluarnya Fatwa MUI pada akhir 2003 yang mengharamkan beragam jenis

27 M. Umer Chapra dan Tariqullah Khan, Regulasi & Pengawasan Bank Syariah, Bumi Aksara, Jakarta, 2008, hlm. 28-29.

(31)

transaksi berbasis bunga, termasuk di lingkungan perbankan. Dalam Fatwa dinyatakan bahwa bunga termasuk kriteria riba, dan riba hukumnya haram.28

Perbankan syariah memiliki peran strategis yang mampu memiliki keunggulan komparatif. Menghadapi gejolak moneter beberapa waktu lalu, perbankan syariah terbebas dari negative spread karena kinerja perbankan syariah yang tidak berbasis pada bunga uang, berada dan terkait pada sektor riil. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank umum yang menerapkan prinsip syariah dalam pola operasionalnya merupakan satu-satunya bank yang tidak mengalami negative spread sebagaimana terjadi pada bank-bank konvensional.29 Perbankan syariah selama krisis ekonomi tidak membebani keuangan negara sebagaimana terjadi pada perbankan konvensional yang memerlukan suntikan dana dari pemerintah.30

Eksistensi perbankan syariah mendapat tempat dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perbankan (selanjutnya disebut UUP 1992) dengan mengintrodusir sebutan bank berdasarkan prinsip bagi hasil.

UUP 1992 secara formal memberi legitimasi yuridis atas eksistensi perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional. Undang-undang ini menjadi landasan sebagai titik tolak perkembangan bank Islam di Indonesia. Secara teknis, istilah bank syariah atau bank Islam tidak terlihat secara jelas dalam UUP 1992, melainkan undang-undang ini memakai istilah ”prinsip bagi hasil” untuk menunjukkan kegiatan bank syariah.

28 Widjanarto, Hukum dan Ketentuan Perbankan Di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2005, hlm. 48

29 Muslimin, ”Reformasi Kebijakan Perbankan Islam Di Indonesia,” Miqot: Jurnal Ilmu- Ilmu Keisalaman, Vol. XXVIII, No. 1 Januari 2004, hlm. 150.

30 Zubairi Hasan, Undang-Undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan Hukum Nasional, Rajawali Pers, Jakarta, 2009, hlm. 19

(32)

UUP 1992 belum mengakomodasi semua kegiatan atau produk bank syariah, kecuali hanya produk berdasarkan prinsip bagi hasil, yang sesungguhnya baru merupakan salah satu pola produk bank syariah. Selain bagi hasil, bank syariah juga menggunakan pola lain dalam produknya, yakni pola titipan, pinjaman, jual beli, sewa, dan pola lain yang dibenarkan secara syariah. Akibat pengaturan bank syariah disatukan bersama bank konvensional, kondisi ini membawa bank syariah harus tunduk pada peraturan perbankan umum yang berbasis konvensional. Akibatnya, manajemen bank syariah cenderung mengadopsi produk perbankan konvensional yang ’disyariahkan’ dengan variasi produk yang terbatas.

Perkembangan berikut, UUP 1992 diubah dengan UUP 1998). Berbeda dengan UUP 1992 yang memakai istilah “prinsip bagi hasil” untuk pengakuan atas perbankan syariah, UUP 1998 tentang Perubahan atas UUP 1992 telah mengubah term bagi hasil menjadi ”berdasarkan prinsip syariah. Dengan perubahan paradigma di muka, UUP 1998 telah mengintrodusir semua produk bank berdasarkan prinsip syariah, yaitu pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang di sewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wal iqtina).31

Perubahan yang dibawa UUP 1998, telah memperkokoh dan mengakui secara lebih tegas keberadaan bank syariah yang melakukan kegiatan penyediaan pembiayaan dan usaha lain berdasarkan prinsip syariah. UUP 1998 tidak

31 Ibid, hlm. 22.

(33)

mengadakan perubahan total terhadap UUP 1992, melainkan hanya terhadap beberapa pasal penting yang menyangkut dua aspek. Pertama, menyangkut penguatan kewenangan Bank Indonesia (BI) untuk memberi izin usaha, persyaratan dan tata cara pendirian bagi Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat. Selama ini kewenangan itu berada di tangan Menteri Keuangan. Kedua, semakin di akomodasi sistem perbankan syariah dalam sistem perbankan nasional, dengan mengubah istilah ”prinsip bagi hasil” menjadi ”berdasarkan prinsip syariah” yang lebih berkonotasi sesuai dengan hukum Islam.32

Menyikapi perkembangan masyarakat yang menyambut keberadaan perbankan syariah dan untuk lebih menumbuhkembangkan serta meningkatkan peranannya pada perekonomian nasional, UUP 1998 mengadakan perubahan atas UUP 1992 dengan memberi kesempatan yang lebih luas bagi masyarakat untuk mendirikan bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Termasuk pemberian kesempatan kepada Bank Umum Konvensional untuk memberi pelayanan syariah dengan pembukaan Islamic windows melalui pendirian UUS pada kantor cabang yang khusus melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Sejak itu, dianut dual banking system yang menyandingkan sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah.33

32 Muslimin, Op. Cit., hlm. 152.

33 Perubahan Pasal 6 huruf m oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 atas Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menjadi pintu masuk bagi Bank Umum Konvensional untuk memiliki Islamic windows melalui pembentukan Unit Usaha Syariah.

Ketentuan lebih lanjut yang mengatur mengenai perkenan Bank Umum Konvensional untuk melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah terdapat dalam PBI No. 4/1/PBI/2002 yang kemudian diubah oleh PBI No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional. Ketentuan PBI ini kemudian diubah lagi melalui PBI No. 9/7/PBI/2007 dan selanjutnya dinyatakan tidak berlaku lagi dengan keluarnya PBI No.

11/15/PBI/2009 tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah.

Pada 2009 terbit PBI No. 11/10/PBI /2009 tentang Unit Usaha Syariah.

(34)

Regulasi yang memperkuat eksistensi perbankan syariah terus bergulir.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (UUBI 1999), seperti diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2004 (UUBI 2004) yang memberi kewenangan bagi BI untuk melakukan pengendalian moneter berdasarkan prinsip syariah yang pelaksanaannya ditetapkan dengan PBI. Bank Indonesia telah diamanahkan oleh UUBI 1999 dengan perubahannya, untuk mempersiapkan peraturan guna mendukung operasional bank syariah.

Meskipun UUP 1992 sebagaimana kemudian diubah dengan UUP 1998 telah memberi pengaturan terhadap perbankan konvensional dan perbankan syariah, yang menganut dual banking system, namun masih dianggap belum memadai, karena masing-masing sistem perbankan tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Perbankan syariah sebagai bagian dalam sistem perbankan nasional memerlukan berbagai sarana pendukung agar dapat memberikan konstribusi maksimal bagi pengembangan ekonomi nasional. Salah satu sarana pendukung dimaksud adalah perlu pengaturan yang memadai sesuai dengan karakteristiknya. Pembentukan undang-undang perbankan syariah menjadi kebutuhan dan keniscayaan bagi pengembangan lembaga keuangan perbankan syariah. Karena itu, dipandang perlu mengatur masalah perbankan syariah dalam undang-undang tersendiri, dan untuk memenuhi keinginan itu, disahkan Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah (selanjutnya disebut UUPS 2008).34 Kelahiran UUPS 2008 semakin memberi kepastian hukum yang memperkuat dan memperjelas kelembagaan maupun operasional perbankan

34 Sutan Remy Sjahdeini, “Perbankan Syariah Suatu Alternatif Kebutuhan Pembiayaan Masyarakat”, dalam Jurnal Hukum Bisnis, (Volume 20, Agustus-September, 2002), hlm. 11.

(35)

syariah, sehingga memiliki potensi yang kuat untuk mampu bersaing dengan bank konvensional.

Kehadiran UUPS 2008 mengakomodasi karakteristik operasional perbankan syariah secara spesifik, serta memperkuat kedudukan bank syariah dalam tata hukum perbankan Indonesia. UUPS 2008 tidak saja mengakui secara tegas eksistensi perbankan syariah, namun juga memerinci produk dan jasa serta pola operasional perbankan syariah yang memenuhi prinsip syariah. Selain menjalankan fungsi sebagai intermediary, perbankan syariah juga melaksanakan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial lain dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat. Perbankan syariah juga menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkan kepada pengelola wakaf (nazir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf (wakif). Dengan demikian perbankan syariah sekaligus melaksanakan fungsi pengelolaan dana berdasarkan trust, yang diberi kepercayaan oleh masyarakat dalam pengelolaannya berdasarkan prinsip syariah.

UUPS 2008 memberi makna prinsip syariah sebagai prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Dibandingkan dengan UUP 1998, pengertian prinsip syariah menurut UUP 2008 lebih menekankan pada penetapan syariah yang dilakukan melalui fatwa. Setiap produk harus di legitimasi lebih dulu kesesuaian syariahnya melalui fatwa untuk selanjutnya dijadikan sebagai kegiatan usaha perbankan syariah. Perbankan

(36)

syariah merupakan sistem perbankan yang mengeluarkan produk halal yang bebas dari unsur riba, maisir, gharar, haram, dan zalim.

D. Produk Pembiayaan Bank Syariah.

Pasal 6 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan menentukan bahwa: “Usaha bank umum dalam menyediakan pembiayaan dan/atau melalukan kegiatan usaha lain berdasarkan prinsip syariah ditetapkan dengan ketentuan Bank Indonesia.“ Berdasarkan ketentuan di atas, kegiatan- kegiatan usaha yang dilakukan Bank Umum dengan menerapkan prinsip syariah, dirinci lebih lanjut dalam Pasal 28 dan Pasal 29 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/34/KEP/DIR. Dikatakan Bank Umum Syariah wajib menerapkan prinsip syariah dalam melakukan kegiatan usahanya yang meliputi:

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi:

a. Giro berdasarkan prinsip wadiah.

b. Tabungan bedasarkan prinsip wadiah atau mudharabah c. Deposito berdasarkan prinsip mudharabah

d. Bentuk lain berdasarkan wadiah atau mudharabah.

2. Melakukan penyaluran dana melalui:

a. Transaksi jual beli berdasarkan prinsip:

1) Murabah.

2) Istisnah.

3) Ijarah 4) Salam

5) Jual beli lainnya.

(37)

b. Pembiyaan bagi hasil berdasarkan prinsip:

1) Mudharabah 2) Musyarakah 3) Bagi hasil lainnya.

c. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip:

1) Hiwalah.

2) Rahn 3) Qardh.

3. Membeli, menjual dan/atau menjamin atas risiko sendiri surat-surat berharga pihak ketiga yang diterbitkan atas dasar transaksi nyata (underlyimng transaction) berdasarkan prinsip jual beli atau hiwalah.

4. Membeli surat-surat berharga Pemerintah dan/atau Bank Indonesia yang diterbitkan atas dasar prinsip syariah

5. Memindahkan uang untuk kepentingan sendiri dan/atau nasabah berdasrkan prinsip wakalah.

6. Menerima pembayaran tagihan atas surat surat yang diterbitkan dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga berdasarkan prinsip wakalah

7. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat-surat berharga berdasarkan prinsip wadiyah yad amanah.

8. Melakukan kegiatan penitipan termasuk penata usahaannya untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak dengan prinsip wakalah.

(38)

9. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah laian dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat dibursa efek berdasarkan prinsip ujr.

10. Memberikan fasilitas letter of credit berdasarkan prinsip wakalah, Murabahah, mudharabah, musyarakah dan wadiah serta memberikan fasilitas

garansi bank berdasarkan prinsip kafalah.

11. Melakukan kegiatan usaha kartu debit berdasarkan prinsip ujr.

12. Melakukan kegiatan wali amanat berdsarkan prinsip wakalah.

13. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan Bank Umum Syariah sepanjang disetujui oleh Dewan Syariah Nasional.

Selain melakukan kegiatan usaha sebagaimana dimaksud di atas, bank Umum Syariah dapat pula:

1. Melakukan kegiatan dalam valuta asing berdsarkan prinsip sharat 2. Melakukan kegiatan pernyataan modal berdsarkan prinsip musyarakah

dan/atau mudharabah untuk mengatasi akibat kegagalan pembiayaan dengan syarat harus menarik kembali pernyatannya.

3. Melakukan kegiatan pernyataan modal sementara berdasarkan prinsip musyarakah dan/atau mudharabah

4. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus.35

Seperti halnya dalam bank Konvensional, produk perbankan yang ditawarkan bank syari’ah pun terbagi kepada dua bagian pokok, yaitu produk pengerahan dan penyaluran dana.

E. Penyaluran Pembiayaan pada Bank Syariah.

Penyaluran dana yang berhasil dihimpun dari nasabah atau masyarakat, bank syariah menawarkan beberapa produk perbankan sebagi berikut:

35 Rachmadi Usman, Op.Cit, hlm. 55

(39)

1. Pembiayaan Mudharabah.

Pembiayaan dalam Islam merupakan perintah dalam Al-Qur’an dan ucapan dari Nabi Muhammad saw, jadi hukum Islam berasal dari teks yang terungkap dari sebuah norma yang saling berhubungan yang melarang kegiatan pengambilan keuntungan (intrest making) dan kegiatan spekulatif yang tidak pantas.36

Mudharabah secara umum yang terdapat dalam kitab fiqhiyah dan perbankan syariah yaitu sistem pendanaan operasional realitas bisnis, dimana baik sebagai pemilik modal biasanya disebut shahibul maal dengan menyediakan modal 100 % kepada pengusaha sebagai pengelola disebut sebagai mudharib untuk melakukan aktivitas produktif dengan syarat bahwa keuntungan yang dihasilkan akan dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan yang disebutkan dalam akad mereka.37

Jika ada mengalami kerugian setelah adanya pengelolaan usaha oleh mudharib bukan karena kelalaian yang disengaja atau terjadi kerugian di luar

kontrol enterpreneur maka investor (shahibul maal) akan menanggung seluruh kerugian tersebut, karena kegiatan investasi ini lazim di lakukan oleh investment banking bukan kegiatan yang dilakukan commercial banking.38

Menurut Muhammad Syafii Antonio, perkataan mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan ”pengertian memukul atau berjalan lebih tepatnya proses seseorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha”.39

36 Bismar Nasution, “Signifikansi Hukum Islam Dalam Merespon Issu-issu Global”, melalui melalui http://id-id..php, diakses tanggal 05 Oktober 2016 Pukul 21.00 Wib

37 Ascaya Diana Yunita, Bank Syari’ah: Gambaran Umum. PPSK BI, Jakarta, 2005, hlm.

21

38 Zulkarnain Sitompul. “Kemungkinan penerapan Universal Banking Syari’ah Di Indonesia, Kajian Dari perspektip Bank Syari’ah”, melalui www. Jurnal Hukum Bisnis. Vol.20, Agustus-September 2002 net, diakses tanggal 05 Oktober 2016 Pukul 21.00 Wib

39 Muhammad Syafi’i Antonio. Bank Syariah Dari Teori Ke Praktik. Gema Insani, Jakarta, 2001, hlm. 95.

(40)

Secara tehnis mudharabah berarti:

Akad kerjasama usaha antara dua pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian sipengelola. Seandainya kerugian itu disebabkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.40

Pembiayaan mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh lembaga keuangan syariah kepada pihak lain untuk suatu usaha yang produktif.

Kegiatan penyaluran dana oleh Bank Syariah melakukan investasi dan pembiayaan, disebut investasi karena prinsip yang digunakan adalah prinsip penanaman dana atau penyertaan dan keuntungan yang diperoleh bergantung pada kinerja dan usaha yng menjadi objek penyertaan tersebut sesuai dengan nisbah bagi hasil yang telah disepakati sebelumnya. Selanjutnya disebut pembiayaan karena Bank Syariah menyediakan dana guna membiayai kebutuhan nasabah/mudharib atau mudharib yang membutuhkan dan layak untuk memperoleh pembiayaan tersebut, sehingga mekanisme daripada pembiayaan mudharabah pada dasarnya terletak pada kerjasama yang baik antara Bank

Syariah dan mudharib.

Pembiayaan mudharabah yang disalurkan oleh Bank Syariah kepada nasabah/mudharib, terutama pengusaha kecil yang diharapkan akan mampu meningkatkan dan membesarkan usaha mereka, sehingga manfaat yang diperoleh dari pembiayaan mudharabah dapat dirasakan oleh kedua belah pihak, baik pihak Bank Syariah maupun para pengusaha tersebut.

40 Tim Penulis Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional, PT. Intermasa, Jakarta, 2001, hlm. 44.

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum HKI dianggap lahir sejak dilakukan pendaftaran dan pengumuman atas hak-hak yang bersangkutan, tetapi apabila dilihat dari macam- macam HKI tersebut,

Pengurusan dan Pemberasan dalam Pailitnya Lembaga Keuangan Bank Kepailitan merupakan realisasi dari Pasal 1131-1132 KUHPerdata yang bertujuan untuk melindungi tindak

Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan kewenangan lembaga perlindungan saksi dan korban (LPSK) terdapat dalam Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Perubahan

Dari uraian yang telah disebutkan di atas, maka jelaslah bahwa peralihan hak milik (penyerahan) dalam perjanjian beli sewa baru dapat beralih atau sudah diserahkannya oleh

Pemilihan forum arbitrase (choice of forum) dan hukum yang berlaku (choice of law). Para pihak bebas untuk menentukan sendiri pemilihan forum arbitrase dalam

Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa pengaturan perundang-undangan nasional yang relevan dengan pemberantasan illegal fishing oleh Nelayan Asing di Zona

Upaya yang dilakukan dengan adanya penerbitan bilyet giro kosong adalah dengan mengajukan kepada Bank Indonesia agar penerbit nasabah biro yang bersangkutan dimasukkan

Kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU, Pelaksanaan Perda KTR di Kota Medan