• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PT. BANK

SUMATERA UTARA (BANK SUMUT) DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NIM : 110200215 ARDI ANTO SIANIPAR

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

ANALISIS YURIDIS PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PT. BANK

SUMATERA UTARA (BANK SUMUT) DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NIM : 110200215 ARDI ANTO SIANIPAR

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Bismar Nasution, SH.M.H NIP. 195603291986011001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Bismar Nasution, SH.M.HTri Murti Lubis, SH.M.Hum NIP. 1956003291986011001NIP. 198612122014042001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Tuhan YMEkarena dengan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.Skripsi ini berjudul :"Analisis Yuridis Prinsip Good Corporate Governance Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) Dikaitkan Dengan Rahasia Bank”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapat banyak kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan.

2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan I FH. USU Medan

(4)

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan II FH. USU Medan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan III FH. USU Medan 5. Bapak Prof. Bismar Nasution, SH.M.H selaku Ketua Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum USU sekaligus sebagai Pembimbing I.

6. Ibu Tri Murti Lubis, SH.M.Hum sebagai Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimah kasih buat ayah dan Ibu penulis R. Sianipar dan A.Simangunsong yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis dengan doa dan cinta kasih yang tiada henti dan dorongan dalam penulisan skripsi.

9. Abang saya Richard Sianipar, Kakak Saya Winda Sianipar, Dan Adik Tercinta Paskah Prasetio Sianipar Yang tidak henti hentinya memberikan doa dan semangat dalam penulisan skripsi ini.

10. Abang dan kakak senior GMNI FH USU yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat.

11. Kawan-kawan stambuk 2011 GMNI FH USU Maslon Ambarita, Leo Manurung, Bruno Saragih, Natanael Parhusip, Pir Silaban, Yosephin Hutabarat, Jenrico Hutabarat, Eferaim Ginting, Vonny, Conny, Glora, Sa’ban

(5)

Hutagaol Yang memberikan dorongan dan bantuan besar dalam menyelesaikan penulisan ini.

12. Adik-adik Junior FH USU Regina, Brenada, Nain, Bill, Winda, Kiki, Edu, Suend, Yogi, Zakeus, Irna, Dini, Rio, Michael dan yang lainnya yang selalu memberikan Hiburan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

13. Kepada Bou dan Mami Wamar yang telah Membantu Penulis dalam penulisan skripsi ini.

14. Kepada Kawan Seperjuangan Mahasiswa FH USU yang sedang dalam penyelesaian masa studi yang bekerja sama dengan penulis dalam penyelesaian skripsi.

15. Seluruh Almamater Fakultas Hukum USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini.Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, September 2017 Penulis

Ardi Anto Sianipar

(6)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

ABSTRAK ... vi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 12

C. Tujuan Penulisan ... 12

D. Manfaat Penulisan ... 13

E. Keaslian Penulisan ... 13

F. Tinjauan Kepustakaan ... 14

G. Metode Penelitian ... 17

H. Sistematika Penulisan ... 19

BAB II : PENERAPAN PRINSIP TATA KELOLOLA PERUSAHAAN (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PENGELOLAAN BUMD ... 22

A. Pengertian Good Corporate Governance ... 22

B. Perkembangan Tata Kelola Perusahaan ... 26

C. Penerapan Tata Kelola Perusahaan ... 30

D. Penerapan Tata Kelola Perusahaan dalam Badan Usaha Milik Daerah. ... 33

E. Tujuan Tata Kelola Perusahaan dalam Badan Usaha Milik Daerah ... 41

(7)

BAB III .. : TATA KELOLA PERUSAHAAN DALAM PERBANKAN

DAN KAITANNYA DENGAN RAHASIA BANK ... 51

A. Pengertian dan Arti Pentingnya Rahasia Bank ... 51

B. Perlindungan Bank Terhadap Nasabah dalam Menjaga Rahasia Nasabahnya ... 55

C. Sanksi Terhadap Pelanggaran Rahasia Bank ... 61

D. Rahasia Bank dan Tata Kelola Perusahaan Perbaikan Yang Baik ... 64

BAB IV : PELAKSANAAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PT. BANK SUMATERA UTARA (BANK SUMUT)DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK ... 72

A. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) ... 72

B. Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik ... 77

C. Upaya yang Dilakukan PT. Bank Sumut untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik ... 79

D. Implementasi Rahasia Bank dalam Tata Kelola Perusahaan diPT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) ... 81

BAB V ... : KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 102

(8)

ABSTRAK

ANALISIS YURIDIS PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PT. BANK SUMATERA UTARA

(BANK SUMUT) DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK Ardi Anto Sianipar *

Bismar Siregar**

Tri Murti Lubis ***

PT. Bank Sumut merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan BUMN, belum mempunyai regulasi pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara (berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan dibanding BUMN.

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif dan spesifikasi penelitian ini adalah deskriptif analitis. Pengumpulan data melalui data primer dan data skunder. Metode analisis yang dipakai adalah kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Penerapan prinsip tata kelola perusahaan perbankan di PT. Bank Sumut Medan yang meliputi tranparansi, kemandirian, pertanggungjawaban,akuntabilitas dan kewajaran dilaksanakan dengan cukup baik. Penerapan salah satu prinsip dari GCG yaitu dengan melaksanakan rahasia bank. PT. Bank Sumut Medan yang telah melaksanakan kerahasian bank berarti telah melaksanakan tata kelola perusahaan yang baik.Implementasi rahasia bank dikaitkan dengan prinsip good corporate governance adalahPT. Bank Sumut Medan telah menerapkan prinsip keterbukan dengan baik dengan menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan sesuai dengan haknya. Hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut Medan dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik yaitu kendala pengetatan kredit perbankan, produktivitas produk bank yang belum sepenuhnya efisien dan efektif, standar SDM yang tinggi akibat dari era globalisasi dan masalah kasus penyimpangan internal (internal fraud).

.

Kata Kunci :Prinsip, Good Corporate Governance. Bank.

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(9)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pembangunan nasional pada hakekatnya adalah rangkaian perubahan yang dilakukan secara menyeluruh terarah dan berencana dalam rangka mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan yaitu masyarakat yang memiliki keseimbangan antara kebutuhan lahiriah dan bathiniah.Tujuan pembangunan nasional Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan bangsa Indonesia baik materiil maupun spiritual, yaitu dengan tersedianya kebutuhan pokok sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (rumah) yang layak.1

Pengalaman membangun pada masa yang lalu dan timbulnya krisis yang berkepanjangan dapat digunakan sebagai pelajaran bahwa disamping keberhasilan mencapai tujuan pembangunan, proses dan cara mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi tersebut tidak kalah pentingnya. Pembangunan pada bidang ekonomi merupakan penggerak utama pembangunan, namun pembangunan ekonomi ini harus disertai upaya saling memperkuat, terkait, serta terpadu dengan pembangunan bidang lainnya.

Pembangunan nasional mesti mengacu pada konsep pembangunan yang utuh menyeluruh dan melibatkan peran aktif masyarakat. Tanpa peran aktif masyarakat, maka pembangunan nasional akan mengalami hambatan dan bahkan kegagalan.

2

1 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006), hlm.1

2 Johannes Ibrahim, Lindawati Sewu, Hukum Bisnis Dalam Perspektif Manusia Modern, (Bandung : Refika Adi Tama, 2007), hlm.23

Secara normatif, untuk membangun perekonomian yang kuat, sehat dan berkeadilan, pembangunan

(10)

ekonomi harus dilaksanakan berlandaskan aturan main yang jelas, etika dan moral yang baik, serta nilai-nilai yang menjungjung tinggi hak asasi manusia serta persamaan derajat, hak dan kewajiban warga negara setiap rakyat Indonesia.

Titik berat pembangunan di negara Indonesia apabila dikaji adalah di bidang ekonomi, dengan maksud apabila pembangunan ekonomi berhasil, maka akan berakibat kepada bidang-bidang pembangunan lainnya. Menjamin adanya pembangunan ekonomi yang baik maka diperlukan adanya aturan hukum yang jelas, dan untuk mewujudkan hal tersebut maka sudah sepantasnya para ahli hukum diajak secara aktif integrative untuk merumuskan berbagai kebijakan di segala bidang pembangunan.3

Berkembangnya perekonomian dalam suatu negara sangat ditunjang oleh kemajuan yang dialami oleh suatu perusahaan yang ada di negara tersebut, oleh karena itu organisasi dalam sebuah perusahaan merupakan komponen yang sangat menunjang untuk tercapainya visi dan misi perusahaan dalam menghadapi dan mengantisipasi berbagai persaingan, baik ditingkat lokal maupun global.4

Berkembangnya berbagai perusahaan tersebut berdasarkan kepada konsep ekonomi yaitu mencari keuntungan yang sebanyak-banyaknya dengan pengeluaran yang serendah-rendahnya. Sejak lama dunia usaha percaya bahwa satu-satunya tanggung jawab mereka adalah membuat keuntungan bagi pemodalnya, banyak anggota masyarakat ataupun pemerintah yang mendirikan perusahaan hanya mengejar target mencari keuntungan, dan mengabaikan aspek-

3 Habib Adjie, Status Badan Hukum, Prinsip-Prinsip dan Tanggung Jawab Sosial Perseroan Terbatas, (Bandung : Mandar Maju, 2008), hlm.53

4 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan Pola Kemitraan dan Badan Hukum, (Bandung : Refika Adi Tama, 2006), hlm.1

(11)

aspek lain yang sebenarnya sangat vital bagi perusahaan terkadang diabaikan, misalnya hak-hak karyawan perusahaan, upah karyawan yang murah dijadikan alasan untuk mendirikan perusahaan, sumber daya alam yang melimpah diolah tanpa memperhatikan aspek-aspek lingkungan hidup. Dengan mengabaikan berbagai aspek tersebut perusahaan bisa meraih keuntungan yang maksimal, artinya tanggung jawab ekonomi dari perusahaan dapat dikatakan berhasil.

Menjaga kesinambungan hidup perusahaan, perlu diterapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG) yaitu seperangkat aturan yang dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang, yang menekankan pada prinsip akuntabilitas (accountability), kemandirian (independency) transparansi (transparansy), pertanggungjawaban (responsibility) dan kewajaran(fairness), karena dengan tercapainya GCG perusahaan dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efesien dan berkesinambungan.5

Pembahasan mengenai isu sistem Corporate Governance semakin penting dalam kegiatan usaha sekarang ini, apa lagi bila hal itu dikaitkan dengan hukum perusahaan maka konsep tersebut menjadi isu yang fundamental. Corporate Governance dapat pula dipahami sebagai perangkat peraturan yang mengatur hubungan antar pemegang saham, pengurus atau pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemangku kepentingan interen maupun

5Ibid. hlm.70

(12)

eksteren lainya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, dengan kata lain sebagai suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan.

Sehinga pada akhirnya Good Corporate Governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan.6

Deskripsi di atas memperlihatkan bahwa struktur tata kelola perusahaan menetapkan pembagian hak dan tanggung jawab diantara semua pihak dalam perusahaan, seperti pemegang saham, Dewan Komisaris, Direksi, karyawan dan pihak-pihak stakeholder lainnya, sehingga kata kunci yang dapat dipergunakan untuk memaknai Good Corporate Governance adalah penetapan hak dan tanggung jawab. Penegasan pembagian tanggung jawab pada konteks ini adalah untuk semua pihak yang selalu dihubungkan dengan penetapan tujuan, sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan pengawasan yang terpadu sesuai tujuan yang telah ditetapkan secara sistematis, dirumuskan sebagai perangkat aturan yang mengarah dan mengontrol semua pihak dalam sebuah korporasi untuk mencapai tujuannya.7

Sementara itu, satu-satunya kriteria dalam pelasksanaan tugas hanyalah tanggung jawab.Semua pihak wajib melaksanakan tugas-tugas yang telah

Bertolak dari pemahaman diatas, Good Corporate Governance selalu berujung pada dua hal, yakni pembagian dan pelaksanaan tugas.Pembagian tugas tentu saja harus didasarkan pada kriteria yang memadai, kriteria yang selalu didasari pada kompetensi individu, pengalaman, kemauan untuk mengubah dan pengembangkan diri serta kesiapan untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan.

6 Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, (Bandung : Citra Adity Bakti, 2006), hlm. 78

7 Yosephus L. Sinour, Etika Bisnis, (Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010), hlm. 210

(13)

dipercayakan secara bertanggung jawab dan selalu siap untuk mempertanggung jawabkan. Hal itu menjadi tuntutan dari prinsip Good Corporate Governance, sekaligus menjadi sesuatu yang mendesak dan tidak dapat ditawar-tawar, sebab ketika perusahaan berada dalam posisi sulit yang disebabkan karena kinerja semua pihak buruk atau karena secara keseluruhan perusahan gagal menerapkan Good Corporate Governance. Dengan perkataan lain tidak berjalannya Good Corporate Governance dapat menimbulkan beberapa hal, antara lain kegagalan perusahaan menunaikan kewajibannya, penyimpangan pemakaian dana, pengalihan saham, yang terjadi karena semua pihak tidak menjalankan peran dan tugas-tugasnya secara bertanggung jawab.8

Kegagalan semua pihak dalam menjalankan tugasnya masing-masing merupakan awal dari keruntuhan korporasi tersebut. Kondisi pengelolaan perusahaan yang demikian dapat membuat perusahaan menjadi tidak efisien dan mungkin perusahaan akan menjadi rugi bahkan dapat berada dalam kondisi pailit.9

PT. Bank Sumut merupakan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah yang sesungguhnya memiliki karakteristik yang hampir tidak berbeda dengan

Pentingnya penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance disadari berbagai pihak.Misalnya kewajiban penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berdasarkan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor.PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan tata Kelola Yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN.

8Thomas Kaihatu, Good Corporate Governance Dan Penerapannya Di Indonesia, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2006), hlm.19

9Yosephus L. Sinour, Op.Cit, hlm. 214.

(14)

BUMN, belum mempunyai regulasi pedoman penerpan prinsip-prinsip Good Corporate Governance padahal secara legal, BUMN dan BUMD sama-sama merupakan bagian dari keuangan negara (berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara), tidak dapat dipungkiri ditingkat operasional secara umum, kinerja BUMD jauh ketinggalan dibanding BUMN.10

Salah satu penyebab, karena stakeholders BUMD terlihat kurang responsif dalam mengikuti dinamika yang ada, khususnya dinamika pengelolaan (governance) di BUMD.Padahal, jika dicermati, banyak hal yang berlaku di BUMN dapat menjadi role model atau benchmark bagi pengelolaan BUMD, khususnya berkenaan dengan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance.11

Institusi BUMD dari aspek governancemasih diperlakukan sama dengan institusi pemerintah. Padahal, BUMD bukanlah institusi pemerintah.Implikasinya, berbagai kewajiban yang melekat pada pemerintah, melekat pula pada BUMD.Sebagai contoh, di beberapa BUMD masih harus mengikuti ketentuan pengadaan barang yang diberlakukan di pemerintahan, yang semestinya tidak perlu karena BUMD adalah perusahaan yang senantiasa terikat pada momentum bisnis yang mengharapkan respon yang cepat dari manejemen BUMD tersebut.12

BUMD juga masih harus menjalani pemeriksaan atas laporan keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena alasan keuangan negara.Padahal sebagai suatu perusahaan Perseroan Terbatas (PT), BUMD juga diperiksa Kantor

10 Bintang Soraya, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, http://www.academia, diakses pada tanggal 20 September2017.

11Ibid.

12Ibid.

(15)

Akuntan Publik (KAP) yang independen. Tidak adanya equal treatment bagi BUMD yang dituntut harus memiliki laba, menyebabkan BUMD tidak dapat bersaing secara seimbang dengan perusahaan-perusahaan lain seperti BUMN dan swasta yang lebih lentur dalam menjalankan gerak bisnis yang senantiasa dipengaruhi oleh kepentingan pasar global.13

BUMD dari sudut permodalan juga menghadapi kendala legalistik dimana pemenuhan modal Pemerintah Daerah harus mengikuti mekanisme Peraturan Daerah yang dirumuskan bersama sama antara Pemerintah Daerah dengan Dewan Perwakilan Daerah masing-masing, sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 58 tentang 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.14

Sebagai salah satu perusahan, sudah seharusnya Good Corporate Governance juga wajib diterapkan dalam pengelolaan BUMD, jika nilai BUMD tersebut lebih optimal, memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun internasional. Namun sampai dengan saat sekarang ini tidak ada peraturan perundang-undangan yang dengan tegas mewajibkan BUMD baik yang berbentuk Perusahaan Daerah (PD) maupun yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT) untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pengelolaan BUMD.15

Perintah untuk melaksanakan Good Corporate Governance saat ini baru terbatas pada perusahan terbuka dan perusahaan publik berdasarkan peraturan

13Ibid.

14 Rustian Kamaludin, Peran dan Pemberdayaan BUMD Dalam Rangka Peningkatan Perekonomian Daerah, (Jakarta : Depdagri, 2014), hlm.4

15Ibid, hlm.5.

(16)

dibidang pasar modal, perusahaan penanaman modal berdasarkan Undang-undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, sedang untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) perintah untuk menjalankan Good Corporate Governance berdasarkan Undang-undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara dan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor 117/MBU/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN yang terakhir dirubah dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor Per-01/MBU/2011 tentang Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good Corporate Governance) pada BUMN serta Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tentang Perubahan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.16

Tidak adanya peraturan perundang-undangan yang mewajibkan pelaksanaan Good Corporate Governance pada BUMD ini mengakibatkan kebanyakan BUMD dikelola dengan tradisonal, berbeda dengan BUMD yang bergerak dalam usaha sektor perbankan yang dalam pengololanannya wajib menerapkan Good Corporate Governance sesuai dengan ketentuan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum.17

BUMD dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah, kemudian pemerintah mencabut Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah tersebut dengan Undang-undang

16Ibid, hlm.7.

17Ibid, hlm.8.

(17)

Nomor 6 tahun 1969 tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang- Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang. Lahirnya Undang- undang Nomor 6 tahun 1969 tersebut merupakan kebijakan pemerintah melakukan peninjauan kembali beberapa perundang-undangan, sebagaimana yang ditentukan dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara No.

XIX/MPRS/1966 tertanggal 5 Juli 1966 dan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara Nomor.XXXIX/MPRS/1968 tertanggal 27 Maret 1968.18

Sesuai dengan ketentuan Pasal 2 Undang-undang Nomor 6 tahun 1969 Tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Berbagai Undang-Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, maka Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tetang Perusahaan Daerah masih berlaku sampai dengan disahkannya undang-undang penggantinya. Namun sampai saat ini belum ada undang-undang penggantinya, sedangkan dari sudut materi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang Perusahaan Daerah memiliki semangat berbeda dengan situasi dan kondisi sekarang. Semangat demokratisasi ekonomi belum menjadi paradigma pembangunan ekonominya, sehingga dalam implementasinya undang-undang tersebut sudah tidak relevan dan kurang mampu mengakomodasi penyelenggaraan BUMD serta tidak dapat menjawab dinamika manajemen perusahaan yang menyangkut berbagi aspek antara lain personil kelembagaan, tata kerja yang tidak

Hasilnya direkomendasikanlah pencabutan beberapa peraturan perundang- undangan, termasuk di antaranya Undang-undang Nomor 5 tahun 1962 tentang Perusahan Daerah.

18Konsideran Undang-Undang Nomor 6 tahun 1969 Tentang Pernyataan Tidak Berlakunya Beberapa Undang Undang Dan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang.

(18)

dapat mengemban fungsi dan peranya dalam mendukung fungsi perusahaan sebagai kontributor PAD.19

Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) merupakan usaha yang dimiliki oleh pemerintah daerah, dimana tujuannya adalah sebagai salah satu sumber penerimaan daerah (PAD). Tapi pada kenyataannya bahwa BUMD yang ada selama ini belum mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PAD, justru lebih banyak suntikan dana dari pemerintah daerah daripada keuntungan yang di dapat. Kondisi tersebut menjadi beban bagi APBD. Sehingga apa yang menjadi tujuan berdirinya BUMD adalah sebagai salah satu sumber pendapatan pemerintah daerah tidak tercapai.20

Badan Kerjasama BUMD seluruh Indonesia mendorong BUMD yang masih berstatus perusahaan daerah untuk berubah menjadi perseroan terbatas (PT).Dengan status perseroan terbatas diharapkan BUMD mempunyai performa bisnis yang baik tanpa menggantungkan diri pada APBD serta lebih akuntabel dan professional.Hal ini dilakukan untuk mewujudkan Good Corporate Governance.21

Secara kuantitas jumlah BUMD di daerah khususnya yang berbentuk perseroan jumlahnya lebih dari satu di tiap daerah, maka perlu dilakukan pemetaan dan pengelompokan.Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk perseroan di daerah tidak menjamin semua entitas bisnis tersebut dapat berkembang dengan baik.Banyaknya jumlah BUMD yang berbentuk perseroan tentunya juga memerlukan strategi pengelolaan dan penanganan yang baik

19Sulistiono Kertawacana “Urgensi Pengubahan UU BUMD”

http://www.com/bumd/view/.diakses pada tanggal 20 September2017.

20Anton Sujono, Revitalisasi BUMD Dalam Perekonomian Daerah, (Jakarta : LIPI, 2010), hlm.11

21Ibid. hlm. 12

(19)

pula.Pengelolaan terhadap BUMD persero dalam kelompok perusahaan grup bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi dan menjadi salah satu agenda revitasilsasi BUMD.22

Salah satu tujuan didirikanya suatu perusahaan adalah untuk mencari keuntungan atau laba, apapun konstruksi dan sistem yang diberlakukan dalam perusahaan tersebut.Kondisi demikian berlaku juga ketentuan dalam Badan Usaha Milik daerah (BUMD), terlebih lagi saat ini banyak BUMD yang berbentuk perseroan.Dalam rangka meningkatkan kemampuan dan pendapatan perusahaan dapat melakukan berbagai upaya. Dalam rangka menjaga eksistensi perusahaan agar mampu bersaing dengan perusahaan lain salah satu strategi yang dilakukan oleh perusahaan adalah dengan melakukan perluasan usaha dan melakukan pembaharuan atau merestrukturisasi perusahaanya. Perluasan usaha secara internal dapat dilakukan tanpa melibatkan suatu unit-unit diluar perusahaan dan dengan jalan pemandirian perusahaan, dengan cara mendirikan perusahaan baru yang mandiri dalam arti status legal entity sebagai bagian dari perusahaan inti atau grup.23

1. Sebagai upaya mengakomodasi peraturan perundang-undangan.

Strategi pembentukan perusahaan grup tidak dapat dilepasakan dari realitas bisnis yang terjadi ketika pengelolaan usaha melalui konstruksi perusahaan grup dianggap lebih memberikan manfaat ekonomi dibandingkan dengan perusahaan tunggal.Secara umum ada dua alasan utama pembentukan atau pengembangan perusahaan grupyaitu :

22M. Arsyad Anwar, Prospek Ekonomi Indonesia dan Sumber Pembiayaan Pembangunan, (Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2009), hlm.62

23Ibid. hlm.64

(20)

2. Sebagai upaya strategi perusahaan untuk memperoleh manfaat ekonomi sebagai konstruksi perusahaan grup.24

Dalam rangka pengelolaan BUMD secara profesional dan sesuai dengan prinsip-prinsip good corporate governanceserta sesuai dengan tujuan revitalisasi BUMD, maka dipilih judul tentang "Analisis Yuridis Prinsip Good Corporate Governance Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) Dikaitkan Dengan Rahasia Bank".

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penyusunan skripsi ini adalah : 1. Bagaimana penerapan prinsip good corporate governance dalam Badan Usaha

Milik Daerah (BUMD) ?

2. Bagaimana implementasi rahasia bank dikaitkan dengan prinsip good corporate governance dalam perusahaan perbankan ?

3. Bagaimana hambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk mengetahui penerapan prinsip good corporate governance dalam Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

2. Untuk mengetahuiimplementasi rahasia bank dikaitkan dengan prinsip good corporate governance dalam perusahaan perbankan.

24 Sulistiowati, Aspek Hukum Dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup Di Indonesia, (Jakarta : Erlangga, 2010), hlm.64

(21)

3. Untuk mengetahuihambatan yang dihadapi oleh PT. Bank Sumut dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan bank yang baik.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan dalam skripsi ini adalah:

1. Secara teoritis untuk menambah dan memperluas wawasan ilmu pengetahuan dan memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka pengembangan ilmu hukum khususnya tentang prinsip good corporate governance Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) dikaitkan dengan rahasia bank.

2. Secara praktis memberikan informasi kepada masyarakat tentang mengimplementasikan tata kelola Badan Usaha Milik DaerahPT. Bank Sumut.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Analisis Yuridis Prinsip Good Corporate Governance Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) Dikaitkan Dengan Rahasia Bank”.Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian.Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(22)

Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu menjadi tanggung jawab saya sendiri.

F. Tinjauan Kepustakaan

1. Pengertian Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Badan usaha milik daerah (BUMD)adalah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah.Kewenangan pemerintah daerah membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 tentang kewenangan pemerintah dan kewenangan provinsi sebagai daerah otonom.

Selain pemerintah pusat yang memiliki BUMN, pemerintah daerah juga biasanya memiliki badan usaha, baik dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat maupun dalam rangka mencari sumber keuangan bagi pembangunan di daerah tersebut.Badan usaha yang dimiliki pemerintah daerah biasa disebut Badan Usaha Miliki Daerah (BUMD), kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat daerah yang bersangkutan.

BUMD merupakan perusahaan yang modalnya seluruhnya atau sebahagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan, sehingga Perusahaan Daerah juga merupakan BUMD. Ketentuan didalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1962 tersebut memberikan batasan tentang BUMD atau Perusahaan Daerah, dinyatakan bahwa BUMD merupakan perusahan yang modalnya berasal dari kekayaan Pemda yang dipisahkan, kekayaan daerah yang dipisahkan dapat diartikan sebagai kekayaan daerah yang dilepaskan dari penguasaan umum yang semula pertanggungjawabannya melalui angaran belanja daerah yang kemudian setelah dipisahkan menjadi modal BUMD akan dipertanggung jawabkan

(23)

tersendiri. Senada dengan ketentuan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menyatakan modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, pengertian kekayaan negara yang dipisahkan dijelaskan dalam penjelasan Pasal 4 Undang- undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN sebagai pemisahan kekayaaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada BUMN untuk selanjutnya di bina dan dikelola tidak lagi didasarkan pada sistem APBN namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat.25

2. Good Corporate Governance

Jika di perhatikan dengan seksama bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar tentang pengertian kekayaan yang dipisahkan antara kedua undang- undang tersebut, namun Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN lebih jelas memberikan arahan tentang pembinaan dan pengelolaan kekayaan yang dipisahkan tersebut dengan didasarkan pada prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan yang baik. Kemudian Pasal 6 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara menyatakan Perusahan Daerah adalah badan usaha yang seluruhnya atau sebahagian modalnya dimiliki oleh Pemerintah Daerah.

Selanjutnya Menteri Dalam Negeri melalui keputusannya Nomor 153 tahun 2004 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Daerah Yang Dipisahkan pada konsideran huruf “b” menyatakan bahwa Perusahaan Daerah atau BUMD merupakan badan usaha yang seluruh atau sebahagian modalnya berasal dari kekayaan daerah yang dipisahkan

25 Penjelasan Pasal 4 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

(24)

Good Corporate Governance merupakan suatu aturan mengenai pengelolaan perusahaan yang perlu diterapkan pada setiap perusahaan terutama perusahaan publik (BUMN). Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) pengertian corporate governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. Tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.26

Tujuan penerapan Good Corporate Governance antara lain:

Berdasarkan definisi atau pengertian GCG di atas dapat disimpulkan bahwa, pada dasarnya GCG adalah mengenai sistem, proses, dan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara pemegang saham, dewan komisaris, dan dewan direksi demi tercapainya tujuan perusahaan.

27

1) Mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah usaha 2) Melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan kepentingan

stakeholder lainnya.

3) Meningkatkan iklim investasi nasional,

26 Antonius Alijoyo dan Subarto Zain, Komisaris Independen, Penggerak Praktik GCG di Perusahaan, (Jakarta : Indeks Kelompok Gramedia, 2004), hlm. 11

26Ibid., hlm. 12

27 Amin Widjaja Tunggal, Corporate Social Responsibility (CSR), (Jakarta : Harvarindo, 2008), hlm.9.

(25)

4) Memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha yang dikelola secara baik.

G. Metode Penelitian 1. Sifat Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitis yaitu menggambarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan dengan teori-teori hukum dan pelaksanaan hukum positif yang menyangkut permasalahan di atas. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah menghasilkan gambaran yang akurat tentang sebuah kelompok, menggambarkan sebuah proses atau hubungan, menggunakan informasi dasar dari suatu hubunganteknik dengan definisi tentang penelitian ini dan berusaha menggambarkan secara lengkap28

2. Sifat Penelitian

yaitu tentang prinsip good corporate governance Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut) dikaitkan dengan rahasia bank.

Menunjang diperolehnya data yang aktual dan akurat, penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan fakta- fakta tentang objek penelitian baik dalam kerangka sistematisasi maupun sinkronisasi berdasarkan aspek yurisidisnormatif dengan tujuan menjawab permasalahan yang menjadi objek penelitian.

3. Sumber Data.

Data yang diharapkan dapat diperoleh di tempat penelitian maupun di luar penelitian adalah :

28 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2003), hlm.16.

(26)

a. Data primer

Data primer, adalah data yang diperoleh dari tangan pertama, dari sumber asalnya yang belum diolah dan diuraikan orang lain.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti yang sebelumnya telah diolah orang lain. Untuk memperoleh data sekunder peneliti melakukan studi kepustakaan. Studi kepustakaan adalah penelitian terhadap bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan permasalahan ini, sebagai bahan referensi untuk menunjang keberhasilan penelitian. Studi kepustakaan/data sekunder terdiri dari:

1) Bahan hukum primer,terdiri dari bahan hukum dan ketentuan-ketentuan hukum positif termasuk peraturan perundang-undangan dan website.

2) Bahan hukum sekunder atau sering dinamakan secondary data yang antara lain mencakup di dalamnya:

a) Kepustakaan/buku literatur yang berhubungan dengan pengelolaan PT. Bank Sumut dikaitkan dengan rahasia bank.

b) Data tertulis yang lain berupa karya ilmiah para sarjana.

c) Referensi-referensi yang relevandengan pengelolaan Badan Usaha Milik DaerahPT. Bank Sumut dikaitkan dengan rahasia bank.

3) Bahan hukum tertier yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti kamus hukum, ekslopedia, kamus umum dan lain sebagainya.

4. Teknik Pengumpulan Data.

(27)

Mengingat penelitian ini adalah penelitian yang bersifat yuridis normatif yang memusatkan perhatian pada data sekunder, maka pengumpulan data utama ditempuh dengan melakukan penelitian kepustakaan dan studi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian.

5. Analisis Data.

Data yang dikumpulkan dapat dipertanggung jawabkan dan dapat menghasilkan jawaban yang tepat dari suatu permasalahan,maka perlu suatu teknik analisa data yang tepat. Analisis data merupakan langkah selanjutnya untuk mengolah hasil penelitian menjadi suatu laporan.29

H. Sistematika Penulisan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian hukum ini menggunakan pola pikir/logika induktif, yaitu pola pikir untuk menarik kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan yang bersifat umum. Pengolahan dan analisis data bergantung pada jenis datanya. Pada penelitian hukum berjenis normatif, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier tidak dapat lepas dari berbagai penafsiran hukum yang dikenal dalam ilmu hukum.

Sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah : 1. BAB I : PENDAHULUAN

Latar Belakang, Permasalahan, Tujuan Penulisan, Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan.

29Ibid, hlm.18

(28)

2. BABII : PENERAPAN PRINSIP TATA KELOLOLA PERUSAHAAN

(GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM

PENGELOLAAN BUMD.

Pengertian Good Corporate Governance, Perkembangan Tata Kelola Perusahaan, Penerapan Tata Kelola Perusahaan, Penerapan Tata Kelola Perusahaan dalam Badan Usaha Milik Daerah, Tujuan Tata Kelola Perusahaan dalam Badan Usaha Milik Daerah.

3. BAB III : TATA KELOLA PERUSAHAAN DALAM PERBANKAN DAN KAITANNYA DENGAN RAHASIA BANK

Pengertian dan Arti Pentingnya Rahasia Bank, Perlindungan Bank Terhadap Nasabah dalam Menjaga Rahasia Nasabahnya, Sanksi Terhadap Pelanggaran Rahasia Bank, Rahasia Bank dalam Mengimplementasikan Tata Kelola.

4. BAB IV : PELAKSANAAN TATA KELOLA BADAN USAHA MILIK DAERAH (BUMD) PT. BANK SUMATERA UTARA (BANK SUMUT) DIKAITKAN DENGAN RAHASIA BANK

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance dalam PT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut), Hambatan yang dihadapi oleh PT.

Bank Sumut dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Upaya yang Dilakukan PT. Bank Sumut untuk Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Implementasi Rahasia Bank dalam Tata Kelola Perusahaan

(29)

diPT. Bank Sumatera Utara (Bank Sumut).

5. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN.

(30)

BAB II

PENERAPAN PRINSIP TATA KELOLOLA PERUSAHAAN (GOOD CORPORATE GOVERNANCE) DALAM PENGELOLAAN BUMD

A. Pengertian Good Corporate Governance.

Pengelolaan perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) memiliki pengertian yang semakin lama semakin kompleks.Tata kelola yang benar dan baik telah dibuktikan mampu meningkatkan efisiensi dan performa perusahaan yang menerapkannya.

Corporate governance muncul karena terjadi pemisahan antara kepemilikan dengan pengendalian perusahaan, atau seringkali dikenal dengan istilah masalah keagenan. Permasalahan keagenan dalam hubungannya antara pemilik modal dengan manajer adalah bagaimana sulitnya pemilik dalam memastikan bahwa dana yang ditanamkan tidak diambil alih atau diinvestasikan pada proyek yang tidak menguntungkan sehingga tidak mendatangkan return.

Corporate governance diperlukan untuk mengurangi permasalahan keagenan antara pemilik dan manajer.30

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) memberikan pengertian tentang corporate governance sebagai seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur,pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.

30 Thomas Kaihatu, Op.Cit, hlm.22.

(31)

Sedangkan tujuan corporate governance ialah untuk menciptakan pertambahan nilai bagi semua pihak pemegang kepentingan.31

Center for European Policy Study (CEPS) memberikan rumusan GCG adalah seluruh sistem yang dibentuk mulai dari hak (right), proses dan pengendalian baik yang ada didalam maupun di luar manajemen perusahaan.Indonesian institute of Corporate Governance (IICG) memberikan rumusan tentang GCG sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.32

Cadbury Committee memberikan pengertian Corporate Governance sebagai sistim yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan dengan tujuan, agar mencapai keseimbangan antara kekuatan kewenangan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk menjamin kelangsungan eksistensinya dan pertanggung jawaban kepada stakeholders.Hal ini berkaitan dengan peraturan kewenangan pemilik, direktur, manajer, pemegang saham dan sebagainya.33

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No. KEP-117/M- MBU/2002 menjelaskan GCG sebagai proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas

31Hasanuddin Naja,“Pengertian GCG”. http://gunadarma.ac.id. pengertian gcg, diakses pada tanggal 20 September2017

32Indra Surya“Defenisi GCG”.http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 20 September2017

33Eddi Wibowo, Tomo HS dan Hessel Nogi S.Tangkilisan, Memahami Good Government Governance & Good Corporate Governance, (Jakarta : YPAPI, 2004), hlm. 86.

(32)

perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lain nya, berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika.

Corporate Governance sebagai sekumpulan mekanisme yang saling berkaitan yang terdiri dari atas pemegang saham intitusional, Dewan Direksi dan komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, Struktur keuangan, investor terkait, dan persaingan produk.34

Corporate Governance sebagai suatu konsep menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian kewenangan dan pembagian tanggung jawab dari masing-masing unsur pembentuk struktur perseroan dan mekanisme yang harus ditempuh oleh masing-masing unsur dari struktur perseroan tersebut, termasuk hubungan atara unsur baik Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi dan Dewan Komisaris, juga dengan unsur-unsur yang berada diluar perseroan (stakeholder) seperti negara, masyarakat luas, investor, calon investor, kreditur dan calon kreditur perseroan, sehinga Corporate Governance merupakan konsep yang sangat luas.35

Corporate Governance juga dapat diartikan sebagi suatu hal yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang efektif yang bersumber dari budaya perusahaan, etika, sistem nilai, proses bisnis, kebijakan dan struktur organisasi yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan kinerja perusahaan,

34 Ivan Yustiavandana “BUMN”. http://lontar.ui.ac.id/file, diakses pada tanggal 20 September2017

35 Misahardi Wilamarta, Hak Pemegang Saham Minoritas Dalam Rangka Good Corporate Governance, (Jakarta :Fakultan Hukum Universitas Indonesia, 2002), hlm. 2

(33)

pengelolaan sumber daya dan resoco secara lebih efisien dan efektif serta pertanggungjawaban perusahaan kepada pemgang saham dan stakeholder.36

Good corporate governancesecara umum dikenal sebagai suatu sistem dan strukturyang baik untuk mengelola perusahaan dengan tujuan meningkatkan nilaipemegang saham serta mengakomodasi berbagai pihak yang berkepentingandengan perusahaan (stakeholders), seperti kreditur, pemasok, asosiasi bisnis,konsumen, pekerja, pemerintah, dan masyarakat luas.37

Tata kelola perusahaandidefinisikan sebagai seperangkat aturan dan prosedur yang menjamin manajeruntuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen berbasis nilai.Bassel Committee onBanking Supervision-Federal Reserve menetapkan bahwa bank merupakan suatukomponen kritis ekonomi.Mereka menyediakan pembiayaan perusahaankomersial, layanan keuangan dasar untuk segmen yang luas dan akses sistem pembayaran.

Prinsip good corporate governanceini dapat digunakan untuk melindungi pihak-pihak minoritas dari pengambil alih yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham denganmekanisme legal.

38

36Antonius Alijoyo dan Subarto Zain, Op.Cit hlm. 31

37 Amin Widjaja Tunggal, Op.Cit, hlm.41.

38 R. Priambodo dan E.Supriyatno, Penerapan Good Corporate Governance Sebagai Landasan Kinerja Perbankan, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2007), hlm. 22.

Pentingnya bank ekonomi nasionaldigaris bawahi oleh kenyataan bahwa perbankan secara universal sebuah industri regulator dan bank memiliki akses ke jaring pengaman pemerintah.Ini sangatpenting, oleh karena itu bank harus memiliki tata kelola perusahaan yang kuat.

(34)

Corporate governance yakni: ”seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan"39

B. Perkembangan Tata Kelola Perusahaan

Definisi diatas menjelaskan bahwa corporate governance adalah sistem yang bisa digunakan untuk mengatur dan mengendalikan perusahaan.Corporate governance timbul dari kebutuhan usaha akan tatakelola perusahaan yang baik (good corporate governance), yang menegakkan prinsip-prinsip transparan, dapat dipercaya, bertanggung jawab dan berkeadilan.

Prinsip dasar tata kelola perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG) muncul sebagai akibat dari hubungan tiga pilar penting:

Negara dan perangkatnya sebagai regulator, dunia usaha sebagai penyedia barang dan jasa sekaligus pelaku pasar, serta masyarakat sebagai pengguna barang dan jasa dan sebagai pihak yang terkena ekses yang kemudian dapat menunjukkan kepedulian dan melakukan kontrol secara obyektif.40

Bermula dari usulan penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan

Relasi ketiga pilar ini diharapkan dapat menciptakan situasi usaha dan pasar yang kondusif dan memiliki aspek jangka panjang yang berkesinambungan.

39 Joni Emrizon, Prinsip-prinsip Good Corporate Governnance, (Yogyakarta: Genta Press, 2007), hlm.52.

40Ibid., hlm. 53

(35)

bagi emiten yang tercatat di BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan membentuk komite audit pada tahun 1998, Good Corporate Governance (GCG) mulai di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.41

Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan (Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan CG.Pemerintah Indonesia mendirikan satulembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai Kebijakan Corporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP- 31/M.EKUIN/06/2000.Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun rekomendasi kebijakan nasional mengenai Good Corporate Governance (GCG), serta memprakarsai dan memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia.42

Melalui KNKCG muncul pertama kali pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) di tahun 2001, pedoman Good Corporate Governance (GCG) bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif. Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG melalui surat keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pemebentukan Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) yang memperluas cakupan

41Ibid., hlm. 45

42 R. Priambodo dan E.Supriyatno, Op.Cit., hlm. 34

(36)

tugas sosialisasi Governance bukan hanya di seKtor korporasi tapi juga di sektor pelayanan publik.

Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman Good Corporate Governance (GCG) yang telah di terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman Good Corporate Governance (GCG) tahun 2001 hal-hal yang dikedepankan adalah mengenai pengungkapan dan transparansi, sedangkan hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) tahun 2006 adalah :43

1. Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan Good Corporate Governance (GCG).

2. Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.

3. Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan komisaris (komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan remunerasi, komite kebijakan corporate governance);

4. Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam kerangka penerapan Good Corporate Governance (GCG) yaitu kepengurusan, manajemen risiko, pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;

5. Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk dan jasa.;

43Ibid., hlm. 47

(37)

6. Pernyataan tentang penerapan Good Corporate Governance (GCG);

7. Pedoman praktis penerapan Pedoman Good Corporate Governance (GCG);

Secara strategis tahapan mengenai implementasi Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia melalui beberapa tahap :44

1. Pemberdayaan dewan komisaris agar mekanisme check and balance berjalan secara efektif. Dewan komisaris yang menjalankan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) dapat secara efektif bekerja sesuai dengan peraturan dan best practices yang ada dalam dunia bisnis. Independensi komisaris diperlukan dalam rangka mewujudkan fungsi check and balance sebagai perwujudan dari asas akuntabilitas dalam perseroan. Saat ini selain pedoman komisari independen dan komite audit yang diterbitkan oleh KNKG, pihak otoritas Pasar Modal, BUMN, dan Perbankan juga telah mewajibkan penunjukan komisaris independen.

2. Memperbanyak agen-agen perubahan melalui program sertifikasi komisaris dan direktur. Melalui institusi pelatihan dan sertifikasi komisaris dan direktur materi Good Corporate Governance (GCG) disampaikan sebagai sarana untuk internalisasi prinsip Good Corporate Governance (GCG) dalam mengelola korporasi. Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia (LKDI) sebagai lembaga pelatihan dan sertifikasi kedirekturan yang di naungi oleh KNKG telah menjalankan fungsinya sejak tahun 2001 untuk menciptakan agen-agen perubahan didalam perusahaan yang konsisten menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG). Selain LKDI tercatat juga IICD dan lembaga-

44Ibid., hlm. 51.

(38)

lembaga universitas yang turut serta dalam upaya menciptakan agen-agen perubahan.

3. Memasukkan asas-asas Good Corporate Governance (GCG) kedalam pearturan perundangan seperti UUPT, UUPM, Peraturan Perundangan mengenai BUMN, Peraturan Perundangan mengenai Perbankan khususnya yang terkait dengan asas transparansi, akuntabilitas, dan fairness.

4. Penyusunan Pedoman-Pedoman oleh Komite Nasional Kebijakan Governance.

5. Sosialisasi dan implementasi pedoman-pedoman diantaranya berupa kewajiban assessment di Perbankan dan BUMN.

Secara keseluruhan penegakan aturan untuk penerapan Good Corporate Governance (GCG) belum ada sanksi yang memberikan efek jera bagi perusahaan yang tidak menerapkannya, namun di sektor perbankan telah dicoba untuk dimasukkan beberapa hal yang terkait dengan kewajiban bank dalam menerapkan Good Corporate Governance (GCG) yang berujung pada sanksi bagi bank-bank yang tidak mengikuti aturan tersebut.

C. Penerapan Tata Kelola Perusahaan.

Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD - Organisation for Economic Co-operation and Development) merupakan sebuah organisasi internasional dengan tiga puluh negara yang menerima prinsip demokrasi perwakilan dan ekonomi pasar bebas.Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) merupakan sebuah wadah dunia yang menjembatani pemerintah dan pemangku kepentingan dari tiap-tiap negara

(39)

demokratis yang memiliki tujuan memajukan dan mengembangkan ekonomi di masing-masing negara maupun lintas negara anggota organisasi tersebut.Berkenaan dengan tata kelola perusahaan yang baik, OECD memberikan pengertian sebagai serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan dewan, para stakeholder (langsung) dan stakeholder (tidak langsung) lainnya.45

Prinsip-prinsip OECD tata kelola perusahaan telah diadopsi oleh negara- negara 30 anggota OECD sejak tahun 1999.Sekarang, keempat aspek tata kelola perusahaan yang baik versi OECD telah menjadi alat referensi untuk pengambil kebijakan, perusahaan, kelembagaan dan bagi kerangka regulasi lainnya.OECD juga memberikan panduan praktis dan saran untuk bursa efek, investor, perusahaan dan organisasi besar lainnya di dunia selain negara-negara anggota OECD.46

Tujuan dari tata kelola perusahaan (GCG) adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan (stakeholders).Secara teoritis, pelaksanaan Tata Kelola Perusahaan dapat meningakatkan nilai perusahaan dengan meningkatkan kinerja keuangan mereka, mengurangi resiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris dan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya tata kelola perusahaan dapat meningkatkan kepercayaan investor.47

45 Hendra Setiawan Boen, Bianglala Business Judment Rule, (Jakarta : Tatanusa, 2008), hlm.77.

46 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha, (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), hlm. 68.

47Ibid, hlm. 70

(40)

Menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain :48

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

4. Pemegang saham akan puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan menigkatkan shareholder Value dan dividen.

Menurut OECD, terdapat beberapa alasan mengapa kualitas tata kelola perusahaan menjadi penting untuk diperhatikan:49

1. Efisiensi dan pertumbuhan ekonomi meningkat disebabkan perbaikan penggunaan modal dan mendorong investasi langsung asing.

2. Risiko krisis menurun dan ketahanan ekonomi meningkat.

3. Legitimasi ekonomi pasar meningkat

Corporate governance merupakan suatu konsepsi yang secara riil dijabarkan dalam bentuk ketentuan/peraturan yang dibuat oleh lembaga otoritas, norma-norma dan etika yang dikembangkan oleh asosiasi industri dan diadopsi oleh pelaku industri, serta lembaga-lembaga yang terkait dengan tugas dan peran

48Hendra Setiawan Boen, Op.Cit, hlm.81

49Ibid, hlm.82

(41)

yang jelas untuk mendorong disiplin, mengatasi dampak moral dan melaksanakan fungsi check and balance. Sejumlah perangkat dasar yang diperlukan untuk pembentukan GCG pada bank antara lain: sistem pengendalian intern, manajemen risiko, ketentuan yang mengarah pada peningkatan keterbukaan informasi, sistem akuntansi, mekanisme jaminan kepatuhan dan audit ekstern.50

Pengelolaan perusahaan yang baik mempunyai lima macam tujuan :51 1. Melindungi hak dan kepentingan pemegang saham.

2. Melindungi hak dan kepentingan para anggota the stakeholdersnonpemegang saham.

3. Meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham;

4. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dewan pengurus atau Boardof Directors dan manajemen perusahaan.

5. Meningkatkan mutu hubungan Board of Directors dengan manajemensenior perusahaan.

Penerapan tata kelola perusahaan (corporate governance) dalam sebuah perusahaan sangat penting sebagai salah satu proses untuk menjaga kesinambungan usaha perusahaan dalam jangka panjang yang mengutamakan kepentingan para pemegang saham (shareholders) dan pemangku kepentingan (stakeholders).

D. Penerapan Tata Kelola Perusahaan dalam Badan Usaha Milik Daerah.

Salah satu pilar penting dalam good corporate governance di perbankan adalah komitmen penuh dari seluruh jajaran pengurus bank hingga pegawai yang

50Ibid, hlm.84

51Ibid, hlm.85

(42)

terendah untuk melaksanakan ketentuan tersebut. Sebagai lembaga intermediasi dan lembaga kepercayaan, dalam melaksanakan kegiatan usahanya bank harus menganut prinsip keterbukaan (transparency), memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang konsisten dengan corporate values, sasaran usaha dan strategi bank sebagai pencerminan akuntabilitas bank (accountability), berpegang pada prudential banking practices dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku sebagai wujud tanggung-jawab bank (responsibility), objektif dan bebas dari tekanan pihak manapun dalam pengambilan keputusan (independency), serta senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (fairness).52

Sehubungan dengan kewajiban Bank untuk melakukan penilaian sendiri (self assessment) Tingkat Kesehatan Bank dengan menggunakan pendekatan Risiko (Risk Based Bank Rating/RBBR) baik secara individual maupun secara konsolidasi yang antara lain mencakup penilaian faktor Good Corporate Governance (GCG) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5184), Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4600) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 (Lembaran

52Wahyudin Zarkasyi, Good Corporate Governance Pada Badan Usaha Manufaktur, Perbankan, dan Jasa Keuangan Lainnya.(Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 105.

(43)

Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4640) dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/6/PBI/2006 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Yang Melakukan Pengendalian terhadap Perusahaan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 8, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4602), maka pelaksanaan GCG pada industri perbankan harus senantiasa berlandaskan pada 5 (lima) prinsip dasar sebagai berikut :

1. Transparency (Transparansi)

Keterbukaan dalam mengemukakan informasi yang material dan relevan serta keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan yaitu:

a. Bank harus mengungkapkan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh stakeholders sesuai dengan haknya.

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi tapi tidak terbatas pada hal-hal yang bertalian dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendalian, cross shareholding, pejabat eksekutif, pengelolaan risiko (risk management), sistem pengawasan dan pengendalian intern, status kepatuhan, sistem dan pelaksanaan GCG serta kejadian penting yang dapat mempengaruhi kondisi bank.

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh bank tidak mengurangi kewajiban untuk memenuhi ketentuan rahasia bank sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.

(44)

d. Kebijakan bank harus tertulis dan dikomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan (stakeholders) dan yang berhak memperoleh informasi tentang kebijakan tersebut.

2. Accountablity (Akuntabilitas)

Merupakan kejelasan fungsi, struktur, sistem, dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif yang meliputi :

a. Bank harus menetapkan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing organ organisasi yang selaras dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.

b. Bank harus meyakini bahwa semua organ organisasi bank mempunyai kompetensi sesuai dengan tanggung jawabnya dan memahami perannya dalam pelaksanaan GCG.

c. Bank harus memastikan terdapatnya check and balance system dalam pengelolaan bank.

d. Bank harus memiliki ukuran kinerja dari semua jajaran bank berdasarkan ukuran-ukuran yang disepakati konsisten dengan nilai perusahaan (corporate values), sasaran usaha dan strategi bank serta memiliki rewards and punishment system.

3. Responsibility (Pertanggungjawaban)

Adanya kesesuaian (kepatuhan) di dalam pengelolaan bank terhadap prinsip korporasi yang sehat seta peraturan perundangan yang berlaku yaitu :

(45)

a. Untuk menjaga kelangsungan usahanya, bank harus berpegang pada prinsip kehati-hatian (prudential banking practices) dan menjamin dilaksanakannya ketentuan yang berlaku.

b. Bank harus bertindak sebagai good corporate citizen (perusahaan yang baik) termasuk peduli terhadap lingkungan dan melaksanakan tanggung jawab sosial.

4. Independency (Independensi)

Pengelolaan bank secara profesional tanpa pengaruh/tekanan dari pihak manapun sehingga :

a. Bank harus menghindari terjadinya dominasi yang tidak wajar oleh stakeholder manapun dan tidak terpengaruh oleh kepentingan sepihak serta bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest).

b. Bank dalam mengambil keputusan harus obyektif dan bebas dari segala tekanan dari pihak manapun.

5. Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)

Keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini menekankan bahwa semua pihak baik pemegang saham minoritas maupun asing harus diperlakukan sama atau setara sehingga:

a. Bank harus senantiasa memperhatikan kepentingan seluruh stakeholders berdasarkan azas kesetaraan dan kewajaran (equal treatment).

b. Bank harus memberikan kesempatan kepada seluruh stakeholders untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan bank

(46)

serta mempunyai akses terhadap informasi sesuai dengan prinsip keterbukaan.

Menurut Surat Edaran Bank Indonesia No. 15/15/DPNP tanggal 29 April 2013 bahwa dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip dasar GCG sebagaimana dimaksud pada huruf A, Bank harus melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan GCG yaitu:

1. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris.

2. Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi.

3. Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite.

4. Penanganan benturan kepentingan.

5. Penerapan fungsi kepatuhan.

6. Penerapan fungsi audit intern.

7. Penerapan fungsi audit ekstern.

8. Penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern.

9. Penyediaan dana kepada pihak terkait (related party) dan penyediaan dana besar (large exposures).

10. Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan Bank, laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan internal.

11. Rencana strategis Bank.

Selain itu, perlu diperhatikan pula informasi lainnya yang terkait penerapan GCG Bank di luar 11 (sebelas) Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG seperti misalnya permasalahan yang timbul sebagai dampak kebijakan remunerasi

Referensi

Dokumen terkait

Pengurusan dan Pemberasan dalam Pailitnya Lembaga Keuangan Bank Kepailitan merupakan realisasi dari Pasal 1131-1132 KUHPerdata yang bertujuan untuk melindungi tindak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji keabsahan perjanjian pemasangan iklan online dalam media sosial yang dibuat oleh para pihak dan mengkaji bagaimana

“Pertanggungjawaban Hukum Pengemudi Bus Angkutan Umum Akibat Terjadinya Kecelakaan Yang Mengakibatkan Penumpang Meninggal Dunia Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Pemilihan forum arbitrase (choice of forum) dan hukum yang berlaku (choice of law). Para pihak bebas untuk menentukan sendiri pemilihan forum arbitrase dalam

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh desentralisasi fiskal dan fiscal stress terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota se-Propinsi Aceh, baik

Upaya yang dilakukan dengan adanya penerbitan bilyet giro kosong adalah dengan mengajukan kepada Bank Indonesia agar penerbit nasabah biro yang bersangkutan dimasukkan

ILO menghasilkan konvensi ILO No.189 mengenai Kerja Layak Pembantu Rumah Tangga merupakan suatu konvensi untuk melindungi Pekerja Rumah Tangga di seluruh dunia

Kendala yang timbul dalam penanggulangan yakni kelemahan pemberantasan tindak pidana di bidang perpajakan criminal justice sytem untuk memita pertanggungjawaban pelaku