• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AIDIL HAMDI NIM : 120200217

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAMAN MODAL ASING DALAM SEKTOR PERKEBUNAN DITINJAU DARI

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PERKEBUNAN

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh :

AIDIL HAMDI NIM : 120200217

DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI Disetujui Oleh

Ketua Departemen Hukum Ekonomi

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH. M.H.

NIP: 195603291986011001

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum Dr. Mahmul Siregar SH.M.Hum NIP: 195905111986011001 NIP: 197302202002121001

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(3)

ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM PENANAMAN MODAL ASING TERHADAP SEKTOR PERKEBUNAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR

39 TAHUN 2014 TENTANG PERKEBUNAN Aidil Hamdi*

Budiman Ginting **

Mahmul Siregar ***

. Penanaman modal khususnya penanaman modal asing dalam sektor perkebunan dapat diarahkan untuk meningkatkan ekspor dan memenuhi kebutuhan industri dalam negeri melaui keterkaitan yang saling menguntungkan anatara petani produsen dengan industri yang didukung oleh pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta penyuluhan maupun penyediaan sarana dan prasarana yang tersedia. Didalam skripsi ini dibahas mengenai penanaman modal asing dalam perspektif hukum di Indonesia, kegiatan penananaman modal asing dalam sektor perkebunan dalam perspektif hukum di Indonesia, perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing dalam sektor perkebunan ditinjau dari Undang-undang Nomor 39 tahun 2014 tentang perkebunan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif bersifat deskriptif. Teknik pengumpulan data adalah studi kepustakaan (library research). Analisis data dilakukan dengan metode kualitatif, dan penyajian datanya dalam bentuk laporan tertulis secara ilmiah.

Kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan dalam perspektif hukum di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan, Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal. Perlindungan terhadap kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan adalah pemerintah wajib memberikan perlakuan yang sama (tidak diskriminatif) kepada semua investor. Perlindungan lain yang dapat diberikan oleh pemerintah kepada para investor asing yakni dengan memperbaiki tatanan ketentuan peraturan perundang-undangan penanaman modal serta pelaksanaan dari ketentuan perundang-undangan tersebut, memperbaiki fasilitas dan pelayanan penanaman modal, memberikan jaminan keamanan investasi, dan mengendalikan pelaksanaan penanaman modal.

Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Penanaman Modal, Perkebunan.

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

*** Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur terhadap Tuhan YME karena dengan karunia-Nya telah memberikan kesehatan, kekuatan dan ketekunan pada penulis sehingga mampu dan berhasil menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul : "

Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Asing Dalam Sektor Perkebunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan”.

Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari terdapatnya kekurangan, namun demikian dengan berlapang dada penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak yang menaruh perhatian terhadap skripsi ini.

Demi terwujudnya penyelesaian dan penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah dengan ikhlas dalam memberikan bantuan untuk memperoleh bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum sebagai Dekan Fakultas Hukum USU Medan

2. Bapak Dr. OK. Saidin, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan I FH. USU Medan

(5)

3. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan II FH. USU Medan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH.M.Hum sebagai Wakil Dekan III FH. USU Medan 5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, S.H.M.H selaku Ketua Departemen Hukum

Ekonomi Fakultas Hukum USU.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH.M.Hum dan Bapak Dr. Mahmul Siregar SH.M.Hum sebagai Pembimbing I dan Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan pembuatan skripsi.

7. Seluruh staf pengajar Fakultas Hukum USU yang dengan penuh dedikasi menuntun dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan sampai dengan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terimah kasih buat ayah dan Ibu penulis yang senantiasa mengiringi perjalanan hidup penulis dengan do’a dan cinta kasih yang tiada henti.

9. Seluruh Almamater Fakultas Hukum USU yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan kalian.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini. Semoga ilmu yang penulis telah peroleh selama ini dapat bermakna dan berkah bagi penulis dalam hal penulis ingin menggapai cita-cita.

Medan, Maret 2017 Penulis

AIDIL HAMDI

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI. ... iv

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan... 7

D. Manfaat Penulisan... 8

E. Keaslian Penulisan ... 8

F. Tinjauan Pustaka ... 10

G. Metode Penelitian ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 18

BAB II PENANAMAN MODAL ASING DALAM PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA A. Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi ... 19

B. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 24

C. Kebijakan Dasar Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing di Indonesia ... 33

D. Pokok-Pokok Pengaturan Kegiatan Penanaman Modal Asing dalam Hukum di Indonesia ... 42

(7)

BAB III KEGIATAN PENANAMAN MODAL ASING SEKTOR PERKEBUNAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM DI INDONESIA

A. Pengertian dan dan Ruang Lingkup Penanaman Modal

Sektor Perkebunan ... 66 B. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor

Perkebunan ... 69 C. Perizinan Perusahaan Penanaman Modal Asing Sektor

Perkebunan ... 78 D. Kewajiban Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan ... 81 E. Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor

Perkebunan ... 83 BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANANAMAN MODAL ASING DALAM SEKTOR PERKEBUNAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG PERKEBUNAN

A. Pengaturan Sektor Perkebunan Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan... 87 B. Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor

Perkebunan ... 91 C. Alasan Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing

dalam Sektor Perkebunan ... 95 D. Akibat Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing

dalam Sektor Perkebunan ... 99 E. Perlindungan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor

Perkebunan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39

Tahun 2014... 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 113 B. Saran ... 115 DAFTAR PUSTAKA ... 117

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut diperlukan guna mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju baik yang ada di kawasan regional maupun kawasan global.

Adapun salah satu sumber dana utama guna memenuhi kebutuhan dana yang cukup besar dalam melaksanakan pembangunan nasional tersebut diperoleh melalui kegiatan penanaman modal atau investasi.

Mengingat akan begitu besarnya peran penanaman modal atau investasi bagi pembangunan nasional, maka sudah sewajarnya penanaman modal atau investasi mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan menjadi bagian yang penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional. Sebab dengan adanya kegiatan penanaman modal atau investasi Indonesia dapat mengolah segala potensi ekonomi yang ada menjadi kekuatan ekonomi riil.

Bagi negara-negara berkembang, untuk bisa mendatangkan investor setidak-tidaknya dibutuhkan tiga syarat, yaitu pertama, ada economic opportunity (investasi mampu memberi keuntungan secara ekonomis bagi investor); kedua, political stability (investasi akan sangat dipengaruhi stabilitas politik); ketiga, legal certainty atau kepastian hukum.1

1 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 48.

(9)

Dari ketiga faktor diatas dapat dikatakan bahwa faktor kepastian hukum (legal certainty) merupakan faktor yang paling sering dijadikan dasar pertimbangan utama bagi para investor dalam mengambil keputusan untuk melakukan kegiatan penanaman modal atau investasi di suatu negara. Hal ini dikarenakan investor mempunyai kepentingan serta tujuan dalam menanamkan modalnya dan dalam usaha mempertahankan kepentingan serta tujuan tersebut instrumen hukum adalah alatnya.

Pembangunan instrumen hukum penanamam modal atau investasi di Indonesia sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1967 yakni dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (UU PMA) serta Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN).

Penggairahan iklim penanaman modal atau investasi pun tidak hanya berhenti disitu saja, hal ini dapat dilihat dari dilengkapi dan disempurnakannya kedua undang-undang di atas. Adapun Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang PMA (UU PMA), sedangkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang Perubahan dan Tambahan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 tentang PMDN (UU PMDN).

Semenjak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 jo.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1970 tentang PMA (UU PMA) dan Undang-

(10)

Undang Nomor 6 Tahun 1968 jo. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1970 tentang PMDN (UU PMDN), dapat dikatakan kegiatan penanaman modal atau investasi di Indonesia cenderung meningkat dari waktu ke waktu.

Di dalam perkembangan hukum di Indonesia Undang-Undang Penanaman Modal Asing (UU PMA) dan Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri (UU PMDN) kini tidak berdiri secara sendiri-sendiri lagi. Pada saat ini pengaturan mengenai penanaman modal atau investasi telah diatur dalam sebuah undang- undang, yakni Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UU PM), yang disahkan pada tanggal 26 April 2007.

Pembentukan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan produk hukum yang merespon perkembangan tersebut.

Undang-Undang ini didasarkan pada semangat untuk menciptakan iklim penanaman modal yang kondusif sehingga Undang-Undang Penanaman Modal mengatur hal-hal yang dinilai penting, antara lain terkait dengan cakupan undang- undang, kebijakan dasar penanaman modal, bentuk badan usaha, perlakuan terhadap penanam modal, bidang usaha, serta keterkaitan pembangunan ekonomi dengan para pelaku ekonomi kerakyatan yang diwujudkan dalam pengaturan mengenai pengembangan penanaman modal bagi usaha mikro, kecil, menengah dan koperasi, hak, kewajiban dan tanggungjawab penanam modal serta fasilitas penanaman modal, pengesahan dan perizinan, koordinasi kelembagaan, penyelenggaran urusan penanaman modal.2

2 Monica Nunik Gayatri, Prinsip Keadilan Dan Kepastian Hukum Dalam Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Terhadap Pemberian Insentif Bagi Investor Asing (Tinjauan terhadap Kepentingan yang Dilindungi dalam Undang-Undang Penanaman Modal), (Surakarta :Universitas Sebelas Maret, 2010), hlm. 5.

(11)

Lahirnya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal juga tidak dapat dipisahkan dari keanggotaan Indonesia di Wold Trade Organization (WTO), dimana Indonesia telah meratifikasi kesepakatan pendirian WTO melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 yang mewajibkan Indonesia untuk mengharmonisasikan peraturan perundang-undangan di bidang penanaman modal dengan kesepakatan-kesepakatan yang ada dalam WTO.

Sejak diundangkan, undang-undang ini telah menimbulkan perbedaan pandangan yang cukup signifikan dan cenderung bertolak belakang. Pandangan pertama menganggap undang-undang ini sangat berpihak kepada investor asing dengan adanya jaminan perlakuan yang sama antara investor asing dan domestik.

Pandangan ini mengarah kepada suatu pendapat yang menganggap bahwa undang-undang ini tidak berpihak kepada kepentingan rakyat. Pandangan kedua, menganggap undang-undang ini merupakan salah satu solusi yang tepat mengatasi problema penanaman modal di Indonesia. Undang-undang ini juga dikatakan telah disesuaikan dengan perubahan perekonomian global yang semakin terbuka dan tanpa batas serta telah memenuhi kewajiban internasional Indonesia dalam berbagai kerjasama internasional.3

Penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional, meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat

3Mahmul Siregar, “UUPM dan Penyelesaian Sengketa Perdagangan Internasional dalam Kegiatan Penanaman Modal”. Jurnal Hukum Bisnis. Volume 26/No. 4/Tahun 2007

(12)

dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Perkembangan investasi asing sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia karena keberadaan modal asing memberikan dampak positif dalam pembangunan bangsa dan negara sehingga pemerintah Indonesia akan berusaha semaksimal mungkin untuk mendatangkan investor asing. Para investor asing yang datang ke Indonesia akan membawa dolar. Dengan dolar yang dibawanya tersebut, akan dapat membiayai sejumlah proyek di Indonesia. Proyek yang diinvestasikan oleh investor akan memberikan pengaruh yang sangat besar dalam berbagai bidang kehidupan.4 Setiap usaha penanaman modal (investasi) harus diarahkan kepada kesejahteraan masyarakat.

Artinya, dengan adanya investasi yang ditanamkan para investor dapat meningkatkan kualitas masyarakat Indonesia.5

Guna mengundang penanaman modal khususnya investor asing ke Indonesia selain diperlukan adanya pengaturan pemerintah yang konsisten dan terpadu agar dapat memberikan keuntungan bukan hanya kepada investor asing saja tetapi juga kepada pemerintah Indonesia khususnya dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya yang kian tahun dirasakan sudah cukup stabil. Kebijakan penanaman modal yang mengandung pembatasan-pembatasan ketat dan merupakan praktis harus diganti oleh kebijakan penanaman modal yang lebih terbuka. Peningkatan penanaman modal harus tetap di dalam koridor yang telah digariskan dalam pembangunan nasional yang telah direncanakan. Untuk itu, bangsa Indonesia harus mampu membangun iklim yang kondusif, yaitu

4 Fahmi Wibawa, Praktis Perizinan Usaha Terpadu, (Jakarta: Grasindo, 2014), hlm. 47

5Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2008), hlm. 10.

(13)

memelihara stabilitas makro ekonomi, serta terjaminnya kepastian hukum dan kelancaran penanaman modal yang efisien.

Investor akan mempertimbangkan kemana modalnya akan diinvestasikan dengan beberapa pertimbangan bahwa calon host country hendaknya dapat memberikan jaminan atas kepastian dan perlindungan hukum, adanya birokrasi yang sederhana dan konsisten, serta tersedianya sarana dan prasarana yang memadai. Sebaliknya host country pun menginginkan agar dapat dihindari konsentrasi pasar yang meningkat, repatriasi keuntungan yang berlebihan, adanya transfer pricing, transfer tekhnologi yang tidak layak, serta ketergantungan yang tidak diinginkan kepada negara asing.6

Salah satu penanaman modal adalah penanaman modal asing dalam bidang usaha perkebunan. Pemerintah memberikan kesempatan bagi investor asing untuk investasi di sektor perkebunan. Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.7

Penanaman Modal Asing (PMA) pada sektor perkebunan dapat menambah lapangan kerja pada daerah penerima modal. Bagi pemodal asing yang ingin menanamkan modalnya secara langsung, maka secara fisik pemodal asing hadir dalam menjalankan usahanya, Dengan hadirnya atau tepatnya dengan

6 Ibid. hlm.11.

7 Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan

(14)

didirikannya badan usaha yang berstatus sebagai penanam modal asing, maka badan usaha tersebut harus tunduk pada ketentuan hukum di Indonesia

Tujuan adanya investasi asing dalam bidang perkebunan yang masuk ke dalam negeri adalah ikut menambah modal serta dapat membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat, khususnya masyarakat setempat, pengelolaan lahan yang di kelola oleh perusahaan asing dapat menambah pendapatan daerah dengan ketentuan ketentuan pajak yang telah di sepakati antar pemilik modal dan kebijakan daerah.

Berdasarkan uraian di atas, maka dipilih judul skripsi tentang

"Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor Perkebunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan".

B. Perumusan Masalah

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penanaman modal asing dalam perspektif hukum di Indonesia ? 2. Bagaimana kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan dalam

perspektif hukum di Indonesia ?

3. Bagaimana perlindungan hukum terhadap penanaman modal asing dalam sektor perkebunan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

(15)

1. Untuk mengetahui penanaman modal asing dalam perspektif hukum di Indonesia

2. Untuk mengetahui kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan dalam perspektif hukum di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perlindungan terhadap kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang hendak diperoleh dari penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini akan memberikan sumbang saran dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum, khususnya di bidang hukum perdata.

2. Secara Praktis:

a. Bermanfaat kepada masyarakat umum khususnya kepada masyarakat mengenai perlindungan hukum penanaman modal asing terhadap industri perkebunan.

b. Mengungkapkan berbagai permasalahan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan serta alternatif solusi permasalahan tersebut.

E. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Perlindungan Hukum Terhadap Penanaman Modal Asing Dalam Sektor Perkebunan Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan". Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan perlindungan hukum

(16)

terhadap penanaman modal asing dalam sektor perkebunan, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Ada beberapa skripsi yang membahas tentang masalah Penanaman Modal Asing, tetapi memiliki perbedaan dalam permasalahannya yaitu :

a. Amalia Amanina Lubis dengan judul skripsi “Perlindungan Hukum Terhadap Investor pada Daerah Tertinggal Ditinjau dari Undang-UndangNomor 25 Tahun 2007”. Permasalahannya adalah :

a. Bagaimana peran investor dalam mengembangkan sektor ekonomi dalam negeri dan daerah ?

b. Bagaimana kedudukan hukum investor dan perlunya investor menanamkan modal dalam pembangunan daerah tertinggal ?

c. Apa saja perlindungan atau bentuk-bentuk perlindungan yang diberikan bagi para investor menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007?

b. Pendapotan Tamba, “Tinjauan Yuridis Mengenai Kebijakan Daftar Negatif Investasi Dalam Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia”. Permasalahannya adalah :

a. Bagaimana pengaturan penanaman modal asing secara langsung (foreign direct investment) dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal ?

(17)

b. Apakah kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) dapat diberlakukan terhadap penanaman modal asing melalui pasar modal ?

c. Apakah kebijakan Daftar Negatif Investasi (DNI) tidak bertentangan dengan kesepakatan-kesepakatan perdagangan internasional ?

4. Asmin Nasution, “ Penerapan Prinsip Transparansi dalam Undang - Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal Kaitannya Dengan Domestic Regulations WTO”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimana hubungan ketentuan-ketentuan perdagangan internasional dengan ketentuan penanaman modal yang ditetapkan suatu negara anggota World Trade Organization ?

b. Apakah prinsip-prinsip hukum perdagangan internasional, khususnya disektor jasa telah diterapkan dalam peraturan penanaman modal di Indonesia ?

c. Apakah prinsip transparansi pada undang-undang penanaman modal sudah mengakomodir Domestic Regulation WTO ?

Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu menjadi tanggung jawab saya sendiri.

F. Tinjauan Pustaka

1. Perlindungan Hukum.

Perlindungan hukum adalah adanya upaya melindungi kepentingan seseoang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk

(18)

bertindak dalam kepentinganya tersebut. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa salah satu sifat dan sekaligus merupakan tujuan dari hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada masyarakat. Oleh karena itu, perlindungan hukum terhadap masyarakat tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.8

Setiono menyatakan perlindungan hukum adalah tindakan atau upaya untuk melindungi masyarakat dari perbuatan sewenang-wenang oleh penguasa yang tidak sesuai dengan aturan hukum, untuk mewujudkan ketertiban dan ketentraman sehingga memungkinkan manusia untuk menikmati martabatnya sebagai manusia.9

Menurut Muchsin, perlindungan hukum merupakan kegiatan untuk melindungi individu dengan menyerasikan hubungan nilai-nilai atau kaidah- kaidah yang menjelma dalam sikap dan tindakan dalam menciptakan adanya ketertiban dalam pergaulan hidup antar sesama manusia.10

2. Penanaman Modal

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM) dikemukakan pengertian Penanaman Modal sebagai berikut: “Penanaman Modal adalah segala bentuk kegiatan penanaman modal, baik oleh Penanaman Modal Dalam Negeri maupun Penanaman Modal Asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Republik Indonesia.”

8 Soetjipto Rahardjo, Permasalahan Hukum Di Indonesia, (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 121.

9 Setiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta; Universitas Sebelas Maret, 2004) hlm. 3.

10 Muchsin, Perlindungan dan Kepastian Hukum bagi Investor di Indonesia, (Surakarta;

Universitas Sebelas Maret, 2003), hlm. 14.

(19)

Jenis penanaman modal dapat dilihat dari 2 (dua) segi, yang pertama dilihat dari segi sumber modalnya dapat dibagi menjadi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA), yang kedua dilihat dari segi mekanisme modal dapat dibagi menjadi Penanaman Modal Langsung (direct investment) dan Penanaman Modal Tidak Langsung (Indirect Investment).11

Penanaman modal langsung (direct investment) adalah kegiatan dimana investor dapat langsung berinvestasi dengan membeli secara langsung suatu aktiva keuangan dari suatu perusahaan. Investasi ini merupakan aset-aset riil (real assets) yang melibatkan aset berwujud, misalkan pembelian aset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan, dan lainnya. Investasi secara langsung selalu dikaitkan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Dalam penanaman modal secara langsung, pihak investor langsung terlibat dalam kegiatan pengelolaan usaha dan bertanggung jawab secara langsung apabila terjadi suatu kerugian.12

Sedangkan penanaman modal tidak langsung (indirect investment) adalah kegiatan dimana investor dapat melakukan investasi namun tidak terlibat secara langsung dan cukup dengan memegangnya dalam bentuk saham dan obligasi.

Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan investasi jangka pendek yang mencakup kegiatan transaksi di pasar modal dan di pasar uang. Investasi ini disebut sebagai investasi jangka pendek karena pada umumnya mereka melakukan jual saham dan atau mata uang dalam jangka waktu yang relatif singkat,

11 http://ismadhanielegal.blogspot.co.id/2013/11/hukum-penanaman-modal.html, (diakses pada tanggal 10 Maret 2017 Pukul 21.00 Wib)

12 Ibid.

(20)

tergantung kepada fluktuasi nilai saham dan atau mata uang yang hendak mereka perjualbelikan.13

Penanaman modal memiliki peran yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian suatu negara. Banyak negara-negara baik maju maupun berkembang berusaha secara maksimal agar negaranya dapat menjadi tujuan bagi para investor asing. Di era globalisasi seperti sekarang ini menimbulkan keterbukaan pasar yang membuka peluang bagi para investor untuk berinvestasi di berbagai negara dengan tujuan yang sudah pasti, yakni mencari keuntungan. Dan dengan adanya investor asing, maka negara Penerima modal berharap adanya partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan nasionalnya.14

3. Perkebunan

Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat. 15

Lahan perkebunan merupakan lahan usaha pertanian yang luas, biasanya terletak di daerah tropis atau subtropis, yang digunakan untuk menghasilkan komoditas perdagangan (pertanian) dalam skala besar dan dipasarkan ke tempat yang jauh, bukan untuk konsumsi lokal. Perkebunan dapat ditanami oleh tanaman

13 Ibid.

14 Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2010), hlm 4.

15 http://mampirkebun.blogspot.co.id/2016/02/makalah-perkebunan.html, (diakses pada tanggal 10 Maret 2017 Pukul 21.00 Wib)

(21)

industri seperti kelapa sawit, karet, kopi, kakao, kelapa, teh, tebu, dan sebagainya.

Ukuran luas perkebunan sangat relatif dan tergantung ukuran volume komoditas yang dipasarkannya. Namun demikian, suatu perkebunan memerlukan suatu luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem produksi yang diterapkannya. Ciri perkebunan : menerapkan cara monokultur, paling tidak untuk setiap blok yang ada di dalamnya, terdapat instalasi pengolahan atau pengemasan terhadap komoditi yang dipanen di lahan perkebunan itu, sebelum produknya dikirim ke pembeli.16

Perkebunan sendiri merupakan salah sub sektor dari pertanian yang juga memiliki peranan besar bagi sektor pertanian dan perokonomian nasional.

Tanaman perkebunan memiliki dua potensi pasar yaitu di dalam dan di luar negeri. Tanaman perkebunan di dalam negeri dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat, diperlukan sebagai bahan baku industri. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman perkebunan memiliki arti ekonomi yang penting. Artinya, bila diusahakan secara sungguh-sungguh atau profesional bisa menjadi suatu bisnis yang menjadikan keuntungan besar.17

Tanaman perkebunan mempunyai peranan sebagai salah satu sumber devisa sektor pertanian, penyedia bahan baku industri sehingga dapat mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri serta berperan dalam kelestarian lingkungan hidup. Pemerintah secara berangsur mengurangi petani yang tidak mempunyai tanah menjadi pemilik tanah dalam pembangunan sub sektor perkebunan.

Pemilikan lahan secara bertahap dilakukan dengan program Perkebunan Inti

16 Ibid.

17 Ibid.

(22)

Rakyat (PIR). Tujuan dilaksanakannya pembangunan PIR adalah untuk meningkatkan taraf hidup para petani atau pengebun dengan jalan pembukaan arel-areal baru kurang produktif atas lahan kritis, serta menghentikan perladangan berpindah-pindah. Dengan proyek Perkebunan Inti Rakyat maka petani dapat menjual komoditas hasil kebunnya kepada pemerintah dengan harga pasaran ekspor serta kualitas komoditas terjamin standartnya.18

G. Metode Penelitian

1. Jenis, Sifat dan Pendekatan Penelitian.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian hukum normatif, karena penelitian ini dilakukan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan antara lain : Undang-Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan dan peraturan perundang-undangan lainnya. Penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum.19

Sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin20 tentang perlindungan hukum penanaman modal asing terhadap sektor perkebunan ditinjau dari Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan.

Pendekatan penelitian yang dilakukan terhadap permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan yuridis normatif, yaitu dengan

18 Ibid

19Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm. 12.

20Ibid., hlm. 10.

(23)

menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

2. Data Penelitian

Data penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian kepustakaan (library research) yang bertujuan untuk mendapatkan konsep- konsep, teori-teori dan informasi-informasi serta pemikiran konseptual, baik berupa peraturan perundang-undangan dan karya ilmiah lainnya.21 Data sekunder yang digunakan dalam penulisan ini terdiri dari:

a. Bahan Hukum Primer

Dokumen berupa peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam skripsi ini diantaranya berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan, dan peraturan perundang- undangan lainnya.

b. Bahan Hukum Sekunder

Dokumen yang merupakan bacaan yang relevan seperti buku-buku, seminar-seminar, jurnal hukum, majalah, karya tulis ilmiah dan beberapa sumber internet yang berkaitan dengan materi yang diteliti.

c. Bahan Hukum Tersier

Dokumen yang berisi tentang konsep-konsep maupun bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus, ensiklopedia dan sebagainya

21Johny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Surabaya:

Bayumedia, 2006), hlm.192.

(24)

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan (library research) dan juga melalui bantuan media elektronik yaitu internet, selanjutnya penulis mengumpulkan, memadukan, menafsirkan dan membandingkan buku-buku dan bacaan tersebut dengan setiap permasalahan yang dibahas dalam penulisan skripsi ini. Hasil dari kegiatan pengkajian tersebut kemudian dibuat ringkasan secara sitematis sebagai inti sari hasil pengkajian studi dokumen. Tujuan dari teknik dokumentasi ini adalah untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, pendapat-pendapat atau penemuan- penemuan yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.22

4. Analisis Data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder menyajikan data berikut dengan analisisnya.23 Metode analisis data dilakukan dengan metode kualitatif dengan penarikan kesimpulan secara deduktif. Metode penarikan kesimpulan secara deduktif adalah suatu proporsi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang bersifat lebih khusus. Penarikan kesimpulan untuk menjawab permasalahan dilakukan dengan menggunakan logika berpikir deduktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca, menafsirkan dan membandingkan hubungan-hubungan konsep, asas dan kaidah yang terkait sehingga memperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penulisan yang dirumuskan.24

22Edy Ikhsan, Mahmul Siregar, Metode Penelitian Dan Penulisan Hukum Sebagai Bahan Ajar (Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 2009), hlm. 24.

23Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 69.

24Lexi Moelong, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rosda Karya, 2008), hlm. 48.

(25)

H. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penulisan, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penulisan, Sistematika Penulisan

BAB II : Penanaman Modal Asing Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia yang meliputi : Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi, Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing di Indonesia, Kebijakan Dasar Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing di Indonesia, Pokok-Pokok Pengaturan Kegiatan Penanaman Modal Asing dalam Hukum di Indonesia.

BAB III Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan Dalam Perspektif Hukum Di Indonesia meliputi : Pengertian dan dan Ruang Lingkup Penanaman Modal Sektor Perkebunan, Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan, Perizinan Perusahaan Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan, Kewajiban Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan, Pengawasan Kegiatan Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan.

BAB IV Perlindungan Penanaman Modal Asing Sektor Perkebunan Menurut Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan meliputi : Pengaturan Sektor Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 Tentang Perkebunan, Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor Perkebunan, Alasan Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor Perkebunan, Akibat Pembatasan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor Perkebunan, Perlindungan Terhadap Penanaman Modal Asing dalam Sektor Perkebunan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014.

BAB V Kesimpulan dan Saran

(26)

A. Peran Penanaman Modal Asing Dalam Pembangunan Ekonomi.

Pemerintah melakukan satu kegiatan usaha yang memerlukan modal dalam pengelolaan sumber daya alam (SDA) maupun sumber daya manusianya (SDM) untuk memperoleh hasil yang maksimal guna meningkatkan perekonomian nasioanl. Modal tersebut didapat dari para penanam modal yang menanamkan modalnya. Pada perkembangan ekonomi dunia saat ini, penanaman modal menjadi salah satu altenatif yang dianggap baik bagi pemerintah untuk memecahkan kesulitan modal dalam melancarkan pembangunan nasional, sebab salah satu fungsi penanaman modal, khususnya penanaman modal asing adalah untuk memanfaatkan modal, teknologi, skill atau kemampuan yang dimiliki oleh penanaman modal guna mengelola potensi-potensi ekonomi "(economic recourcess)" yang sangat memerlukan modal yang besar, teknologi yang canggih, skill dan kemampuan yang profesional yang belum sepenuhnya mampu tertangani oleh pihak swasta nasional maupun pemerintah sendiri.25

Terlepas dari pendapat pro dan kontra terhadap kehadiran investasi asing, namun secara teoritis kiranya dapat dikemukakan, bahwa kehadiran investor asing di suatu negara mempunyai manfaat yang cukup besar bagi suatu negara. Manfaat yang dimaksud, yakni perusahaan penanaman modal asing secara langsung

25 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, (Jakarta : Kencana, 2007),, hlm. 185.

(27)

menambah devisa negara dengan cara membawa masuk uang asing/modal asing, serta dapat menambah penghasilan negara dari sektor pajak. Manfaat turunan yang diperoleh dari kehadiran investor asing yaitu juga dapat menyerap tenaga kerja di negara penerima modal, dapat menciptakan jumlah permintaan (demand) terhadap produk dalam negeri sebagai bahan baku, menambah devisa terlebih lagi jika investor asing berorientasi ekspor, adanya alih teknologi (transfer of technology) maupun alih pengetahuan (transfer of know how).26

Dilihat dari sudut pandang ini terlihat bahwa, kehadiran investor cukup berperan dalam pembangunan ekonomi suatu negara, khususnya pembangunan ekonomi di daerah dimana FDI (foreign direct investment) menjalankan aktivitasnya. Arti pentingnya kehadiran investor asing dikemukakan oleh Gunarto Suhardi:27 “Investasi langsung lebih baik jika dibandingkan dengan investasi tidak langsung (portofolio), karena langsung lebih permanen, selain itu, investasi langsung:

1. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk

2. Mempunyai kekuatan penggandaan dalam ekonomi lokal 3. Memberikan residu baik berupa peralatan mampu alih teknologi

4. Apabila produksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang dapat dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan tambahan devisa dan pajak bagi negara;

5. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing;

26 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hlm 8

27 Hendrik Budi Untung, Op.cit., hlm 42

(28)

6. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena bila investor berasalah dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga akan diberikan.”

Adi Harsono juga mengemukakan manfaat dari adanya investasi asing atau perusahaan asing bagi pembangunan nasional, yaitu sebagai berikut :28

1. Masalah gaji, perusahaan asing membayar gaji pegawainya lebih tinggi dibandingkan gaji rata-rata nasional.

2. Perusahaan asing menciptakan lapangan pekerjaan lebih cepat dibandingkan perusahaan domestik sejenis.

3. Perusahaan asing tidak segan-segan mengeluarkan biaya di bidang pendidikan, pelatihan dan di bidang penelitian (R&D) di negara di mana mereka menanamkan modalnya.

4. Perusahaan asing cenderung mengekspor lebih banyak dibandingkan perusahaan domestik.

Jhon W. Head juga mengemukakan delapan manfaat investasi, khususnya PMA. Kedelapan keuntungan PMA itu adalah sebagai berikut:29

1. Menciptakan lowongan kerja bagi penduduk negara tuan rumah sehingga mereka dapat meningkatkan penghasilan mereka dan standar hidup mereka;

2. Menciptakan kesempatan penanaman modal bagi penduduk negara tuan rumah, sehingga mereka dapat berbagai dari pendapatan perusahaan- perusahaan baru;

28 http://pengertian-pengertian-info.blogspot.co.id/pengertian-dan-tujuan-penanaman- modal.html, (diakses pada tanggal 10 Maret 2017 Pukul 21.00 Wib)

29 Ibid.

(29)

3. Meningkatkan ekspor dari negara tuan rumah, mendatangkan penghasilan tambahan dari luar yang dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan untuk kepentingan kependudukannya;

4. Menghasilkan pengaihan pelatihan teknis dan pengetahuan, yang mana dapat digunakan oleh penduduk untuk mengembangkan perusahaan dan industri lain;

5. Memperluas potensi swasembada negara tuan rumah dengan memproduksi barang setempat untuk menggantikan barang impor;

6. Menghasilkan pendapatan pajak yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan, demi kepentingan penduduk dari negara tuan rumah;

7. Membuat sumber daya negara tuan rumah baik sumber daya alam dan sumber daya manusia menjadi lebih baik pemanfaatannya daripada semula.

Manfaat penanaman modal juga dikemukakan oleh William A. Fennel dan Joseph W. Tyler, serta Eric M. Burt. Manfaat-manfaat tersebut meliputi:30

1. Memberi modal kerja;

2. Mendatangkan keahlian, manajerial, ilmu pengetahuan, modal dan koneksi pasar;

3. Meningkatkan pendapatan uang asing melalui aktivitas ekspor;

4. Penanaman modal asing tidak melahirkan utang baru;

5. Negara penerima (host country) tidak merisaukan atau menghadapi risiko ketika suatu perusahaan penanaman modal yang didirikan di negaranya, ternyata tidak mendapatkan untung dari modal yahng diterimanya;

30 Salim H.S., Budi Sutrisno, Op.Cit, hlm 87

(30)

6. Membantu upaya-upaya pembangunan kepada perekonomian negara-negara penerima.

Mengenai manfaat penanaman modal, Erman Rajagukguk menyebutkan:

“Bagi Negara tempat dilakukannya kegiatan penanaman modal (host country) kehadiran penanaman modal asing tidak saja penting dari segi perolehan devisa atau untuk melengkapi keterbatasan biaya pembangunan, tetapi efek lain yang ditimbulkan oleh kegiatan penanaman modal pada pembangunan ekonomi host country, antara lain penyediaan lapangan kerja, penghematan devisa melalui pengembangan industri non-migas, pembangunan daerah-daerah tertinggal alih teknologi dan peningkatan sumber daya manusia.”31

Dengan demikian kehadiran penanam modal asing memberikan sejumlah manfaat bagi tuan rumah (host country). Manfaat secara langsung diperoleh dari pemasukan tambahan devisa yang berasal dari modal yang dibawa dana pajak- pajak yang dibayar kepada Negara.32

Sekalipun kehadiran investor membawa manfaat bagi negara penerima modal, di sisi lain investor yang hendak menanamkan modalnya juga tidak lepas dari orientasi bisnis (bussines oriented), apakah modal yang diinvestasikan aman dan bisa menghasilkan keuntungan. Jadi, dapat dimengerti mengapa investor asing sebelum menanamkan modalnya, investor melakukan penelitian pendahuluan lewat studi kelayakan (feasibility study), baik dari aspek hukum, finansial maupun

31 Erman Rajagukguk, Hukum Investasi di Indonesia, (Jakarta: UI Press, 2005), hlm20-21

32 Ibid., hlm 26.

(31)

politik apakah kondusif untuk berbisnis di negara yang akan dituju. Hal ini penting untuk memprediksi resiko yang akan dihadapi.33

Dari berbagai pemikiran yang dikemukakan oleh para ahli di atas, maka dapat diketahui bahwa kehadiran perusahaan penanaman modal terutama FDI (foreign direct investment) memang masih menjadi perdebatan di antara para ahli dengan sudut pandang masing-masing.

Adapun tujuan penyelenggaraan kegiatan penanaman modal menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal antara lain untuk:34

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;

2. Menciptakan lapangan kerja;

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;

5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;

6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri;

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Dari berbagai manfaat yang telah disebutkan diatas, yang paling penting di sini adalah kehadiran perusahaan penanaman modal baik asing maupun dalam

33Hendrik Budi Untung, Op.cit., hlm 43.

34 Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

(32)

negeri secara nyata dapat membuka lapangan pekerjaan yang begitu sempit, khususnya di negara-negara berkembang seperti Indonesia.

B. Sumber Hukum Kegiatan Penanaman Modal Asing di Indonesia.

Sampai pada tahun 1949, pada saat kemerdekaan/kedaulatan Indonesia mendapat pengakuan dari Belanda, keadaan Penanaman Modal Asing (PMA) masih stagnan. Yang ada hanyalah sisa-sisa peraturan PMA warisan kolonial Belanda. Namun pada tahun itu telah digagas suatu upaya untuk melaksanakan pembangunan ekonomi nasional antara lain dengan pembutan Rencana Urgensi Perekonomian (RUP). RUP dimaksudkan sebagai salah satu perwujudan dari kebijakan umum dibidang ekonomi, serta dimaksudkan pula untuk memberikan arahan kegiatan pemerintah dalam sektor industri, pertanian, serta memungkinkan untuk perusahaan perusahaan baru, yang berarti adanya pengaturan penanaman modal.35

Pada tahun 1966, berdasarkan pendapat dari Muhammad Sadli yang kemudian menjadi penasehat ekonomi pemerintah, mengemukakan bahwa:

1. Keberadaan perusahaan perusahaan asing yang menanamkan modalnya di Indonesia akan mempunyai efek katalisator atas pertumbuhan selanjutnya ekonomi Indonesia.

2. Tuduhan yang seringkali didengar dengan perkonomian bekas kolonial bahwa perusahaan perusahaan modal asing menghambat pertumbuhan perusahaan perusahaan pribumi akan dapat dihindarkan. c. Proses pembangunan ekonomi pada akhirnya akan menuju ke industrialisasi, yang merupakan hasil pembangunan. 36

Pendapat tersebut dapat diterima oleh pemerintah, dan pemerintah mengalihkan perhatiannya kepada sumber sumber modal asing berupa hutang luar

35Budhivaja, Pokok-Pokok Hukum Investasi Indonesia, https://.ac.id/files/, (diakes tanggal 6 Pebruari 2017 Pukul 20.00 Wib).

36 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: Nuansa Aulia, 2007), hlm. 35.

(33)

negeri, yang akan dimanfaatkan untuk memperbaiki kerusakan serta melengkapi infrastuktur, serta mengimport komoditi secara besar besaran untuk menanggulangi inflasi, serta membuka peluang yang luas bagi penanaman modal asing yang dilandasi undang undang penanaman modal asing yang akomodatif, makadisusun dan dipersiapkan Undang Undang Penanaman modal, yang kemudian diundangkan pada tanggal 10 Januari 1967, ialah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.

Sebagai catatan dalam waktu yang hampir bersamaan juga disusun Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri, yang karena UUPMA dianggap lebih penting dan mendesak, maka UUPMDN baru diundangkan pada tahun 1968, yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1968 Tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.37

Setelah menanti cukup lama akhirnya ketentuan investasi yang selama empat puluh tahun diatur dalam dua Undang-Undang yakni Pertama, Undang- Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan Kedua, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Undang-Undang penanaman modal dinyatakan berlaku sejak diundangkan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia (LNRI) Tahun 2007 Nomor 67 pada tanggal 26 April 2007.38

Jika diurut ke belakang tampak, bahwa pembahasan terhadap pembaharuan ketentuan penanaman modal memakan waktu relatif cukup lama.

37 Ibid., hlm 38.

38 Ibid., hlm 126.

(34)

Hal ini dapat dimaklumi, sebab ruh yang terkandung dalam undang-undang penanaman modal menganut paham liberal tempaknya belum sepenuhnya dapat diterima oleh berbagai pihak. Namun dalam perjalanan waktu, akhirnya berbagai masukan yang disampaikan oleh para pihak mempunyai perhatian terhadap pengaturan hukum penanaman modal dirangkum dalam semangat yang ada dalam Undang-Undang Penanaman Modal yang ada saat ini. Adanya paham liberal dalam undang-undang penanaman modal dapat disimpulkan, dari perlakuan yang diberikan oleh pemerintah kepada penanam modal. Dalam undang-undang ini tidak dibedakan perlakuan terhadap penanam modal asing dengan penanam modal dalam negeri39sesuai dengan yang tertulis dalam pasal 6 ayat (1) UUPM, yakni:

“Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua penanam modal yang berasal dari negara mana pun yang melakukan kegiatan penanaman modal di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.40

Dari pasal diatas terlihat letak perbedaan sudut pandang dalam melihat arti pentingnya penanaman modal. Adapun alasan dikemukakan oleh pihak yang kurang setuju diterapkannya paham liberal yakni dalam kondisi masa kini, masih diperlukan perlindungan terhadap industri dalam negeri, maka belum saatnya untuk memberlakukan paham liberal dalam undang-undang penanaman modal.

Ketika Rancangan Undang-Undang Penanaman Modal (RUUPM) digulirkan Denni Purbasari, salah seorang yang menentang faham liberalisasi, mengemukakan liberalisasi dalam RUU PM, tidak tepat untuk meningkatkan investasi. Hal ini karena penurunan investasi yang disebabkan oleh tingginya

39 Ibid,

40 Ibid,.

(35)

biaya berbisnis (pungli, perizinan pusat dan perda) dan menurunnya pasar Indonesia karena menurunnya daya beli.41

Sedangkan dari pihak pemerintah sebagai penggagas RUU PM mempunyai alasan tersendiri mengapa dirasakan perlu ada liberalisasi dalam penanaman modal. Hal ini dikemukakan oleh Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu, dengan disahkannya RUU PM menjadi UU tentang penanaman modal, pemerintah optimis bahwa kegiatan penanaman modal (investasi) usaha di berbagai bidang akan semakin meningkat. Investasi adalah instrumen yang penting dalam pembangunan nasional. Diperlukan undang-undang yang benar- benar berbeda dan menarik bagi investor. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Fahmi Idris, Menteri Perindustrian kala itu, adanya kesan bahwa RUU Penanaman Modal lebih menguntungkan investor asing, hal itu merupakan yang tak terhindarkan. Saat ini tidak lagi dikenal modal asing atau dalam negeri. Yang dipersoalkan justru kalau terjadi sengketa, bagaimana penyelesaiannya (dispute settlement) hal ini pun sudah ada skema penyelesaiannya di dalam UU tersebut.

Jadi kebijakan ini sah saja diterapkan asal ditujukan untuk mendorong investasi sebab dunia sekarang ini sudah tanpa batas (borderless).42

Oleh karena itu untuk memahami secara utuh apa yang dikandung dalam UUPM agaknya perlu didalami lebih jauh latar belakang kehadirannya. Jika dicermati secara saksama lahirnya undang-undang penanaman modal memang tidak dapat dilepaskan dari perkembangan masyarakat khususnya komunitas pebisnis yang demikian dinamis, baik di dalam negeri maupun di dunia

41 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol15450/penerapan-liberalisasi-dalam-ruu- pm-tidak-tepat, (diakes tanggal 6 Pebruari 2017 Pukul 20.00 Wib)

42 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm 127.

(36)

internasional, terlebih lagi era masa kini yang lebih dikenal sebagai era globalisasi, arus perputaran modal pun demikian cepat dari satu tempat ke tempat lain. Dengan kata lain, di mana ada peluang di situlah modal berhenti. Hal ini juga tercermin, dari pertimbangan diterbitkannya undang-undang penanaman modal dalam konsideran atau pertimbangan disebutkan: bahwa untuk mempercepat pembangunan ekonomi nasional dan mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan modal yang berasal; baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri; bahwa dalam menghadapi perubahan perekonomian global dan keikutsertaan Indonesia dalam berbagai kerja sama internasional perlu diciptakan iklim penanaman modal yang kondusif, promotid, memberikan kepastian hukum, keadilan, dan efisien dengan tetap memperhatikan keperntingan ekonomi nasional.43

Dari paparan diatas, terlihat bahwa terbitnya UUPM tahun 2007 melahirkan secerah harapan dalam iklim investasi di Indonesia. Disebut demikian, karena selama ini undang-undang investasi yang ada dianggap sudah tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik investor. Untuk itu, tidaklah berlebihan jika berbagai pihak menyebutkan undang-undang penanaman modal cukup kempetitif.44

Hal yang menarik dalam UUPM tahun 2007 adalah dilihat dari judulnya cukup sederhana yakni undang-undang “Penanaman Modal”. Seperti telah dikemukakan diatas, sebelum lahirnya UUPM menjelang pertengahan tahun 2007

43 Menimbang (Konsideran) butir c dan d Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

44Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm 129.

(37)

dikenal terminologi UUPMA dan UUPMDN. Dari kedua undang-undang ini secara kasat mata dapat dilihat, ada pebedaan perlakuan antara PMA dan PMDN.

Sebagaimana dikemukakan oleh M.Sadeli, di UUPMA dan UUPMDN masih cukup banyak perbedaan. Misalnya dalam UUPMDN jauh lebih bebas dibandingkan dengan PMA. Di UUPMA mendapat jaminan hukum tidak dinasionalisasi; berhak mentransfer keuntungan dan modal. PMA dilakukan dalam bentuk devisa, sedangkan PMDN dalam rupiah. Namun yang lebih penting, yakni masalah sentimen nasional, apakah pro (modal dan perusahaan) asing, anti atau ambivalen? Di Indonesia sentimen nasional terhadap sesuatu “asing” sering ambivalen, tidak menolak akan tetapi menerima dengan perasaan was-was. Asing disamakan dengan “besar” atau “sangat berkuasa” sehingga mudah menyaingi dan mematikan perngusaha kecil yang pribumi.45

Pendapat senada juga dikemukakan oleh Sekretais Jendral Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Djimanto, salah satu masalah yang muncul di era reformasi yakni sulitnya mengatasi sikap ambivalensi di tengah masyarakat yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah. Di satu sisi berbagai pihak berharap, investasi masuk ke Indonesia, akan tetapi di sisi lain, malah sering mempersoalkan jika ada investasi asing mau masuk. Dari berbagai pemikiran yang dilontarkan oleh pakar maupun praktisi bisnis di atas, terlihat bahwa ruang untuk mendiskusikan eksistensi UUPM dalam menarik investor masuk ke

45http://kolom.pacific.net.id/ind/prof_m._sadli/artikel_prof_m._sadli/iklim_investasi_dan _undang-undang_baru.html, (diakes tanggal 6 Pebruari 2076 Pukul 20.00 Wib)

(38)

Indonesia masih sangat terbuka luas, terlebih lagi dalam undang-undang ini cukup banyak hal yang memerlukan penjabaran lebih rinci.46

Dari apa yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi dan birokrat di bidang investasi di atas, satu hal yang rasanya cukup signifikan untuk disatubahasakan oleh berbagai pihak yakni kehadiran investor sangat dibutuhkan dalam mengelola potensi ekonomi yang ada. Kehadiran investor tersebut diharapkan dapat membawa dampak positif selain membuka lapangan kerja, juga menggerakkan roda perekonomian baik skala lokal maupun nasional. Investor akan datang dengan sendirinya, bila berbagai hal yang ibutuhkan telah tersedia untuk menjalankan investasi.

Sebagaimana dikemukakan dalam penjelasan umum UUPM, tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. Dengan adanya perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan penanam modal akan tertarik untuk menanamkan modalnya. Dengan kata lain, hal terpenting dalam pembaharuan hukum investasi bagaimana meletakkan peraturan teknis undang-undang penanaman modal atau setidak-tidaknya bisa memberikan guidance, berupa hak, kewajiban dan tanggung jawab penanam modal diatur secara khusus guna

46 Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm 129-130.

(39)

memberikan penghormatan atas tradisi budaya masyarakat dan melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.47 Oleh karena itu, layanan prima bagi investor harus terus ditingkatkan. Seperti yang dikemukankan oleh Imam Sugema, yang perlu dilakukan adalah standardisasi pelayanan di masing-masing instansi.

Beberapa jenis izin mungkin perlu dihilangkan untuk menghindari tumpang-tindih kewenangan. Ide one-stop-service pernah berkembang, tapi di daerah-daerah ada yang mampu memotong birokrasi, dan ada yang tak menunjukkan hasil positif.48

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 hadir sebagai undang-undang yang mengatur kegiatan penanaman modal di Indonesia untuk semua sektor (secara umum). Adapun peraturan-peraturan sektoral penanaman modal modal di Indonesia, antara lain:

1. Sektor Pertanian:

a. Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun 2015 tentang Syarat, Tata Cara Dan Standar Operasional Prosedur Pemberian Rekomendasi Teknis Izin Usaha Di Bidang Pertanian Dalam Rangka Penanaman Modal

b. Sektor Perkebunan : Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014 tentang Perkebunan

b. Sektor Kelautan dan Perikanan :

a. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan b. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan

47 Sujud Margono, Hukum Investasi Asing Indonesia, (Jakarta : Novindo Pustaka Mandiri, 2008), hlm 15.

48Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm 131

(40)

c. Sektor Kehutanan : Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

d. Sektor Pertambangan : Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara

e. Sektor Perindustrian :

a. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian b. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri

f. Sektor Perbankan : Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

g. Sektor Perdagangan : Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan

h. Sektor Pariwisata : Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan

i. Sektor Perhubungan : Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

j. Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat :

a. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan b. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

c. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

k. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi :

a. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan b. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian

(41)

l. Sektor Pendidikan : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

C. Kebijakan Dasar Penyelenggaraan Penanaman Modal Asing di Indonesia.

Indonesia sebagai suatu negara yang mendambakan suatu masyarakat yang adil dan makmur harus selalu melakukan pembangunan dalam berbagai bidang, di antaranya pembangunan dalam bidang ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor-sektor ekonomi yang terdapat di Negara itu sendiri, seperti: sektor pertanian, perikanan, peternakan, pertambangan, industri, perdagangan, jasa-jasa, dan selainnya.49 Konsekuensi pelaksanaan pembangunan ekonomi tersebut diperlukan adanya modal atau investasi yang besar dalam melakukan pembangunan. Dari investasi yang menunjang pembangunan ekonomi dimaksud, kemudian dikenal adanya kegiatan penanaman modal (investasi) di Indonesia yang dimulai pada Tahun 1967, tepatnya sejak dikeluarkannya UU No.

1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing, dan UU No. 6 Tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri.50

Kegiatan Penanaman Modal atau investasi (invest) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam upaya untuk meningkatkan dan/atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash money), peralatan (equipment). Asset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual

49 Aminuddin Ilmar, Op.Cit, hlm. 1.

50 Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit, , hlm. 3.

(42)

(HaKI), maupun keahlian.51 Hal dimaksud, disebutkan dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang merupakan jawaban atas perkembangan kegiatan penanaman modal/ investasi dari Tahun 1967 sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya. Dalam Pasal 1 ayat (1) UU Penanaman Modal tersebut dinyatakan bahwa "Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah negara Republik Indonesia”.

Wilayah negara republik Indonesia memiliki berbagai potensi yang sangat besar antara lain: Memiliki wilayah yang sangat subur dengan kekayaan alam yang berlimpah, upah buruh yang relatif rendah, pasar yang sangat besar, lokasi yang strategis, adanya upaya sungguh-sungguh pemerintah untuk mendorong iklim investasi yang sehat, tidak adanya pembatasan arus devisa, tennasuk atas modal dan keuntungan, dan lain-lain.52

Di samping potensi yang besar dimaksud, Indonesia memiliki beberapa kelemahan yang menjadi kendala dalam menarik investasi, seperti: kurangnya keterampilan tenaga kerja yang ada, birokrasi yang terkadang berbelit sehingga dapat membengkakkan biaya awal operasi, kebijakan yang seringkali berubah- ubah, kurangnya kepastian hukum, mekanisme penyelesaian sengketa yang kurang kredibel, sehingga kurang menguntungkan investor, kurangnya tranparasi, dan lain-lain.53 Padahal sebelum krisis merebak (pra-1997), iklim penanaman modal di Indonesia dipandang cukup menarik bagi investor asing dan investor

51 Ana Rokhmatussa’diyah dan Suratman, Hukum Investasi dan Pasar Modal, (Jakarta : Sinar Grafika, 2010), hlm. 3.

52 Ibid, hlm. 56.

53 Ibid.

Referensi

Dokumen terkait

Bidang usaha dalam penanaman modal asing diatur dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang penanaman modal, meliputi (1) Semua bidang usaha atau

Hasil penelitian menyimpulkan, pertama, bahwa regulasi tentang penanaman modal asing yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal merupakan

ketentuan sebagaimana diatur dalam Pasal 73. Pasal 109 ini disebutkan dengan jelas segala jenis barang yang merupakan barang yang dilarang dalam kegiatan ekspor-impor akan

Pemilihan forum arbitrase (choice of forum) dan hukum yang berlaku (choice of law). Para pihak bebas untuk menentukan sendiri pemilihan forum arbitrase dalam

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu: “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penggunaan Dan Pertanggungjawaban

Pengaturan kepemilikan saham asing dalam perusahaan penanaman modal asing di Indonesia dalam Pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, diatur

Kendala dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 3 Tahun 2014 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Fakultas Hukum USU, Pelaksanaan Perda KTR di Kota Medan

Adapun skripsi ini berjudul “Aspek Hukum Penolakan Rakyat China Terhadap Keputusan Arbitrase Internasional dalam Kasus Laut Cina Selatan.”Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi