• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA TERHADAP PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RI NOMOR 80 TAHUN

2015 (STUDI DINAS PENDIDIKAN DAERAH KOTA PADANG SIDIMPUAN)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas - tugas dan memenuhi syarat – syarat untuk mencapai

gelar Sarjana Hukum

Oleh : Roni Mukti Siregar

NIM : 120200054

DEPARTEMEN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

2 0 1 7

(2)

ABSTRAK Roni Mukti Siregar*

Suria Ningsih**

Erna Herlinda***

Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.Pemerintah secara umum memberikan Dana BOS untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat.

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah Bagaimana penetapan penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015, Bagaimana penerapan peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan dan Hambatan- hambatan apa dalam penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan

Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatifyang dilakukan dengan penelitian kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data-data sekunder yang diperoleh dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier. Analisis data yang digunakan adalah kualitatif.

Hasil penelitian ataupun kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwacara penyelewengan dana BOS yang paling bisa terjadi adalah melalui setoran awal kepada dinas sebelum dana BOS dicairkan atau didalam sekolah itu sendiri berhubung sekolah tidak melakukan kewajiban mengumumkan APBS (Anggaran Pendapatan Belanja Sekolah) pada papan pengumuman sekolah. Selain itu, penyusunan APBS terutama pengelolaan dana bersumber dari BOS kurang melibatkan partisipasi orang tua murid. Akhirnya, kebocoran dana BOS di tingkat sekolah tidak dapat dihindari.

Kata Kunci : Pertanggungjawaban, Dana Bantuan Operasional Sekolah, Hukum Administrasi Negara

*Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

**Dosen Pembimbing I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

***Dosen Pembimbing II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

KATA PENGANTAR

(3)

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga dengan kemampuan yang ada menyelesaikan tugas menyusun skipsi ini. Sudah merupakan kewajiban bagi setiap mahasiswa bahwa dalam menyelesaikan studi untuk mencapai gelar kesarjanaan USU untuk menyusun skripsi dalam hal ini penulis memilih judul “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penggunaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Ri Nomor 80 Tahun 2015 (Studi Dinas Pendidikan Daerah Kota Padang Sidempuan)”.

Penulis menyadari bahwasanya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk mendekati kesempurnaan didalam skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada seluruh pihak yang secara langsung ataupun yang tidak langsung telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini maupun selama penulis menempuh perkuliahan, khususnya kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

(4)

4. Ibu Puspa Melati Hasibuan, SH, M.Hum selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Dr. Jelly Leviza, SH., M.Hum selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu Dr. Agusmidah, SH., M.Hum selakuKetua Departemen Hukum Administrasi Negara.

7. Ibu Suria Ningsih, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing I penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

8. Ibu Erna Herlinda, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II penulis yang telah memberikan saran dan petunjuk dalam pengerjaan skripsi ini.

9. Bapak H. Muhammad Luthfi Siregar, SH, M.M selaku Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang Sidempuan yang telah memberikan dukungan kepada saya.

10. Seluruh staf dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara 11. Seluruh pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah

memberikan pelayanan administrasi yang baik selama proses akademik penulis.

12. Kedua Orang Tua penulis yang tercinta, Ayahanda H. Muhammad Luthfi Siregar, SH, MMdan Ibunda Hj.Juliana Simamora, SPdi, yang selalu memberikan semangat dan motivasi dalam mendidik dan membimbing anaknya untuk menjadi orang yang berhasil, dan yang telah memberikan motivasi hingga saat ini, terima kasih atas do’a yang tiada henti.

(5)

13. Kepada Abang dan Adik saya yang tercinta, Hasrul Akbar Siregar, SH, MM, Indah Lifiana Siregar dan Maya Junita Siregar yang selalu memberikan semangat danmotivasi hingga saat ini.

14. Buat teman spesial saya Halimahtussaddiah Daulay terimakasih atas motivasi dan semangatnya sehingga terselesaikan skripsi ini.

15. Buat teman-teman William Hutabarat, Reza Pepayosa, Faisyal Azhari Simamora terima kasih atas support-nya semua sehingga terselesaikan skripsi ini.

16. Kepada Teman-teman Departemen Hukum Administrasi Negara stambuk 2012 yang telah memberikan dukungan kepada saya.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekeliruan.

Oleh karena itu penulis seraya minta maaf sekaligus sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan dan kemanfaatannya

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada semua pihak dan semoga kritik dan saran yang telah diberikan mendapatkan balasan kebaikan berlipat dari Tuhan Yang Maha Esa dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum di negara Republik Indonesia.

Medan, Oktober 2017 Penulis,

Roni Mukti Siregar DAFTAR ISI

ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii

(6)

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang...1

B. Perumusan Masalah...9

C. Tujuan dan ManfaatPenelitian...10

D. Keaslian Penulisan...11

E. Tinjauan Pustaka...12

F. Metode Penelitian...17

G. Sistematika Penulisan...19

BAB II : PENETAPAN PENGGUNAAN DAN PERTANGUNGGJAWABAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 80 TAHUN 2015 A. Pengertian dan Landasan Hukum Dana Bantuan Operasional Sekolah...21

B. Tujuan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah...26

C. Instansi yang Berwenang dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah...28

BAB III : PENERAPAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA OPERASIONAL BANTUAN SEKOLAH DI KOTA PADANG SIDEMPUAN A. Gambaran Umum Kota Padang Sidempuan...33

(7)

B. Prosedur Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan...45 C. Pengawasan Terhadap Penggunaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan...57

BABIV : HAMBATAN DALAM PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH DI KOTA PADANG SIDEMPUAN A. Hambatan Internal dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Padang Sidempuan...60 B. Hambatan Eksternal dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban

Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan...61 C. Upaya mengatasi hambatan dalam Penggunaan dan

Pertanggungjawaaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Padang Sidempuan...63 BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan...67 B. Saran...69 DAFTAR PUSTAKA...71

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pembagian Wilayah Administrasi Kota Padang Sidimpuan...35

(8)

Tabel 2 : Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan Di Kota Padang Sidimpuan Tahun 2014-2016...41 Tabel 3 : Angka Partisipasi Murni Kota Padang Sidimpuan...42 Tabel 4 : Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Padang Sidimpuan Tahun 2015-

2016...44 Tabel 5 : Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Di Bidang Pendidikan Kota

Padang Sidimpuan Tahun 2013-2016...45

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan telah menjadi kebutuhan masyarakat. Pendidikan tidak lagi dianggap sebagai pengeluaran yang konsumtif, namun memiliki fungsi produktif dan investatif bagi masa depan. Pendidikan telah dijadikan komoditas ekonomi dan sektor penting untuk meningkatkan produktivitas dalam rangka mengantarkan seseorang atau masyarakat kepada cita-cita dan merubah keadaannya menuju kondisi lebih baik.1

Dewasa ini, kondisi pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan karena banyak tersebar mayarakat yang kurang mampu, terutama anak-anak yang

Kemajuan suatu bangsa sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kecerdasan, sikap, mental prima, daya juang, daya saing tinggi, memiliki pengetahuan, terampil dan sikap kreatif serta inovatif seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejak awal pendidikan adalah kunci keberhasilan dalam pengembangan politik, ekonomi sosial suatu negara. Agar suatu negara memiliki sumber daya manusia maka mutu pendidikan harus ditingkatkan melalui penyediaan sarana, prasarana dan sumber daya manusia yang memadai.

1Dadang Suhardan, Riduwan, dan Enas, Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan (Bandung:

Alfabeta, 2012), h.2

(10)

sedang melaksanakan proses belajar terkendala dengan dana sehingga banyak siswa yang tidak melanjutkan pendidikannya.

Pendidikan merupakan hak setiap warga negara yang bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Pasal 31 UUD 1945 menyatakan, “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.2

Di Indonesia, menurut pasal 3 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Adapun fungsi nasional pendidikan adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Hal itu menunjukkan bahwa adanya pemerataan pendidikan bagi seluruh warga negara Indonesia menjadi prioritas pendidikan di Indonesia. Pemerataan yang dimaksud semestinya tidak hanya menyangkut pemerataan akses pendidikan namun juga mencakup pemerataan kualitas pendidikan.

3

Salah satu hal yang tidak dapat dilupakan dalam mencapai tujuan pendidikan suatu bangsa adalah peran negara dalam menyediakan sarana pendidikan. Menurut Dwi Siswoyo dkk,lingkungan dan sarana pendidikan merupakan sumber yang dapat menentukan kualitas serta berlangsungnya usaha

2Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31

3Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3

(11)

pendidikan. Lingkungan tersebut dapat bersifat lingkungan fisik, sosial dan budaya yang semuanya memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap usaha pendidikan. Belum memadainya tempat pendidikan (gedung sekolah, sarana olahraga dan rekreasi), perlengkapan, alat pendidikan, materi pendidikan, kurangnya kerjasama antara berbagai lembaga dalam masyarakat, rendahnya pendidikan penduduk serta biaya pendidikan yang relatif mahal pada umumnya dapat menghambat berlangsungnya pendidikan dengan baik.

Menurut Undang-undang Negara Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi. Salah satu peran negara dalam hal tersebut adalah dengan memberikan atau meringankan biaya pendidikan di Indonesia. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 32 tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) menjelaskan bahwa secara garis besar biaya pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal.

Biaya pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pencapaian tujuan pendidikan. Biaya pendidikan inilah yang akan digunakan untuk membiayai seluruh pembiayaan pendidikan. Masalah pokok dalam pembiayaan pendidikan salah satunya adalah bagaimana mencukupi kebutuhan investasi, operasional dan personal sekolah serta bagaimana melindungi masyarakat khususnya masyarakat tidak mampu untuk memperjuangkan haknya mendapatkan

(12)

pendidikan yang layak baik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Semua biaya yang dikeluarkan baik oleh pemerintah maupun swasta untuk sektor pendidikan merupakan investasi. Investasi dalam bidang pendidikan akan diperoleh dalam jangka waktu cukup lama namun bersifat jangka panjang dan memiliki efek berlipat ganda (multiplier effects).Keuntungan dan balikan investasi pendidikan juga terkait dengan kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan itu sendiri menghasilkan tenaga berkualitas, sedangkan kualitas tenaga kerja memberi kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi.4

Komponen penting yang harus dibiayai dalam pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). Biaya langsung adalah biaya bagi terlaksananya pendidikan yang benar-benar dirasakan manfaatnya oleh peserta didik, sedangkan biaya tidak langsung adalah biaya yang harus dikeluarkan oleh murid, keluarga, dan masyarakat yaitu berupa uang sekolah, pembeliaan bahan-bahan pelajaran, transportasi, maupun pengorbanan pendapatan selama belajar. Pengorbanan pendapatan yang dimaksud adalah pendapatan yang tidak diperoleh, kesempatan yang dikorbankan karena tidak bekerja, atau keuntungan yang hilang selama peserta didik menempuh pendidikan (earning forgone).5

4Mohammad Ali, Pendidikan untuk Pembangunan Nasional: Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi (Bandung: Imtima, 2009), hal. 206

5Dadang Suhardan, Riduwan, dan Enas, Op.Cit, hal.7

(13)

Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 tahun yang dicanangkan sejak 2 Mei 1994 merupakan usaha pemerintah untuk meningkatkan kualitas serta mempermudah akses pendidikan di Indonesia. Program wajib belajar 9 tahun ini tercapai dengan menciptakan program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) pada tahun 2005. Seiring berjalannya waktu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan, dan orientasi-program BOS. Program BOS bukan hanya berperan untuk mempertahankan jumlah peserta didik saja, namun juga harus berkontribusi dalam peningkatan mutu pendidikan dasar. Selain itu kenaikan jumlah Dana BOS yang signifikan mulai tahun 2009 diharapkan akan menjadikan BOS sebagai pilar utama mewujudkan pendidikan dasar tanpa dipungut biaya.

Program wajib belajar 9 tahun tersebut berhasil meningkatkan angka partisapasi kasar dalam pendidikan tingkat dasar. Tuntasnya program wajib belajar 9 tahun ini antara lain diukur melalui tambahnya jumlah gedung dan ruang kelas baru di dekat masyarakat yang banyak memiliki anak-anak wajib belajar (usia 7-15 tahun), memperluas jangkauan SMP terbuka dan menambah tempat kegiatan belajar (TKB) dan Pendidikan Kesetaraan Paket B Setara SMP, serta meningkatnya peran dan kesadaran masyarakat dalam pelaksanaan wajib belajar.

Keberhasilan program wajib belajar 9 tahun menjadikan lulusan SMP semakin meningkat, sehingga pemerintah menambah daya tampung layanan pendidikan

(14)

menengah (SMA dan SMK) untuk menampung para siswa memperoleh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. 6

Pemerintah secara umum memberikan Dana BOS untuk mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat.

Adanya bantuan yang diberikan pemerintah supaya sekolah membebaskan biaya pendidikan ataupun meringankan tagihan biaya sekolah, dan juga supaya kualitas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah meluncurkan kebijakan Pendidikan Menengah Universal (PMU) yang implementasinya difokuskan untuk memberikan kesempatan kepada seluruh masyarakat. Tujuan utama program tersebut adalah anggota masyarakat yang secara ekonomi tidak mampu memenuhi biaya operasional sekolah, juga memberikan layanan pendidikan terjangkau dan bermutu terutama bagi siswa miskin. Rencana Strategis Kemendikbud 2010-2014 menjabarkan bahwa implementasi Pendidikan Menengah Universal (PMU) difokuskan pada peningkatan layanan peserta didik dengan pemberian Bantuan Operasional Sekolah Menengah (BOS SM); penyediaan daya tampung pendidikan menengah melalui pembangunan Unit Sekolah Baru (USB), Ruang Kelas Baru (RKB) dan rehabilitasi gedung sekolah; penyediaan dan peningkatan kualitas guru melalui peningkatan kerjasama dengan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) atau Perguruan Tinggi (PT) dalam penyediaan guru produktif dan pengusulan pengangkatan guru sekolah menengah; peningkatan kualitas pembelajaran melalui implementasi kurikulum 2013 yaitu dengan meningkatkan kompetensi soft skill dan hard skill peserta didik.

6http://idr.iain-antasari.ac.id/1302/1/SKRIPSI%20LENGKAP.pdf

(15)

proses pembelajaran di sekolah akan menjadi semakin meningkat. Besaran Dana Tahun 2014 yang diterima tiap sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa per sekolah dan satuan Dana BOS. Waktu penyaluran Dana BOS ini diberikan ke sekolah per semester. Pengelolaan Dana BOS wajib berpedoman pada petunjuk teknis BOS yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan, sebagai teknis yang bertanggung jawab dalam Pelaksanaan dan Pengelolaan Dana BOS. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan program BOS adalah Pengelolaan Dana dan segala sumberdaya yang ada dalam program BOS.

Pentingnya Pengelolaan Dana BOS yaitu, dengan Pengelolaan yang baik akan mampu membantu ketercapaian tujuan dari program BOS dengan efektif dan efisien. Sekolah menempati posisi penting dalam penentuan penggunaan Dana BOS, karena sekolah merupakan instasi yang terkait langsung Pengelolaan Dana BOS. Kesalah pemahaman oleh pengelola dapat menimbulkan hambatan dalam pelaksanaan Pengelolaan Dana BOS. Kurang spesifiknya petunjuk yang ada dalam petunjuk teknis BOS menimbulkan penerjemahan yang berbeda-beda oleh pihak Pengelola Dana BOS. Hal ini menjadi permasalahan dan dapat menimbulkan dugaan penyelewengan.7

Upaya pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk mengatasi hal tersebut adalah memberikan Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) kepada sekolah-sekolah yang terdaftar. Dana Bantuan Operasional Sekolah yang diberikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan disebut dengan BOS Nasional atau yang selanjutnya dalam penelitian ini disebut BOS.

7http://rodlial.blogspot.co.id/2012/04/kebijakan-pemerintah-dalam-memberikan.html

(16)

BOS mulai diterapkan sejak Juli 2005 dengan sasaran seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat. Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya digunakan untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan wajib belajar 9 tahun. Wajib belajar 9 tahun bertujuan untuk memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia agar dapat mengembangkan potensi dirinya sehingga dapat hidup mandiri dalam masyarakat atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun yang bermutu, Pemerintah mengalokasikan Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Keberhasilan pelaksanaan BOS dapat dilihat dari percepatan penuntasan wajib belajar.

Pengelolaan dana BOS di sekolah belum sesuai dengan ketentuan yang ada. Hasil Pemeriksanaan BPK Semester I tahun 2015 menyatakan terdapat beberapa masalah terkait pengelolaan dana BOS. Permasalahan umum mengenai pengelolaan dana BOS yang menjadi temuan BPK meliputi sisa dana BOS yang belum dikembalikan ke kas negara, penyebab kekurangan penerimaan negara atas sisa dana, penggunaan dana BOS yang tidak sesuai ketentuan, kelebihan penggunaan dana BOS, ketidakakuratan dalam pendataan penerima dana BOS yang menyebabkan kelebihan penyaluran dana BOS, penyusunan petunjuk teknis penyaluran dana BOS belum tepat sesuai dengan ketentuan dan sejumlah sekolah belum mempertanggungjawabkan penggunaan dana BOS.

(17)

Berdasarkan uraian permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penggunaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor 80 Tahun 2015 (Studi Dinas Pendidikan Daerah Kota Padang Sidempuan).”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas serta sesuai dengan judul skripsi ini, yaitu: “Tinjauan Hukum Administrasi Negara Terhadap Penggunaan Dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan RI Nomor 80 Tahun 2015 (Studi Dinas Pendidikan Daerah Kota Padang Sidempuan)”, maka beberapa permasalahan yang akan dibahas penulis, antara lain:

1. Bagaimana penetapan penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015

2. Bagaimana penerapan peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan

3. Hambatan- hambatan apa dalam penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan dana Bantuan Operasional Sekolah di Kota Padang Sidempuan

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

(18)

1. Untuk mengetahui penetapan penggunaan dan Pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015

2. Untuk mengetahui penerapan peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2015 tentang Penggunaan dan Pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Padang Sidempuan

3. Untuk mengetahui hambatan dalam penggunaan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah Di Kota Padang Sidempuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini bermanfaat untuk :

1. Bahan kajian dalam studi Ilmu Hukum khususnya bidang Hukum Administrasi Negara

2. Bahan informasi untuk memperkaya literatur khazanah kepustakaan di bidang Hukum Administrasi Negara

3. Sumbangan referensi dan sumbangan informasi bagi peneliti lain yang berkaitan dengan Hukum Administrasi Negara.

(19)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi ilmu pengetahuan dan teknologi baik di dalam ilmu hukum ataupun dan beberapa ilmu terkait lainnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi Sekolah dalam Penggunaan dan Pertangunggjawaban nya dalam menggunakan Dana Bantuan Operasional Sekolah yang telah diberikan atau disubsidikan oleh Pemerintah kepada pihak sekolah

D. Keaslian Penulisan

Skripsi ini dilakukan dengan melakukan pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh penelitian sendiri. Adapun pembuatan skripsi ini tidak merupakan duplikasi atau bentuk plagiat dari hasil penelitian lain. Serta proses pembuatan skripsi ini saya selaku penulisnya mengacu dan memasukkan beberapa kutipan- kutipan dari buku-buku referensi dimana untuk melengkapi skripsi ini.

Saya selaku peneliti dan penulis bertanggungjawab terhadap hal-hal pembuatan skripsi ini kepada pihak manapun.

E. Tinjauan Pustaka

Tinjauan Terhadap Dana Bantuan Operasional Sekolah

(20)

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Sedangkan standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.8

8Moch. Idochi Anwar, Administrasi Pendidikan dan Manajemen Biaya Pendidikan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), h.219

Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2015 mendefinisikan BOS sebagai program pemerintah berupa pemberian dana langsung ke Sekolah baik Negeri ataupun Swasta dimana besarnya dana bantuan yang diterima sekolah dihitung berdasarkan jumlah siswa masing-masing sekolah dikalikan satuan biaya (unit cost) bantuan.

Tujuan BOS Menurut Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah (BOS) tahun 2015 tujuan BOSdibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, tujuan BOS adalah mewujudkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu bagi semua lapisan masyarakat di Indonesia. Sedangkan tujuan khusus BOS adalah:

a) Membantu biaya operasional non personalia sekolah

b) Mengurangi angka putus sekolah siswa SMK

(21)

c) Meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) siswa SMK

d) Mewujudkan keberpihakan pemerintah (affirmative action) bagi siswa SMK dengan cara meringankan biaya sekolah

e) Memberikan kesempatan bagi siswa SMK untuk mendapatkan layanan pendidikan yang terjangkau dan bermutu

f) Meningkatkan kualitas proses pembelajaran di sekolah.9

a) Pembiayaan pendampingan bagi Sekolah yang melaksanakan kurikulum 2013

BOS digunakan untuk membantu memenuhi kebutuhan operasional sekolah non personalia. Peruntukan dana BOS tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Non Personalia tahun 2009 untuk SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB.

Selain hal tersebut, dana BOS juga dapat digunakan untuk membiayai hal- hal berikut:

b) Pembelian konsumsi berupa snack dan atau makan dapat diadakan dalam rangka pertemuan pembahasan terkait pengembangan dan atau pelaksanaan kegiatan-kegiatan program sekolah

9Tim Penyusun, Analisis Biaya (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), h.21

(22)

c) Dana BOS dapat digunakan untuk membayar jasa profesi yang diperlukan dalam rangka perbaikan dan pemeliharaan ringan sarana dan prasarana sekolah.10

Dalam Petunjuk Teknis BOS Tahun 2015 disebutkan bahwa pada tingkat sekolah, pengelolaan program BOS dilakukan oleh panitia yang dibentuk oleh Kepala Sekolah. Panitia tersebut terdiri dari unsur kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru dan komite sekolah yang dibentuk secara musyawarah. Adapun susunan panitia adalah sebagai berikut:

a) Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab program

b) Wakil kepala sekolah atau guru yang relevan sebagai ketua panitia pelaksana

c) Guru sebagai penanggungjawab

d) Bendahara rutin sekolah atau bendahara yang ditunjuk khusus oleh kepala sekolah sebagai pengelola keuangan.

Pengelolaan program BOS juga harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Komite sekolah berperan dalam memberikan dukungan dalam wujud bantuan tenaga maupun pemikiran, pengontrol kualitas pelaksanaan program, dan mediator antara pemerintah dengan masyarakat.

b) Mematuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku berkenaan dengan pelaksanaan program bantuan

10Ibid

(23)

c) Informasi program harus mudah diketahui oleh warga sekolah atau dengan menempelkan pelaksanaan kegiatan melalui papan pengumuman.

Pengelolaan Dana BOS juga harus mengacu pada konsep Manajemen Berbasis Sekolah (School Based Management) yang terdiri dari:11

a) Swakelola dan partisipatif

Pelaksanaan program dilakukan secara swakelola (direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri) dengan melibatkan warga sekolah dan masyarakat untuk berpartisipasi secara aktif dalam memberikan dukungan terhadap perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan program sesuai dengan peraturan yang berlaku

b) Transparan

Pengelolaan dana harus dilakukan secara terbuka agar warga sekolah dan masyarakat dapat memberikan saran, kritik, serta melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap pelaksanaan program.

c) Akuntabel

Pengelolaan dana harus dapat dipertanggungjawabkan, sesuai dengan pedoman pelaksanaan yang telah disepakati.

d) Demokratis

Penyusunan perencanaan, pengambilan keputusan dan pemecahan masalah ditempuh melalui jalan musyawarah/mufakat dengan

11Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media, 2008.

(24)

memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengajukan saran, kritik atau pendapat.

e) Efektif dan efisien

Pemanfaatan dana harus efektif dan efisien. Siswa yang dibebaskan dan/atau dibantu biaya sekolahnya harus diseleksi secara seksama dan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

f) Tertib administrasi dan pelaporan

Sekolah penerima dana harus menyusun dan menyampaikan laporan hasil pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan sesuai ketentuan yang dipersyaratkan.

g) Saling percaya

Pemberian dana berlandaskan pada rasa saling percaya (mutual trust) antara pemberi dan penerima dana. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga kepercayaan tersebut dengan memegang amanah dan komitmen yang ditujukan semata-mata hanya untuk membangun pendidikan yang lebih baik.12

Dalam program BOS, dana yang diterima oleh sekolah secara utuh dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan komite sekolah. Dengan demikian, program BOS sangat mendukung implementasi penerapan Manajemen Berbasis Sekolah, yang secara umum bertujuan untuk memberdayakan sekolah melalui pemberian wewenang (otonomi), pemberian fleksibilitas yang lebih besar untuk mengelola sumber daya sekolah, dan

12Dadang Suhardan, Op.Cit, Hal.71

(25)

mendorong partisipasi warga sekolah dan masyarakat untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam pembahasan masalah, penulis sangat memerlukan data dan keterangan yang akan dijadikan bahan analisis.Metode penelitian yang dipergunakan dalam penyusunan skrispsi ini adalah metode yuridis normatif.Metode yuridis normatif13 yaitu dalam menjawab permasalahan digunakan sudut pandang hukum berdasarkan peraturan hukum yang berlaku, untuk selanjutnya dihubungkan dengan kenyataan di lapangan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas. Serta mencari bahan dan informasi yang berhubungan dengan materi penelitian ini melalui berbagai peraturan perundang- undangan karya tulis ilmiah yang berupa makalah, skripsi, buku-buku, koran, majalah, situs internet yang menyajikan informasi yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.14

2. Sumber Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui penelusuran kepustakaan (library research) untuk memperoleh data atau bahan hukum primer, bahan hukum sekunder.

13 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum. (Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Cetakan Keempat, 2002), hal. 43.

14 Zaimul Bahri, Struktur dalam Metode Penelitian Hukum.(Bandung: Angkasa. 1996), hal. 68.

(26)

Bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundangan nasional, yang berkaitan dengan Sistem Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah.

Bahan hukum sekunder berupa data yang diperoleh peneliti dari penelitian kepustakaan dan dokumentasi, yang merupakan hasil dari penelitian dan pengolahan orang lain yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku dan dokumentasi.

3. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan dan pengambilan data yang digunakan penulis dalam penulisan karya ilmiah ini adalah studi kepustakaan (library research), yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai literatur yang relevan dengan permasalahan skripsi ini seperti buku-buku, makalah, artikel dan berita yang diperoleh penulis dari internet yang bertujuan untuk mencari atau memperoleh teori-teori atau bahan-bahan yang berkenaan dengan Dana Bantuan Opersional Sekolah.

Untuk melengkapi data, penulis juga melakukan wawancara kepada para informan yang terkait dengan penelitian ini.

4. Analisis Data

Analisis data yang dilakukan penulis dalam penulisan skripsi ini dengan cara kualitatif, yaitu menganalisis melalui data lalu diolah dalam pendapat atau tanggapan dan data-data sekunder yang diperoleh dari pustaka kemudian

(27)

dianalisis sehingga diperoleh data yang dapat menjawab permasalahan dalam skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam lima bab. Tata urutan sistematikanya sebagai berikut:

Bab I : Terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang, dimana penulis melihat bahwa pelaksanaan Penggunaan dan Pertanggungjawaban dana bantuan operasional sekolah sangatlah penting, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metodologi penelitian dan yang terakhir sistematika pembahasan.

BAB II : Merupakan Penetapan Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah berdasarkan Permendikbud No 80 tahun 2015. Sub bagiannya terdiri dari pengertian dan landasan hukum Dana BOS, tujuannya dan instansi yang berwenang dalam penggunaan dan pertanggungjawaban dana Bantuan Operasional Sekolah

BAB III : Penerapan Permendikbud No 80 tahun 2015 tentang penggunan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah yang sub bagiannya terdiri dari gambaran umum Kota Padang Sidempuan, Prosedur

(28)

penggunaan dan pertangungjawaban dana BOS dan Pengawasannya di Kota Padang Sidempuan.

BAB IV : Merupakan Hambatan dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban Dana BOS yang sub bagiannya terdiri dari hambatan Internal dan eksternal, serta upaya mengatasi hambatan dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban Dana BOS

BAB V : Merupakan suatu penutup. Disini berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran dari penulis yang mana guna membantu dalam penyelesaian suatu permasalahan yang ada dalam obyek penelitian.

(29)

BAB II

PENETAPAN PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015 A. Pengertian dan Landasan Hukum Dana Bantuan Operasional Sekolah

1. Pengertian Dana Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.15

Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009, standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.

Dalam Permendiknas no 37 tahun 2010 tentang petunjuk teknis BOS tahun 2011 disebutkan bahwa BOS adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar.

16

Menurut PP 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya

nonpersonalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai,

15Permendiknas No 37 tahun 2010 tentang petunjuk teknis BOS tahun 2011.

16Ibid.

(30)

dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Namun demikian, ada beberapa jenis pembiayaan investasi dan personalia yang diperbolehkan dibiayai dengan dana BOS.17

Dalam perkembangannya, program BOS mengalami mengalami peningkatan biaya satuan dan juga perubahan mekanisme penyaluran sesuai Undang-Undang APBN yang berlaku. Sejak tahun 2012 penyaluran dana BOS dilakukan dengan mekanisme transfer ke provinsi yang selanjutnya ditransfer ke rekening sekolah secara online. Melalui mekanisme ini, penyaluran dana BOS ke sekolah berjalan lancar. Pelaksanaan program Dana BOS diatur dengan peraturan menteri, yaitu :18

1. Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mekanisme penyaluran Dana BOS dari Kas Umum Negara ke Kas Umum Daerah serta pelaporannya.

2. Peraturan Menteri Dalam Negeri yang mengatur mekanisme pengelolaan Dana BOS di daerah dan mekanisme penyaluran dari kas daerah ke sekolah.

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang mengatur mekanisme pengalokasian Dana BOS dan penggunaan Dana BOS di sekolah.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun

17 Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan

18Op.Cit.

(31)

wajib mengikuti pendidikan dasar. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya, sedangkan dalam ayat 3 menyebutkan bahwa wajib belajar merupakan tanggung jawab negara yang diselenggarakan oleh lembaga pendidikan Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Konsekuensi dari amanat undang-undang tersebut adalah Pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan layanan pendidikan bagi seluruh peserta didik pada tingkat pendidikan dasar (SD dan SMP) serta satuan pendidikan lain yang sederajat.19

Sebagai wujud keberpihakan terhadap siswa miskin atas pemberian dana BOS, sekolah diwajibkan untuk memberikan kompensasi membebaskan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin dari kewajiban membayar Salah satu indikator penuntasan program Wajib Belajar 9 Tahun dapat diukur dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) SD dan SMP. Pada tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009 telah mencapai 98,11%, sehingga program wajar 9 tahun telah tuntas 7 tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All (EFA) di Dakar.

Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang dimulai sejak bulan Juli 2005, telah berperan secara signifikan dalam percepatan pencapaian program wajar 9 tahun. Oleh karena itu, mulai tahun 2009 pemerintah telah melakukan perubahan tujuan, pendekatan dan orientasi program BOS, dari perluasan akses menuju peningkatan kualitas.

19Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

(32)

iuran sekolah dan biaya-biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler. Bagi sekolah yang berada di kabupaten/kota/propinsi yang telah menerapkan pendidikan gratis, sekolah tidak diwajibkan memberikan pembebasan (fee waive) dan/atau membantu (discount fee) siswa miskin.20

2. Landasan Hukum Dana Bantuan Operasional Sekolah

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) juga merupakan pengembangan lebih lajut dari Program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Bidang Pendidikan, yang dilaksanakan pemerintah pada kurun 1998-2003, dan Program Kompensasi Pengurangan Subsidi BBM yang dilaksanakan dalam kurun 2003-2005. BOS dimaksudkan sebagai subsidi biaya operasional sekolah kepada semua peserta didik wajib belajar, yang untuk tahun 2009 jumlahnya mencapai 26.866.992 siswa sekolah dasar, yang disalurkan melalui satuan pendidikan. Dengan Program BOS, satuan pendidikan diharapkan tidak lagi memungut biaya operasional sekolah kepada peserta didik, terutama mereka yang miskin.

Dasar hukum pemberian Dana Rintisan BOS-SM kepada sekolah meliputi :21 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa

Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undang-Undang Dasar

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

3. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

20Petunjuk teknis bantuan operasional sekolah (bos) Sekolah Menengah Atas tahun 2013,Hal 9-11.

21 Buku Panduan Pelaksanaan Rintisan Operasional Sekolah Menengah Direktorat Jendral Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2012, Hal 1

(33)

4. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

5. Instruksi Presiden Nomor: 5 Tahun 2006 tentang gerakan nasional percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara.

6. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia Nomor: SE-02/PJ/2006, tentang pedoman pelaksanaan pemenuhan kewajiban perpajakan sehubungan dengan penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh bendaharawan atau penanggung jawab pengelola dana BOS di masing-masing unit penerima BOS.

7. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar

8. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan 9. Instruksi Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan

Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara.

10. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 036/U/1995 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar.

11. Surat Edaran Dirjen Pajak Departemen Keuangan Republik Indonesia No.

SE-02/PJ./2006, tentang Pedoman Pelaksanaan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan Sehubungan dengan Penggunaan Dana Bantuan Operasional (BOS) oleh Bendaharawan atau Penanggung-Jawab Pengelolaan Penggunaan Dana BOS di Masing-Masing Unit Penerima BOS.

(34)

12. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasioanl percepatan penuntasan wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun dan pemberantasan buta aksara

13. Surat Keputusan Bersama antara Menteri Pendidikan Nasional dan Menteri Agama Nomor 1/U/KB/2000 dan Nomor MA/86/2000 tentang Pondok pesantren salafiyah sebagai pola wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun

14. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 036/U/1995 tentang Pelaksanaan Wajib Belajar Pendidikan Dasar

15. Keputusan Menteri Pendidikan Nasioan Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah

16. Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 060/U/2002 tentang Pedoman Pendirian sekolah

17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 Tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran.

18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 37 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS Tahun Anggaran 2011

19. Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 80 Tahun 2015 tentang penggunan dan pertanggungjawaban keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah

B. Tujuan Program Dana Bantuan Operasional Sekolah

(35)

Dalam penyelenggaran pendidikan, keuangan, dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menetukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan. Komponen keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah merupakan komponen produksi yang menentukan terlaksananya kegiatan proses belajar-mengajar di sekolah bersama komponen-komponen yang lain.

Dengan kata lain setiap kegiatan yang dilakukan sekolah memerlukan biaya.

Komponen keuangan dan pembiayaan ini perlu dikelola sebaik-baiknya agar dana-dana yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang tercapainya tujuan pendidikan.22

Melalui program BOS, Pemerintah Pusat memberikan bantuan dana

“block grant” kepada sekolah. Sekolah dapat menggunakan dana tersebut untuk Tujuan Program BOS menurut Buku Panduan 2006: Program Bantuan Operasional sekolah (BOS) bertujuan untuk membebaskan biaya pendidikan bagi siswa tidak mampu dan meringankan bagi siswa yang lain, agar mereka memperoleh layanan pendidikan dasar yang lebih bermutu sampai tamat dalam rangka penuntasan wajib belajar 9 tahun.

Program pemberian Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dimaksudkan sebagai bantuan kepada sekolah/madrasah/salafiyah dalam rangka membebaskan iuran siswa namun sekolah tetap dapat mempertahankan mutu pelayanan pendidikan kepada masyarakat.

22E.Mulyasa,Manajemen Berbasis Sekolah (Bandung;PT.Remaja Rosdakarya,2003)hal.47

(36)

keperluan operasional sekolah, khususnya biaya operasional non personil sesuai dengan aturan yang ditetapkan dalam buku petunjuk pelaksanaan program.

Secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu.Secara khusus program BOS bertujuan untuk:23

1. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB/SMPT (Terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegiatan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebih.

2. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta;

3. Meringankan beban biaya operasi sekolah bagi siswa di sekolah swasta.

4. Menggratiskan seluruh siswa miskin di tingkat pendidikan dasar dari beban biaya operasional sekolah, baik di sekolah negeri maupun sekolah swasta.

C. Instansi yang Berwenang dalam Penggunaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Dana Bantuan Operasional Sekolah

Penyaluran dana bos sebaiknya diberikan secara langsung kepada pihak sekolah tanpa harus melalui pemerintah kabupaten/kota, karena hal itu lebih rumit dengan proses yang panjang sehingga dana sering terlambat diterima sekolah.

23http://brobahanmuda.blogspot.co.id/2013/05/pengertian-dan-tujuan-bantuan.html, diakses pada tanggal 20 Maret 2017

(37)

Tetapi sistem itu ditujukan agar penyaluran dana BOS lebih terkendali dan sesuai dengan prinsip otonomi daerah. Karena dalam Undang-Undang Otonomi Daerah diatur bahwa pemberian dana BOS harus melalui pemerintah kabupaten atau pemerintah kota.24

Tim Manajemen Pusat mengumpulkan data jumlah siswa tiap sekolah melalui Tim Manajemen BOS Provinsi, kemudian menetapkan alokasi dana BOS tiap provinsi.Atas dasar data jumlah siswa tiap sekolah, Tim Manajemen BOS Pusat membuat alokasi dana BOS tiap provinsi yang dituangkan dalam DIPA provinsi.Tim Manajemen BOS Provinsi dan Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota melakukan verifikasi ulang data jumlah siswa tiap sekolah sebagai dasar dalam menetapkan alokasi di tiap sekolah.Tim Manajemen BOS Kemendikbud / Dinas Pendidikan sebagai instansi menjadi pusat dan berwenang dalam penggunaan dana bos dan bertanggungjawab dalam pelaksanaannya. Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas pendidikan Kabupaten/Kota.

Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah yang harus didaftar sebagai salah satu sumber penerimaan dalam RKAS/RAPBS, di samping dana yang diperoleh dari Pemda atau sumber lain yang sah. Hasil kesepakatan penggunaan dana BOS (dan dana lainnya tersebut) harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat yang dilampirkan tanda tangan seluruh peserta rapat yang hadir.

24Yuliati.Analisis kemampuan keuangan daerah dlam menghadapi otonomi daerah, manajemen keuangan daerah.Yogyakarta : UPP YKPN,2001,Hal.8

(38)

Kabupaten/Kota menetapkan sekolah yang bersedia menerima BOS melalui Surat Keputusan (SK).SK penetapan sekolah yang menerima BOS ditandatangani oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dan Dewan Pendidikan. SK yang telah ditandatangani dilampiri daftar nama sekolah dan besar dana bantuan yang diterima (Format BOS-02A dan Format BOS-02B). Sekolah yang bersedia menerima BOS harus menandatangani Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB). Tim Manajemen BOS Kab/Kota mengirimkan SK alokasi BOS dengan melampirkan daftar sekolah ke Tim Manajemen BOS Provinsi, tembusan ke Bank/Pos penyalur dana dan sekolah penerima BOS.

Pengawasan Fungsional internal dilakukan oleh Inspektorat Jendral Kementrian Pendidikan Nasional dan Inspektorat Propinsi dan Kabupaten/Kota.Pengawasan Eksternal dilakukan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Kemudian Komite Sekolah dan sekolah sebagai pelaksana dana BOS.

Monitoring internal dilakukan oeh Tim manajemen BOS pusat, propinsi dan kabupaten/kota. Monitoring eksternal dilakukan oleh Balitbang Kementrian Pendidikan Nasional atau Lembaga Independen yang profesional untuk itu, Misalnya Bank Dunia.

Menurut Juknis Bos Dikdas 2016 Tim Manajemen BOS Pusat yaitu :

1. Penanggung Jawab Umum

a. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kemdikbud (Ketua);

(39)

b. Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan, Bappenas (Anggota);

c. Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama, Kemenko Bidang PMK (Anggota);

d. Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah, Kemdagri (Anggota);

e. Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan, Kemenkeu (Anggota).

Dan menurut Juknis Bos Dikdas 2016, Tim Manajemen BOS Provinsi adalah Tim Manajemen BOS Provinsi yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini adalah Tim Manajemen BOS Provinsi pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan untuk Tim Manajemen BOS Provinsi pada jenjang pendidikan menengah akan diatur dalam Petunjuk Teknis terpisah.

1. Penanggung Jawab

a. Sekretaris Daerah Provinsi (Ketua);

b. Kepala SKPD Pendidikan Provinsi (anggota);

c. Kepala Dinas/Badan/Biro Pengelola Keuangan Daerah (anggota).

2. Tim Pelaksana Program BOS Dikdas

a. Ketua Tim/Pelaksana (dari unsur SKPD Pendidikan);

b. Sekretaris I (dari unsur SKPD Pendidikan);

c. Sekretaris II (dari unsur DPKD/BPKD);

(40)

d. Bendahara (dari unsur SKPD Pendidikan);

e. Unit Data (Unit Data BOS SD, Unit Data BOS SMP dan Tim Dapodikdasmen Pendidikan Dasar dan Menengah dari unsur SKPD Pendidikan);

f. Unit Monitoring dan Evaluasi serta Pelayanan dan Penanganan Pengaduan Masyarakat (unit yang menangani SD dan SMP dari unsur SKPD Pendidikan dan dari unsur DPKD/BPKD);

g. Unit Publikasi/Humas (dari unsur SKPD Pendidikan).

Struktur Tim Manajemen BOS Provinsi diatas dapat disesuaikan di daerah masing-masing, dengan mempertimbangkan beban kerja dalam pengelolaan program BOS. Tim Manajemen BOS Provinsi ditetapkan dengan surat keputusan Gubernur. Sekretariat Tim Manajemen BOS Provinsi berada di Kantor SKPD Pendidikan Provinsi.

Kemudian Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota yang diatur dalam Petunjuk Teknis ini adalah Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota pada jenjang pendidikan dasar. Sedangkan untuk Tim Manajemen BOS Kabupaten/Kota pada jenjang pendidikan menengah akan diatur dalam Petunjuk Teknis terpisah.

(41)

BAB III

PENERAPAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2015

TENTANG PENGGUNAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DANA OPERASIONAL BANTUAN SEKOLAH

DI KOTA PADANG SIDEMPUAN A. Gambaran Umum Kota Padang Sidempuan 1. Geografis, Administratif dan Kondisi Fisik

a. Geografis dan Kondisi Fisik

Kota Padang Sidempuan terletak dikoordinat 01°28'19" s/d 01°18'07"Lintang Utara dan 99°18'53" s/d 99°20'35"Bujur Timur. Luas Wilayah Kota Padang Sidempuan adalah 15.930,82 Ha atau 0,20% dari luas wilayah Provinsi Sumatera Utara. Kota Padang Sidempuan dialiri oleh beberapa sungai dan anak sungai. Sungai tersebut antara lain Sungai Batang Ayumi, Sungai Batang Angkola, Sungai Batang Bahal, Aek Sipogas dan anak - anak sungai lainnya yang merupakan sebuah potensi bagi pengembangan berbagai komoditi pertanian.25

Keadaan tanah yang subur dikarenakan lapisan permukaan tanah dengan ketebalan yang cukup tinggi merupakan hasil endapan eluvial sungai dan gunung berapi dengan warna tanah hitam kecokelatan dengan curah hujan rata-rata berkisar antara 300 – 400 mm/tahun.

25https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Padang_Sidempuan, diakses pada tanggal 20 Maret 2017.

(42)

Posisi Kota Padang Sidempuan memiliki akses darat yang memadai dan cukup strategis karena berada pada jalur utama yang merupakan penghubung antara berbagai pusat pertumbuhan :

- Lintas Barat : Menuju Ibukota Provinsi, Medan terdapat dua jalur yang melalui Sibolga dan Sipirok.

- Lintas Timur/Selatan : Menuju Ibukota Mandailing Natal, Panyabungan dan ke Provinsi Sumatera Barat berlanjut ke Ibukota Negara, Jakarta.

- Lintas Timur/Utara : Menuju Langga Payung Kabupaten Labuhan Batu yang terhubung dengan Trans Sumatera Higway jalur Timur/Utara yang dapat menghubungkan semua Ibukota Provinsi di Pulau Sumatera dan ke Pulau Jawa.26

b. Administratif

Secara administratif, Kota Padang Sidempuan memiliki batas wilayah sebagai berikut :

SebelahUtara : Kecamatan Angkola Barat, KabupatenTapanuliSelatan SebelahSelatan: Kecamatan BatangAngkola, KabupatenTapanuliSelatan SebelahTimur : Kecamatan AngkolaTimur, KabupatenTapanuliSelatan SebelahBarat : Kecamatan Angkola Selatan, Kabupaten TapanuliSelatan.

26 ibid.

(43)

Kota Padang Sidempuan meliputi 6 kecamatan dan 37 kelurahan, dan 42 Desa. Kecamatan Padang Sidempuan Batunadua merupakan kecamatan yang memiliki wilayah paling luas yaitu 3.874,02 ha atau sebesar 26,38% dari luas Kota Padang Sidempuan. Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara merupakan kecamatan dengan jumlah kelurahan/desa terbanyak, yaitu sebanyak 2 kelurahan dan 16 desa. Selain Kecamatan Padang Sidempuan Tenggara, kecamatan dengan jumlah kelurahan terbanyak berikutnya adalah Padang Sidempuan Utara (1.108,76 ha) atau sebesar 7,55 % dari luas Kota Padang Sidempuan, dengan 16 kelurahan.

Lebih lengkapnya tentang luas dan pembagian wilayah administrasi Kota Padang Sidempuan dapat dilihat dalam tabel berikut:27

Sumber : Sekretariat Daerah Kota Padang Sidempuan

Tabel 1 : Pembagian wilayah Administrasi Kota Padang Sidimpuan

27https://www.gosumut.com/berita/Padang Sidempuan/#sthash.mKI8lCCF.dpbs diakses pada tanggal 20 Maret 2017..

No Kecamatan Kelurahan/

Desa

Luas area (ha)

Luas Wilayah (%)

Ket.

1 Padang Sidempuan Utara 16 1.408,76 9,59 2 Padang Sidempuan Selatan 12 1.581,17 10,77 3 Padang Sidempuan Tenggara 16/2 2.768,63 18,85 4 Padang Sidempuan Batunadua 13/2 3.874,02 26,38 5 Padang Sidempuan Hutaimbaru 5/5 2.234,19 15,21 6 Padang Sidempuan AngkolaJulu 8 2.817,91 19,20

(44)

1. Demografi

Jumlah penduduk Kota Padang Sidempuan berdasarkan perhitungan tahun 2012 adalah sebesar 198.809 jiwa, yang terdiri dari 96.841 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 101.968 perempuan. Dengan luas wilayah sebesar 14.684,68 ha, kepadatan penduduk rata-rata Kota Padang Sidempuan adalah sebesar 1.354 jiwa per kilometer persegi.Lebih lengkapnya data jumlah dan kepadatan penduduk Kota Padang Sidempuan tahun 2016, dapat dilihat dalam Tabel 2.

Kecamatan Padang Sidempuan Selatan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk tertinggi, yaitu sebesar 63.029 jiwa.Kecamatan berikutnya yang memiliki jumlah penduduk besar adalah Kecamatan Padang Sidempuan Utara dengan 61.140 jiwa. Kedua kecamatan tersebut diatas merupakan luas wilayah paling kecil sementara jumlah penduduk lebih besar, hal ini disebabkan karena kedua wilayah dimaksud berada dalampusat kota/wilayah perkotaan. Penduduk Kota Padang Sidempuan sebagian besar tinggal di daerah perkotaan yaitu sebanyak 142.376 jiwa sedangkan yang tinggal di pedesaan sebanyak 57.433 jiwa.

Kepadatan penduduk Kota Padang Sidempuan tahun 2016 adalah 198.809 jiwa/km2. Kepadatan penduduk tertinggi terdapat di kecamatan Padang Sidempuan Utara yaitu sebesar 4.339 jiwa/km2. Kecamatan lain dengan kepadatan penduduk tinggi adalah kecamatan Padang Sidempuan Selatan (63.029 jiwa). Keberadaan pusat perdagangan Kota Padang Sidempuan yaitu kawasan Padang Sidempuan Utara, Pasar Sangkumpal Bonang, Plaza Anugrah dan City Walk. Sedangkan kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk rendah adalah kecamatan Padang Sidempuan Angkola Julu dengan kepadatan 275 jiwa/km2.

(45)

Laju pertumbuhan penduduk kota Padang Sidempuan tahun 2016 adalah 1,03%. Pertumbuhan penduduk Kota Padang Sidempuan dapat disebabkan karena beberapa hal. Disamping masih bergabungnya Pemerintahan Kabupten Tapanuli Selatan dan Kota Padang Sidempuan juga disebabkan karena urban penduduk yang tinggi dari Kabupaten lain di sekitar Kota Padang Sidempuan dapat menjadi penyebab utama

Dalam jangka waktu 5 tahun ke depan, dengan asumsi angka pertumbuhan penduduk masih berada pada angka 1,03 %. Jumlah penduduk kota Padang Sidempuan akan menurun menjadi 209.047 dengan kepadatan 1.368 jiwa/km2.Perhitungan proyeksi jumlah pertumbuhan penduduk dilakukan dengan menggunakan metode geometrik (bunga berganda). Asumsi yang digunakan dalam penentuan metode tersebut adalah laju pertumbuhan penduduk sama untuk setiap tahunnya.

2. Keuangan dan Perekonomian Daerah a. Realisasi APBD

Sumber pendapatan daerah terdiri dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. Dalam perencanaan APBD terdapat target pendapatan daerah yang merupakan capaian yang harus diperoleh, sedangkan pada akhir tahun anggaran, diketahui realisasi penerimaan atas pendapatan daerah. Berdasarkan data tahun 2015, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang Sidempuan dalam realisasinya mampu menyumbangkan sebesar 6,22% dari total realisasi pendapatan daerah. Sementara porsi terbesar berasal dari Dana Perimbangan sebesar 88,83% dari total pendapatan daerah,

(46)

sedangkan sisanya merupakan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah sebesar 4,95%.

Proporsi Dana Perimbangan cenderung meningkat dari tahun 2010-2013.

Pada tahun 2010, proporsi Dana Perimbangan mencapai 87,07% dan pada tahun 2013naik menjadi 88,83%. Kenaikan proporsi dana perimbangan ini menunjukkan kekurang mandirian daerah. Kenaikan proporsi dana perimbangan yang relatif besar tidak diikuti peningkatan proporsi PAD yang sebanding. Selama tahun 2010-2013, pergeseran proporsi PAD hanya berkisar 1,76%. Proporsi PAD pada tahun 2010 adalah sebesar 12,93%dan pada tahun 2013 menjadi 24,30%.

Pergeseran proporsi pendapatan yang signifikan bersumber dari Lain-lain Pendapatan Yang Sah. Pada tahun 2010, proporsinya hanya sebesar 2,98% dan pada tahun 2013 mencapai 4,95%. Pergeseran yang besar ini disebabkan karena adanya peningkatan Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus terkait dengan dana transfer daerah untuk tunjangan profesi guru PNSD dan tambahan penghasilan untuk guru PNSD.

Pendapatan Daerah Kota Padang Sidempuan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Selama tahun 2014-2016, rata-rata pertumbuhannya mencapai 60% per tahun. Pertumbuhan yang tertinggi adalah Lain-lain Pendapatan Yang Sah, yang rata- rata pertumbuhannya mencapai 70,43% per tahun. Tingginya pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pendapatan dari Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus serta Pendapatan Hibah. Sementara itu, pertumbuhan PAD dan Dana Perimbangan masing-masing sebesar 60% per tahun dan 42,31% per tahun.

(47)

Republik Indonesia Nomor 54/PMK.07/2012 tentang Indeks Fiskal dan Kemiskinan Daerah dalam rangka Perencanaan Pendanaan Urusan Bersama Pusat dan Daerah untuk Penanggulangan Kemiskinan Tahun 2013, maka dapat diketahui bahwa Kota Padang Sidempuan mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,73 dengan kategori Tingkat Penyediaan DDUB (Dana Daerah untuk Urusan Bersama) cukup.Sedangkan pada tahun 2014, berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 74/PMK.07/2013, maka Kota Padang Sidempuan mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal sebesar 0,7536yang tergolong dalam Kategori CUKUP.

Peta Kapaitas fiskal yang diputuskan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan nomor 129/PMK.02/2012Kota Padang Sidempuan mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal 0,7536dengan Kategori CUKUP dan Peta Kapasitas Fiskal berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 74/PMK.07/2013 mempunyai Indeks Kapasitas Fiskal0,7536dengan Kategori CUKUP.

b. Tata RuangWilayah

Kota Padang Sidempuan merupakan kawasan perkotaan dengan potensi pendidikan, dan pelayanan jasa serta perdagangan, telah ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Regional Wilayah Pantai Barat Sumatera Utara.

Sistem pusat-pusat pelayanan untuk Kota Padang Sidempuan direncanakan membentuk pusat kota, subpusat kota, dan pusat pelayanan lingkungan. Pusat Kota berlokasi di kawasan Kecamatan Padang Sidempuan Utara dan Padang Sidempuan Selatan, subpusat kota tersebar di seluruh kecamatan dimana masing- masing kecamatan memiliki satu subpusat, sedangkan pusat pelayanan lingkungan

(48)

tersebar di seluruh kelurahan/desa dan sekitar kawasan permukiman.

Secara umum pola ruang Kota Padang Sidempuan terdiri dari tiga kawasan antara lain kawasan Agrowisata, kawasan budidaya dan kawasan strategis.

Sektor transportasi merupakan sektor terbesar di Kota Padang Sidempuan yang memberikan kontribusi terhadap pencemaran udara. Terjadinya kemacetan lalu lintas, menyebabkan turunnya efisiensi penggunaan bahan bakar yang mengakibatkan peningkatan kadar CO (Carbon monoksida) di udara ambient atau udara bebas. Besarnya kontribusi emisi sektor ini tidak saja ditentukan oleh volume lalu lintas dan jumlah kendaraan, tetapi juga oleh pola lalu lintas dan sirkulasinya di dalam kota, khususnya di daerah-daerah pusat kota dan perdagangan.

c. Sosial dan Budaya 1. Pendidikan

a. Jumlah Fasilitas pendidikan,Guru dan Murid

Salah satu indikator meningkatnya kualitas pendidikan di suatu wilayah adalah meningkatnya sarana pendidikan seperti sekolahan dan meningkatnya jumlah tenaga pendidik. Di Kota Padang Sidempuan, jumlah tenaga pendidik untuk jenjang pendidikan TK/RA pada tahun 2015 untuk pendidikan SD/MI pada tahun2015 sebanyak 1.826orang pada tahun 2016 menurun menjadi1.493orang.

Untuk pendidikan SMP/MTs pada tahun 2015 sebanyak 1.251 orang pada tahun 2016 menurun menjadi 1.230orang. Untuk tenaga pendidik SMA/SMK pada tahun 2015 sebanyak1.497 orang dan pada tahun 2016 menjadi 1.220 orang.

Penurunan jumlah tenaga pendidik disebabkan karena berakhirnya masa tugas.

(49)

Rasio jumlah guru dan murid di Kota Padang Sidempuan tahun 2016 tergolong cukup bagus. Perbandingan guru dan murid pada tingkat SD pada tahun 2016 adalah 15,40. Rasio tersebut mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun 2015 menjadi 17,67. Pada tingkat SMP/MTS perbandingan guru dan murid mengalami peningkatan, yaitu 12,50 tahun 2016 meningkat menjadi 11,69 tahun 2013. Sedangkan pada tingkat SMU/SMK perbandingan murid dan guru yaitu 8,26 pada tahun 2015 dan pada tahun 2016 menjadi 6,88. Data jumlah tenaga guru, jumlah sekolah, murid, dan rasio guru murid dapat diperhatikan dalam Tabel 2 berikut ini:

Tabel 2. Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Padang Sidempuan Tahun 2014- 2016

NO. URAIAN

TAHUN

Ket.

2014 2015 2016

3.

Banyaknya murid/siswa (anak)

a. SD/MI 28.137 27.969 26.384 b. SMP/MTs 15.643 14.383 14.382 c. SMA/SMK/MA 18.110 18.254 17.712

4.

Rasio murid : guru (negeri &

swasta)

b. SD/MI 15,40 13,61 17,67

c. SMP/MTs 12,50 11,30 11,69 d. SMA/SMK/MA 12,09 10,56 14,51 Sumber: Dinas Pendidikan Kota Padang Sidempuan, 2016 b.Angka Partisipasi Murni (APM)

Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA

(50)

dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. APM menunjukkan partisipasi sekolah penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu. Berikut disajikan data APM Kota Padang Sidempuan.

Tabel 3 : Angka Partispasi Murni Kota Padang Sidimpuan No Jenjang Pendidikan 2015 2016

1 SD/MI 91 10% 99 17%

2. SMP/MTS 66,63% 83,02%

3. SMA/SMK/MA 72,64% 68,15%

Sumber : TNP2K, 2016

Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa APM Kota Padang Sidempuan untuk jenjang pendidikan SD pada tahun 2015 sebesar 91,10% dan pada tahun 2016 mengalamipeningkatan 8,07% menjadi 99,17%. Demikian pula dengan jenjang pendidikan SMP dimana pada tahun 2015 sebesar 66,63% dan tahun 2016 meningkat menjadi 83,02%. Sedangkan untuk pendidikan SMA, mengalami penurunan yaitu pada tahun 2015 sebesar 72,64% dan pada tahun 2016 menjadi 68,15%.

c. Tingkat Pendidikan Masyarakat

Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan kunci dari keberhasilan pembangunan nasional dan daerah.Kualitas sumber daya manusia memililiki pernan yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi daerah. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan

penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya.

Kota Padang Sidempuan adalah kota pendidikan. Kota ini memiliki banyak pilihan untuk menempuh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga

(51)

pendidikan tinggi. Begitu banyaknya pilihan pendidikan di Kota Padang Sidempuan menjadikan kota ini sebagai kota tujuan untuk menempuh pendidikan.

Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan.

Meningkatnya kualitas pendidikan suatu kota/kabupaten akan berdampak positif terhadap meningkatnya pembangunan di kota/kabupaten tersebut. Kota Padang Sidempuan sudah lama dikenal sebagai kota pelajar dan kota pendidikan. Hal tersebut dikarenakan budaya belajar yang tinggi dan juga didukung tersedianya fasilitas pendidikan yang cukup bagi masyarakat, seperti guru dan sekolah.Berdasarkan data yang dirilis oleh pada tahun 2015-2016, sebagian besar masyarakat Padang Sidempuan merupakan lulusan SMA/SMK, yang lebih baik dari rata-rata tingkat pendidikan nasional, yaitu lulusan SMP/MTS.

Tingkat pendidikan masyarakat Kota Padang Sidempuan beragam.Berikut disajikan tabel tingkat pendidikan masyarakat Kota Padang Sidempuan tahun 2015 hingga 2016.

Tabel 4 : Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Padang Sidempuan Tahun 2015- 2016

No Jenis Pendidikan 2015 (%) 2016 (%) 1 Belum tamat SD 1,55 0,97 2 SD/sederajat 22,11 21,58 3 SLTP/sederajat 21,51 22,71 4 SLTA/sederajat 13,55 23,51 5 Diploma I/II 17,35 0,71 6 Akademi/DIII 1,41 1,76 7 Perguruan tinggi 2,74 6,14 Sumber: BPS kota Padang Sidempuan 2015-2016

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa persentase masyarakat yang

Gambar

Tabel 1 : Pembagian wilayah Administrasi Kota Padang Sidimpuan
Tabel 2. Data Fasilitas Pelayanan Pendidikan di Kota Padang Sidempuan Tahun  2014- 2016  NO
Tabel 3 : Angka Partispasi Murni Kota Padang Sidimpuan  No  Jenjang Pendidikan  2015  2016
Tabel  4 :  Tingkat Pendidikan Masyarakat Kota Padang Sidempuan Tahun 2015- 2015-2016  No  Jenis Pendidikan  2015 (%)  2016 (%)  1  Belum tamat SD  1,55  0,97  2  SD/sederajat  22,11  21,58  3  SLTP/sederajat  21,51  22,71  4  SLTA/sederajat  13,55  23,51

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan CSR harus dimulai dari komitmen dan pemahaman yang baik dari pihak pengusaha bahwa setiap perusahaan hendaknya mengembangkan kegiatan sosial yang bukan

Pemilihan forum arbitrase (choice of forum) dan hukum yang berlaku (choice of law). Para pihak bebas untuk menentukan sendiri pemilihan forum arbitrase dalam

Pasal 76 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, menyatakan bahwa pemilik merek terdaftar dapat mengajukan gugatan terhadap pihak lain yang

Kegiatan penanaman modal asing dalam sektor perkebunan dalam perspektif hukum di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman

Dan Keputusan Walikota Medan Nomor 9 Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pajak Daerah Kota Medan yang dimana dalam

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji pengaruh desentralisasi fiskal dan fiscal stress terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten/Kota se-Propinsi Aceh, baik

1. Belum pernah dihukum atau residivis. Dengan maksud bahwa terdakwa sebelum melakukan tindak pidana, terdakwa tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana yang

Upaya yang dilakukan dengan adanya penerbitan bilyet giro kosong adalah dengan mengajukan kepada Bank Indonesia agar penerbit nasabah biro yang bersangkutan dimasukkan