• Tidak ada hasil yang ditemukan

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M Dan Penggunaannya Dalam Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Praktikum Kimia Dasar II

Standarisasi Larutan NaOH 0,1 M dan Penggunaannya Dalam

Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

Oleh:

Kelompok : I (satu)

Nama

: Ardinal

Nim

: F1D113002

Prodi

: Teknik Pertambangan

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI

(2)

Standarisasi Larutan 0,1 M dan Penggunaannya dalam

Penentuan Kadar Asam Cuka Perdagangan

I.

Tujuan

1. Menentukan molaritas larutan NaOH dengan larutan standar asam oksalat. 2. Menetapkan kadar asam cuka perdagangan.

II.

Landasan Teori

Asidi dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara pemberi proton (asam) dengan penerima proton (basa). (Shochichah,2010).

Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titrasi adalah proses mengukur volume larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Atau dengan perkataan lain untuk mengukur volume titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Titik ekivalen adalah saat yang menunjukkan bahwa ekivalen perekasi-pereaksi sama. Di dalam prakteknya titik ekivalen sukar diamati, karena hanya merupakan titik akhir teoritis atau titik akhir stoikiometri. Hal ini diatasi dengan pemberian indikator asam-basa yang membantu sehingga titik akhir titrasi dapat diketahui. Titik akhir titrasi meruapakan keadaan di mana penambahan satu tetes zat penitrasi (titran) akan menyebabkan perubahan warna indikator (Anonim,2009).

Titrasi asam-basa dapat memberikan titik akhir yang cukup tajam dan untuk itu digunakan pengamatan dengan indikator bila pH pada titik ekivalen antara 4-10. Demikian juga titik akhir titrasi akan tajam pada titrasi asam tau basa

(3)

lemah jika pentitrasian adalah basa atau asam kuat dengan perbandingan tetapan disosiasi asam lebih besar dari 10. Selama titrasi asam-basa, pH larutan berubah secara khas. pH berubah secara drastis bila volume titrasinya mencapai titik ekivalen.

Analisa titrimetri atau analisa volumetric adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif. Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). (Shochichah,2010).

Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH. Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. (Shochichah,2010).

Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetric adalah sebagai berikut :

1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat.

2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik.

3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika.

4. Harus ada indicator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.

(4)

Baku primer adalah bahan dengan kemurnian tinggi yang digunakan untuk membakukan larutan standar misalnya arsen trioksida pada pembakuan larutan iodium. Baku sekunder adalah bahan yang telah dibakukan sebelumnya oleh baku primer, dan kemudian digunakan untuk membakukan larutan standar, misalnya larutan natrium tiosulfat pada pembakuan larutan iodium.

Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titer ataupun titrant. Titrasi asam basa berdasarkan reaksi penetralan. Kadar larutan asam ditentukan dengan menggunakan larutan basa dan sebaliknya. Titrant ditambahkan titer sedikit demi sedikit sampai mencapai keadaan ekuivalen (artinya secara stoikiometri titrant dan titer tepat habis bereaksi). Keadaan ini disebut sebagai “titik ekuivalen”. Pada saat titik ekuivalent ini maka proses titrasi dihentikan, kemudian kita mencatat volume titer yang diperlukan untuk mencapai keadaan tersebut. Dengan menggunakan data volume titrant, volume dan konsentrasi titer maka kita bisa menghitung kadar titrant.

Cara Mengetahui Titik Ekuivalen.

Ada dua cara umum untuk menentukan titik ekuivalen pada titrasi asam basa.

1. Memakai pH meter untuk memonitor perubahan pH selama titrasi dilakukan, kemudian membuat plot antara pH dengan volume titrant untuk memperoleh kurva titrasi. Titik tengah dari kurva titrasi tersebut adalah “titik ekuivalent”.

2. Memakai indicator asam basa. Indikator ditambahkan pada titrant sebelum proses titrasi dilakukan. Indikator ini akan berubah warna ketika titik ekuivalen terjadi, pada saat inilah titrasi kita hentikan.

Untuk memperoleh ketepatan hasil titrasi maka titik akhir titrasi dipilih sedekat mungkin dengan titik equivalent, hal ini dapat dilakukan dengan memilih indicator yang tepat dan sesuai dengan titrasi yang akan dilakukan. Keadaan dimana titrasi dihentikan dengan cara melihat perubahan warna indicator disebut sebagai “titik akhir titrasi”.

(5)

III.

Prosedur Kerja

3.1 alat dan bahan

1. Labu ukur 100 ml : 1 buah 2. Buret 50 ml : 2 buah 3. Erlenmeyer 100 mL : 3 buah 4. Erlenmeyer 150 mL : 2 buah 5. Pipet ukur 10 mL : 1 buah 6. Klem dan Standar

7. Batang pengadung : 1 buah 8. Gelas ukur 100 mL : 1 buah 9. Gelas ukur 50 mL : 1 buah 10. Kaca arloji : 1 buah 11. Pipet tetes : 5 buah

12. Spatula : 1 buah

3.2 skema kerja

a. penentuan molaritas NaOH

dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

ditambah air suling hingga volume tepat 100 mL

dituang kedalam buret

dimasukkan ke dalam erlenmeyer

ditambah 10 mL air suling dan 1-2 tetes indikator PP

dititrasi dengan larutan asam oksalat

1,26 g asam oksalat

Hasil

10 mL larutan NaOH

(6)

b. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

Diambil dengan pipet tetes

Dimasukkan dalam labu ukur 100 mL

Diencerkan hingga volume 100 mL

Dimasukkan 10 mL larutan encer

Dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 125 mL

Ditambah 2 tetes indikator pp

Dititrasi dengan larutan NaOH standar hingga terjadi perubahan warna

Titrasi dilakukan 3 kali

10 mL larutan cuka perdagangan

(7)

IV.

Hasil dan Pembahasan

4.1 Data Pengamatan dan Perhitungan

Pengamatan 1

Titrasi I Titrasi II Vrata-rata

V NaOH 10 Ml 10 mL 10 mL

VH2C2O4.2H2O 22 mL 21,5 mL 21,75 mL

Pengamatan 2

Merk asam cuka yang dipakai : ……….. Titrasi I Titrasi II

Skala awal buret 50 mL 50 mL

Skala akhir buret 25,7 mL 16,5 mL Vol. NaOH (mL) 24,3 mL 33,5 mL

(8)

perhitungan

A. Penentuan Molaritas NaOH Diketahui: G = gr = 1,26 gram V pelarut = 100 mL Mr NaOH = 40 Ditanya : M NaOH = ...? Jawab : gr = = M = = M = 0,3 M

Jadi, konsentrasi NaOH adalah 0,3 M

B. Penetapan kadar asam cuka perdagangan

Diketahui: G = 10 mL

V pelarut = 100 mL

Mr CH3COOH = 60

Ditanya : konsentrasi CH3COOH = ...?

Jawab : gr = = M = = M = 1,67 M

Jadi, konsentrasi NaOH adalah 1,67 M

N C2H2O4 = mol . valensi

= x 1 = 0,3

Voksalat . N oksalat = VNaOH . N NaOH

1,26 . 0,3 = 10 . NNaOH

NNaOH =

(9)

4.2 Pembahasan

Pada percobaan ini dilakukan analisa kuantitatif untuk menstandarisasi larutan baku sekunder dengan larutan baku. dimana pada percobaan kali ini larutan baku yang digunakan adalah NaOH (natrium hidroksida) dan larutan baku primer C2H2O4 (asam oksalat).

Sebelum digunakan untuk mentitrasi asam cuka, larutan NaOH distandarisasi terlebih dahulu karena NaOH merupakan zat yang mudah terkontaminasi, bersifat higroskopis sehingga mudah menarik uap air dari udara dan juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Dengan demikian apabila menggunakan NaOH sebagai

pereaksi dalam suatu titrasi maka zat tersebut harus distandarisasi sebelumnya. Untuk menstandarisasi larutan NaOH ini digunakan 21,75 ml larutan asam oksalat, larutan ini digunakan sebagai larutan standar primer karena larutan ini tidak bersifat higroskopis dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam penimbangan zat.

Standarisasi larutan NaOH dilakukan dengan titrasi menggunakan 2 tetes indikator fenolftalein. Pemilihan indikator felnolftalein karena pada standarisasi ini merupakan titrasi asam lemah (C2H2O4) dan basa kuat (NaOH) sehingga titik

ekivalennya diatas 7 dan berada pada trayek indikator fenolftalein.

Pada standarisasi ini NaOH digunakan sebagai titran sementara asam oksalatnya sebagai titrat karena mengingat indikator yang digunakan adalah fenolftalein sehingga ketika PP ditambahkan pada asam oksalat, akan menunjukkan warna bening. Ketika pada titik ekivalen, akan terjadi perubahan dari bening menjadi merah muda. Jika asam oksalat yang digunakan sebagai titran dan NaOH sebagai titrat maka akan terjadi perubahan warna dari merah muda ke bening. Pada dasarnya, perubahan warna dari bening ke merah muda lebih mudah diamati daripada perubahan warna dari merah muda ke bening. Setelah terjadi perubahan warna untuk yang pertama kali, titrasi langsung dihentikan dan NaOH yang berkurang langsung dicatat. NaOH yang berkurang pada percobaan kali ini adalah 10 mL, sehingga konsentrasi NaOH dapat diketahui sebesar 3,14 M.

(10)

Selanjutnya dilakukan penetapan asam cuka perdagangan untuk mengetahui apakah kadar yang tertera pada etiket cuka perdagangan sudah sesuai dengan kadar yang sebenarnya. Analisis dilakukan secara alkalimetri yaitu dengan cara menitrasi larutan asam asetat perdagangan dengan larutan baku NaOH.

Untuk menganalisis asam cuka dalam cuka perdagangan dapat dilakukan dengan titrasi netralisasi. Titrasi ini merupakan titrasi alkalimetri, proses titrasi dengan larutan standar basa untuk mentitrasi asam bebas.

Setelah kita mengetahui normalitas dari larutan NaOH, maka dilakukan langkah selanjutnya yaitu menetapkan kadar asam cuka perdagangan dengan cara mengambil 10 ml asam cuka perdagangan dengan pipet ukur, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur berkapasitas 100 mL dan diencerkan hingga volume 100 mL. Kemudian diambil 10 mL dari larutan tersebut dan dimasukkan kedalam erlenmeyer ukuran 125 mL, kemudian ditambah dengan 2 tetes indikator PP.

Larutan ini selanjutnya dititrasi dengan larutan baku NaOH hingga diperoleh perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah jambu. Bila sudah terjadi perubahan warna tersebut maka titrasi langsung dihentikan dan catat volume NaOH yang digunakan, percobaan dilakukan dua kali untuk mendapatkan angka rata-rata NaOH yang digunakan. Vrata-rata NaOH yang digunakan pada dua kali

percobaan penetapan kadar asam cuka perdagangan adalah sebesar 28,9 ml, sehingga konsentrasi asam cuka perdagangan (CH3COOH) dapat diketahui sebesar 16,67 M.

Angka konsentrasi asam cuka perdagangan sangatlah besar dan dirasa tidak mungkin, kemungkinan terjadi kesalahan pada saat kami melakukan pengukuran volume air yang ditambahkan pada saat standarisasi.

(11)

V.

Kesimpulan dan Saran

5.1 kesimpulan

Titrasi merupakan suatu metode untuk menentukan kadar suatu zat dengan menggunakan zat lain yang sudah diketahui konsentrasinya. Titrasi biasanya dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, sebagai contoh bila melibatan reaksi asam basa maka disebut sebagai titrasi asam basa, titrasi redox untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, titrasi kompleksometri untuk titrasi yang melibatan pembentukan reaksi kompleks dan lain sebagainya.

Proses titrasi termasuk asidi-alkalimetri membutuhkan larutan baku dalam metodenya. Larutan baku haruslah distandardisasi terlebih dahulu untuk menentukan konsentrasi yang tepat dari calon larutan baku. Ada pula larutan baku primer, yakni larutan yang dibuat dari bahan baku primer. Bahan baku primer merupakan suatu bahan yang konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan dari berat bahan sangat murni yang dilarutkan dan volume bahan yang terjadi.

5.2 Saran

Dalam praktikum ini sudah berjalan baik tapi alangkah lebih baik jika ada beberapa alat yang digunakan untuk praktikum yang belum lengkap untuk dilengkapi.

(12)

Daftar pustaka

Indratmoko, Septiana dan Taufan Ratri Harjanto. 2010. Petunjuk Praktikum Kimia

Farmasi II, Cilacap : STIKES Al-Irsyad Al-Islaimyyah

Purba, Michael 1995. Ilmu Kimia untuk SMU Kelas 2 Jilid 2A. Jakarta : Erlangga. Sutresna, Nana. 2003. Pintar Kimia Jilid 3 untuk SMU Kelas 3. Jakarta : Ganeca Exact Pudjaatmaka, Hadyana.1989. KIMIA UNTUK UNIVERSITAS.ERLANGGA: Jakarta. Soma, Wayan. 2004. Panduan Belajar Kimia Kelas XI semester 2 Program

Referensi

Dokumen terkait

STANDARISASI LARUTAN NaOH 0,1 M DAN PENGGUNAANNYA DALAM PENENTUAN KADAR ASAM CUKA PERDAGANGAN.. (Laporan Praktikum

Dalam larutan yang bersifat asam, warna kertas lakmus biru akan menjadi merah,. sedangkan kertas lakmus merah

• Titrasi dengan larutan NaOH yang telah distandardisasi dengan HCl atau asam oksalat sampai titik akhir titrasi (terjadi perubahan warna). • Percobaan diulang

Analisa CaO menggunakan Indikator Murexid dengan perubahan warna merah lembayung menjadi ungu pada titik akhir titrasi, pada MgO menggunakan indikator EBT dengan

Gambar 8 : Perubahan warna yang terjadi pada sampel Air Minum yaitu kuning kemerahan pada Titik Akhir Titrasi setelah di titrasi dengan larutan AgNO 3

Dari pengukuran zat organik pada air minum dan air bersih dengan menggunakan metode titrasi permanganometri dimana titik akhir ditandai dengan berubahnya warna larutan dari

Indikator yang baik digunakan untuk titrasi asam asetat dengan NaOH adalah fenolftalein (PP) dengan trayek pH = 8,2-10,0 (Rahayu, 2011) yang akan mengalami perubahan warna