• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka M"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PRAKTIKUM 01

Penentuan Kadar Asam Asetat dalam Cuka Makan

(titrasi asam basa)

Tujuan Praktikum

1. Memahami prinsip analisa volumetri dan titrasi.

2. Menentukan kadar asam asetat di dalam cuka komersil.

Pendahuluan

Cuka merupakan larutan asam yang dibuat dari reaksi oksidasi etanol: CH3CH2OH. Cuka sendiri sudah sejak lama digunakan sebagai bahan masakan, misalnya untuk salad, ikan, dan lain-lain. Komponen kimia utama cuka adalah asam asetat atau disebut juga asam etanoat (CH3COOH). Kadar asam asetat dalam cuka sangat bervariasi. Umumnya cuka meja memiliki kadar kandungan asam asetat antara 4 – 8 % (v/v). Untuk pembuatan acar, kandungan asam asetat cuka dapat mencapai 12 % (v/v). Dalam praktikum ini, akan dilakukan penentuan kadar asam asetat yang ada di dalam sampel cuka komersil dengan metode analisa volumetri.

Analisa volumetri adalah suatu teknik yang melibatkan pengukuran volume suatu larutan untuk menentukan kandungan senyawa dalam larutan lain secara kuantitatif. Persamaan reaksi menunjukkan rasio stoikiometri dari spesies-spesies yang bereaksi. Jadi, bila konsentrasi salah satu larutan diketahui, maka konsentrasi larutan lainnya dapat ditentukan dari volume larutan yang digunakan. Misalnya, dalam percobaan ini kadar asam asetat ditentukan melalui reaksi dengan larutan NaOH yang telah diketahui konsentrasinya:

CH3COOH (aq) + NaOH (aq)  H2O (l) + CH3CO2Na (aq)

Untuk menentukan konsentrasi CH3COOH, ke dalam sejumlah tertentu larutan CH3COOH, ditambahkan sedikit demi sedikit larutan NaOH, sampai seluruh CH3COOH habis bereaksi. Titik ini disebut titik ekuivalen, yaitu titik dimana jumlah mol CH3COOH yang ditambahkan sama dengan jumlah mol NaOH yang ada dalam larutan semula. Proses penambahan sedikit demi sedikit larutan CH3COOH ini disebut: titrasi.

(2)

dihentikan. Titik ini dinamakan titik akhir reaksi. Indikator yang tepat untuk suatu sistem titrasi adalah indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen.

Indikator pH pada umumnya adalah asam lemah yang memiliki warna yang kuat, sehingga mereka akan memberikan perubahan warna yang dramatis ketika bereaksi dengan basa. Karena indikator adalah asam, tentu mereka akan bereaksi dengan basa, dengan kata lain mereka akan berkompetisi dengan asam yang hendak kita tentukan kadarnya (CH3COOH). Hal ini memang benar, namun demikian oleh karena warna indikator sangatlah kuat, kita hanya membutuhkannya dalam konsentrasi yang sangat kecil. Dengan demikian, gangguan yang ditimbulkannya dalam perhitungan konsentrasi CH3COOH kita dapat diabaikan. Ingatlah selalu untuk menggunakan indikator dalam konsentrasi yang sangat rendah.

Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan indikator fenolftalein, yang akan mengalami perubahan warna dari tak berwarna pada larutan asam menjadi merah muda pada larutan basa. Titik tengah perubahan warna indikator ini terjadi pada pH = 9.5 (sedikit basa). Ini merupakan indikator yang sangat baik sekali untuk sistem titrasi asam asetat dengan NaOH, sebab titik ekuivalen titrasi ini terjadi pada pH yang sedikit basa (bukan pada pH = 7).

Larutan NaOH bereaksi dengan gas karbon dioksida (CO2) yang ada di udara. Meskipun reaksi ini tergolong lambat, ia akan mempengaruhi konsentrasi larutan NaOH yang kita buat. Konsentrasi larutan NaOH cenderung menjadi tidak stabil, dapat berubah setiap saat karena reaksi dengan udara. Oleh karena itu, sebelum digunakan untuk titrasi, larutan NaOH perlu ditentukan konsentrasi tepatnya terlebih dahulu. Proses ini disebut standarisasi. Hal ini dilakukan melalui titrasi NaOH dengan suatu larutan asam lain yang stabil dan dapat diperoleh dalam keadaan yang murni, sehingga konsentrasinya dapat ditentukan secara akurat. Larutan yang demikian disebut standar primer, sedangkan NaOH dalam hal ini disebut standar sekunder.

Dalam percobaan ini, Anda akan menggunakan Kalium Hidrogen Ftalat (KC8H5O4) sebagai standar primer. Larutan ini digunakan untuk men-standarisasi larutan NaOH. Reaksinya adalah sebagai berikut:

KC8H5O4 (aq) + NaOH (aq)  KNaC8H4O4 (aq) + H2O(l)

(3)
(4)

Alat dan Bahan

 Gelas kimia 100 mL (3 buah)

 Pipet ukur 25 mL (2 buah)

 Labu ukur 250 mL (3 buah)

 Erlenmeyer 250 mL (2 buah)

 Batang pengaduk gelas (1 buah)

 Corong Kaca (1 buah)

 Pipet tetes (1 buah)

 Statif (1 buah)

 Klem (2 buah)

Prosedur Kerja

A. Standarisasi NaOH 0.1 M dengan Larutan Standar KC8H15O4

1. Tuangkan kira-kira 40 mL larutan NaOH 1 M ke dalam gelas kimia 100 mL, kemudian lakukan pengenceran (10x) dengan cara: pipet 25 mL larutan NaOH tersebut ke dalam labu ukur 250 mL. Tera dengan akuades hingga tanda batas dan aduk larutan dengan baik. Tandai larutan ini dengan label: Larutan NaOH 0.1 M.

2. Timbang 4 gram KC8H15O4 ke dalam gelas kimia 100 mL dan larutkan dengan 70 mL akuades. Aduk sampai seluruh KC8H15O4 larut (zat ini memang agak sukar larut). Pindahkan ke dalam labu ukur 100 mL dan tambahkan dengan akuades hingga tanda batas. Hitung konsentrasi dari larutan KC8H15O4 yang Anda buat. Tandai larutan ini dengan label: Larutan KC8H15O4.

3. Pipet 10 mL larutan KC8H15O4 Anda ke dalam labu erlenmeyer 250 mL dan tambahkan dua tetes indikator fenolftalein, aduk hingga indikator larut dengan baik. Lakukan titrasi dengan menggunakan larutan NaOH 0.1 M hingga terjadi perubahan warna. Catat volume larutan NaOH 0.1 M yang diperlukan. Lakukan percobaan ini tiga kali, yaitu: satu kali titrasi kasar (untuk memperkirakan volume titran dan untuk berlatih menentukan titik akhir titrasi) dan dua kali titrasi teliti (duplo; untuk menentukan volume titran yang sebenarnya).

B. Titrasi Cuka dengan Larutan NaOH Standar

 Boss Head (2 buah)

 Buret 50 mL (1 buah)

 Neraca analitik

 Larutan NaOH 1 M

 Kalium Hidrogen Ftalat (KC8H15O4)

 Indikator Fenolftalein

 Akuades

(5)

1. Encerkan cuka (20x) dengan cara: pipet 5 mL cuka ke dalam labu ukur 100 mL, kemudian tera dengan akuades hingga tanda batas. Tandai larutan Anda ini dengan label: Larutan CH3COOH.

2. Pipet 10 mL larutan cuka Anda ke dalam erlenmeyer 250 mL, tambahkan dua tetes indikator fenolftalein, kemudian titrasi dengan larutan NaOH 0.1 M, hingga terjadi perubahan warna dari tak berwarna menjadi merah muda. Lakukan titrasi ini tiga kali, yaitu satu kali titrasi kasar (untuk memperkirakan volume titran) dan dua kali titrasi teliti (untuk menentukan volume titran yang sesungguhnya).

Tugas Akhir Praktikum (Laporan)

1. Hitunglah dengan tepat konsentrasi larutan standar NaOH Anda.

2. Hitunglah konsentrasi asam asetat pada cuka dalam satuan molar dan persen volume. Sebagai informasi, massa jenis asam asetat murni adalah 1.049 gram/mL, dan massa molarnya adalah 60.05 gram/mol. Apakah konsentrasi yang Anda dapatkan sesuai dengan konsentrasi yang tertera pada botol kemasan cuka Anda?

3. Jelaskan sumber-sumber galat yang mungkin terjadi dalam percobaan ini. Jelaskan pula apakah galat tersebut akan menyebabkan konsentrasi asam cuka yang terukur menjadi lebih kecil atau lebih besar.

Contoh Perhitungan

Misalkan Anda hendak mengetahui konsentrasi tepat dari larutan kalium hidroksida (KOH) 0.1 M (konsentrasi kasar) melalui titrasi dengan larutan standar HNO3 1.036 M. Reaksinya adalah sbb:

HNO3 + KOH  KNO3 + H2O

1. Mula-mula HNO3 diencerkan terlebih dahulu (10x), sehingga konsentrasinya kurang lebih sama dengan larutan KOH. Jadi konsentrasi larutan HNO3 setelah pengenceran adalah 0.1036 M.

2. Sebanyak 25 mL larutan KOH dipipet ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL, dan ke dalamnya ditambahkan dua tetes indikator metil jingga (indikator yang tepat untuk sistem titrasi ini). Larutan ini kemudian dititrasi dengan larutan HNO3 0.1036 M. Titrasi ini dilakukan duplo dan diperoleh volume titran masing-masing 22.75 dan 22.65 mL, sehingga rata-rata volume titran yang digunakan adalah 22.70 mL.

(6)

Jawab:

Berdasarkan persamaan reaksi di atas, maka perbandingan mol HNO3 dan KOH yang bereaksi adalah 1 : 1. Artinya, pada titik ekivalen titrasi:

mol KOH

=

mol HN O

3

V

1

x M

1

=

V

2

x M

2

25

x M

1

=

22.7

x

0.1036

M

1

=

0.0940688

Jadi konsentrasi larutan KOH Anda adalah

0.0940688

M

4. Sekarang andaikata kita ingin menggunakan satuan konsentrasi yang lain. Konsentrasi asam asetat dalam cuka pada umumnya dinyatakan dalam satuan % v/v. Akan tetapi untuk KOH hal ini tidak masuk akal, karena KOH murni berbentuk padatan, bukan cairan. Karena itu, untuk mempelajari bagaimana perubahan satuan konsentrasi ini dilakukan, kita akan mengubah konsentrasi HNO3 1.036 M ke dalam persen volume.

Persen volume didefnisikan sebagai:

%

(

v

/

v

)=

Volume total larutan x

Volume zat terlarut

100 %

Kita akan mengubah rumus ini melalui proses substitusi. Perhatikan penjelasan berikut ini.

Misalkan larutan HNO3 kita mempunyai volume V Liter, konsentrasi M molar, massa jenis

ρ

gram/mL, dan massa molar Mr gram/mol, maka:

 Jumlah mol HNO3 murni (tanpa air) yang terlarut dalam V liter larutan tersebut adalah:

n

=

V x M

 Massa HNO3 murni yang terlarut dalam V liter larutan tersebut adalah:

m

=

n x Mr

m

=

V x M x Mr

 HNO3 murni, seperti halnya asam asetat, berbentuk cairan, maka volumenya dapat kita hitung dengan menggunakan data massa jenisnya:

ρ

HN O3

=

massa HN O

3

Volume HN O

3

Volume HN O

3

=

massa HN O

3

ρ

HN O3

Volume HN O

3

=

V x M x Mr

ρ

(7)

Satu hal yang perlu diingat, karena satuan dari

ρ

HN O3 adalah dalam gram/ mL, maka volume HNO3 yang kita peroleh di sini satuannya adalah mL.

 Kembali ke rumus awal persen volume:

%

(

v

/

v

)=

Volume total larutan x

Volume zat terlarut

100 %

%

(

v

/

v

)=

Volume total larutan HN O

Volume HN O

3

murni

3

x

100 %

%

(

v

/

v

)=

V x M x Mr

ρ

HN O3

V x

1000

x

100 %

Di sini Volume total larutan HNO3 adalah = V x 1000, hal ini dikarenakan di awal perhitungan kita sudah menetapkan bahwa satuan V adalah Liter. Satuan ini perlu kita ubah ke mL karena menyesuaikan dengan satuan volume HNO3 murni yang berada dalam satuan mL, itulah sebabnya disini kita kalikan dengan faktor 1000.

Dengan merapikan persamaan di atas, kita akan mendapatkan rumus:

%

(

v

/

v

)=

ρ

M x Mr

HN O3

x

10 %

Persamaan ini dapat kita gunakan untuk mengubah langsung satuan konsentrasi larutan dari molar ke % volume, asalkan data massa jenis dan massa molar zat terlarutnya diketahui.

5. Massa jenis HNO3 murni adalah 1.503 gram/mL pada 25

°

C dan massa molarnya adalah 63.01 gram/mol. Maka dengan menggunakan rumus di atas kita dapat mengubah konsentrasi larutan HNO3 1.036 M ke dalam satuan persen volume:

%

(

v

/

v

)=

ρ

M x Mr

HN O3

x

10 %

%

(

v

/

v

)=

1.036

1.503

x

63.01

x

10 %

Referensi

Dokumen terkait

Diperoleh kadar asam asetat dalam larutan cuka M adalah 25,91 % dan kadar asam asetat dalam larutan cuka V adalah 6,54 %.MenurutStandar Nasional Indonesia kadar

Penetapan kadar asam asetat dengan metode titrimetri. Universitas

variabel, yaitu sampel berupa tiga indikator alami yang digunakan sebagai digunakan sebagai penentu titik akhir.. penentu titik

Untuk membantu mengamati titik akhir titrasi asam basa, dapat digunakan indikator tertentu yang berupa asam atau basa lemah yang memiliki zat warna yang berbeda dalam

Titik akhir titrasi diharapkan mendekati titik ekuivalen titrasi, yaitu kondisi pada saat larutan asam habis bereaksi dengan larutan basa.. Pendekatan antara titik akhir titrasi

Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan

Titik ekivalen yaitu pH pada saat asam dan basa (titrant dan titer) tepat ekivalen atau secara stoikiometri tepat habis bereaksi. Titik ekuivalen titrasi ini dapat

Titrasi Asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan larutan standar asam terhadap basa bebas atau basa yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa